Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa
Sebagai perguruan Tinggi yang memberikan pendidikan dan pengajaran
Agama Islam dan sekaligus menjadi pusat untuk memperdalam ilmu
pengetahuan agama Islam, merupakan salah satu sarana untuk mencapai citacita umat Islam yaitu untuk membentuk sarjana- sarjana Islam yang
berakhlakul karimah, beriman dan cakap serta mempunyai kesadaran
tanggung jawab atas kesejahteraan umat dan masa depan Negara Republik
Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Pada dasarnya pendidikan tidak hanya mempelajari sesuatu secara teori
saja melainkan juga mempelajari secara praktis (melalui praktikum).
Praktikum adalah kegiatan intrakurikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa
yang dilaksanakan dalam bentuk latihan keterampilan penambahan wawasan
dalam rangka penguasaan kompetensi sesuai dengan program studi yang
terkait. Praktikum merupakan salah satu bagian kurikulum yang wajib diikuti
oleh semua mahasiswa. Praktikum tidak hanya berorientasi pada praktek
semata namun lebih pada pendalaman keilmuan dengan cara terjun secara
langsung ke lapangan praktikum yang memiliki kaitan dengan program studi
masing-masing mahasiswa.

Dalam kurikulum Fakultas Syariah setidaknya ada tiga macam


praktikum yang salah satu di antaranya adalah Praktek Pengalaman Lapangan
(PPL). Praktek Pengalaman Lapangan ( PPL ) adalah salah satu kegiatan
belajar mahasiswa yang di lakukan di lapangan untuk mengintregasikan
pengetahuan teoritis yang di peroleh oleh kampus dengan pengalaman
praktek di lapangan sehingga keahlian-keahlian khusus yang merupakan
target kompetensi Fakultas Syariah dapat tercapai.selain itu juga tujuan
adanya PPL ini adalah untuk meningkatkan penguasaan dan ketrampilan
mahasiswa terhadap satu disiplin ilmu,mata kuliah dan kompetensi Fakultas
Syariah.
Oleh karena itu,dalam sistem belajar di Fakultas Syariah di kembangkan
suatu sistem pembelajaran yang memadukan antara pembekalan teori dan
praktek.di harapkan mahasiswa sanggup menggali berbagai kebenaran dan
kesalahan

baik

dalam

teori

yang

telah

di

peroleh

maupun

prakteknya,sehingga kebenaran tetap menjadi kebenaran dan kesalahan di


perbaiki agar menjadi kebenaran.
Sehingga sangat tepat kiranya jika KUA Kecamatan Peureulak
Kabupaten Aceh Timur,Pengadilan Negeri Langsa,Pengadilan Agama
Langsa,dan Mahkamah Syariah Menjadi obyek pelaksanaan PPL,Karena
bagaimanapun juga instansi-instansi inilah yang bersentuhan langsung dengan
praktek hukum,seperti profesi hakim,praktek kepanitraan,praktek advokat,dan
profesi lainnya yang berkaitan dengan hukum.

B.

Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup Kantor Urusan Agama Peureulak Kabupaten Aceh
Timur terdiri dari 4 orang Pegawai dan 4 orang honorer dan kerja bakti.
Dimana terdiri dari Kepala, Kepenghuluan, Keluarga Sakinah, Produksi
Halal, IBSOS, Kenmentrian Umat dan yang lainya adalah bertugas PPN.
Bagi yang hendak melakukan nikah maka adabeberapa syarat administasi
nikah, yaitu mengisi formulir yang berisitentangketerangan untuk nikah
keterangan mempelai,keterangan tentang orang tua.jika pernah bercerai maka
harus melampirkan surat keterangan sudah cerai dan melampiirkan
identitasistri jika hendak poligami.
Adapun pada bagian administrasi yang harus dilampirkan
sebagai berikut :
1. Photo copy KTP/KK
2. Akta cerai /talak pengadilan
3. Surat izin atasan TNI/POLRI
4. Surat izin pengadilan
5. Pasphoto 4x6=1 lembar dan 2x3=5 lembar
6. Surat rekomendasi camat
7. Surat TT Puskesmas
8. Foto copy Akte kelahiran/ijazah 1 lembar
9. Rekomendasi pindah nikah
10. Biaya Pecatatan nikah

adalah

Sedangkan biaya nikah tidak dikenakan lagi dikarenakan biaya nikah


sekarang sudah gratis berdasarkan Keputusan Mentri Agama RI.

C.

Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan diadakannya PPL adalah :


1. Secara Umum
Tujuan

umum

dari

PPL

adalah

untuk

meningkatkan

kompetensi,personalisme personal dan sosial sesuai kompetensi program


studi atau jurusan masing-masing sebagai upaya untuk mengembangkan
ilmu melalui praktek pengalaman lapangan dalam rangka menunjang ilmu
melalui guna tercapainya tujuan pendidikan di STAIN Zawiyah Cot Kla
Langsa.

2. Secara Khusus
a.

Memberikan pengetahuan mengenai tugas dan wewenang KUA,


administrasi perkawinan, pelaksanaan perkawinan, dan beberapa aspek
lain yang berkaitan dengan pelaksanaan perkawinan di Indonesia.

b.

Untuk mengetahui secara praktis mengenai pelaksanaan


administrasi dalam proses pencatatan nikah dan administrasi sertifikasi
tanah wakaf.

c.

Untuk membandingkan antara teori dan praktik yang terjadi di


lapangan.

Manfaat
a.

Bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan di bidang ilmu syariah
b. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melihat ada/tidak
adanya kesenjangan antara prinsip-prinsip perbankan Syariah dan
hukum keluarga yang seharusnya dengan yang senyatanya
diaplikasikan di lapangan.

b.

Bagi Institusi Tempat PPL


a. Institusi dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu
penyelesaian tugas-tugas kantor untuk kebutuhan di unit kerja masingmasing.
b. Institusi mendapat alternatif calon karyawan yang telah dikenal mutu
dan kredibilitasnya.
c. Mendapatkan masukan baru dari pengembangan keilmuan di
perguruan tinggi.
d. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat
antara institusi tempat PPL dengan Jurusan Syariah STAIN Cot Kala
Langsa.

c.

Bagi Program Studi


a. Laporan PPL dapat menjadi salah satu audit internal kualitas
pengajaran.

b. Memperkenalkan program kepada instansi yang bergerak di bidang


Hukum Islam.
c. Mendapatkan

masukan

yang

berguna

untuk

penyempurnaan

kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.


d. Terbinanya jaringan kerjasama dengan institusi tempat PPL dalam
upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi
akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya
manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan dan pelaksanaan
hukum Islam.

BAB II
PEMBEKALAN/ COACHING

A.

Materi Coaching
Pembekalan merupakan langkah awal sebelum pelaksanaan PPL
pembekalan bertujuan untuk memberi gambaran secara utuh, praktis dan
global tentang perjalanan PPL sejak permulaan sampai akhir pelaksanaan
serta hal-hal penting lainya yang harus di selesaikan oleh peserta
PPL.Pembekalan tersebut berlangsung pada tanggal 07-08 Augustus 2014 di
Aula Barat (lantai dua) kampus STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa.
Pembekalan ini merupakan satu tahapan yang diselengarakan dalam
rangka untuk memberi review materi serta teori-teori yang berkaitan dengan
bahan pokok dari proses PPL,secara umum yang telah di terima oleh peseta
PPL, selama masa perkuliahan.Adapun tahapan pemberian materi dalam
pembekalan tersebut adalah:
1. Pembukaan yang disampaikan oleh Bapak Dr.H.Zulkarnaini,MA dengan
materi Kebijakan Pimpinan STAIN-ZCK tentang PPL Pada Jurusan
Syariah.
2. Kompetensi Mahkamah Syariah dan Administrasi Persidangan yang
disampaikan oleh Ketua Makamah Syriah.
3. Urgensi peran serta Mahasiswa Jurusan Syariah Dalam Dunia Kerja
Yang disampaikan oleh Drs.Zainuddin,MA.

4. Profil Akademik Mahasiswa Jurusan Syariah STAIN ZCK LANGSA


yang disampaikan oleh Drs.H.Basri Ibrahim,MA.
5. Teknik

Pelaksanaan

PPL

yang

di

sampaikan

oleh

Zainal

Abidin,S.Ag,MH.
6. Moral Akademik dan Kode Etik peserta kegiatan PPL yang disampaikan
oleh Drs.H.Abdullah AR,MA.
7. Manajemen Perbankan Pemerintahan dan Swasta yang disampaikan oleh
Kepala Bank Aceh Bank Syariah Kota Langsa.
8. Kompetensi dan SDM KUA yang disampaikan oleh Kepala Kantor
Kemenag Kota Aceh Timur.
9. Sistematika

Penyusunan

Laporan

PPL yang

disampaikan

oleh

Anizar,MA.
10. Placementest Operasional Komputer yang disampaikan oleh Azwir,MA.

Pembekalan ini dimaksudkan untuk memberikan pengarahan berkaitan


dengan teknis pelaksanaan selama PPL di luar kampus Fakultas Syariah
yaitu di Kantor Urusan Agama Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur.
Dengan demikian tahapan pertama ini,merupakan tahapan yang
signifikan dan menetukan proses pelaksanaan PPL,secara keseluruhan yakni
tahapan observasi dan konfirmasi data,serta realita dalam tataran praktis oleh
instansi

yang

berkaitan

langsung

dalam

hal

ini

Kantor

Urusan

Agama,Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri sangat cocok untuk di


jadikan tempat pelaksanaan Praktek Pengalaman Lapangan.

B.

Analisis Materi Coaching


Dari serangkaian pembekalanyang disampaikan adakalanya dengan kondiss

tempat PPL,seperti prodi AS dimana menjuru kepada bidang hukum


Agama,sedangkan tempat PPL dilakukan di Kantor Urusan Agama yang mana
Kantor Urusan Agama tersebut menitikberatkan padabagian pernikahan dan
hukum dalam pernikahan sehingga benar peserta PPL prodi AS berada di Kantor
Urusan Agama.
Adakalanya kendala yang timbul pada bagian administrasi yakni terkadang
buku nikah para catin tidak di ambil dikarenakan mereka tidak merasa penting
buku nikah terrsebut,adapula kendala apa bagian berkas photo yang ttidak lengkap
diberikan,jadi pegawai tidak dapat memberikan begitu saja buku nikah kepada
mereka sebelum mereka melengkapii berkasnya.apabila berkasnya sudah lengkap,
maka dengan mudah pegawai pencatata nikah memberikan buku nikah tersebut,
dan catin atau penerima buku nikah menandatangani akta pengambilan buku
nikah.

BAB III
PENGAMATAN

A.

Lapangan (tempat) Praktik Pengalaman Lapangan


a.

Nama Instansi. Alamat dan Sejarah Berdirinya.


-

Nama Instansi
Kantor Urusan Agama Kecamatan Peureulak

Alamat Instansi
Jalan T. Chek H. M. Taiyeb No 2 Peureulak Kota.

Sejarah Berdirinya Instansi


Kantor Urusan Agama Kecamatan yang sering disingkat dengan KUA

Kec merupakan salah satu lembaga jajaran Kementerian Agama yang paling
terdepan dan sering dijuluki sebagai ujung tombak Kementerian Agama
karena keberadaannya disetiap kecamatan diseluruh pelosok Tanah Air. Di
Indonesia Kantor Urusan Agama Kecamatan lahir sejak 1929 yang diatur
dalam huwelijksordonantie S.1929 No.248 jo.S.1931 No.467 dan telah
disampurnakan dua kali yaitu S.1933 No.98 dan S.1932 No.428 yaitu sebuah
peraturan yang mengatur tentang Pencatatan Nikah, Thalak dan Rujuk masa
penjajahan belanda. Pada Tanggal 21 Nopember 1946 Pemerintah Indonesia
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan
Nikah, Thalak dan Rujuk dan mencabut Statblat 1929 No.248 jo.S.1931
No.467 dan telah S.1933 No.98 dan S.1932 No.428 karena tidak sesuai lagi
dengan perkembangan zaman. Dalam UU No 22 Tahun 1946 Kantor Urusan

10

Agama Kecamatan diberi nama Kantor Jawatan Agama Kecamatan


sedangkan untuk untuk Kantor Kementerian Agama Wilayah dan Kabupaten
diberi nama Kantor Jawatan Agama Daerah.
Pada Tanggal 2 Januari 1974 Pemerintah Indonesia mengeluarkan UU
No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia 9 Tahun 1975 tentang peraturan pelaksana UU No.1 Tahun 1974
dan mulai saat itu Kantor Jawatan Agama Kecamatan diganti dengan Kantor
Urusan Agama Kecamatan yang bertugas melaksanakan sebagian tugas-tugas
Kementerian Agama Meliputi Nikah & Rujuk, Keluarga Sakinah, Zawaibsos,
Haji, Pembinaan Penyuluh Agama, Produk Halal, Kemitraan Antar Ummat
Beragama, Penentuan Arah Kiblat (KMA No.517/2001)
Kantor Urusan Agama Kecamatan Peureulak

pertama sekali berdiri

tahun 1948 dan saat itu menumpang di kantor Laskap Sekarang tempat
tersebut dijadikan Kantor Polsek Kecamatan Peureulak, Kepala Kantor
Jawatan Agama Kecamatan Peeureulak yang pertama adalah Tgk.Abu Hasan,
Tgk.Usman Peudada, Tgk.Qadhi Mat Asyek, Tgk.Abdullah Hasyem,
Pemerintah baru membangun Kantor Urusan Agama Kecamatan Peureulak
dengan luasnya 108 M2 terletak di Jalan Tgk. Syiek Tayeb Mulai saat itu
sampai sekarang Kepala Kantor Urusan Agama adalah Tgk.Juned SyafiI,
Tgk.Hasan Mahmud, Tgk.H.Usman Basyah, Tgk.Husen Ahmad, Budiman
Jafar BA, Tgk.Yahya Jalil, Drs.Ishak Daud, Drs.Nawawi, Ismail Budiman
BA, Tgk.Anwar Tahir, Drs.Syazali dan Akly Zikrullah, S.Ag,Muhammad
Mansyur,S,Sos.I,MA.

11

Kantor Urusan Agama Kecamatan Peureulak sebelum pemekaran


mewilayahi 61 Desa namun sejak tahun 2002

Kecamatan Peureulak

dimekarkan menjadi 3 Kecamatan yaitu : Peureulak Barat, Peureulak Timur


dan Kecamatan peureulak. Kecamatan Peureulak sekarang luas wilayahnya
318,02 M2,

jumlah penduduk 41.342 Jiwa yang terdiri-dari 39

Desa/Gampong.

Daftar Nama-Nama yang pernah menjadi Kepala KUA Kecamatan


Peureulak Kabupaten Aceh Timur
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

NAMA
Tgk.Abu Hasan
Tgk.Usman Peudada
Tgk.Qadhi Mat Asyek
Tgk.Abdullah Hasyem
Tgk.Djuned Syafii
Tgk.Hasan Mahmud
Tgk.Usman Basyah
Tgk.Husen Ahmad
Budiman Jafar BA
Tgk.Yahya Jalil

MASA TUGAS
1946-1952
1952-1955
1955-1958
1958-1963
1963-1968
1968-1972
1972-1977
1977-1984
1984-1987
1987-1992

11
12
13
14
15
16
17

Drs.Ishak Daud
Drs.Nawawi Marhaban
Ismail Budiman,BA
Tgk.Anwar Tahir
Drs.Syazali
Akly Zikrullah,S.Ag
Muhammad

1992-1995
1995-1998
1999-2000
2000-2004
2004-2010
2010-2013
2013 s/d sekarang

Mansyur,S.Sos.I.MA
b.

Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan Peureulak
Kabupaten Aceh Timur
12

KEPALA
MUHAMMAD MANSYUR,S.Sos.I.MA
Nip.197001011999051003

PENGHULU

PENYULUH

BENDAHARA

PELAKSANA TATA USAHA &


RUMAH TANGGA KUA

ZAINABON

SUBKI
Nip.197310282009011009

ADM.NIKAH
&RUJUK
ZAINABON
c.

DOKTIK &
SIMKAH

KELUARGA
SAKINAH

KEMASJIDAN

HAZAWA

LUCI ARIATI,STh.I

Dra. ZALIKHA
AHMAD

MULYADI dan Mekanisme


SAIFULLAH,AMD
Lingkup Wewenang

Kantor Urusan Agama ( KUA ) merupakan bagian dari departemen


Agama yang menangani urusan Agama Islam.dalam struktur KUA Kepala
KUA juga merangkap sebagai penjabat pegawai Pencatat Nikah
(PPN),Kepala badan kesejahteraan Masjid(BKM),Kepala BP4,Penjabat
Pencatat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW),Ketua Lembaga Pembinaan Tilawati
Quran (LPTQ).
Sedangkan fungsi dari kepala KUA sendiri tercantum dalam UU No.
22 tahun 1946 tentang pencatatan nikah. Sedangkan tugas utamanya

13

mengenai nikah, talak, cerai dan rujuk (NTCR ). Setelah ada UU No. 7
tahun 1989 yang sekarang di Amandemen UU No.3 Tahun 2006 tentang
peradilan Agama PPN atau KUA hanya menagani masalah Nikahdan
Rujuk,sedangkan masalah Talak dan Cerai menjadi tugas dan wewenag
pengadilan Agama.
Tugas dari kepala KUA mengacu pada Peraturan Menteri Agama
No. 2 Tahun 1989 adalah:
1.

Menyelenggarakan hukum dan dokumentasi

2.

Mengawasi, mencatat nikah dan rujuk

3.

Menyelengarakan

pegumuman

tentang

pemberitahuan Pelaksanaan Pernikahan


4.

Menandatangani

pengumuman

Pelaksanaan

Pernikahan,menyimpan Arsip dan memberitahukan turunan Akta


Nikah kepada calon mempelai
5.

Pelaksana tugas membina ibadah, melayani


pelaksanaan ibadah hukum dan pembinaan kehidupan beragama Islam
di wilayahnya.

Tugas dan wewenang KUA menurut UU No. 7/1989 adalah sebagai:


1.

Kantor Pencatatan Nikah bagi warga atau yang beragama Islam


dengan

mengeluarkan

dan

menandatangani

surat-surat

yang

berhubungan dengan perkawinan.


2.

Sebagai tempat pembinaan dan membina masjid dengan


adanya BKM (Badan Kesejahteraan Masjid).

14

3.

Sebagai Pejabat Pencatatan akta Ikrar Wakaf (PPAIW).


Adapun landasan hukum yang digunakan KUA dalam melaksanakan

tugas dan wewenangnya baik yang berkaitan dengan NTCR maupun


wakaf adalah sebagai berikut:
1.

UU No 12 Tahun 1948 tentang Pencatatan NTCR

2.

Penetapan Menag No. 14 Tahun 1955 tentang Penunjukan dan


Pemberitahuan Serta Tugas Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, Talak
dan Rujuk.

3.

UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

4.

Peraturan Menag No. 2 Tahun 1989 tentang Kewajiban PPN

5.

Peraturan Menag No. 1 Tahun 1989 tentang Wakaf

6.

Kompilasi Hukum Islam (KHI)

7.

Kitab fiqh yang tercantum dalam KHI sebagai rujukan.


Di bawah ini dijelaskan secara rinci tentang tugas dan wewenang

KUA dalam penanganan wakaf.


Tugas dan Wewenang KUA dalam Penanganan Wakaf dan NTCR
Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang
atau badan hukum yang memisahkan sebagian benda miliknya dan
melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau
keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam agar tidak
disalahgunakan pihak yang tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu, setelah Akta Ikrar Wakaf dilakukan maka Kepala
Kantor Urusan Agama Kecamatan atas nama Nadzir yang bersangkutan

15

diharuskan mengajukan permohonan guna menjaga keutuhan dan


kelestariannya. Disini Kepala KUA sebagai berikut :
a.

Meneliti kehendak wakaf, tanah yang hendak


diwakafkan, surat-surat bukti kepemilikan, syarat-syarat wakaf, serta
ada tidaknya halangan hukum untuk melepaskan hak atas tanah.

d.

Meneliti dan mengesahkan susunan Nadzir, begitu pula anggota


Nadzir yang baru apabila ada perubahan.

e.

Meneliti saksi Ikrar Wakaf

f.

Menyaksikan pelaksanaan Ikrar Wakaf dan ikut menandatangani


formulir Ikrar dalam bentuk W1 bersama-sama dengan saksi.

g.

Membuat Akta Ikrar Wakaf rangkap 3 (tiga) menurut bentuk W2


dan salinannya rangkap 4 (empat) menurut bentuk W2.a setelah
pelaksanaan ikrar wakaf.

h.

Menyimpan lembar pertama akta Ikrar Wakaf, melampirkan


lembar kedua pada surat permohonan pendaftaran yang dikirimkan
kepada Bupati/Walikotamadya. C9 kepada Sub Direktorat Agraria
untuk di daftarkan selambatnya tiga bulan dan lembar ketiga diterima
kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tanah wakaf.

i.

Menyampaikan salinan Akta Ikrar Wakaf lembar pertama


kepada wakaf selambatnya satu bulan sejak di buatnya akta ikrar
wakaf, lembar kedua kepada nadzir dan mengirimkan lembar ketiga
kepada Kandepag, lembar keempat kepada Kepala Desa yang
mewilayahi tanah wakaf

16

j.

Menyelenggarakan daftar Akta Ikrar menurut bentuk W4.

k.

Menyimpan dan memelihara akta daftarnya dengan baik

Dalam perwakafan juga dikenal adanya blanko:


1.

Blanko W1 merupakan surat ikrar wakaf

2.

Blanko W2 merupakan surat akta ikrar wakaf

3.

BlankoW2A merupakan surat salinan akta ikrar wakaf

4.

Blanko WK merupakan surat keterangan Kades tentang


perwakafan tanah milik

5.

Blanko WD merupakan surat pendaftaran tanah wakaf yang


terjadi sebelum adanya PP No 18/1977

6.

Blanko W3 merupakan surat akta pengganti ikrar wakaf

7.

Blanko W3A merupakan surat salinan akta pengganti ikrar


wakaf

8.

Blanko W4 merupakan surat salinan akta pengganti akta ikrar


wakaf

9.

Blanko W4A merupakan surat daftar akta pengganti akta ikrar


wakaf

10.

Blanko W5 merupakan surat pengesahan nazdir

11.

Blanko W5A merupakan surat pengesahan nazdir badan hokum

12.

Blanko W6 merupakan buku catatan keadaan tanah wakaf

13.

Blanko W6A merupakan buku catatan laporan pengolahan dan


biaya pengolahan tanah

17

Proses tanah Wakaf bersertifikat adalah tanah yang ada sertifikanya


dan wakif dating ke PPAIW yaitu di KUA dip roses kemudian disahkan
Nadzir selajutnya ke badan pertahanan untuk melibatkan surat Akta
Wakaf.
Sedangkan untuk proses dalam hal tanah milik di wakafkan
belum ada sertifikatnya harus dilampiri:
a.

Surat permohonan penegasan hak atas tanah

b.

Surat-surat buku pemilikan tanahnya serta


surat-surat

keterangan

lainnya

diperlukan

sehubungan

dengan

penegasan haknya.

B.

c.

Akta Ikrar Wakaf (asli lembar kedua)

d.

Surat penegasan nadzir

Hasil Pengamatan Prodi AS di KUA


a. Pengamatan tentang ADM Pencatatan Pernikahan
Pernikahan merupakan ikatan lahir batin,yang terjalin antara seorang lakilaki dan perempuan (suami istri).Adapun Syarat-syarat nikah yaitu adanya
seorang calon suami dan calon istri,wali,saksi,mahar,dan ijab qabul.

18

Akan tetapi secara formal,agar pernikahan memiliki kekuatan hokum yang


tetap maka pernikahan perlu di catat di hadapan penjabat yang berwenag
yaitu:Kantor Urusan Agama (KUA).Dalam perspektif fiqih,pencatatan
perkawinan belum di pandang sebagai sesuatu yang sangat penting sekaligus
belum di jadikan sebagi sebuah alat bukti autentik terhadap sebuah
perkawinan.Hal ini tentu terlihat berbeda dengan UU perkawinan tidak saja
menenpatkan pencatatan perkawinan sebagai sesuatu yang penting,tetapi jiga
menjelaskan

bagaimana

mekanisme

pencatatan

perkawinan

di

laksanakan.Seperti di dalam UU No.1/1974 pasal 2 ayat (2) dinyatakan Tiaptiap Perkawinan di catat menurut peraturan perudang-undangan yang berlaku
Di dalam PP No.9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan UU Perkawinan
dinyatakan:
1. Setiap orang yang akan melangsungkan Perkawinan memberitahukan
kehendaknya kepada pegawai pencatat di tempat perkawinan akan di
langsungkan.
2. Pemberitahuan tersebut dalam ayat 1 di lakukan sekurang-kuranganya
sepuluh hari kerja sebelum perkawinan di langsungkan.
3. Pengecualian terhadap jangka waktu tersebut dalam ayat 2 di sebabkan
sesuatu 19okum19n yang penting,diberikan oleh Camat (atas nama)
Bupati Kepala Daerah.
Adapun proses pencatatan pernikahan adalah sebagai berikut:

19

1. Model N-1 untuk mengetahui status calon pengantin yang meliputi


identitas calon mempelai,status perkawinan apakah masih jejeka atau
sudah duda atau sebaliknya.
2. Model N-2 untuk megetahui asal usul calon pengantin yang meliputi
identitas calon mempelai dan orang tua kandung agar terhindar dari
pernikahan sedarah.
3. Model N-3 yang berisi persetujuan mempelai baik laki-laki maupun
perempuan,meliputi identitas calon suami dan istri serta tanda tangan
keduanya.
4. Model N-4 Surat keterangantentang orang tua,surat ini menyatakan
kebenaran orang tua yang menjadi wali adalah orang tua kandung
calon mempelai dan di ketahui oleh kepala Desa.
5. Model N-5 Surat izin orang tua suarta ini di peruntukkan bagi calon
perempuan maupun laki-laki yang umurnya belum cukup 21
Tahu.Dalam surat tersebut berisi identitas orang tua dan calon
mempelai serta tanda tangan dari orang tua.Apabila calon mempelai
tidak memenuhi syarat untuk melangsungkan pernikahan yaitu bagi
laik-laki belum mencapai umur 19 Tahun dan bagi perempuan belum
berumur 16 Tahun maka harus dimitakan izin/dispensasi kepada
pengadilan Agama.
6. Model N-6 surat keterangan kematian suami atau istri.Surat ini hanya
diperutukkan bagi calon mempelai baik laki-laki maupun perempuan
yang sudah berstatus janda /duda. Berisi calon identitas mempelai.dan

20

identitas dari suami atau istri yang telah meninggal dunia dan diketahui
oleh kepala Desa.
7. Model N-7 Surat keterangan kematian kehendak nikah yang ditujukan
kepada KUA yang diisi oleh penjabat yang ditugaskan dengan tanda
tangan dari kepala KUA atau penghulu atau pembantu penghulu dan
calon mempelai / wakl / wali wakil.
8. Model N-8 Surat yang dikeluarkan oleh

KUA berupa penolakan

pelaksanaan perkawinan karena syarat yang dibutuhkan kurang


lengkap atau karena ada hal-hal lain yang menghalangi dilangsungkan
nya perkawinan.
9. Model N-9 Surat yang di keluarkan KUA yang diberikan kepada calon
mempelai/wali

berupa

penolakan

pernikahan

karena

adanya

21okum21n menjadikan pernikahan tidak bias di langsungkan.


10. Model N Akta Nikah.
Apabila calon mempelai telah memenuhi syarat maka pada saat
pernikahan calon mempelai lelaki dan perempuan menanda tangani surat
pernyataan atau sumpah belum pernah menikah dan di ketahui oleh dua orang
saksi pada saat prosesi pernikahan berlangsung.
Dengan demikian pencatatan pernikahan dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan sebuah kepastian hokum dan mempunyai kekuatan hokum
yang tetap dan menjadi bukti perkawinan sah yang di akui dimata Agama dan
Negara. Oleh karena itu pencatatan pernikahan sangatlah penting bagi
Pasangan yang telah menikah untuk dijadikan alat bukti yang autentik dari

21

suatu pelaksanaan perkawinan sehingga dapat menjadi jaminan hokum.Selain


iti pencatatan Nikah juga berfungsi untuk membuktikan keabsahan dari
perkawinan itu.

b. Pengamatan tentang ADM Pencatatan Rujuk


Rujuk adalah hak yang diberikan oleh islam kepada bekas suami untuk
melanjutkan ikatan perkawinan dengan bekas istri yang di ceraikan sebelum
habis waktu iddah istri.
Rukun dan Syarat Rujuk
1. Lelaki yang merujuk harus memiliki syarat sebagai berikut :
a. Lelaki yang merujuk adalah suami dari perempuan yang dirujuk
yang dia menikahi istrinya itu dengan nikah yang sah.
b. Lelaki yang merujuk itu mestilah seseorang yang mampu
melaksanakan pernikahan dengan sendirinya yaitu telah dewasa
dan sehat akalnya dan bertindak dengan kesadarannya sendiri.
2. Perempuan yang di Rujuk.Adapun syarat sahnya Rujuk bagi
perempuan yang di rujuk itu adalah:
a. Perempuan itu adalah istri yang sah dari laki-laki yang merujuk
b. Istri itu telah di ceraikannya dalam bentuk talak Raji
c. Istri itu masih berada dalam iddah talak Raji
d. Istri itu telah di gaulinya dalam masa perkawinan itu
3. Ada ucapan rujuk yang di ucapkan oleh laki-laki yang merujuk

22

Tata Cara Rujuk


Tata cara dan prosudur rujuk telah di atur dalam Pasal
32,33,34.DAN 38 Peraturan Mentri Agama RI Nomor 3 Tahun 1975
tentang kewajiban Pegawai Pencatat Nikah dan Tata Kerja Pengadilan
Agama dalam melaksanakan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan
bagi yang beragama Islam. Kemudian di rinci oleh Pasal 167,168,dan 169
Kompilasi hokum Islam.
Pasal 167 KHI
1. Suami yang hendak merujuk isteri nya dating bersama-sama istri nya
kepegawai pencatat nikah atau pembantu pegawai pencatat Nikah yang
mewilayahi tempat tinggal suami istri dengan membawa penetapan
tentang terjadinya talak dan surat keterangan lain yang diperlukan.
(Dalam pasal 32 ayat (1) perauran mentri Agama RI Nomor 3 Tahun
1975

hanya menyebut PPn atau P3NTR yang mewilayahi tempat

tinggal istri.
2. Rujuk dilakukan dengan persetujuan istri dihadapan pegawai Nikah
atau pembantu pegawai pencatat Nikah.
3. Pegawai

pencatat Nikah

atau pembantu pegawai pencatat Nikah

memeriksa dan menyelidiki

apakah suami yang akan merjk itu

memenuhi syarat-syarat merujuk menurut hokum munakahat. Apakah


rujuk yang akan dilakukan itu masih dalam iddah Talak rajI, apakah
perempuan yang akan dirujuk itu adalah istrinya.

23

4. Seteleh itu suami mengucapkan rujuk nya dan masing-masing yang


bersangkutan beserta saksi-saksi menandatangani Buku pendaftaran
Rujuk.
5. Setelah rujuk itu dilakukan ,pegawai pencatat Nikah atau pembantu
pegawai pencatat Nikah menasihati suami istri tentang hokum- hokum
dan kewajiban mereka yang berhubungan dengan rujuk.
Sesudah rujuk dilaksanakan, maka hal-hal yang bersifat teknis,
administrative, yang menjadi tugas kewenangan pegawai pencatat Nikah
atau P3NTR yang di atur dalam Pasal 168 KHI.
Pasal 168 KHI:
1. Dalam hal rujuk di lakukan di hadapan pembantu pegawai Pencatat
Nikah,dalam rujuk di buap rangkap (dua),di isi dan di tanda tangani
oleh masing-masing yang bersangkutan beserta saksi-saksi,sehelai
dikirim kepada pegawai Pencatat Nikah yang mewilayahinya,disertai
surat-surat ketengan yang di perlukan untuk di catat dalam Buku
Pendaftaran Rujuk dan yang lain di simpan.
2. Pengiriman lembar pertama dari daftar Rujuk oleh pembantu pegawai
pencatat Nikah di lakukan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari
sesudah rujuk dilakukan.
3. Apabila lembar pertama dari daftar rujuk itu hilang,maka pembantu
pegawai pencatat Nikah membuatkan salinan dari daftar lembar ke dua
dengan berita acara tentang sebab-sebab hilangnya.

24

c. Pengamatan tentang Praktek Pelaksanaan Pernikahan


Mengingat pernikahan ikatan lahir dan batin,dimana bertujuan untuk
selamanya (seumur hidup),maka harus di landasi dengan persaan cinta dan
kasih saying tidak boleh sling merugikan di antara ke dua belah pihak. Untuk
melangsungkan perkawinan harus dilaksanakan menurut tata cara yang di
tetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.Apabila tidak
dilakukan demikian,banyak orang yang menyebut perkawinan itu hanya di
bawah tangan.
Sebelum Pernikahan berlangsung ada beberapa berkas yang harus di isi
untuk di catat sebelumya antara lain adalah:
1. Model N-1 Surat keterangan untuk Nikah.
2. Model N-2 Surat keterangan asal-usul .
3. Model N-3 Surat kerterangan Mempelai.
4. Model N-4 Surat keterangan orang Tua.
5. Model N-5 Surat izin orang tua bagi calon mempelai yang belum
berumur 21 baik laki-laki maupun perempuan.
6. Model N-6 Surat kematian suami/ istri untuk pernikahan janda/duda.
7. Model N-7 Surat pemberitahuan kehendak Nikah
8. Model N-8 Surat pemberitahuan adanya halangan/ kekurangan
persyaratan
9. Model N-9 Surat penolakan pernikahan
10. Model N Akta Nikah.

25

Setelah syarat-syarat masuk lalu di masukkan ke blanko dan di bawa


pada waktu akad nikah.
Adapun tata cara atau prosudur melaksanakan pernikahan sesuai
urutan-urutan nya sebagai berikut:
a. Pemberitahuan
Dalam pasal 3 PP No.9 Tahun 1975 di tetapkan bahwa: setiap
orang

yang

akan

melangsungkan

pernikahan

memberitahukan

kehendakanya kepada pegawai Pencatat di tempat Pernikahan yang


akan di langsungka.Pemberitahuan tersebut dalam Pasal 3 Ayat 2 PP
No.9 Tahun 1975 di tentukan paling lambat 10 hari kerja sebelum
Perkawinan di langsungkan.
b. Penelitian
Sesuai Pasal 6 ayat 1 PP No.9 Tahun 1975 Pegawai Pencatat
meneliti apakah syarat-syarat pernikahan telah dipenuhi dan apakah
tidak terdapat halangan baik menurut 26okum Munakahat ataupun
menurut Perundang-undangan yang berlaku.Syarat-syarat perkawinan
seperti yang telah di uraikan di atas mengenai persetujuan calon
mempelai,umur,izin orang tua dan seterusnya,iinilah pertama-tama di
teliti penjabat tersebut.
c. Pengumuman
Berdasarkan Pasal 8 PP No.9 Tahun 1975 Pengumuman tentang
adanya

kehendak melangsungkan pernikahan.Adapun mengenai

caranya surat pengumuman tersebut di tempelkan menurut formulir

26

yang ditetapkan pada kantor pencatatan Perkawinan pada suatu tempat


yang sudah di tentukan dan mudah di baca oleh umum.yang tujuan nya
agar

masyarakat

umum,siapakah

orang-orang

yang

hendak

menikah.dengan adanya pengumuman itu apabila ada piahak yang


keberatan terhadap perkawinan yang hendak di langsungkan maka
yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan kepada Kantor
Pencatat Perkawinan.
d. Pelaksanaan
Mengenai bagaimana cara pelaksanaan perkawinan,Pasal 10
Ayat 2 PP No.9 Tahun 1975 ternyata menegaskan kembali passal 2 ayat
1 UU Pernikahan yaitu Pernikahan di laksanakan menurut 27okum
masing-masing Agama

dan

kepercayaan

supaya

sah.Peraturan

Pemerintahan ini mensyaratkan bahwa pernikahan di laksanakan di


hadapan Pegawai Pencatat Perkawinan yang berwenag yang di hadiri
oleh dua orang saksi.sesaat sesudah di langsungkan Pernikahan sesuai
Pasal 10 PP No.9 Tahun 1975,selanjutnya ke dua mempelai
menandatangani Akta Pernikahan yang telah pegawai Pencatat
Pernikahan.

Urutan Prosesi Pernikahan secara Administratif adalah sebagi berikut :


1. Di adakannya Pemeriksaa ulang Pada kedua belah pihak
2. Pemeriksaaan data administrasi
3. Tanya jawab antar calon mempelai laki-laki dan perempuan dan wali

27

4. Hadirnya wali atau wali nikah dan saksi dari pihak perempuan
5. Khutbah nikah,sebelum akad nikah berlangsung
6. Ijab Qabul
7. Doa Nikah
8. Membaca sighat taklid
9. Tanda Tangan mempelai pada Akta Nikah
10. Pengesahan dari penjabat yang berwenan
.

28

BAB IV
ANALISIS HASIL PENGAMATAN
A. Analisis Pengamatan Prodi AS di KUA
a. Pengamatan tentang ADM Pencatatan Pernikahan
Sebagai salah satu instansi Pemerintah,KUA memiliki posisi yang
cukup signifikan dan di butuhkan dalam pelaksanaan syariat Islam secara
Praktik serta pengembangan syariah Islam pada umumnya.Dalam realitas
saat ini, KUA nampaknya cukup berat mengemban fungsi tersebut.
Hal tersebut menuntut pada pihak KUA untuk lebih meningkatkan
sosialisasinya kepada masyarakat sehingga masyarakat akan lebih
mengenal dan memahami akan tugas dan wewenang KUA itu
sendiri.Banyak masyarakat yang memahami KUA hanya bertugas
menangani masalah perkawinan saja,serta prosedur perkawinan terkesan
rumit dimana calon mempelai harus mengisi surat-surat pernyataan yang
telah dijelaskan di depan.
Selain itu pun kayaknya KUA yang seharusnya satu-satunya sebagai
tempat pencatatan nikah (PPN) dalam tingkat Kecamatan pun kurang
menunjukkan eksistensinya,banyak umat Islam yang seharusnya dalam
pernikahannya melakukan pencatatan nikah di KUA yang bersangkutan
akan tetapi tidak sedikit dari mereka yang melakukan pencatatan nikah,
lebih-lebih dari masyarakat yang penduduknya masih kental dengan nafas
Islam,katakanlah daerah santri,Mereka beranggapan bahwa pernikahan
sudah sah bila telah memenuhi syarat-syarat dalam fiqh atau syariat

29

Islam.Ngapain harus repot-repot melakukan pencatatan pernikahan


segala, yang pentingkan sudah sah menurut Agama saya.itu anggapan
mereka.Padahal

eksistensi

KUA

bagi

masyarakat

sangat

lah

penting,menurut penulis pencatatan pernikahan sangat lah penting di


dalam pernikahan apalagi di zaman sekarang ini,negara hukum yang
didalamnya memiliki kepastian hukum yang tetap.Dari sini seharusnya
KUA lebih memperlihatkan eksistensinya dan juga fungsi atau manfaat
dari pencatatan nikah itu sendiri kepada masyarakat tidak memandang
remeh akan keberadaan KUA itu sendiri.Dan tentang berkas-berkas NA
yang harus di isi juga terkesan sangat rumit dan membingungkan
juga,tidak seperti yang penulis bayangkan.
Selain dalam tugasnya sebagai pencatat nikah (PPN),KUA secara
kelembagaan kurang mensosialisasikan fungsi sebagai petugas pelaksana
administrasi wakaf sehingga masyarakat kurang memahami wakaf,padahal
sertifikat tanah wakaf merupakan alternatif demi keamanan dan keutuhan
tanah wakaf itu sendiri.Dengan adanya sertifikat tanah inilah akan
menjamin terhadap segala kemungkinan yang terjadi dan demi
kepentingan umat.Banyak kasus yang telah muncul,tanah yang telah di
wakafkan digugat oleh ahli warisnya dan pada akhirnya dimenangkan oleh
ahli waristersebut karena Nadhir yang berkompoten tidak mempunyai
bukti autentik.
Tentang materi wakaf dalam pelaksanaan PPL kemarin yang di
berikan oleh petugas KUA belum begitu memahamkan para peserta,materi

30

yang diberikan sangatlah singkat,mungkin berhubung waktu yang terlalu


singkat dan di karenakan selama penulis melaksanakan PPL di KUA tidak
ada perkara yang masuk tentang wakaf,Sehingga peserta tidak melihat
secara langsung prosesi perwakafan di lapangan,kami hanya menemukan
informasi dari petugas KUA yang menjelaskan masalah ini.Seandainya
kami (peserta PPL) di suruh terjun lagsung kelapangan dan melihat prosesi
perwakafan itu dilaksanakan mungkin kami akan lebih sedikit memahami
tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses perwakafan tersebut.Dan
blanko-blanko yang harus diisi dalam prosedur perwakafan terkesan rumit
juga,terlalu

banyak

macam

blanko-blanko

tersebut jadi terkesan

membingungkan.

b. Pengamatan tentang ADM Pencatat Rujuk


Adapun tugas utama KUA adalah pertama,menagani masalah
prnikahan, talak, cerai, dan rujuk (PTCR), dikeluarkan UU No.7 Tahun
1989 yang sekarang di amandemen UU No.3 tahun 2006 Tentang
Peradilan Agama, hanya menangani masalah nikah dan rujuk saja.Untuk
talak dan cerai menjadi wewenang Pengadilan Agama;kedua,sebagai
Pegawai Pencatat Nikah.
Tentang materi rujuk dalam pelaksanaan Praktek Pengalaman
Lapangan

(PPL), kemarin di KUA Kecamatan Peureulak tidak

memahamkan para peserta,dikarenakan tidak ada perkara yang masuk


(orang yang ingin merujuk) di Kantor Urusan Agama (PPL).Setelah di

31

amandemenkan UU No.3 Tahun 2006 bahwa masalah rujuk ditangani oleh


Pengadilan Agama.

c. Pengamatan tentang ADM Praktek Pelaksanaan Pernikahan


Secara keseluruhan,apa yang penulis lihat tidak sama apa yang penulis
bayangkan.pertama,mengenai prosedur penikahan.Pernikahan yang begitu
sakral,ternyata

rumit

dalam

prosesi

pemenuhan

persyaratan.yang

mana,masing-masing calon mempelai baik putra maupun putri,harus


mengisi formulir yang banyak mulai dari berkas peryataan sampai
pemberitahuan atau pembatalan nikah. Selain itu kepala KUA yang
bertugas langsung untuk mencatat peristiwa pernikahan dan memberikan
buku nikah kepada pihaknya.
Pelaksanaan pernikahan dilangsungkan setelah lewat 10 (sepuluh) hari
terdaftar terhitung sejak tanggal pengumunan,apabila akad nikah akan
dilangsungkan dari10 (sepuluh) hari tersebut karna suatu alasan yang
penting dan dapat di langsungkan jika dari catin tersebut sudah mengikuti
bimbingan khusus yang di adakan di KUA setempat.
Orang yang akan melaksanakan pernikahan terlebih dahulu diadakan
bimbingan khusus,adakalanya orang yang hendak melakukan Akad Nikah
mengalami kendala pada bagian bimbingan,yakni bimbingan mengenai
hal-hal yang bersangkutan dengan pernikahan seperti mengucapkan
duakalimah syahadt,mana kala orang yang sudah pasih pun terkadang
ketidak percaya diri yang membuat pembacaannya salah.

32

Pada saat akan mengahdiri berlangsungnya akad nikah maka


persyaratannya harus lengkap dari kedua mempelai yakni adanya
PPN/Penghulu/Pembantu PPN,Wali nikah wakilnya,calon suami,calon istri
dan 2 orang saksi yang memenuhi syarat agar sahnya Pernikahan yang
akan di laksanakan.

33

Anda mungkin juga menyukai