Nama Kelompok:
Faizah Dwi Fitriyani
1311031035
1311031037
Yuda Pratama
1311031115
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, atas berkat Rahmat dan
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen. Makalah ini menjelaskan mengenai
Studi Kasus 7-3 Quality Metal Service Center.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan menambah pengetahuan bagi pembaca.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga pembuatan makalah yang
selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini, akan membahas penerapan ROA untuk mengevaluasi para
manajer distrik pada Quality Metal Service Center yang merupakan pasar
komoditas baja karbon.
praktik
yang
dapat
memotivasi
manajer
distrik
untuk
menggunakan asset secara efisien dan memilih harga yang tepat untuk aset
baru?
5. Bagaimana pengaruh biaya pajak dan biaya overhead dalam perhitungan laba
distrik?
6. Apa rekomendasi untuk sistem kompensasi insentif bagi Quality Metal
Service Center?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Keuntungan usulan investasi modal bagi Quality Metal Service Center
2. Peran Kantor Pusat atas usulan investasi modal di Quality Metal Service
Center
3. Kegunaan umum dan keefektifan ROA sebagai dasar evaluasi kinerja manajer
distrik
4. Praktik yang dapat memotivasi manajer distrik untuk menggunakan asset
secara efisien dan memilih harga yang tepat untuk aset baru
5. Pengaruh biaya pajak dan biaya overhead dalam perhitungan laba distrik
6. Rekomendasi untuk sistem kompensasi insentif bagi Quality Metal Service
Center.
BAB II
LANDASAN TEORI
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghubungkan antara laba dengan
dasar investasi/aktiva :
1. ROI (Return On Investment), yang mengukur tingkat pengembalian atas
investasi. Rumusnya adalah dengan membagi pendapatan dengan investasi..
2. EVA (Economic Value Added), diperoleh dengan mengurangkan beban
modal dari net operating profit.
sederhana yaitu memasukkan piutang pada nilai buku, yang merupakan harga jual
dikurangi penyisihan atas piutang tak tertagih.
Persediaan
Saat inflasi tingkat harga akan mengalami peningkatan yang cukup tinggi dan
akan mempengaruhi nilai persediaan suatu perusahaan. Di dalam persediaan
terdapat 2 metode yaitu metode FIFO dan Metode LIFO. Untuk memperlihatkan
laporan keuangan yang baik dengan tingkat laba yang cukup tinggi perusahaan
disarankan menggunakan metode FIFO karena dalam metode ini persediaan akhir
akan tercatat dalam harga yang tinggi sehingga menghasilkan harga pokok yang
lebih rendah. Sedangkan untuk megurangi pajak yang harus ditanggung
perusahaan maka perusahan disarankan menggunakan LIFO karena laba yang
didapat akan lebih rendah jika menggunakan metode ini.
(overstate) jumlah modal korporat yang diperlukan untuk mendanai unit usaha,
karena kewajiban lancar merupakan sumber modal, seringkali dengan biaya bunga
sama dengan nol. Dilain pihak, seluruh kewajiban lancar dapat dikurangkan dari
aktiva lancar.
profitabilitas atas dasar aktiva dari unit usaha. Hal ini menyebabkan pemasalahan
serius dalam penggunaan sistem tersebut untuk tujuan yang dimaksudkan. Adapun
permasalahan tersebut yaitu berupa :
1. Akuisisi peralatan baru
2. Nilai buku kotor
3. Disposisi aktiva
4. Penyusutan Anuitas
5. Metode penilaian yang lain
aktiva
tersebut
akan
menimbulkan
tindakan-tindakan
yang
disfungsional.
tersebut akan mengubah cara para manajer unit usaha memandang pengeluaran
semacam ini. Dengan menghitung aktiva semacam ini sebagai investasi jangka
panjang, manajer unit usaha akan memperoleh manfaat jangka pandek yang lebih
sedikit dari pengurangan atas pengeluaran untuk pos tersebut.
Beban Modal
Kantor pusat korporat menentukan tarif (rate) yang digunakan untuk menghitung
beban modal (capital charge). Tarif tersebut seharusnya lebih tinggi daripada tarif
korporat untuk pendanaan dengan utang karena dana yang terlibat merupakan
campuran antara utang dan modal berbiaya lebih tinggi (higher-cost equity).
Biasanya tarif tersebut ditetapkan dibawah estimasi biaya modal perusahaan
sehingga EVA atas rata-rata unit usaha berada di atas nol.
Ada empat alasan yang mendorong untuk menggunakan EVA atas ROI.
a. Pertama, dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama
untuk perbandingan investasi. Di lain pihak, pendekatan ROI memberikan
insentif yang berbeda untuk investasi diantara unit-unit usaha.
b. Kedua, keputusan-keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat investasi
dapat menurunkan laba keseluruhan. Jika kinerja suatu pusat investasi diukur
dengan EVA, maka investasi-investasi yang menghasilkan laba diatas biaya
modal akan meningkatkan EVA dan oleh karena itu, akan lebih menarik bagi
manajer.
c. Ketiga, tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aset
yang berbeda pula.
d. Keempat, EVA berlawanan dengan ROI, memiliki korelasi positif yang lebih
kuat terhadap perubahan-perubahan dalam nilai pasar perusahaan.
Secara konsep, nilai suatu unit usaha adalah nilai sekarang dari pendapatan di
masa depan. Hal ini dihitung dengan mengestimasi arus kas untuk setiap tahun di
masa depna dan mendiskusikan setiap arus kas tersebut pada tarif laba yang telah
ditentukan. Analisis tersebut dilakukan untuk lima, atau mungkin sepuluh tahun
yang akan datang. Meskipun estimasi-estimasi tersebut pada umumnya berupa
estimasi yang kasar, namun tetap memberikan cara yang berbeda dalam melihat
unit usaha, dibandingkan dengan apa yang ada pada laporan-laporan kinerja.
BAB III
PEMBAHASAN
Namun dibalik itu semua telah terjadi masalah pada bagian Manajer Distrik
Columbus Ken Richards yakni Elizabeth Barret selaku Manajer Penjualan
melaporkan bahwa distrik kita harus mempertimbangkan untuk membeli peralatan
pemrosesan yang dibutuhkan untuk memenuhi permintan yang ada, dikarenakan
banyak konsumen di wilayah tersebut yang mengeluh bahwa karena adanya waktu
transportasi, selang waktu (lead time) yang sangat lama sehingga tidak
memuaskan kebutuhan mereka.
Dijelaskan informasi tentang latar belakang nilai ekonomis dari proyek ini yang
dijelaskan pada tampilan , disitu dituliskan permohonan Manajer Penjualan agar
Manajer
Distrik
menyerahkan
proposalnya
ke
kantor
pusat
sebagai
pertimbangkan.
3.2 Keuntungan Usulan Investasi Modal bagi Quality Metal Service Center
Usulan Manajer Distrik untuk melakukan investasi modal:
Investasi Mesin = $540000
Cash Inflow 10 tahun =$286000
Present Value Cash Inflow =$39182
Payback Period =4,5 tahun
Net Present Value=$286000
IRR=21,8%
Menurut kelompok kami, investasi yang diusulkan oleh Elizabeth Barret cukup
menarik Bagi quality metal. Tujuan Perusahaan quality metal adalah mampu
mencapai laba yang maksimal. Dari usulan Elizabeth Barret dengan investasi ini
dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya dalam memaksimalkan
laba. Ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan kenapa usulan investasi
Elizabeth Barret ini cukup menarik yaitu :
a) Cash Flow/ Arus kas yang masih positif yang dihasilkan dari investasi
tersebut.
b) IRR yang dihasilkan dari investasi ini lebih besar dari cost of capitalnya /
COCnya.
c) Payback Period yang investasi ini mampu berikan yaitu sekitar 4,5 tahun
tersebut telah lebih cepat dari standar investasi yang sejenis.
3.3 Peran Kantor Pusat terhadap Usulan Investasi Modal di Quality Metal
Service Center
Ken Richards harus mengirim proposal tersebut ke home office untuk
mendapatkan persetujuan, karena selain proposal ini baik dan dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan, di dalam struktur organisasi itu sendiri telah ada
10
aturan yang menyatakan bahwa pengeluaran capital lebih dari $10,000 harus
mendapatkan persetujuan dari kantor pusat.
3.4 Kegunaan Umum dan Keefektifan ROA sebagai Dasar Evaluasi Kinerja
Manajer Distrik
Penggunaan ROA sebagai dasar mengevaluasi kinerja dari manajer distrik itu
sudah cukup efektif. Dengan menggunakan ROA, para manajer akan termotivasi
untuk memanfaatkan modal atau asset yang diinvestasikan pada distrik tersebut
seefektif dan seefisien mungkin untuk menghasilkan laba yang optimal sehingga
distrik tersebut dapat memperoleh penilaian kinerja yang baik, karena semua itu
akan tercemin dalam laporan keuangan.
ROA dapat dihitung dengan cara membagi penghasilan bersih (net income)
dengan total asset yang dimiliki. Dalam penghitungan total asset, akun hutang
tidak dikurangi dari penghitungan dasar asset. Tapi penyesuaian akan dibuat
apabila periode kredit yang dinegosiasikan lebih besar daripada standar
perusahaan yaitu 30 hari. Dengan adanya peraturan seperti ini, manajer juga akan
berusaha untuk mendapat hutang dengan periode kredit yang lama, karena itu
akan mempengaruhi perhitungan dasar asset yang digunakan untuk menghitung
ROA. Namun ROA tidak selalu efektif untuk semua situasi, misalnya seperti yang
tertera dalam Tampilan 5, dimana perhitungan insentif untuk proyek baru lebih
rendah dibandingkan perhitungan insentif proyek lama. Dalam Tampilan 5,
terlihat bahwa penambahan asset tersebut tidak sebanding dengan penambahan
profit yang diterima. Hal tersebut menyebabkan terjadinya asset overemployed.
Karena adanya asset overemployed ini, penilaian untuk distrik ini,melalui insentif
bonus, pun terlihat lebih rendah karena distrik ini jadi terlihat tidak dapat
menghasilkan profit untuk jangka pendek yang maksimal dari asset yang telah
diinvestasikan. Padahal penambahan asset tersebut baru akan terlihat manfaatnya
jika dilihat dari profit jangka panjang. Masalah ini akan menyebabkan para
manajer distrik jadi tidak termotivasi untuk mencari proyek baru.
Agar pengukuran dapat lebih efektif perusahaan dapat menggunakan EVA. EVA
memperhitungkan asset dan cost of capital yang digunakan perusahaan, selain itu
11
EVA juga memiliki interest rate yang berbeda untuk asset yang berbeda, dan EVA
juga memiliki korelasi positif dengan perubahan nilai pasar perusahaan.
3.5 Praktek yang Memotivasi Manajer Distrik untuk Menggunakan Asset
Secara Efisien dan Pemilihan Harga yang Tepat untuk Aset Baru
Praktek yang bisa memotivasi para manajer distrik berkenaan dengan penggunaan
asset tentunya berhubungan dengan cara yang digunakan manajemen dalam
menghubungkan hubungan antara laba dan asset itu sendiri. Dalam kasus ini alat
analisis yang digunakan perusahaan Quality Metal adalah Return on Assets
(ROA), yaitu praktek yang paling sederhana dalam menganalisis profitabilitas dari
laba bersih terhadap total aktiva. Return on assets (ROA) yang positif
menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dimiliki perusahaan mampu
memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila ROA yang negatif
mengindikasikan bahwa dari total aktiva yang dimiliki perusahaan justru
perusahaan mendapatkan kerugian.
Dalam kasus ini menurut kelompok kami agar dapat menggunakan asset secara
efisien dan mendapatkan asset baru dengan jumlah yang tepat seorang manajer
distrik harus mampu bertindak secara konsisten ketika berinvestasi pada assets
baru, dalam artian sistem pengendalian dalam membuat keputusan mengenai
investasi ini perlu dibuat konsisten dan berhati-hati, ketika jenis aktiva yang
digunakan sama tentunya tingkat pengembalian yang dihasilkan harusnya sama
tanpa melihat profitabilitas dari unit-unit usaha tersebut. Misalnya ketika laba
suatu unit usaha tinggi namun aktiva yang dimiliki juga tinggi maka ROA yang
dihasilkan akan menjadi lebih kecil. Oleh karena itu perlu ada sistem dan cara
pengendalian yang jelas.
ROA sendiri bukan merupakan dasar terbaik dalam mengukur kinerja, karena
pada dasarnya ROA ini sendiri masih memiliki kelemahan-kelemahan sebagai
berikut:
1. ROA
membuat
manajer
divisi
memiliki
kecenderungan
untuk
12
Manajer unit bisnis akan cenderung tidak melakukan ekspansi dengan assets
yang menurunkan divisional ROAnya, meskipun sebenarnya proyekproyek tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan secara
keseluruhan.
Sebagai contoh: unit usaha A memiliki ROA sebesar 30% cenderung untuk
menolak investasi asset yang tingkat pengembaliannya kurang dari itu dengan
asumsi akan menurunkan ROAnya. Sedangkan untuk divisi B dengan ROA
sebesar 5% akan menerima investasi asset tersebut. Dalam kasus ini ROA
akan membuat kebiasan untuk tidak atau sedikit ekspansi dalam asset atas
unit usaha dengan laba tinggi sementara disisi lain unit berlaba rendah justru
akan melakukan eskpansi dibawah pengembalian yang ditolak unit berlaba
tinggi.
2. ROA kurang efektif sebagai dasar evaluasi untuk diperbandingkan
Melihat pada kelemahan dipoin pertama, masalah itu juga membuat rasio
yang dihasilkan ROA baru akan berarti jika ada perbandingan dengan
perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat resiko yang hampir sama atau
dibandingkan dengan rasio industri, disamping itu juga diperlukan analisa
kecendrungan dari tiap-tiap rasio dengan tahun sebelumnya (Time Saries).
3. ROA sulit dalam mengevaluasi nilai
Untuk mendapatkan nilai ROA rumusnya adalah sebagai berikut :
Dengan meninjau rumus tersebut, untuk menciptakan rasio ROA yang tinggi,
suatu unit bisnis mempunyai 2 alternatif yaitu meningkatkan Laba yang lebih
besar daripada aktiva, atau menurunkan aktiva dengan jumlah laba yang ada.
Hal ini memberikan kesempatan bagi suatu unit bisnis untuk memiliki
kecenderungan untuk bisa membuat ROAnya terlihat besar dengan cara yang
sedikit curang. Yaitu ketika kemampuan menghasilkan laba semakin baik
untuk membuat ROAnya terlihat produktif unit bisnis tidak melakukan
investasi pada asset-aset yang potensial, karena asset yang ada akan
pengalami penurunan nilai (depresiasi), sementara rasio laba terhadap aktiva
13
3.6 Pengaruh Biaya Pajak dan Biaya Overhead dalam Perhitungan Laba Distrik
Dalam perhitungan laba distrik sebaiknya mempertimbangkan faktor biaya pajak,
karena distrik yang beroperasi di daerah yang berbeda-beda tentu memiliki
peraturan pajak pendapatan yang berbeda-beda di setiap daerah. Dengan setiap
distrik mempertimbangkan faktor pajak, tentu akan berpengaruh ke pajak
pendapatan perusahaan secara keseluruhan dan dengan ini tentu perusahaan akan
14
3.7 Rekomendasi Sistem Kompensasi Insentif Bagi Quality Metal Service Center
Tujuan utuma perusahaan adalah untuk mengembangkan pangsa pasarnya dengan
cara fokus pada penjualan, program dan teknik marketingnya. Jika perusahaan
ingin mencapai tujuan tersebut maka ia harus merubah sistem bonusnya agar para
pekerja termotivasi untuk melakukan penjualan.
Menurut kelompok kami, sistem yang sekarang ini belum dapat memotivasi
distrik untuk membuat keputusan yang konsisten dengan strategi perusahaan.
Seperti masalah perhitungan bonus yang masih memerlukan pembaharuan, karena
dari perhitungan bonus itu sendiri dapat terlihat bahwa bonus insentif dengan
proyek baru justru lebih rendah dibandingkan dengan bonus insentif tanpa proyek
baru. Hal ini dapat menyebabkan manajer distrik tidak termotivasi untuk membuat
keputusan yang konsisten dengan strategi perusahaan karena bonus yang
dihasilkan lebih rendah.
Menurut kami hal ini dapat terjadi karena penggunaan ROA sebagai dasar
penilaian kinerja, dan masalah yang dihadapi ini, memang merupakan salah satu
kelemahan dari ROA itu sendiri. Karena ketika suatu distrik memutuskan untuk
membuat proyek baru dimana ia akan cenderung menambah jumlah assetnya
15
sementara pertumbuhan laba tidak sebanding dengan akusisi asset baru ini maka
hasilnya adalah perhitungan ROA menjadi lebih kecil daripada distrik yang
sejenis tetapi tidak memutuskan membuat proyek baru. Padahal proyek-proyek
tersebut justru potensial untuk keuntungan perusahaan dalam jangka panjang.
Hasilnya perusahaan jadi melewatkan peluang-peluang potensian yang seharusnya
bisa ditangkap. Sementara dengan menggunakan EVA masalah seperti
mengevaluasi keberhasilan suatu proyek atau investasi, keberhasilan manajemen
dalam mengelola perusahaan apakah menghasilkan nilai tambah yang signifikan
atau tidak, dan penentuan kompensasi insentif menjadi lebih adil dan sesuai
dengan seharusnya.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Menurut kelompok kami, usulan investasi modal oleh manajer distrik cukup
menarik bagi Quality Metal karena dapat membantu perusahaan dalam mencapai
tujuannya dalam memaksimalkan laba.
Menurut kelompok kami, sistem yang sekarang ini belum dapat memotivasi
distrik untuk membuat keputusan yang konsisten dengan strategi perusahaan.
Seperti masalah perhitungan bonus yang masih memerlukan pembaharuan, karena
dari perhitungan bonus itu sendiri dapat terlihat bahwa bonus insentif dengan
proyek baru justru lebih rendah dibandingkan dengan bonus insentif tanpa proyek
baru. Hal ini dapat menyebabkan manajer distrik tidak termotivasi untuk membuat
keputusan yang konsisten dengan strategi perusahaan karena bonus yang
dihasilkan lebih rendah.
ROA sendiri bukan merupakan dasar terbaik dalam mengukur kinerja, karena
pada dasarnya ROA ini sendiri masih memiliki kelemahan-kelemahan yaitu:
membuat manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan peluang
investasi, sulit dibandingkan, sulit untuk mengevaluasi nilai, dan manajemen
hanya fokus pada tujuan jangka pendek.
4.2 Saran
Agar pengukuran dapat lebih efektif perusahaan dapat menggunakan EVA. EVA
memperhitungkan asset dan cost of capital yang digunakan perusahaan, selain itu
EVA juga memiliki interest rate yang berbeda untuk asset yang berbeda, dan EVA
juga memiliki korelasi positif dengan perubahan nilai pasar perusahaan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, R.N. and Govindarajan, V. Management Control System, 11th Ed. USA
(2007): McGraw-Hill Irwin.
18