Anda di halaman 1dari 2

Merantau Identitas Mengasah Diri

Author : Abdullah Al Muzammi,.S.Kom


web blog : http://logsabdullah.blogspot.com
Email : muzammi06@gmail.com

...

Bismillah
Jogjakarta - Mendengar kata merantau penulis langsung teringat dengan
beberapa bacaan literatul tokoh-tokoh minang(Minangkabau) yang history
hidupnya inspiratif sebagai tokoh perantau dan tokoh tekemuka. Tuanku
Abdul Rahman, salah seorang tokoh Minang yang berpengaruh di kawasan
rantau. Yakni tokoh yang kisah hidupnya merantau di negeri seberang
malaysia yang mampu menjadi Sultan Johor dan mendirikan Kerajaan Siak di
daratan riau. Hal yang membuat penulis salut dengan beliau ialah kemampuan berpolitik di tanah
rantuan mampu memberikan pengaruh besar terhadap kontribusi kemajuan kerajaan sehingga di
sebut Raja atau Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan.
Tidak sedikit orang-orang minang terkenal sukses di beberapa penjuru belahan pulau ini,
sehingga penulis melihat etos merantau orang-orang minang sangatlah tinggi. Berdasarkan data
2010 saja lebih dari 4.2 juta jiwa orang minang berada di perantauan. Seperti merantau ialah
karakter yang terwarisi penulis pribadi menilai generasi misi kesuksesan akan terwarisi dari
anak-anak suku ini.
Melihat jauh dari itu, penulis juga sebagai orang yang merantau mendekati usia tahun ke
9(sembilan) di perantauan, melihat jiwa-jiwa seorang perantau akan jauh lebih berbeda di
bandingkan dengan pribumi dari sisi etos kerja, semangat dan cara berfikirnya. Tepat di bulan
juli tanggal 7 tahun 2005 penulis menapakan kaki di menuju kota Jogjakarta, dari sinilah penulis
belajar tentang hal-hal terkecil bagaimana hidup di kampung halaman orang lain. Ada satu
nasihat yang penulis tidak pernah lupa tentang nasihat merantau dari Al-imam asy-Syafii

Orang pandai dan beradab tak kan diam di kampung halaman


Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Pergilah, kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan teman
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang
Aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih jika tidak dia kan keruh menggenang
Singa tak kan pernah memangsa jika tak tinggalkan sarang
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak kan kena sasaran
Jika saja matahari di orbitnya tak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Rembulan jika terus-menerus purnama sepanjang zaman
Orang-orang tak kan menunggu saat munculnya datang
Biji emas bagai tanah biasa sebelum digali dari tambang
Setelah diolah dan ditambang manusia ramai memperebutkan
Kayu gaharu tak ubahnya kayu biasa di dalam hutan
Jika dibawa ke kota berubah mahal jadi incaran hartawan
(Al-imam asy-Syafii)
Kalimat-kalimat yang membuat penulis mampu sedikit tidaknya membuat penulis tegar
menghadapi konsekwensi dan resiko sebagai seorang perantau, saat merasakan pahit getirnya
hidup jauh dari kelaurga, kerabat dan saudara. Dan berada di zona tidak nyaman membuat
seorang perantau mau tidak mau memiliki pemikiran lebih dan harus mampu melewati masamasa
tersulit
yang
dihadapi.
Jiwa seorang perantau akan jauh lebih baik dengan kondisi terpaan berada di zona tidak nyaman,
kencendrungan memiliki sifat menamkan jasa ke orang lain bentuk gambaran sebagai upaya agar
orang lain mampu menerima keberadaan tempat ia berada serta sebagai orang baru yang benarbenar sadar dan tahu keberadaannya. Merantau penulis definisikan dengan 3(tiga kalimat) yakni
mencari dan mendapatkan jati diri yang tangguh, Kreatif dan Cerdik membaca sistuasi.
Kesimpulannya ialah menurut kaca mata penulis merantau itu salah satu cara orang lain
mencari dan menemukan diri, cara melatih diri bagaimana berkembang dan beradaftasi dengan
keadaan yang memberikan pelajaran pendewasaan serta pengalaman. Meski tidak banyak juga
yang gagal di tanah perantauan setidaknya orang itu mampu belajar lebih mengetahui diri nya
gagal di tanah orang lain, dan suskes di perantuan mampu menjadikan sosok yang bisa di contoh
referensi dan tauladan dari penerus-penerus generasi yang lebih baik kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai