Anda di halaman 1dari 31

SHOCK DAN RESUSITASI

CAIRAN
Ns. Ardi

Hipoksia
jaringan

Kebutuhan
dan suplai

Kegagalan
organ

Gangguan perfusi
jaringan

Kulit

Jantung

Otak

Ginjal

Organ
lain

Stadium Syok
Stadium Kompensasi, dengan cara
meningkatkan refleks simpatis:
Resistensi sistemik meningkat: aliran darah
dari organ sekunder ke organ primer (jantung,
paru, otak), resistensi arteriol meningkat
Tekanan diastolik meningkat.
HR meningkat Cardiac output meningkat
Sekresi vasopresin, renin-angiotensinaldosteron meningkat ginjal menahan air
dan natrium.

Manifestasi Klinis

Takikardia
Gelisah
Kulit pucat dan dingin

Pengisian kapiler >2 detik

Ketergantungan pada tekanan darah sebagai satu-satunya


indikator syok akan menyebabkan terlambatnya diagnosis
syok.

INGAT

Mekanisme kompensasi tubuh dapat menjaga tekanan


darah sampai korban gawat darurat kehilangan 30%
volume darah

Perhatian harus diarahkan pada nadi, laju pernapasan,


sirkulasi kulit dan tekanan nadi.

Gejala paling dini adalah tachycardia dan vasokonstriksi


perifer.
Tachycardia pada bayi bila denyut jantung >160 x/menit,
balita >140 x/menit, anak usia sekolah >120 x/menit dan
>100 x/menit pada orang dewasa.
Hematokrit dan kadar Hb tidak dapat dipakai untuk
mengukur kehilangan darah ataupun diagnosis syok.

Stadium Dekompensasi
Perfusi jaringan buruk O2 metabolisme
anaeroblaktatasidosis laktat diperberat
dengan penumpukan CO2 yang akan
menghambat kontraktilitas miokardium dan
respon terhadap katekolamin.
Gangguan metabolisme energy tergantung
Na/K pompa di tingkat selulerkerusakan sel
Aliran darah lambat dan kerusakan sistem
koagulasi

Pelepasan mediator vaskular: histamin,


serotonin, cytokines. Pelepasan mediator oleh
makrofag menyebabkan vasodilatasi arteriol
dan permeabilitas vaskular meningkat
venous return preload cardiac output
menurun. Manifestasi: takikardia, TD sangat
turun, perfusi perifer buruk, asidosis, oliguria
dan kesadaran menurun

Stadium Irreversibel
Syok berlanjut menyebabkan kerusakan dan
kematian sel kegagalan multi organ.
Cadangan ATP akan habis terutama di
jantung dan hepar tubuh kehabisan energi.
Manifestasi klinik: nadi tidak teraba, tekanan
darah tak terukur, anuria dan tanda-tanda
kegagalan organ.

Penyebab Syok
Hipovolemik
(Vol
intravaskular)

Cardiogenik
(hambatan
pompa jantung)

Hemoragik (internal
dan eksternal)
Dehidrasi

Infark miokard
Gagal jantung

Shock
Distributif

Disebabkan oleh kehilangan tonus simpatik,


dilatasi pembuluh darah, peningkatan
permeabilitas vaskular.
Keseluruhan faktor ini menyebabkan MAP
menurun dan menyebabkan perubahan neural
dan kimia.

Shock
Obstruktif

Hambatan sirkulasi menuju jantung akibat


tension pneumotoraks dan cardiac tamponade

Syok Hipovolemik akibat kehilangan cairan

Akibat muntah, diare dan luka bakar


sehingga terjadi dehidrasi
Derajat Dehidrasi:

Dewasa

Bayi dan Anak

Dehidrasi

Ringan

4% BB

5% BB

Sedang

6% BB

10% BB

Berat

8% BB

15% BB

Tanda Klinis
Ringan

Sedang

Berat

Defisit

3-5%

6-8%

>10%

Hemodinamik

Takikardia
Nadi lemah

Takikardia
Nadi sangat lemah
Volume collapse
Hipotensi ortostatik

Takikardia
Nadi tidak teraba
Akral dingin
sianosis

Jaringan

Lidah kering
Turgor turun

Lidah keriput
Turgor kurang

Atonia
Turgor buruk

Urine

Pekak

Jumlah turun

oliguria

SSP

mengantuk

apatis

coma

Tindakan
Tentukan defisit
Atasi syok: cairan infus 20 ml/kg dalam 1 jam,
dapat diulang
Sisa defisit: 50% dalam 8 jam pertama
50% dalam 16 jam berikutnya
Cairan yang digunakan: RL atau NaCl 0.9%
Rehidrasi bila urine 0.5-1 ml/kg/jam

Ringan

Nafas dan nadi sedikit lebih cepat


Tekanan darah belum turun

Sedang

Tachycardia dan akral dingin


Tekanan darah belum turun

Berat

Kehilangan darah >30% volume darah


menyebabkan gejala jelas a.l. tekanan darah
turun

Setiap korban Gadar trauma yang nadi cepat dan akral dingin dianggap dalam keadaan syok

Pemeriksaan Fisik

Penilaian Airway, Breathing dan sirkulasi.


Tanda vital, jumlah urine, tingkat
kesadaran

Sirkulasi dan
kontrol
perdarahan

Kontrol perdarahan (bebat tekan),


dapatkan akses IV

Airway &
Breathing

Tambahkan oksigen jika perlu, jaga


tekanan O2 antara 80-100 mmHg

Disability Pemeriksaan
Neurologi

Nilai tingkat kesadaran, pergerakan


bola mata dan reaksi pupil, fungsi
motorik dan sensorik

ExposurePemeriksaan
Menyeluruh

Setelah menentukan prioritas terhadap


keadaan mengancam nyawa, buka
seluruh pakaian untuk menilai kelainan
yang ada, ttp cegah hipotermi

Dilatasi gasterdekompresi

Dilatasi gaster sering pada gadar trauma, NGT


harus terpasang dengan baik, terpasang pada
alat suction dan berfungsi baik

Kateter
uretra

Memungkinkan untuk pemeriksaan


urine, adanya hematuria, penilaian
perfusi dari resusitasi cairan
Kontraindikasi jika ada darah pada
OUE

Akses
vaskular

Sebaiknya memakai 2 kateter


intravena yang besar

Pemberian
cairan awal

Cairan elektrolit isotonik dipakai pada awal


resusitasi.
Cairan RL merupakan pilihan pertama, cairan NaCl
0.9% adalah pilihan kedua.
Dosis 1-2 liter untuk dewasa dan 20cc/kg BB untuk
anak

Evaluasi
resusitasi
cairan &
perfusi organ

Kembalinya TD, tekanan nadi dan denyut nadi


adalah tanda awal sirkulasi baik.
Perbaikan kesadaran dan keadaan kulit
menunjukkan perbaikan perfusi, paling baik
hasil urine 30-50 cc/jam

Pada dewasa perdarahan >15% EBV perlu


dilakukan transfusi darah, sedang pada bayi dan
anak bila perdarahan >10% EBV.
Transfusi dengan:
Whole blood : (Hbx-Hbpasien)xBBx6 = ml
PRC
: (Hbx-Hbpasien)xBBx3 = ml
Bila pakai cairan kristaloid: 3 kali volume darah yang
hilang
Cairan koloid: sesuai jumlah darah yang hilang

Syok Kardiogenik
Tujuan terapi untuk memperbaiki
fungsi miokardium
Terapi: infus, untuk memperbaiki
sirkulasi
Inotropik Dobutamin
5g/kg/menit. Jika TD sangat
rendah diberikan obat inotropik dan
vasopresor yaitu nor epinefrin

Syok Obstruktif
Tujuan terapi menghilangkan
sumbatan
Tindakan: kristaloid isotonik untuk
mempertahankan volume
intravaskular
Pembedahan

Syok Distributif
Syok Anafilaksis
Tindakan:
Baringkan pasien dengan posisi syok
Adrenalin: 0.3-0.5 mg SC, anak 0.01 mg/kg
SC (larutan 1:1000)
Pasang infus NaCl 0.9%
Kortikosteroid: Dexamethasone 0.2 mg/kg
IV
Bila bronkospasme dapat diberikan
Aminofilin 5-6 mg/kg IV bolus pelan-pelan
dilanjutkan drips 0.4-0.9 mg/kg/min

Syok
Neurogenik

Sering terjadi akibat SCI toraks


atau cervikal
Terapi: resusitasi cairan,
vasopressor

Syok Septik

Penyebab SIRS (systemic


inflammatory respons syndrome)
Terapi: antibiotik, terapi cairan,
vasopressor, inotropik, oksigen,
koloid BM sedang (Hidroksietil)

TERAPI CAIRAN
Cairan Kristaloid

Cairan Koloid

Mengandung
zat dengan BM
rendah (<8000
Dalton)
Tekanan
onkotik rendah
sehingga cepat
terdistribusi ke
ekstraseluler

Mengandung
zat dengan BM
tinggi (>8000
dalton), mis:
protein
Tekanan
onkotik tetap
tinggi sehingga
sebagian
besar tetap di
intravaskuler

Cairan Khusus

Digunakan
untuk koreksi
atau indikasi
khusus
Ex: NaCl 3%,
bic-nat,
mannitol

CAIRAN KRISTALOID
Ringer Laktat
Cairan paling fisiologis jika sejumlah volume
besar diperlukan seperti pada syok
hipovolemik, diare, trauma, luka bakar.
Dimetabolisme di hepar menjadi bikarbonat
untuk memperbaiki asidosis metabolik
Tidak mengandung glukosa sehingga bila
akan dipakai sebagai cairan maintenance
harus ditambah glukosa untuk mencegah
ketosis.

NaCl 0.9%
Dipakai sebagai cairan resusitasi untuk kasus:
- Kadar Natrium rendah
- Keadaan dimana RL tidak cocok digunakan:
alkalosis, retensi kalium
- Cairan pilihan untuk kasus trauma kepala
- Dipakai mengencerkan sel darah merah sebelum
transfusi
- Kekurangan: tidak mengandung HCO3-, tidak
mengandung K+, Kadar Natrium dan Clorida tinggi
sehingga dapat terjadi asidosis dan
hipernatremia.

Dekstrose 5% dan 10%


Digunakan pada pasien dengan pembatasan
intake natrium atau cairan pengganti pure water
deficit.
Perioperatif untuk metabolisme, menyediakan
kebutuhan air, mencegah hipoglikemia,
menurunkan kadar asam lemak bebas dan
ketone.
Tidak boleh diberikan pada neuro-trauma karena
dapat berpindah secara bebas dalam sel otak
edema otak

CAIRAN KOLOID
Termasuk albumin, produk darah, plasmanat,
dextran.
Keunggulan koloid terhadap respon metabolik
meningkatkan transport oksigen ke jaringan,
serta menurunkan laktat serum.
Dapat terjadi gangguan hemostasis
berhubungan dengan dosis, umumnya
pemberian koloid maksimal 33 ml/kg BB

Case Study 1
Seorang perempuan usia 28 tahun, primigravida kehamilan 34
minggu datang ke klinik karena sakit tenggorokan, menggigil dan
merasa seperti sakit flu. Pasien juga melaporkan mual, muntah,
nyeri abdomen dan merasa tidak nyaman. Pasien dirujuk ke RS
menggunakan ambulans. Hasil pemeriksaan TD sebelum sampai di
RS 100/60 mmHg, Nadi 90x/menit, Pernapasan 16x/menit, Suhu
35oC. Sebelum tiba di RS kondisi cepat berubah dengan TD 70/40
mmHg, Nadi 116x/menit, Pernapasan 22x/menit, suhu 36.4oC.
Perawat memasang O2 dan infus kristaloid.
1. Apakah masalah kesehatan pasien tersebut? Jelaskan
klasifikasinya!
2. Jelaskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan pasien
tersebut!
3. Apakah tanda awal yang perlu dikenali pada pasien tersebut?
Jelaskan!
4. Jelaskan penanganan lanjutan yang diperlukan pasien tersebut!

Case Study 2
Seorang laki-laki usia 25 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas saat
mengendarai mobil dan tidak menggunakan seat belt. Pasien
ditemukan sekitar 4 meter dari mobilnya. Pasien merintih dan
melaporkan susah bernapas, meringis saat abdomen dipalpasi. TD
80/56 mmHg, nadi apikal 135 x/menit namun tidak teraba nadi
radial/brakial. Nadi karotis teraba lemah. Pernapasan 35x/menit,
dinding dada tidak simetris dan tidak terdengar bunyi napas disisi kiri.
Trakea bergeser sedikit ke kanan, abdomen distensi ringan dan nyeri
tekan. Foto thoraks menunjukkan hemopneumothoraks dan fraktur
iga kiri. Hematokrit 28%.
1. Apakah pasien mengalami syok? Jelaskan!
2. Apakah penanganan awal yang diperlukan pasien tersebut?
Jelaskan!
3. Jelaskan patofisiologi manifestasi klinik yang dialami pasien
tersebut?
4. Didasarkan pada hasil pengkajian, tuliskan 2 diagnosa
keperawatan prioritas pada kasus tersebut!

Anda mungkin juga menyukai