Anda di halaman 1dari 29

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Informasi hutan baik dalam kawasan maupun diluar kawasan harus dikelola

dengan baik, akurat dan tepat baik luasan maupun informasi mengenai

tutupannya karena kawasan hutan merupakan parsial yang terdiri dari

berbagai fungsi hutan yang berperanan sangat besar terhadap kelangsungan

makhluk hidup disekitarnya. Secara makro mampu memberikan iklim dan

sumber air serta udara yang dapat dinikmati oleh makluk hidup sekitarnya

dan secara mikro merupakan ekosistem yang memiliki rantai siklus

kehidupan. . Sudah menjadi tanggung jawab kita untuk dapat melestarikan

hutan yang merupakan sumber kehidupan.

Mengingat pentingnya kelestarian namun disisi lain perlu pula memanfaatkan

hasil untuk kelangsungan hidup manusia, maka perlu data dan informasi

yang akurat mengenai kondisi yang ada tentang wilayah wilayah mana yang

harus mendapatkan penanganan serius dan pengelolaan yang baik.

Untuk mendapatkan informasi yang akurat guna perencanaan dan

pengelolaan kawasan sangat dibutuhkan aparatur yang memiliki kemampuan

dibidang pengelolaan sisitim informasi geografis sehingga data dan informasi

dapat diperoleh dengan cepat dan akurat serta diakui oleh semua pihak.

Peningkatan kemampuan teknis Sumberdaya manusia dalam hal sisitim

Rudiyono, S.Sos, M.Si 1


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
informasi geografis dapat dilakukan dengan penyelenggaraan diklat dan

pelatihan pelatihan yang sejenis.

Sisitim Informasi Geografis merupakan kegiatan yang mengelola informasi

parsial tentang kawasan yang dikelola sehingga sangat perlu pemahaman

dasar mengenai kartografi atau pemetaan.

B. Deskripsi Singkat

Mata diklat ini menjelaskan Dasar dasar kartografi, yang menjelaskan teknik

pemetaan, proyeksi peta, legenda dan tata letak serta macam-macam peta

tematik di bidang Kehutanan khususnya INTAG, sistem proyeksi peta dan

kelemahan serta kelebihan masing-masing sistem proyeksi

C. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan disampaikannya mata ajaran ini adalah agar setelah
mengikuti mata diklat ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan; teknik
pemetaan, proyeksi peta, legenda dan tata letak serta macam-macam peta
tematik di bidang Kehutanan khususnya INTAG, sistem proyeksi peta dan
kelemahan serta kelebihan masing-masing sistem proyeksi

D. Manfaat Bahan Ajar

Bahan ajar ini dibuat sebagai acuan dalam proses belajar mengajar, sehingga

diharapkan dapat membantu baik widyaiswara yang akan menyampaikan

materi ini maupun bagi peserta yang secara langsung akan melaksanakan

melaksanakan tugas di lapangan.

Rudiyono, S.Sos, M.Si 2


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
E. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan mampu memahami,

menjelaskan dan mengaplikasikan dasar dasar kartografi dengan baik dan

benar yang akan ditemui lapangan.

F. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan dapat menjelaskan;

 Definisi, maksud dan tujuan Kartografi dan peta.

 Proyeksi peta, grid, gratikul serta koordinat geografis dan UTM.

 Teknik pemetaan.

 Jenis data, simbol, legenda dan tata letak peta dan generalisasi peta.

 Peta tematik dan karakteristiknya.

 Macam-macam sistem proyeksi peta & Kegunaannya.

 Sistem proyeksi yang digunakan di Indonesia.

Rudiyono, S.Sos, M.Si 3


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
BAB II
MENGENAL KARTOGRAFI

Kartografi merupakan bagian dari ilmu geografi yang berhubungan dengan

pemetaan.Hal ini berkaitan erat dengan sistem komunikasi antara si pembuat

peta dan si penggunapeta. Untuk menyampaikan berbagai informasi, baik

berupa informasi grafis maupun informasi atribut, diperlukan media yang

tepat untuk menyampaikannya, yaitu dengan menggunakan peta sebagai

media komunikasi dalam bentuk hardcopy maupun dalam bentuk softcopy.

Peta-peta ini nantinya dapat digunakan sebagai data dan dokumen baik

secara aktual maupun secara periodik untuk memberikan informasi geografis

suatu wilayah. Dalam kartografi, baik sebgai salah satu bagian dari ilmu

geografi dan dokumen ilmiah, kartografi juga merupakan teknik dan

pengetahuan untuk menunjukkan suatu fenomena geografis pada suatu

daerah yang dipilih dan digeneralisasi.

Penggambaran keadaan muka bumi ke dalam bidang datar yang kemudian

disebut peta, merupakan salah satu kebutuhan awal bagi para pengelola dan

perencana sumber daya

Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang berisi fenomena alam dan

fenomena buatan memuat informasi yang diperlukan dalam pengelolaan

sumberdaya di berbagai bidang pembangunan termasuk bidang perencanaan

Rudiyono, S.Sos, M.Si 4


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
tata ruang, kehutanan, perkebunan, pertanian, kelautan, pertambangan dan

lain sebagainya. Secara umum peta diartikan sebagai gambaran konvensional

dari pola bumi yang digambarkan seolah olah dilihat dari atas ada bidang

datar melalui satu bidang proyeksi degan dilengkapi tulisan tulisan untuk

identifiksinya.

Peta mengandung arti komunikasi. Artinya merupakan suatu signal atau

Channel antara sipengirim pesan ( pembuat peta) dengan si penerima pesan

(pemakai peta). Dengan demikian peta digunakan untuk mengirim pesan

berupa informasi tetang realita dari fenomena geografi.

Peta pada dasarnya adalah sebuah data yang didesain untuk mampu

menghasilkan sebuah informasi geografis melalui proses pengorganisasian

dari kolaborasi data lainnya yang berkaitan dengan bumi untuk menganalisis,

memperkirakan dan menghasilkan gambaran kartografi.

Informasi ruang mengenai bumi sangat kompleks, tetapi pada umunmya data

geografi mengandung 4 aspek penting, yaitu (Zhou, 1998):

Lokasi-lokasi yang berkenaan dengan ruang, merupakan objek-objek ruang

yang khas pada sistem koordinat (projeksi sebuah peta)

Atribut (ciri bahan), informasi yang menerangkan mengenai objek-objek

ruang yang diperlukan.

Rudiyono, S.Sos, M.Si 5


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
Hubungan ruang, hubungan lojik atau kuantitatif diantara objek-objek ruang

Waktu, merupakan waktu untuk perolehan data, data atribut dan ruang.

Pemetaan adalah suatu proses menyajikan informasi muka Bumi yang berupa

fakta, dunia nyata, baik bentuk permukaan buminya maupun sumberdaya

alamnya, berdasarkan skala peta, sistem proyeksi peta, serta simbol-simbol

dari unsur muka Bumi yang disajikan.

Penyajian unsur-unsur permukaan bumi di atas peta dibatasi oleh garis tepi

kertas serta grid atau gratikul. Diluar batas tepi daerah peta, pada umumnya

dicantumkan berbagai keterangan yang disebut tepi. Keterangan tepi ini

dicantumkan agar peta dapat dipergunakan sebaik-baiknya oleh pemakai

peta. Penyusunan dan penempatan keterangan tepi bukan merupakan hal

yang mudah, karena semua informasi yang terletak disekitar peta harus

memperlihatkan keseimbangan.

A. Generalisasi
Generalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu pemilihan dan penyederhanaan
unsur-unsur / informasi yang akan disajikan pada peta.
Unsur-unsur dan informasi yang ada di permukaan bumi sangat banyak dan
tidak mungkin digambarkan seluruhnya pada selembar peta yang ukuran
luasnya terbatas. Hal ini disamping sangat sulit menggambarkannya juga

Rudiyono, S.Sos, M.Si 6


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
tampak ruwet hasilnya, membingungkan pengguna peta, disamping tidak
semua unsur / informasi diperlukan oleh pengguna peta. Sehubungan
dengan itu diperlukan adanya generalisasi terhadap unsur dan informasi yang
akan disajikan dalam peta, sehingga penyajiannya mempunyai relefansi
dengan tema. Hal ini tidak mudah, karena tidak semua orang mempunyai
persepsi yang sama dalam menampilkan suatu informasi.
Aspek-aspek generalisasi meliputi :
 Aspek Pemilihan
Apa yang dipilih untuk disajikan dalam peta sangan tergantung
pada maksud / tujuan pembuatan peta. Satu hal yang mutlak
harus diperhatikan adalah bahwa isi peta harus sesuai tujuannya.
 Aspek penyederhanaan
Unsur yang disajikan dalam peta harus jelas, terang dan terbaca.
Unsur yang terlalu kecil dan sulit untuk digambarkan secara detail
perlu disederhanakan, dalam bentuk penggabungan (misalnya
ladang dan semak ilalang) atau penyederhanaan (misalnya batas
pemukiman dan jalan)
 Aspek penghilangan / penghapusan
Agar peta mudah dibaca dimungkinkan adanya unsur yang
dihilangkan dan tidak disajikan dalam peta. Misalnya pada peta
iklim, garis kontur tidak perlu disajikan karena tidak ada
relevansinya dengan iklim.

Rudiyono, S.Sos, M.Si 7


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
B. Macam Peta Tematik
Peta tematik adalah peta yang isinya merupakan tema dari suatu jenis
tertentu, sehingga peta tersebut tidak mencantumkan/ menggambarkan
keterangan lain selain gambaran tema peta tersebut. Dalam suatu wilayah
yang digambarkan dalam bentuk peta dapat terdiri dari beberapa
gabungan peta tematik. Adapun macam macam peta tematik dapat
disebutkan antara lain:
- Peta Geologi
- Peta Hidrologi
- Peta Vegetasi
- Peta Kontur
- Dll

Gambar 1. Peta dengan tema berbeda

Rudiyono, S.Sos, M.Si 8


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
Dalam peta geologi, dalam suatu wilayah hanya digambarkan keadaan
geologinya saja tanpa mencantumkan keterangan lainnya, sehingga
apabila hendak membuat peta yang lengkap harus mengambil dari
berbagai peta tematik. Begitu pula jenis peta tematik yang lainnya,
sehingga apabila dioperlevkan akan menjadi peta yang lebih lengkap dan
sempurna.

C. Skala Peta peta tematik.


Skala peta sangat erat kaitannya dengan detail informasi yang disajikan.
Makin besar sekala peta makin tinggi tingkat ketelitianya yang tergantung
pula dengan metodelogi dan instrument yang dipakai. Pemakaian skala
disesuaikan dengan skala yang sudah baku.
Untuk keseragaman skala peta kehutanan disesuaikan dengan jenis dan
tujuan penyajian peta, adapun ketentuan skala peta yang baku dapat
dilihat pada daftar dibawah ini:

Skala Peta Jenis dan Tujuan Peta


1: 250.000 Untuk Perencanaan Lingkup
Propinsi/Nasional
1: 100.000/1:50.000 -Untuk Peta Kerja
-Untuk Peta satuan Pengelolaan
Untuk peta kelompok kawasan hutan wilayah
1: 10.000
Jawa dan Bali.
Untuk Peta Kelompok kawasan hutan
1: 25.000
didaerah /wilayah lain.

Rudiyono, S.Sos, M.Si 9


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
D.Ukuran dan Format
Ukuran lembar peta adalah panjang dan lebar sisi sisi peta yang diukur
dari tepi peta saling tegak lurus. Format peta adalah tata letak muka peta
berdasarkan pembagian geografis yang sudah dibakukan untuk Indonesia
yaitu menurut proyeksi TM dengan sistim grid UTM.
Untuk peta peta kelompok yang berdiri sendiri, ukuran format peta
maksimal 60 Cm X 80 Cm ( Arah atas/depan 60 Cm dan arah samping 80
Cm) apabila peta terdiri dari beberapa lembar, ukuran tiap lembarnya
harus sama. Peta peta yang dibuat secara berurutan/ seri , disusun
menurut format yang telah dibakukan yaitu 60 CmX80 Cm.

E. Informasi Tepi
Marginal Information(informasi tepi) adalah keterangan yang perlu
dicantumkan pada tiap lembar peta supaya pembaca peta dapat dengan
mudah memahami isi peta dan arti dari informasi yang disajikan. Dalam
mencantumkan dan meletakan (tata letak) keterangan yang diperlukan,
hendaknya memperhatikan luas ruang peta (space, bentuk daerah peta
dan segi artistic) dalam penampilan. Informasi tepi yang diperlukan
terutama ; judul peta, skala, legenda, arah utara, koordinat geografis,
diagram lokasi, sumber peta dan identitas pembuat peta.

(1) Judul Peta


Judul Peta herus dibuat secara singkat dn jelas sert sesuai dengan
thema yang disajikan. Antara isi peta dan judulnya harus ada
hubungannya yang jelas, terutama unsur unsur yang disajikan.
Pembuatan kerangka peta yang disalin dari peta dasar diadakan

Rudiyono, S.Sos, M.Si 10


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
penyederhanaan dari unsure unsure yang tidak diperlukan sesuai
dengan tujuan peta.
(2) Skala Peta
Pada tiap lembar peta harus tercantum sekala numeris dan sekala
grafis, skala numeris ditulis dalam bentuk angka sedangkan skla
grafis dibuat dalam bentuk garis.
(3) Legenda Peta
Legenda atau symbol yang tercantum dari unsur unsur dalam peta
harus diberi keterangan yang singkat dan jelas dengan susunan kata
dan kalimat yang benar dan sesuai. Masalah legenda ini perlu
diperhatikan oleh pembuat peta agar tidak terjadi salah penafsiran
dari informasi yang disajikan.
(4) Arah Utara
Umumnya arah utara (True North) telah ditunjukan dalam gambar
peta dengan arah atas/depan. Apabila karena isi bentuk peta,
Efesiensi pemakaian bahan dan segi artistic maka dapat pula tidak
searah ke atas/ depan peta, arah utara ditunjukan dalam bentuk
gambar anak panah.
(5) Harga Koordinat Geografis.
Ditepi muka peta harus dicantumkan harga garis lintang (latitude)
dan garis bujur (longitude) dengan interval yang sama dan sesuai
dengan peta dasar yang dipakai.
(6) Koordinat lokal.
Koordinat local adalah koordinat yang dibuat untuk menentukan
posisi titik titik pada pengukuran yang berlaku pada lokasi yang
diukur. Koordinat ini nilainnya disesuaikan dengan sekala yang

Rudiyono, S.Sos, M.Si 11


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
digunakan. Pada koordinat local selalu terdapat perpotongan sumbu
X dan Y yang nilainnya nol, untuk satu lokasi pengukuran.
Dalam penggambaran peta yang lengkap selalu dicantumkan
koordinat local pada sisi dalam peta dan sisi bawah.
(7) Diagram Lokasi
Perlu dicantumkan suatu diagram yangmenujukan letak atau lokasi
dari daerah yang dipetakan dalam hubungannya dengan wilayah
yang lebih luas, seperti; Propinsi, pulau atau Negara. Diagram lokasi
dibuat dengan sekala yang sesuai dengan memperhatikan ruang
pada peta.

(8) Sumber Data


Untuk mengetahui validitas suatu peta sumber data yang
dicantumkan harus mencantumkan:
-Peta dasar yang dipakai, termasuk sekala dan tahun penerbitannya.
- Asal data yang digunaka sebagai pengisi peta. Apabila data terdiri
dari berbagai sumber dan tahun yang berbeda, perlu pula dibuat
diagram khusus yang menunjukan lokasi dengan sumber data dan
likasi yang berlainnan.
(9) Pembuat Peta
Untuk mengetahui kapan dan siapa yang menerbitkan peta tersebut
perlu dilengkapi dengan mencantumkan kapan dan identitas yang
telah membuat peta tersebut. Yang dimaksud pembuat peta disini
adalah Badan atau Instansi yang bertanggung jawab mengeluarkan
dan berkepentingan dengan isi peta.

Rudiyono, S.Sos, M.Si 12


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
BAB III

SISTIM KOORDINAT

Koordinat adalah pernyataan besaran geometrik yang menentukan posisi

satu titik dengan mengukur besar vektor terhadap satu Posisi Acuan yang

telah didefinisikan.

Pengenalan tentang sistem koordinat sangat penting agar dapat

menggunakan GPS secara optimum.Setidaknya ada dua klasifikasi tentang

sistem koordinat yang dipakai oleh GPS maupun dalam pemetaan yaitu :

1. Sistem koordinat global yang biasa disebut sebagai koordinat Geografi

2. Sistem koordinat didalam bidang Proyeksi.

Beberapa Sistem Proyeksi yang lazim digunakan di Indonesia adalah :

Proyeksi Marcator, Tranverse Mercator, Universal Tranverse Mercator

(UTM) serta Kerucut Konformal. Masing-masing sistem tersebut memiliki

kelebihan dan kekurangan, dan pemilihan proyeksi umumnya didasarkan

pada tujuan peta yang akan dibuat. Peta-peta produksi Dinas Hydro

Oseanografi (dishidros) umumnya menggunakan proyeksi Tranverse

Mercator dengan sistem koordinat Geografi atau UTM. Sedangkan peta-

peta produksi Bakosurtanal umumnya menggunakan proyeksi UTM.

Rudiyono, S.Sos, M.Si 13


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
Sistem koordinat dalam bidang proyeksi tidak dapat dipisahkan dari

datum yang digunakan. Ada dua macam datum yang umum digunakan

dalam perpetaan yaitu datum horizontal dan datum vertikal. Datum

horizontal digunakan untuk menentukan koordinat peta (X.Y), sedangkan

datum vertikal untuk penentuan elevasi (peta topografi) ataupun

kedalaman (peta bathimetri). Perhitungan dilakukan dengan transformasi

tertentu, dengan demikian transformasi antar datum, antar sistem

proyeksi, dan antar sistem koordinat dapat dilakukan. Untuk datum

horizontal, peta-peta Bakosurtanal umumnya menggunakan datum

Padang (ID-47), sedangkan peta-peta Dishidros menggunakan datum

Batavia.

Jika membicarakan proyeksi kita sering membicarakan Sistem Koordinat.

Sistem koordinat merupakan suatu parameter yang menunjukkan

bagaimana suatu objek diletakkan dalam koordinat. Ada tiga system

koordinat yang digunakan pada pemetaan yakni :

Rudiyono, S.Sos, M.Si 14


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
1.Sistem Koordinat 1 Dimensi : satu sumbu koordinat

Gambar 2. Dimensi 1 Sumbu koordinat

2.Sistem Koordinat 2 Dimensi.

Gambar 3 Dimensi 2 sumbu koordinat

Rudiyono, S.Sos, M.Si 15


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
3.Sistem Koordinat 3 Dimensi.

Gambar 4 dimensi 3 sumbu koordinat

Sistem UTM dengan system koordinat WGS 84 sering digunakan pada

pemetaan wilayah Indonesia. UTM menggunakan silinder yang

membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus

sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi) sehingga garis singgung

ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan garis bujur

pada ellipsoid. Pada system proyeksi UTM didefinisika posisi horizontal

Rudiyono, S.Sos, M.Si 16


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
dua dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan

conform yang memotong bumi pada dua meridian standart.

Seluruh permukaan bumi dibagi atas 60 bagian yang disebut dengan UTM

zone. Setiap zone dibatasi oleh dua meridian sebesar 6° dan memiliki

meridian tengah sendiri. Sebagai contoh, zone 1 dimulai dari 180° BB

hingga 174° BB, zone 2 di mulai dari 174° BB hingga 168° BB, terus

kearah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174° BT sampai 180° BT.

Batas lintang dalam system koordinat ini adalah 80° LS hingga 84° LU.

Setiap bagian derajat memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari

80° LS kearah utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan dimulai

dari C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O tidak digunakan).

Jadi bagian derajat 80° LS hingga 72° LS diberi notasi C, 72° LS hingga

64° LS diberi notasi D, 64° LS hingga 56° LS diberi notasi E, dan

seterusnya.

Rudiyono, S.Sos, M.Si 17


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
Gambar 5. Zona UTM Dunia

Setiap zone UTM memiliki system koordinat sendiri dengan titik nol pada

perpotongan antara meridian sentralnya dengan ekuator. Untuk menghindari

koordinat negative, meridian tengah diberi nilai awal absis (x) 500.000 meter.

Untuk zone yang terletak dibagian selatan ekuator (LS), juga untuk

menghindari koordinat negative ekuator diberi nilai awal ordinat (y)

10.000.000 meter. Sedangkan untuk zone yang terletak dibagian utara

ekuator, ekuator tetap memiliki nilai ordinat 0 meter.

Rudiyono, S.Sos, M.Si 18


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
Gambar 6. perhitungan Transfer Grid

Untuk wilayah Indonesia terbagi atas sembilan zone UTM, dimulai dari

meridian 90° BT sampai dengan 144° BT dengan batas pararel (lintang) 11°

LS hingga 6° LU. Dengan demikian wilayah Indonesia dimulai dari zone 46

(meridian sentral 93° BT) hingga zone 54 (meridian sentral 141° BT).

Rudiyono, S.Sos, M.Si 19


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
Gambar 7. Zona UTM Indonesia

Rudiyono, S.Sos, M.Si 20


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
Gambar 8. zona utm Kalimantan Timur

Rudiyono, S.Sos, M.Si 21


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
BAB IV

PROYEKSI PETA

Dalam pembuatan peta apabila kita ingin menggambarkan perubahan

benda yang berukuran tiga dimensi ke benda yang berukuran dua

dimensi, benda itu harus diproyeksikan ke bidang datar. Teknik proyeksi

ini juga berlaku untuk memindahkan letak titik-titik pada permukaan bumi

ke bidang datar yang dinamakan Proyeksi Peta.

Secara khusus pengertian dari proyeksi peta adalah cara memindahkan

sistem paralel (garis lintang) dan meridian (garis bujur) berbentuk bola

(Globe) ke bidang datar (peta). Hasil pemindahan dari globe ke bidang

datar ini akan menjadi peta.Pemindahan dari globe ke bidang datar harus

diusahakan akurat. Agar kesalahan diperkecil sampai tidak ada kesalahan

maka proses pemindahan harus memperhatikan syarat-syarat di bawah

ini:

1. Bentuk-bentuk di permukaan bumi tidak mengalami perubahan (harus

tetap), persis seperti pada gambar peta di globe bumi.

2. Luas permukaan yang diubah harus tetap.

Rudiyono, S.Sos, M.Si 22


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
3. Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan bumi yang

diubah harus tetap.

Proyeksi diartikan sebagai metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk

ubahan dari dimensi tertentu menjadi bentuk dimensi yang sistematik.

Analoginya adalah sama dengan saat kita akan menghitung luas kulit

jeruk. Untuk menghitungnya kita harus mengupasnya dan meletakkannya

pada bidang datar. Karena awalnya kulit jeruk tersebut 3 Dimensi dengan

dikupas dan di letakkan mendatar maka dipaksakan menjadi 2 Dimensi

maka sebagai akibatnya terjadi perubahan dari bentuk awal yang

dikarenakan adanya sobekan, mengembang atau berkerut.

Gambar 9. Metoda Proyeksi Peta

Rudiyono, S.Sos, M.Si 23


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
1 Pembagian Proyeksi Peta

1.1 Pertimbangan Ekstrinsik

Bidang proyeksi yang digunakan:

Proyeksi azimutal / zenital: Bidang proyeksi bidang datar.


Proyeksi kerucut: Bidang proyeksi bidang selimut kerucut.

Proyeksi silinder: Bidang proyeksi bidang selimut silinder.

Persinggungan bidang proyeksi dengan bola bumi:

Proyeksi Tangen: Bidang proyeksi bersinggungan dengan bola

bumi.

Proyeksi Secant: Bidang Proyeksi berpotongan dengan bola

bumi.

Proyeksi "Polysuperficial": Banyak bidang proyeksi

Posisi sumbu simetri bidang proyeksi terhadap sumbu bumi:

Proyeksi Normal: Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit

dengan sumbu bola bumi.

Rudiyono, S.Sos, M.Si 24


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
Proyeksi Miring: Sumbu simetri bidang proyeksi miring terhadap

sumbu bola bumi.

Proyeksi Traversal: Sumbu simetri bidang proyeksi ^ terhadap

sumbu bola bumi.

B.1.2 Pertimbangan Intrinsik

Sifat asli yang dipertahankan:

Proyeksi Ekuivalen: Luas daerah dipertahankan: luas pada peta

setelah disesuikan dengan skala peta = luas di asli pada muka

bumi.

Proyeksi Konform: Bentuk daerah dipertahankan, sehingga

sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan sudut-sudut

di muka bumi.

Proyeksi Ekuidistan: Jarak antar titik di peta setelah disesuaikan

dengan skala peta sama dengan jarak asli di muka bumi.

Cara penurunan peta:

Proyeksi Geometris: Proyeksi perspektif atau proyeksi sentral.

Proyeksi Matematis: Semuanya diperoleh dengan hitungan

matematis.

Rudiyono, S.Sos, M.Si 25


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
Proyeksi Semi Geometris: Sebagian peta diperoleh dengan cara

proyeksi dan sebagian lainnya diperoleh dengan cara

matematis.

Pertimbangan dalam pemilihan proyeksi peta untuk pembuatan

peta skala besar adalah:

Distorsi pada peta berada pada batas-batas kesalahan grafis

Sebanyak mungkin lembar peta yang bisa digabungkan

Perhitungan plotting setiap lembar sesederhana mungkin

Plotting manual bisa dibuat dengan cara semudah-mudahnya

Menggunakan titik-titik kontrol sehingga posisinya segera bisa

diplot.

B.2 Peristilahan Proyeksi Peta

Beberapa ketentuan yang berhubungan dengan pemodelan bumi sebagai

spheroid adalah:

Meridian dan meridian utam

Paralel dan paralel NOL atau ekuator

Bujur (longitude - j ), Bujur Barat (0° - 180° BB) dan Bujur Timur (0°

- 180° BT)

Rudiyono, S.Sos, M.Si 26


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
Lintang ( latitude - l ), Lintang Utara (0° -90° LU) dan Lintang

Selatan (0° –90° LS)

Gambar grid dalam pemetaan

Bidang Datum dan Bidang Proyeksi

 Bidang datum adalah bidang yang akan digunakan untuk

memproyeksikan titik-titik yang diketahui koordinatnya (j ,l ).

 Bidang proyeksi adalah bidang yang akan digunakan untuk

memproyeksikan titik-titik yang diketahui koordinatnya ( X,Y).

Rudiyono, S.Sos, M.Si 27


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
Ellipsoid

Sumbu panjang (a) dan sumbu pendek (b)

Kegepengan ( flattening ) - f = (a - b)/b

Garis geodesic adalah kurva terpendek yang menghubungkan dua titik

pada permukaan elipsoid

Garis Orthodrome adalah proyeksi garis geodesic pada bidang proyeksi

Garis Loxodrome ( Rhumbline) adalah garis (kurva) yang menghubungkan

titik-titik denganazimuth a yang tetap

Rudiyono, S.Sos, M.Si 28


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011
Pustaka

Aryono Prihandito, (1988), Proyeksi Peta, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sosrodarsono, S. dan Takasaki, M. (Editor), (1983), Pengukuran Topografi

dan Teknik Pemetaan, PT Pradnya Paramita, Jakarta, Bab 6.

Rudiyono, S.Sos, M.Si 29


Dasar dasar kartografi, disampaikan pada dikklat GIS bagi Operator
Balai Diklat Kehutanan Samarinda 2011

Anda mungkin juga menyukai

  • COVER2
    COVER2
    Dokumen2 halaman
    COVER2
    yosafat96
    Belum ada peringkat
  • 12 Fix
    12 Fix
    Dokumen82 halaman
    12 Fix
    yosafat96
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    yosafat96
    Belum ada peringkat
  • Kartografi Dasarr
    Kartografi Dasarr
    Dokumen29 halaman
    Kartografi Dasarr
    yosafat96
    Belum ada peringkat
  • Karena Iklimnya Yang Gersang
    Karena Iklimnya Yang Gersang
    Dokumen1 halaman
    Karena Iklimnya Yang Gersang
    yosafat96
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    yosafat96
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    yosafat96
    Belum ada peringkat
  • (Koreksi) Yosafat A3
    (Koreksi) Yosafat A3
    Dokumen43 halaman
    (Koreksi) Yosafat A3
    yosafat96
    Belum ada peringkat
  • Acara V
    Acara V
    Dokumen8 halaman
    Acara V
    yosafat96
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktek Perhutani
    Laporan Praktek Perhutani
    Dokumen98 halaman
    Laporan Praktek Perhutani
    yosafat96
    Belum ada peringkat
  • Acara V
    Acara V
    Dokumen8 halaman
    Acara V
    yosafat96
    Belum ada peringkat