Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM ILMU TANAH HUTAN

ACARA V
TEKSTUR TANAH

Disusun oleh :
Nama : Yosafat
NIM

: 15/377854/KT/07972

Shift

: Senin, 15:00 17:00 WIB

Co. Ass : Luthfi Hanindityasari

LABORATURIUM TANAH HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

ACARA V
TEKSTUR TANAH
I. TUJUAN

Membandingkan masing-masing metode penentuan kelas tekstur tanah.

Menjelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing metode.

Membandingkan kelas tekstur5contoh tanah.

Menjelaskan faktor-faktor penyebab perbedaan kadar fraksi tanah dan kelas


tekstur tanah.

Menjelaskan pengaruh kelas tekstur tanah terhadap sifat-sifat tanah yang lain.

II. DASAR TEORI


Tekstur tanah diartikan sebagai proporsi pasir, debu dan liat. Partikel ukuran lebih
dari 2 mm, bahan organik dan agen perekat seperti kalsium karbonate harus
dihilangkan sebelum menentukan tekstur Tanah bertekstur sama misal geluh berdebu
mempunyai sifat fisika dan kimia yang hampir sama dengan syarat mineralogi liat.
Tekstur tanah ditentukan di lapangan dengan cara melihat gejala konsistensi dan rasa
perabaan menurut bagan alir dan di laboratorium dengan metode pipet atau metode
hidrometer Tekstur tanah menentukan tata air, tata udara, kemudahan pengolahan dan
struktur tanah (Arsyad, 1989).
Tekstur tanah adalah perbandingan nisbi (relatif) tiga golongan besar fraksi tanah
yaitu fraksi pasir, debu, dan lempung dalam suatu massa tanah. Butir-butir primer
(tunggal) disebut partikel (zarah) tanah. Partikel-partikel tanah yang masih satu
golongan disebut fraksi tanah. Ada tiga golongan fraksi tanah, yaitu:

Fraksi lempung : diameter < 0,002 mm.

Fraksi debu : diameter < 0,002-0,05 mm.

Fraksi pasir : diameter > 0,05-2,00 mm.

Jika diameter lebih dari 2,0-20mm disebut kerakal dan kerikil, tidak termasuk fraksi
tanah. (Bale, 2000).
Tekstur tanah menunjukan komposisi partikel penyusun tanah (separate) yang
dinyatakan dalam perbandingan proposi (%) relative antara fraksi pasir (sand)

(berdiameter 2,00 0,20 mm / 2000 200 mikrometer, debu (slit) (berdiameter 0,20
0,002 mikrometer atau 200 2 mikrometer dan liat (clay) (< 2 mikrometer). Partikel
berukuran diatas 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai tanah
fraksi, tetapi harus diperhitungankan dalam evaluasi tekstur tanah. Fraksi pasir
umumnya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO 2) yang sangat tahan terhadap
pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar dan mika
yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara, sehingga
tanah bertestur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah bertekstur pasir
(Hanafiah, 2007).
Besar partikel tanah relative sangat kecil, diistilahkan dengan tekstur. Tekstur
menunjukan sifat halus atau kasar butiran-butiran tanah lebih khas lagi tekstur
ditentukan oleh perimbangan kandungan antara pasir (sand) liat (clay) dan debu (slit)
yang terdapat dalam tanah. Suatu gumpal tanah tidak pernah tersusun hanya oleh satu
macam tekstur sendiri. Langkah pertama untuk menentukan tektur tanah dengan cara
menganalisis fraksi-fraksi (butiran-butiran tanah tersebut). Liat adalah fraksi yang
berpengaruh terhadap campuran fraksi lain, dengan ini kata sifat liat dipergunakan
dalam nama kelas kebanyakan tanah yang berisikan persentase yang lebih besar dari
pada yang lain. Untuk menentukan tekstur tanah USDA telah membuat suatu diagram
bidang untuk membandingkan persentase fraksi-fraksi liat, debu dan pasir. Diagram
tersebut dinamakan segitiga tekstur tanah. Segitiga tersebut adalah segitiga sama sisi
dengan titik puncak liat. Kemudian titik sudut debu dan pasir. Titik-titik fraksi tersebut
adalah titik-titik kedudukan 100 % fraksi yang bersangkutan ( Suryatna, 1989).
Tektur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah. Terdapat perbedaan
penting lainya antara pasir, dan liat pada beberapa tanah yang dihu bungkan dengan
kemampuan tanah tertentu untuk menyediakan element - element tanaman yang
esensial (kesuburan tanah). Pada umumnya unsur hara yang esensial dan dapat tersedia
sebagai partikel debu, area permukaanya per gram lebih besar, dan tingkat
pelapukannya lebih cepat dari pada pasir yang menyebabkan tanah lebih subur dari
pada tanah berpasir. Hukum stokes menghubungakan kecepatan penurunan sebatas
dari suatu bola yang lunak dan kasar dalam suatu cairan yang kental yang diketahui
densitas dan viskositas terhadap diameternya jika dicoba pada kekuatan lapang yang
ketahui (Foth dan Ellis, 1988)

III ALAT DAN BAHAN


Alat :

Tabel tekstur dansegitiga kelas tekstur USDA

Bahan :

Contoh Tanah Grumusol,Regosol, Mediteran dan Rendzina

Aquades.

IV. CARA KERJA


1. Penetapan agak detail kelas tekstur adengan metode perabaan dan gejala
kosistensi
a. Sebongkah contoh tanah kering diambil, diraba dan dirasakan sambil
diusap-usapkan diantara ibu jari dan jari telunjuk.
b. Langkah a diulangi dengan tanah pada kondisi lembab dan basah
(dapat dengan diberi air secukupnya). Fraksi dan gejala-gejalanya
dicatat.
Macam Fraksi
Pasir

Gejala
Dijari keras, tajam dan kasar

Debu

Pada waktu kering terasa seperti talk/ bedak


Waktu kering menepung.

Lempung

Waktu basah melekat dijari dan liat.

c. Penetapan kelas tekstur agak detail berdasarkan gejala konsistensi dan


rasa perabaan adalah sebagai berikut :
Kelas
tekstur
tanah
Pasir

Penciri
Galir dan berwujud butir tunggal yang segera dapat
dikenali atau dipisahkan. Peripihan massa tanah
dalam keadaan kering menyebabkan pisahan pasir
ini mudah runtuh dan jika direpih dalam keadaan
lembab merangsang terbentuknya paduan lemah

yang bila dikenai sentuhan ringan akan tercerai


berai.
Massa tanah banyak mengandung pisahan pasir
tetapi kandungan lempungnya masih cukup untuk
memberi sensasi kelekatan. Butir tunggal pisahan
Geluh pasiran pasir cepat dikenali dan dipisahkan dengan cepat.
Perepihan dalam keadaan lembab akan merangsang
terbentuknya paduan tanpa menunjukkan keretakkan
jika dikenai tekanan.
Massa tanah mengandung campuran pisahan pasir,
debu dan lempung dengan mutu berbeda, memberi
rasa agak kasar, cukup halus dan agak plastis.
Geluh
Perepihan dalam kondisi kering akan merangsang
terbentuknya paduan cukup mantap dan jika diulik
tidak menyebabkan kehancuran.
Massa tanah mengandung pisahan pasir bermutu
halus dalam jumlah cukup dan sejumlah kecil
pisahan lempung berukuran medium. Jika kering
tampak menggumpal dan gumpalan ini mudah
remuk. Remukan terasa gembur dan lembut seperti
Geluh debuan tepung. Jika basah akan segera melumpur dan
mengalir. Jika kering atau lembab dapat membentuk
paduan yang dapat diuli leluasa tanpa menyebabkan
remuk, tetapi peremasan dalam keadaan basah
memungkinkan pembentukan pita-pita tanah tidak
terputus.
Massa tanah kering akan keras jika hancur akan
membentuk bongkahan atau gumpalan. Pengulian
Geluh
dalam keadaan lembab menghasilkan pita tanah
lempungan
mudah hancur dan dalam keadaan basah akan plastis
membentuk paduan mantap yang jika ditekan
cenderung membentuk padat.
Massa tanah kering membentuk bongkah atau
gumpalan sangat keras. Pengulian dalam keadaan
Lempung
lembab akan membentuk pita tanah lentur dan
panjang dan jika basah agak plastis dan lengket.
2. Penetapan detail kelas tekstur dengan metode gejala konsistensi dan rasa
peraban.
a. Segenggam tanah diambil dan dikerjakan menurut bagan alir.
b. Setelah menyelidik masing-masing kelas tekstur, perincian tanah
selanjutnya yang memerlukan kadar lempung kelas tekstur bersangkutan
menurut diagram segitiga tekstur USDA ( dengan cara ini tekstur
terpilahkan menurut kedua belas tekstur USDA ).

Tekstur
Lempung
Lempung lumrah
Lempung berat

Kadar lempung
70 % ( dapat dipisahkan )
50 % dan
80 %

Lempung pasiran, lempung debuan

45 %

Geluh lempungan, geluh lempungan

35 %

debuan

25 %

Geluh lempungan pasiran

20 %

Geluh

15 %

Geluh debuan

10 %

Geluh pasiran

5%

Pasir geluhan, pasir, debu

V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

VI. PEMBAHASAN

VII. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1979. Konservasi Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Bale, A. 2001. Ilmu Tanah Hutan Program Diploma III. Fakultas Kehutanan UGM.
Yogyakrta.
Foth, H.D. & B.G. Ellis. 1988. Soil Fertility. John Wiley & Sons. New York.
Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Grafindo Persada. Jakarta.
Suryatna, R. 1985. Ilmu Tanah. Penertbit Angkasa. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai