Anda di halaman 1dari 21

TUGAS SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

STUDI KASUS 7-3 QUALITY METAL SERVICE CENTER

Nama Kelompok:
Faizah Dwi Fitriyani

1311031035

Fatma Nur Soffitri

1311031037

Yuda Pratama

1311031115

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, atas berkat Rahmat dan
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen. Makalah ini menjelaskan mengenai
Studi Kasus 7-3 Quality Metal Service Center.

Makalah ini dibuat untuk memberikan penjelasan mengenai permasalahan yang


ada pada bagian Manajer Distrik Quality Metal Service yang mempertimbangkan
untuk melakukan investasi modal. Selain itu, dalam makalah ini juga membahas
penerapan ROA untuk mengevaluasi para manajer distrik pada Quality Metal
Service Center

Semoga makalah ini dapat dipahami dan menambah pengetahuan bagi pembaca.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga pembuatan makalah yang
selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Bandar Lampung, November 2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
Struktur Analisis ................................................................................................... 3
Mengukur Aktiva yang Digunakan ....................................................................... 3
EVA vx. ROI......................................................................................................... 6
Evaluasi Kinerja Perusahaan ................................................................................. 8
BAB III PEMBAHASAN
Keuntungan usulan investasi modal bagi Quality Metal Service Center .............. 10
Peran Kantor Pusat atas usulan Investasi Modal pada Quality Metal Service
Center .................................................................................................................... 10
Kegunaan Umum dan keefektifan ROA sebagai dasar evaluasi kinerja manajer
distrik .................................................................................................................... 11
Praktik yang dapat memotivasi manajer distrik untuk menggunakan asset secara
efisien dan memilih harga yang tepat untuk asset baru......................................... 12
Pengaruh biaya pajak dan biaya overhead dalam perhitungan laba distrik .......... 14
Rekomendasi untuk sistem kompensasi insentif bagi Perusahaan Quality Metal
Service Center ....................................................................................................... 15
BAB IV PENUTUP
Simpulan ............................................................................................................... 17
Saran ...................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di beberapa unit usaha, yang menjadi fokus adalah pada perolehan laba yang
diukur dari selisih antara pendapatan dan beban. Sedangkan di unit usaha yang
lain, laba dibandingkan dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba
tersebut. Disini kita akan membahas mengenai berbagai jenis aktiva yang
digunakan oleh suatu pusat investasi, metode yang menghubungkan laba dengan
dasar investasi serta bagaimana cara mengukur dan mengendalikan aktiva atau
aset tersebut.
Metode yang dapat digunakan untuk menghubungkan antara laba dengan dasar
investasi atau asset ada dua, yaitu ROI (Return On Investment), yang mengukur
tingkat pengembalian atas investasi. Rumusnya adalah dengan membagi
pendapatan dengan investasi dan EVA (Economic Value Added), diperoleh
dengan mengurangkan beban modal dari net operating profit.

Dalam makalah ini, akan membahas penerapan ROA untuk mengevaluasi para
manajer distrik pada Quality Metal Service Center yang merupakan pasar
komoditas baja karbon.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini akan membahas masalah tentang:
1. Apakah usulan investasi modal dapat menguntungkan Quality Metal Service
Center?
2. Bagaimana peran Kantor Pusat atas usulan investasi modal di Quality Metal
Service Center?

3. Bagaimana kegunaan umum dan keefektifan ROA sebagai dasar evaluasi


kinerja manajer distrik?
4. Bagaimana

praktik

yang

dapat

memotivasi

manajer

distrik

untuk

menggunakan asset secara efisien dan memilih harga yang tepat untuk aset
baru?
5. Bagaimana pengaruh biaya pajak dan biaya overhead dalam perhitungan laba
distrik?
6. Apa rekomendasi untuk sistem kompensasi insentif bagi Quality Metal
Service Center?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Keuntungan usulan investasi modal bagi Quality Metal Service Center
2. Peran Kantor Pusat atas usulan investasi modal di Quality Metal Service
Center
3. Kegunaan umum dan keefektifan ROA sebagai dasar evaluasi kinerja manajer
distrik
4. Praktik yang dapat memotivasi manajer distrik untuk menggunakan asset
secara efisien dan memilih harga yang tepat untuk aset baru
5. Pengaruh biaya pajak dan biaya overhead dalam perhitungan laba distrik
6. Rekomendasi untuk sistem kompensasi insentif bagi Quality Metal Service
Center.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Struktur Analisis


Ada 2 tujuan pengukuran penggunaan aktiva, antara lain :
1. Untuk memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan
mengenai aktiva yang digunakan.
2. Untuk mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas ekonomi.
Semakin banyak sumber daya yang digunakan, maka seharusnya semakin besar
laba yang akan diperoleh. Perbandingan ini digunakan untuk menilai kinerja
manajer unit usaha serta memutuskan cara pengalokasian sumber daya.

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghubungkan antara laba dengan
dasar investasi/aktiva :
1. ROI (Return On Investment), yang mengukur tingkat pengembalian atas
investasi. Rumusnya adalah dengan membagi pendapatan dengan investasi..
2. EVA (Economic Value Added), diperoleh dengan mengurangkan beban
modal dari net operating profit.

2.2 Mengukur Aktiva yang Digunakan


Kas
Kas biasanya dikendalikan secara terpusat, karena pengendalian pusat
memungkinkan penggunaan saldo kas yang lebih kecil daripada jika setiap unit
memegang saldo kas yang dibutuhkanya untuk menyeimbangkan perbedaan
antara kas masuk dan kas keluar. Akibatnya, saldo kas aktual pada tingkat unit
usaha cenderung lebih kecil dibandingkan dengan saldo kas yang diperlukan.
Piutang
Suatu pihak berargumen bahwa investasi riil dari suatu unit dalam piutang adalah
hanya sebesar harga pokokk penjualan. Dilain pihak, adalah mungkin untuk

mengatakan bahwa unit usaha dapat mnginvestasikan kembali uang yang


diperoleh dari piutang, dan karena itu, piutang harus dimasukkan pada harga
jualnya.

Yang biasanya dilakukan adalah mengambil alternative yang lebih

sederhana yaitu memasukkan piutang pada nilai buku, yang merupakan harga jual
dikurangi penyisihan atas piutang tak tertagih.

Persediaan
Saat inflasi tingkat harga akan mengalami peningkatan yang cukup tinggi dan
akan mempengaruhi nilai persediaan suatu perusahaan. Di dalam persediaan
terdapat 2 metode yaitu metode FIFO dan Metode LIFO. Untuk memperlihatkan
laporan keuangan yang baik dengan tingkat laba yang cukup tinggi perusahaan
disarankan menggunakan metode FIFO karena dalam metode ini persediaan akhir
akan tercatat dalam harga yang tinggi sehingga menghasilkan harga pokok yang
lebih rendah. Sedangkan untuk megurangi pajak yang harus ditanggung
perusahaan maka perusahan disarankan menggunakan LIFO karena laba yang
didapat akan lebih rendah jika menggunakan metode ini.

Modal Kerja Secara Umum


Perlakuan atas modal kerja sangat bervariasi.
memasukkan seluruh aktiva lancar ke dalam

Pada satu sisi, perusahaan


dasar investasi dengan tidak

mengeliminasi kewajiban lancar. Metode tersebut adalah beralasan dari sudut


pandang motivasional jika unit usaha tidak dapat mempengaruhi utang atau
kewajiban lancar lainnya.

Tetapi metode tersebut menyatakan terlalu tinggi

(overstate) jumlah modal korporat yang diperlukan untuk mendanai unit usaha,
karena kewajiban lancar merupakan sumber modal, seringkali dengan biaya bunga
sama dengan nol. Dilain pihak, seluruh kewajiban lancar dapat dikurangkan dari
aktiva lancar.

Properti, Pabrik, dan Peralatan


Dalam akuntansi keuangan, aktiva tetap awalnya dicatat pada biaya perolehan dan
biaya ini dihapuskan sepanjang umur ekonomis aktiva melalui penyusutan.
Hampir semua perusahaan menggunakan pendekatan yang sama dalam mengukur

profitabilitas atas dasar aktiva dari unit usaha. Hal ini menyebabkan pemasalahan
serius dalam penggunaan sistem tersebut untuk tujuan yang dimaksudkan. Adapun
permasalahan tersebut yaitu berupa :
1. Akuisisi peralatan baru
2. Nilai buku kotor
3. Disposisi aktiva
4. Penyusutan Anuitas
5. Metode penilaian yang lain

Aset-aset yang Disewagunausahakan


Banyak perjanjian sewa guna usaha merupakan perjanjian pendanaan, yaitu
perjanjian tersebut memberikan cara alternatif untuk menggunakan aktiva yang
seharusnya didapatkan dari pendanaan dengan utang dan modal. Sewa guna usaha
finansial (yaitu sewa guna usaha jangka panjang yang setara dengan nilai sekarang
dari arus beban sewa) adalah sama dengan utang dan dilaporkan juga dalam
neraca. Keputusan pendanaan biasanya dilakukan oleh kantor pusat. Karena
alasan tersebut, pembatasan biasanya diberlakukan pada kebebasan manajer unit
usaha untuk melakukan sewa guna usaha atas aktiva.

Aktiva yang Menganggur


Jika suatu unit usaha memiliki aktiva yang menganggur (idle asset) yang dapat
digunakan oleh unit lain, maka unit usaha tersebut dapat diperbolehkan untuk
mengeluarkan aktiva tersebut dari dasar investasinya. Tujuan dari ijin ini adalah
untuk mendorong para manajer unit usaha guna melepas aktiva menganggur ke
unit lain yang mungkin memerlukannya. Tetapi, jika aktiva tetap tersebut tidak
dapat digunakan oleh unit lain, maka pemberian izin untuk menjual atau
mengganti

aktiva

tersebut

akan

menimbulkan

tindakan-tindakan

yang

disfungsional.

Aktiva Tidak Berwujud


Ada keuntungan dalam mengkapitalisasi aktiva tidak berwujud seperti R & D dan
pemasaran, serta kemudian mengamortisasinya selama masa manfaatnya. Metode

tersebut akan mengubah cara para manajer unit usaha memandang pengeluaran
semacam ini. Dengan menghitung aktiva semacam ini sebagai investasi jangka
panjang, manajer unit usaha akan memperoleh manfaat jangka pandek yang lebih
sedikit dari pengurangan atas pengeluaran untuk pos tersebut.

Kewajiban Tidak Lancar


Sebagai contoh, suatu unit yang membangun atau mengoperasikan suatu
perumahan atau gedung kantor menggunakan proporsi yang jauh lebih besar
untuk modal utang dibandingkan dengan suatu unit manufaktur atau pemasaran.
Karena modal tersebut didapat melalui pinjaman hipotik atas aktiva unit usaha
tersebut, maka sebaiknya dana dipinjam diperhitungkan secara terpuisah dang
perhitungan EVA-nya dilakukan berdasarkan aktiva diperoleh dari sumber umum
korporat, dan bukan total aktiva.

Beban Modal
Kantor pusat korporat menentukan tarif (rate) yang digunakan untuk menghitung
beban modal (capital charge). Tarif tersebut seharusnya lebih tinggi daripada tarif
korporat untuk pendanaan dengan utang karena dana yang terlibat merupakan
campuran antara utang dan modal berbiaya lebih tinggi (higher-cost equity).
Biasanya tarif tersebut ditetapkan dibawah estimasi biaya modal perusahaan
sehingga EVA atas rata-rata unit usaha berada di atas nol.

2.3 EVA vs. ROI


Ada tiga keuntungan ROI. :
a. ROI merupakan pengukuran yang komprehensif dimana semua hal yang
mempengaruhi laporan keuangan tercermin dari rasio ini.
b. ROI mudah dihitung, mudah dipahami, dan sangat berarti dalam pengertian
absolut.
c. ROI merupakan denominator yang dapat diterapkan ke setiap unit organisasi
yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas, tanpa mempedulikan ukuran
dan jenis usahanya. Kinerja dari berbagai unit yang berbeda dapat saling

dibandingkan secara langsung. Selain itu, data ROI tersedia sebagai


pembanding dan dapat digunakan sebagai dasar untuk perbandingan.

Ada empat alasan yang mendorong untuk menggunakan EVA atas ROI.
a. Pertama, dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama
untuk perbandingan investasi. Di lain pihak, pendekatan ROI memberikan
insentif yang berbeda untuk investasi diantara unit-unit usaha.
b. Kedua, keputusan-keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat investasi
dapat menurunkan laba keseluruhan. Jika kinerja suatu pusat investasi diukur
dengan EVA, maka investasi-investasi yang menghasilkan laba diatas biaya
modal akan meningkatkan EVA dan oleh karena itu, akan lebih menarik bagi
manajer.
c. Ketiga, tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aset
yang berbeda pula.
d. Keempat, EVA berlawanan dengan ROI, memiliki korelasi positif yang lebih
kuat terhadap perubahan-perubahan dalam nilai pasar perusahaan.

Para pemegang saham merupakan pemilik kepentingan yang penting dalam


perusahaan. Ada beberapa alasan mengapa penciptaan nilai pemegang saham
menjadi sangat penting bagi perusahaan:
a. Mengurangi risiko pengambil alihan (takeover)
b. Menciptakan nilai tukar unutk agresivitas dalam merger dan akuisisi, dan
c. Mengurangi biaya modal, sehingga memungkinkan investasi yang lebih cepat
untuk pertunbuhan masa depan.

EVA diukur dengan cara sebagai berikut:


1. EVA = Laba bersih Beban modal
dengan
Beban Modal = Biaya modal x modal yang digunakan
Cara lain untuk menyatakan persamaan (1) adalah:
2. EVA = Modal yang digunakan (ROI Biaya modal)

2.4 Evaluasi Kinerja Perusahaan


Pembahasan sampai pada saat ini terfokus pada pengukuran kinerja dari para
manajer unit usaha. Laporan-laporan manajemen dibuat bulanan atau kuartalan
sementara laporan kinerja ekonomi biasanya dibuat dengan selang waktu yang
tidak tetap, biasanya sekali dalam selang beberapa tahun.

Laporan-laporan ekonomi merupakan instrumen yang diagnostik. Laporan


tersebut memberikan indikasi apakah strategi unit usaha yang sekarang sudah
memuaskan dan jika tidak, keputusan apa yang harus diambil untuk unit usahamemperbesar, memperkecil, mengubah arah, atau menjualnya. Laporan-laporan
ekonomi dapat dijadikan dasar untuk memperoleh nilai perusahaan secara
keseluruhan. Nilai semacam ini disebut breakup value yaitu, estimasi jumlah
yang akan diterima oleh para pemegang saham jika masing-masing unit usaha
dijual.

Secara konsep, nilai suatu unit usaha adalah nilai sekarang dari pendapatan di
masa depan. Hal ini dihitung dengan mengestimasi arus kas untuk setiap tahun di
masa depna dan mendiskusikan setiap arus kas tersebut pada tarif laba yang telah
ditentukan. Analisis tersebut dilakukan untuk lima, atau mungkin sepuluh tahun
yang akan datang. Meskipun estimasi-estimasi tersebut pada umumnya berupa
estimasi yang kasar, namun tetap memberikan cara yang berbeda dalam melihat
unit usaha, dibandingkan dengan apa yang ada pada laporan-laporan kinerja.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kasus Quality Metal Service Center


Pada Maret 1992, Edward Brown, Presiden dan CEO dari Quality Metal Service
Center (Quality), mengobservasi :
Walaupun saya merasa puas dengan kinerja kita sebelumnya, namun saya
percaya kita mampu mencapai level of sales dan keuntungan yang lebih tinggi.
Berdasarkan ekspansi pasar dan kompetisi yang ada, saya merasa kita telah
melewatkan beberapa kesempatan untuk tumbuh. Saya tidak tahu apabila
penendalian kita menghalangi para manajer dalam mencapai goal kita, yaitu
pertumbuhan yang agresif dan ROA di atas rata-rata, dibandingan dengan
industri, tetapi anda mungkin tetap membiarkan hanya didalam pikiran ketika
mengevaluasi sistem kita.
Quality Metal sejak pertama kali didirikan pada satu abad yang lalu telah tumbuh
menjadi perusahaan besar yang tadinya hanya sebagai distributor lokal tumbuh
hingga menjadi perusahaan dengan distribusi nasional dengan penjualan melebihi
$750 juta pada tahun 1991, dan pada tahun 1992 ini CEO dari Metal Quality
merasa mampu mencapai tingkat penjualan dan laba yang lebih tinggi dilihat dari
ekspansi pasar dan kompetisi yang ada.

Namun dibalik itu semua telah terjadi masalah pada bagian Manajer Distrik
Columbus Ken Richards yakni Elizabeth Barret selaku Manajer Penjualan
melaporkan bahwa distrik kita harus mempertimbangkan untuk membeli peralatan
pemrosesan yang dibutuhkan untuk memenuhi permintan yang ada, dikarenakan
banyak konsumen di wilayah tersebut yang mengeluh bahwa karena adanya waktu
transportasi, selang waktu (lead time) yang sangat lama sehingga tidak
memuaskan kebutuhan mereka.

Dijelaskan informasi tentang latar belakang nilai ekonomis dari proyek ini yang
dijelaskan pada tampilan , disitu dituliskan permohonan Manajer Penjualan agar
Manajer

Distrik

menyerahkan

proposalnya

ke

kantor

pusat

sebagai

pertimbangkan.
3.2 Keuntungan Usulan Investasi Modal bagi Quality Metal Service Center
Usulan Manajer Distrik untuk melakukan investasi modal:
Investasi Mesin = $540000
Cash Inflow 10 tahun =$286000
Present Value Cash Inflow =$39182
Payback Period =4,5 tahun
Net Present Value=$286000
IRR=21,8%
Menurut kelompok kami, investasi yang diusulkan oleh Elizabeth Barret cukup
menarik Bagi quality metal. Tujuan Perusahaan quality metal adalah mampu
mencapai laba yang maksimal. Dari usulan Elizabeth Barret dengan investasi ini
dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya dalam memaksimalkan
laba. Ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan kenapa usulan investasi
Elizabeth Barret ini cukup menarik yaitu :
a) Cash Flow/ Arus kas yang masih positif yang dihasilkan dari investasi
tersebut.
b) IRR yang dihasilkan dari investasi ini lebih besar dari cost of capitalnya /
COCnya.
c) Payback Period yang investasi ini mampu berikan yaitu sekitar 4,5 tahun
tersebut telah lebih cepat dari standar investasi yang sejenis.

3.3 Peran Kantor Pusat terhadap Usulan Investasi Modal di Quality Metal
Service Center
Ken Richards harus mengirim proposal tersebut ke home office untuk
mendapatkan persetujuan, karena selain proposal ini baik dan dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan, di dalam struktur organisasi itu sendiri telah ada

10

aturan yang menyatakan bahwa pengeluaran capital lebih dari $10,000 harus
mendapatkan persetujuan dari kantor pusat.
3.4 Kegunaan Umum dan Keefektifan ROA sebagai Dasar Evaluasi Kinerja
Manajer Distrik
Penggunaan ROA sebagai dasar mengevaluasi kinerja dari manajer distrik itu
sudah cukup efektif. Dengan menggunakan ROA, para manajer akan termotivasi
untuk memanfaatkan modal atau asset yang diinvestasikan pada distrik tersebut
seefektif dan seefisien mungkin untuk menghasilkan laba yang optimal sehingga
distrik tersebut dapat memperoleh penilaian kinerja yang baik, karena semua itu
akan tercemin dalam laporan keuangan.
ROA dapat dihitung dengan cara membagi penghasilan bersih (net income)
dengan total asset yang dimiliki. Dalam penghitungan total asset, akun hutang
tidak dikurangi dari penghitungan dasar asset. Tapi penyesuaian akan dibuat
apabila periode kredit yang dinegosiasikan lebih besar daripada standar
perusahaan yaitu 30 hari. Dengan adanya peraturan seperti ini, manajer juga akan
berusaha untuk mendapat hutang dengan periode kredit yang lama, karena itu
akan mempengaruhi perhitungan dasar asset yang digunakan untuk menghitung
ROA. Namun ROA tidak selalu efektif untuk semua situasi, misalnya seperti yang
tertera dalam Tampilan 5, dimana perhitungan insentif untuk proyek baru lebih
rendah dibandingkan perhitungan insentif proyek lama. Dalam Tampilan 5,
terlihat bahwa penambahan asset tersebut tidak sebanding dengan penambahan
profit yang diterima. Hal tersebut menyebabkan terjadinya asset overemployed.
Karena adanya asset overemployed ini, penilaian untuk distrik ini,melalui insentif
bonus, pun terlihat lebih rendah karena distrik ini jadi terlihat tidak dapat
menghasilkan profit untuk jangka pendek yang maksimal dari asset yang telah
diinvestasikan. Padahal penambahan asset tersebut baru akan terlihat manfaatnya
jika dilihat dari profit jangka panjang. Masalah ini akan menyebabkan para
manajer distrik jadi tidak termotivasi untuk mencari proyek baru.
Agar pengukuran dapat lebih efektif perusahaan dapat menggunakan EVA. EVA
memperhitungkan asset dan cost of capital yang digunakan perusahaan, selain itu

11

EVA juga memiliki interest rate yang berbeda untuk asset yang berbeda, dan EVA
juga memiliki korelasi positif dengan perubahan nilai pasar perusahaan.
3.5 Praktek yang Memotivasi Manajer Distrik untuk Menggunakan Asset
Secara Efisien dan Pemilihan Harga yang Tepat untuk Aset Baru
Praktek yang bisa memotivasi para manajer distrik berkenaan dengan penggunaan
asset tentunya berhubungan dengan cara yang digunakan manajemen dalam
menghubungkan hubungan antara laba dan asset itu sendiri. Dalam kasus ini alat
analisis yang digunakan perusahaan Quality Metal adalah Return on Assets
(ROA), yaitu praktek yang paling sederhana dalam menganalisis profitabilitas dari
laba bersih terhadap total aktiva. Return on assets (ROA) yang positif
menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dimiliki perusahaan mampu
memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila ROA yang negatif
mengindikasikan bahwa dari total aktiva yang dimiliki perusahaan justru
perusahaan mendapatkan kerugian.
Dalam kasus ini menurut kelompok kami agar dapat menggunakan asset secara
efisien dan mendapatkan asset baru dengan jumlah yang tepat seorang manajer
distrik harus mampu bertindak secara konsisten ketika berinvestasi pada assets
baru, dalam artian sistem pengendalian dalam membuat keputusan mengenai
investasi ini perlu dibuat konsisten dan berhati-hati, ketika jenis aktiva yang
digunakan sama tentunya tingkat pengembalian yang dihasilkan harusnya sama
tanpa melihat profitabilitas dari unit-unit usaha tersebut. Misalnya ketika laba
suatu unit usaha tinggi namun aktiva yang dimiliki juga tinggi maka ROA yang
dihasilkan akan menjadi lebih kecil. Oleh karena itu perlu ada sistem dan cara
pengendalian yang jelas.
ROA sendiri bukan merupakan dasar terbaik dalam mengukur kinerja, karena
pada dasarnya ROA ini sendiri masih memiliki kelemahan-kelemahan sebagai
berikut:
1. ROA

membuat

manajer

divisi

memiliki

kecenderungan

untuk

melewatkan peluang investasi.

12

Manajer unit bisnis akan cenderung tidak melakukan ekspansi dengan assets
yang menurunkan divisional ROAnya, meskipun sebenarnya proyekproyek tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan secara
keseluruhan.

Sebagai contoh: unit usaha A memiliki ROA sebesar 30% cenderung untuk
menolak investasi asset yang tingkat pengembaliannya kurang dari itu dengan
asumsi akan menurunkan ROAnya. Sedangkan untuk divisi B dengan ROA
sebesar 5% akan menerima investasi asset tersebut. Dalam kasus ini ROA
akan membuat kebiasan untuk tidak atau sedikit ekspansi dalam asset atas
unit usaha dengan laba tinggi sementara disisi lain unit berlaba rendah justru
akan melakukan eskpansi dibawah pengembalian yang ditolak unit berlaba
tinggi.
2. ROA kurang efektif sebagai dasar evaluasi untuk diperbandingkan
Melihat pada kelemahan dipoin pertama, masalah itu juga membuat rasio
yang dihasilkan ROA baru akan berarti jika ada perbandingan dengan
perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat resiko yang hampir sama atau
dibandingkan dengan rasio industri, disamping itu juga diperlukan analisa
kecendrungan dari tiap-tiap rasio dengan tahun sebelumnya (Time Saries).
3. ROA sulit dalam mengevaluasi nilai
Untuk mendapatkan nilai ROA rumusnya adalah sebagai berikut :

Dengan meninjau rumus tersebut, untuk menciptakan rasio ROA yang tinggi,
suatu unit bisnis mempunyai 2 alternatif yaitu meningkatkan Laba yang lebih
besar daripada aktiva, atau menurunkan aktiva dengan jumlah laba yang ada.
Hal ini memberikan kesempatan bagi suatu unit bisnis untuk memiliki
kecenderungan untuk bisa membuat ROAnya terlihat besar dengan cara yang
sedikit curang. Yaitu ketika kemampuan menghasilkan laba semakin baik
untuk membuat ROAnya terlihat produktif unit bisnis tidak melakukan
investasi pada asset-aset yang potensial, karena asset yang ada akan
pengalami penurunan nilai (depresiasi), sementara rasio laba terhadap aktiva
13

menjadi lebih besar, padahal hasil tersebut mengabaikan peluang investasi


yang ada. Dalam kasus ini sehingga menjadi sulit untuk mengetahui apakah
suatu perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak.
4. ROA membuat Manajemen untuk cenderung berfokus pada tujuan jangka
pendek.
Sebuah proyek dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi
proyek tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang.
Misalnya seperti upaya untuk membuat laba terlihat tinggi dan otomasi akibat
penggunaan asset baru adalah berupa pemutusan beberapaa tenaga penjualan,
pengurangan budget pemasaran, dan pengguaaan bahan baku yang relatif
murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang.

Yang terakhir adalah mengenai rekomendasi dalam mengatasi masalah disfungsi


tersebut. Menurut kelompok kami alat evaluasi yang lebih efektif adalah dengan
menggunakan Economic Value Added (EVA). EVA adalah pengukuran kinerja
keuangan perusahaan yang dihitung dengan cara mengurangkan net operating
profit after tax dengan cost of capital. EVA merupakan indikator tentang adanya
penciptaan nilai dari suatu investasi, dimana ketika EVA bernilai positif
menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai (Create Value) bagi pemilik
perusahaan dan tentunya hal ini sejalan dengan tujuan memaksimalkan nilai
perusahan. Karena terbukti EVA sendiri merupakan perangkat pengukuran kinerja
yang disarankan dan mampu mengatasi masalah-masalah disfungsi seperti,
ketidakkonsistenan, masalah perbedaan potensi laba, penyesuaian dalam tingkat
suku bunga dan jenis aktiva yang berbeda-beda, dan kesesuaiannya menghadapi
harga pasar yang fluktuatif.

3.6 Pengaruh Biaya Pajak dan Biaya Overhead dalam Perhitungan Laba Distrik
Dalam perhitungan laba distrik sebaiknya mempertimbangkan faktor biaya pajak,
karena distrik yang beroperasi di daerah yang berbeda-beda tentu memiliki
peraturan pajak pendapatan yang berbeda-beda di setiap daerah. Dengan setiap
distrik mempertimbangkan faktor pajak, tentu akan berpengaruh ke pajak
pendapatan perusahaan secara keseluruhan dan dengan ini tentu perusahaan akan

14

memiliki pertimbangan-pertimbangan atau acuan untuk memanage pajaknya.


Sementara untuk biaya overhead perusahaan sebaiknya dialokasikan ke masingmasing distrik untuk biaya-biaya yang ada hubungannya atau bisa dibilang yang
bisa dikendalikan distrik, karena jika pengalokasian biaya overhead dilakukan
secara merata ke semua distrik walaupun tidak berhubungan dengan distrik
tersebut, tentu akan memunculkan konflik. Untuk masalah laba distrik itu sendiri,
laba tidak harus dihitung berdasarkan biaya historis atau biaya penggantian,
namun hal ini perlu dihitung jika distrik memerlukan suatu laporan untuk
mengevaluasi kinerjanya dan untuk perencanaan di masa yang akan datang.
Dengan cara ini, manajer distrik akan mengetahui perbandingan biaya historis dari
tahun ke tahun sehingga manajer akan termotivasi untuk meminimalkan biaya dan
memaksimalkan laba dari tahun ke tahun yang akan datang.

3.7 Rekomendasi Sistem Kompensasi Insentif Bagi Quality Metal Service Center
Tujuan utuma perusahaan adalah untuk mengembangkan pangsa pasarnya dengan
cara fokus pada penjualan, program dan teknik marketingnya. Jika perusahaan
ingin mencapai tujuan tersebut maka ia harus merubah sistem bonusnya agar para
pekerja termotivasi untuk melakukan penjualan.

Menurut kelompok kami, sistem yang sekarang ini belum dapat memotivasi
distrik untuk membuat keputusan yang konsisten dengan strategi perusahaan.
Seperti masalah perhitungan bonus yang masih memerlukan pembaharuan, karena
dari perhitungan bonus itu sendiri dapat terlihat bahwa bonus insentif dengan
proyek baru justru lebih rendah dibandingkan dengan bonus insentif tanpa proyek
baru. Hal ini dapat menyebabkan manajer distrik tidak termotivasi untuk membuat
keputusan yang konsisten dengan strategi perusahaan karena bonus yang
dihasilkan lebih rendah.

Menurut kami hal ini dapat terjadi karena penggunaan ROA sebagai dasar
penilaian kinerja, dan masalah yang dihadapi ini, memang merupakan salah satu
kelemahan dari ROA itu sendiri. Karena ketika suatu distrik memutuskan untuk
membuat proyek baru dimana ia akan cenderung menambah jumlah assetnya

15

sementara pertumbuhan laba tidak sebanding dengan akusisi asset baru ini maka
hasilnya adalah perhitungan ROA menjadi lebih kecil daripada distrik yang
sejenis tetapi tidak memutuskan membuat proyek baru. Padahal proyek-proyek
tersebut justru potensial untuk keuntungan perusahaan dalam jangka panjang.
Hasilnya perusahaan jadi melewatkan peluang-peluang potensian yang seharusnya
bisa ditangkap. Sementara dengan menggunakan EVA masalah seperti
mengevaluasi keberhasilan suatu proyek atau investasi, keberhasilan manajemen
dalam mengelola perusahaan apakah menghasilkan nilai tambah yang signifikan
atau tidak, dan penentuan kompensasi insentif menjadi lebih adil dan sesuai
dengan seharusnya.

16

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Menurut kelompok kami, usulan investasi modal oleh manajer distrik cukup
menarik bagi Quality Metal karena dapat membantu perusahaan dalam mencapai
tujuannya dalam memaksimalkan laba.

Menurut kelompok kami, sistem yang sekarang ini belum dapat memotivasi
distrik untuk membuat keputusan yang konsisten dengan strategi perusahaan.
Seperti masalah perhitungan bonus yang masih memerlukan pembaharuan, karena
dari perhitungan bonus itu sendiri dapat terlihat bahwa bonus insentif dengan
proyek baru justru lebih rendah dibandingkan dengan bonus insentif tanpa proyek
baru. Hal ini dapat menyebabkan manajer distrik tidak termotivasi untuk membuat
keputusan yang konsisten dengan strategi perusahaan karena bonus yang
dihasilkan lebih rendah.

ROA sendiri bukan merupakan dasar terbaik dalam mengukur kinerja, karena
pada dasarnya ROA ini sendiri masih memiliki kelemahan-kelemahan yaitu:
membuat manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan peluang
investasi, sulit dibandingkan, sulit untuk mengevaluasi nilai, dan manajemen
hanya fokus pada tujuan jangka pendek.

4.2 Saran
Agar pengukuran dapat lebih efektif perusahaan dapat menggunakan EVA. EVA
memperhitungkan asset dan cost of capital yang digunakan perusahaan, selain itu
EVA juga memiliki interest rate yang berbeda untuk asset yang berbeda, dan EVA
juga memiliki korelasi positif dengan perubahan nilai pasar perusahaan.

17

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, R.N. and Govindarajan, V. Management Control System, 11th Ed. USA
(2007): McGraw-Hill Irwin.

18

Anda mungkin juga menyukai