PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan
kesehatan
mempunyai
visi
Indonesia
sehat
diantaranya
dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan oleh puskesmas dan rumah sakit. Selama
ini pemerintah telah membangun puskesmas dan jaringannya di seluruh Indonesia ratarata setiap kecamatan mempunyai 2 puskesmas, setiap 3 desa mempunyai 1
puskesmas pembantu. Puskesmas telah melaksanakan kegiatan dengan hasil yang
nyata, status kesehatan masyarakat makin meningkat, ditandai dengan makin
menurunnya angka kematian bayi, ibu, makin meningkatnya status gizi masyarakat dan
umur harapan hidup (Kepmenkes, 2004).
Puskesmas pada waktu itu di bedakan menjadi 4 macam yaitu :
1.
2.
3.
4.
2.
3.
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
BAB 2
2.1 PUSKESMAS
2.1.1 Definisi
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),
puskesmas
berperan
menyelenggarakan
sebagian
dari
tugas
teknis
di
wilayah
kabupaten/kota
adalah
Dinas
Kesehatan
2.1.2 Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan
Sehat adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam
lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin
dicapai mencakup 4 indikator utama yakni :
1) Lingkungan sehat
2) Perilaku sehat
3) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4) Derajat kesehatan penduduk kecamatan
2.1.3 Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan,
yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk
hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4
dengan
standar
dan
memuaskan
masyarakat,
mengupayakan
dan
menyembuhkan
penyakit,
serta
memulihkan
kesehatan
dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,
berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan
dengan
memperhatikan
kondisi
dan
situasi,
khususnya
sosial
budaya
masyarakat setempat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi :
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan
untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public
goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya.
2.1.6 Upaya
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni
terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,
yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama.
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni :
A.
KRITERIA
PRATAMA
MADYA
PURNAMA
MANDIRI
Forum
Ada, tetapi
Berjalan, tetapi
Berjalan
Berjalan
Masyarakat
belum jalan
belum rutin
tri-wulan,
Bulan
Desa/Kelurahan
KPM / Kader
setiap tri-wulan
Sudah ada 3-5
Sudah
Kesehatan/
2 orang
orang
orang
Kader Tehnis
Kemudahan
Ya
Ya
Ya
Ya
Posyandu ya,
Posyandu &
Posyandu &
Posyandu &
UKBM
2 UKBM lainnya
3 UKBM lainnya
4 UKBM lainnya
aktif
aktif
aktif
setiap
setiap
ada
Akses
Pelayanan
Kesehatan
Posyandu
UKBM
Aktif
&
lainnya
lainnya
tidak aktif
Dukungan dana
untuk
pemerintah
pemerintah
pemerintah desa
pemerintah
dan
desa
kegiatan
kesehatan
desa
di
desa
dan
kelurahan
dan
desa
dan
kelurahan
kelurahan serta
kelurahan serta
serta
belum
satu
sumber
ada
sumber lainnya
sumber
lainnya
baik
masyarakat
ataupun
dua
lainnya
dan
kelurahan serta
dua
sumber
yaitu masyarakat
lainnya
masyarakat dan
dunia
yaitu
dunia usaha
Peran
usaha
Ada peran aktif
Masyarakat dan
masyarakat
masyarakat
masyarakat yang
masyarakat
Organisasi
namun
yang
didukung
yang
Kemasyarakata
n
Peraturan
ormas
Belum ada
Kepala
atau
tidak
Desa
didukung
peran
didukung
ormas
Ada, belum
Ada, sudah
direalisasikan
direalisasikan
direalisasikan
peraturan
Bupati/walikota
Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
PHBS
PHBS
PHBS
PHBS
PHBS
Rumah
Tangga
Kurang
20%
tangga
tangga
ada
yang
minimal
rumah
yang
ada
40%
minimal
rumah
70%
tangga
minimal
rumah
yang
ada
Jumlah Posyandu
b.
Posyandu Pratama
c.
Posyandu Madya
d.
Posyandu Purnama
e.
Posyandu Mandiri
INDIKATOR
PRATAMA (I)
MADYA (II)
PURNAMA (III)
MANDIRI (IV)
Jumlah Kader
<5
5 atau lebih
5 atau lebih
5 atau lebih
Frek. Timbang
< 8 kali/th
8 X atau lebih/th
8Xatau lebih/th
8 X atau lebih/th
Cakupan KIA
< 50%
< 50%
>50%
> 50%
Cakupan KB
< 50%
< 50%
>50%
> 50%
Cak. Imunisasi
< 50%
< 50%
> 50%
> 50%
Rerata D/S
< 50%
< 50%
> 50%
> 50%
Prog.Tambahan
< 50%
< 50%
< 50%
> 50%
wajib
dan upaya
Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat
tercapainya visi puskesmas
UPAYA KESEHATAN INOVATIF
1. Ruang Bersalin
2. Poli Spesialis Anak
3. Poli Spesialis Kandungan
4. Poli Paru
5. Poli Anak
6. Mother Class
7. Klinik Gizi
8. Klinik DDTK
9. See and Treat
Azas penyelenggaraan
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan
harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu.
Azas penyelenggaraan puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi
puskesmas.
Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap
fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
15
upaya
pembangunan
terhadap
kesehatan
16
d. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali
murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
f. Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat
(TPKJM)
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga (TOGA),
Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra)
j. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana sehat, Tabungan Ibu
Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan
3. Azas keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal,
penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika
mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan, yakni :
a. Keterpaduan lintas program
Upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain :
1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi,
promosi kesehatan, pengobatan
2. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan
promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja
dan kesehatan jiwa
3. Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi
kesehatan, kesehatan gigi
4. Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa, promosi
kesehatan
b. Keterpaduan lintas sektor
upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan
inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk
17
organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara
lain:
1. Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama
2. Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian
3. Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB
4. Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB
5. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha,
organisasi kemasyarakatan
6. Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.
7. Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki
oleh puskesmas terbatas.
8. Padahal puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai
permasalahan kesehatannya. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan
berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi,
maka penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan
inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.
9. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana
pelayanan kesehatan yang sama.
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas ada dua
macam rujukan yang dikenal, yakni :
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila
suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka
puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih
mampu (baik horisontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap yang
hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke puskesmas. Rujukan upaya
kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam:
18
19
orang
(who),
tempat
(where),
dan
waktu
(when).
Karakteristik orang dapat dibedakan lagi menjadi faktor usia, jenis kelamin, golongan
etnik, status perkawinan, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan agama. Tujuan dari
epidemiologi deskriptif ialah untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah
kesehatan sehingga dapat diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak
terserang. Faktor usia merupakan variable yang harus diperhitungkan dalam studi
epidemiologi. Faktor usia berhubungan dengan rasio morbiditas dan rasio mortalitas
dari suatu populasi. Hubungan faktor usia dengan mortalitas secara umum dapat
21
dikatakan akan meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain faktor penyebab penyakit, pengalaman terpapar penyakit,
pekerjaan, kebiasaan hidup, dan adanya perubahan dalam kekebalan tubuh.
Sedangkan hubungan faktor usia dengan morbiditas terletak pada frekuensi penyakit,
dan berat-ringannya suatu penyakit. Selain berhubungan dengan mortalitas dan
morbiditas suatu penyakit, faktor usia juga berhubungan dengan tipe, kegawatan, dan
bentuk klinis dari suatu penyakit. Faktor jenis kelamin dapat mempengaruhi distribusi
masalah kesehatan. Beberapa penyakit dilihat dari frekuensinya dapat berbeda antara
pria dan wanita. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup,
genetika, dan kondisi fisiologis. Contoh penyakit yang hanya menyerang wanita :
karsinoma uterus, karsinoma mamae, karsinoma serviks, kista ovarii, dan adneksitis.
Contoh penyakit yang hanya menyerang pria : karsinoma penis, orsitis, hipertrofi
prostat, dan karsinoma prostat.
Faktor golongan etnik adalah sekelompok manusia dalam suatu populasi yang
memiliki kebiasaan hidup atau sifat biologis dan genetis yang sama. Golongan etnik
dibedakan atas ras, dan etnik atau suku bangsa. Pengelompokan menurut ras lebih
didasarkan pada warna kulit dan bentuk tubuh. Dikenal 3 ras utama, yakni caucasoid,
negroid, dan mongoloid. Adanya penyakit tertentu yang secara genetik berhubungan
dengan ras yaitu sicle cell anemia. Sedangkan pengelompokan dalam suku bangsa
(etnik) didasarkan pada tempat tinggal, adat istiadat, kebiasaan hidup, keadaan sosial
ekonomi, maupun susunan makanannya. Timbulnya perbedaan frekuensi penyakit atau
kematian mungkin disebabkan oleh hal-hal tersebut. Contohnya adalah perbedaan
pengalaman penyakit malaria ataupun filaria bagi penduduk Jawa dan Irian Jaya.
2. Epidemiologi analitik yaitu penelitian ini mencoba untuk menggali bagaimana dan
mengapa fenomena kesehatan dapat terjadi yaitu dengan melakukan analisis
hubungan antar fenomena, baik antara faktor risiko dengan efek, antar faktor risiko,
maupun antar efek, terdiri dari :
a. Non eksperimental (Observasi) adalah suatu penelitian dimana pengamatan
terhadap fenomena kesehatan dilakukan dalam keadaan apa adanya tanpa intervensi
peneliti.
22
23
KARAKTERISTIK
1. Merupakan penelitian observasional yang bersifat retrospektif
2. Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol
3. Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya hubungan sebabakibat
4. Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistik
5. Kelompok kontrol mempunyai risiko terpajan yang sama dengan kelompok kasus
6. Pada penelitian kasus-kontrol, yang dibandingkan ialah pengalaman terpajan
oleh faktor risiko antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol
7. Penghitungan besarnya risiko relatif hanya melalui perkiraan melalui perhitungan
odds ratio
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
1. Merumuskan pertanyaan penelitian & hipotesis
2. Mengidentifikasi variabel penelitian
3. Menentukan kriteria kasus & kontrol
4. Menentukan populasi terjangkau & sampel, & cara untuk pemilihan subyek
penelitian
24
Exposure + a+b
Exposure
a+c
c+d
b+d
25
ODD RATIO
ODD RATIO (OR) = a.d
b.c
2.2.3 KOHORT
DEFINISI
Adalah
rancangan
penelitian
epidemiologi
analitik
observasional
yang
subyek
berdasarkan
status
paparannya,
kemudian
dilakukan
pengamatan dan pencatatan apakah subyek mengalami outcome yang diamati atau
tidak. Bisa bersifat retrospektif atau prospektif .
26
SKEMA KOHOR
KARAKTERISTIK
1. Bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kohor retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN KOHORT
1. Merumuskan pertanyaan penelitian
2. Menentukan kohort
3. Memilih kelompok kontrol
4. Mengidentifikasi variabel penelitian
5. Mengamati timbulnya efek
6. Menganalisis hasil
27
KEUNTUNGAN
1. Kesesuaian dengan logika normal dalam membuat inferensi kausal
2. Dapat menghitung laju insidensi
3. Untuk meneliti paparan langka
4. Dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan
KELEMAHAN
1. Lebih mahal dan butuh waktu lama
2. Pada kohort retrospektif, butuh data sekunder yang lengkap dan handal
3. Tidak efisien dan tidak praktis untuk kasus penyakit langka
4. Risiko untuk hilangnya subyek selama penelitian, karena migrasi, partisipasi
rendah atau meninggal
Contoh aplikasi desain :
-Pada penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara CA Paru dengan
merokok (Risiko) dengan pendekatan prospektif maka kita akan :
-Menentukan populasi dan sampel penelitian semua pria dengan umur antara 40 50
tahun baik yang merokok maupun tidak merokok pada suatu wilayah atau tempat
tertentu.
-Mengidentifikasi orang yang merokok
dan
yang
tidak
merokok
dengan
Tidak
rokok
Terpapar
rokok
Ca A
Paru(+)
Ca
Paru(-)
RELATIVE RISK
RISIKO RELATIF (RR) = a/(a+b)
c/(c+d)
2.2.4 CROSS-SECTIONAL
DEFINISI
adalah rancangan studi epid yg memepelajari hub penyakit dan paparan (faktor
penelitian) dengan cara mengamatistatus paparan dan penyakit dalam waktu serentak
pada individu2 dari populasi tunggal, pada satu saat atau tahun yg sama.
29
CIRI-CIRI
1.
Mendeskripsikan penelitian
2.
3.
4.
5.
KELEBIHAN
1. Dapat dilakukan dengan hanya sekali pengamatan
2. Berguna untuk informasi perencanaan
3. Untuk mengamati kemungkinan hub berbagai variabel yg ada. Dapat meneliti
sekaligus banyak variabel
4. Terutama: memungkinkan penggunaan populasi masyarakat umum, tdk hanya
yg berobat, hingga generalisasinya cukup memadai
5. Relatif mudah, murah, cepat
6. Dpt dimasukkan ke dalam tahapan pertama studi kohort/eksperimen, tanpa/
sedikit sekali menambah biaya
KEKURANGAN
1. Tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yg terjadi dengan
berjalannya waktu.
2. Informasi yg diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah kesehatan
yg dicari tdk diperoleh
3. Sulit menentukan sebab akibat (temporal relationship tdk jelas)
4. Menjaring subyek yang durasi sakit panjang (prevalens), bila cepat sembuh/
meninggal sulit ditentukan
5. Subjek besar, terutama bila varaibel banyak
6. Tdk menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, prognosis
7. Tdk praktis utk kasus yg sangat jarang
8. Mungkin terjadi bias prevalens / insidens
Contoh aplikasi desain :
30
Pada Penelitian Paparan auramin di pabrik zat pewarna dan kanker buli-buli
Populasinya adalah semua pekerja pada pabrik zat pewarna (pekerjaan A) dan semua
pekerja pada bukan pabrik zat pewarna (pekerjaan B). Cara pengambilan data yaitu
dengan memeriksa
Pekerjaan B. Selanjutnya kita akan melihat pada pekerjaan A orang yang sakit dan
terpapar auramin, orang tidak sakit dan tidak terpapar auramin dan pada pekerjaan B
orang yang sakit dan tidak terpapar auramin dan orang yang tidak sakit serta tidak
terpapar auramin.
SKEMA STUDY CROSS SECTIONAL
TABEL PENGAMATAN
D+
D-
E+
a+b
E-
c+d
INTERPRETASI HASIL
1.
RP > 1
V.I. merupakan faktor risiko
2.
RP < 1
V.I. mengurangi risiko terjadinya efek
3.
RP = 1
V.I. yang diduga merupakan faktor risiko terjadinya efek, justru tidak berpengaruh
Catatan:
Bila 95% Confidence Interval dari PR melalui nilai 1 (mis. 0,762,3), VI tdk
berpengaruh terhadap VD
LANGKAH-LANGKAH UNTUK PENDEKATAN CROSS-SECTIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
32
DAFTAR PUSTAKA
Djuari L.2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 128 / MENKES / SK / II / 2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
Richwanto. 2010. Desain Penelitian. http://richwanto.blogspot.com/2010/11/desainpenelitian.html
Zainudin D. 2013. CASE CONTROL, KOHORT, CROSS-SECTIONAL dan TABEL
ANALISIS. http://dinazainuddin.blogspot.com/2013/01/case-control-kohortcross-sectional-dan.html
33