Anda di halaman 1dari 11

1.

PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan
masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu
lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan
ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Lincolin Arsyad, 1999). Kegiatan ini berorientasi
pada suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri
alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk yang
lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan transformasi pengetahuan2. Tujuan dari
pembangunan tersebut adalah untuk dapat melahirkan kebijakan dalam menentukan
wilayah mana yang sebaiknya dipilih untuk suatu kegiatan ekonomi dan mengapa
wilayah tersebut menjadi pilihan3. Kebijakan pembangunan wilayah tersebut pada
dasarnya merupakan keputusan dan intervensi pemerintah, baik secara nasional maupun
regional untuk mendorong proses pembangunan pada suatu daerah secara keseluruhan
melalui peningkatan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan kerja, pemerataan
pembagian pendapatan masyarakat, serta peningkatan hubungan regional antar daerah.
Segala kebijakan dalam rangka pembangunan ekonomi tentu memiliki hubungan
dengan strategi dan proses bisnis suatu perusahaan. Dampak atau pengaruh yang diterima
akibat perubahan regional ekonomi tersebut pada akhirnya akan menciptakan peluang
sekaligus ancaman bagi suatu bisnis.

Diantara tantangan yang akan dihadapi ialah

disparitas (ketimpangan) regional. Beberapa faktor penyebab ketimpangan tersebut ialah


konsentrasi kegiatan ekonomi di suatu wilayah, alokasi investasi, tingkat mobilitas faktor
produksi yang rendah, perbedaan sumber daya, perbedaan kondisi demografis, dan
terhambatnya perdagangan.
2. PROFIL SULAWESI BARAT
Provisi Sulawesi Barat menjadi provinsi yang ke-33 pada tanggal 5 Oktober 2004
Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004. Provisi ini merupakan pemekaran dari Provinsi
Sulawesi Selatan dengan ibu kota Mamuju. Terdiri dari 5 kabupaten dan wilayah seluas
16.990,77 km2 , Sulawesi Barat didominasi oleh suku Mandar (49,13%), selain suku
Toraja, Bugis, Jawa serta suku lainnya. Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat bertolak

dari ide pembentukan Provinsi Mandar yang dimulai sejak 1961. Bertolak dari semangat
Allamungan Batu di Luyo yang mengikat Mandar dalam perserikatan Pitu Babana
Binanga Salu dalam sebuah mukhtamar yang melahirkan Sipamandar, ide ini
dicetuskan terus sampai Orde Baru dan kemudian Orde Reformasi.

Provinsi Sulawesi Barat berbatasan dengan Sulawesi Selatan di sebelah timur dan
selatan, Sulawesi Tengah di sebelah utara, serta Selat Makassar di sebelah barat.
Posisinya terletak pada 00 12' - 30 38' Lintang Selatan dan 1180 43'15" - 1190 54'3"
Bujur Timur. Sulawesi Barat memiliki wilayah seluas 16,990,77 km2 yang meliputi 5
kabupaten dan 66 kecamatan dengan wilayah terluas terletak di Kabupaten Mamuju
(8.014,06 km2). Di provinsi ini terdapat 193 buah gunung dengan gunung tertInggi
adalah Gunung Ganda Dewata (3.037 meter dpl) serta dialiri 8 buah sungai dengan
sungai terpanjang yaitu Sungai Saddang dan Sungai Karama dengan panjang masingmasing 150 km. Provinsi Sulawesi Barat mempunyai kelembaban udara relatif tinggi
dengan rata-rata berkisar antara 76,5% - 82,8% pada tahun 2008 serta kecepatan angin
yang hampir merata di seluruh kabupaten di Sulawesi Barat, yaitu berkisar 5 - 14 km/jam.
Berdasarkan hasil proyeksi BPS Provinsi Sulbar tahun 2010, penduduk Provinsi Sulbar
berjumlah 1.168.651 jiwa dengan jumlah terbesar terletak di Kabupaten Polewali Mandar
yaitu 396.120 jiwa serta yang terkecil di Kabupaten Mamuju Utara (134.369 jiwa).
Sementara itu, tingkat kepadatan penduduk tertinggi ada di Kabupaten Polewali Mandar
(196 jiwa/km2) serta yang terendah di Kabupaten Mamuju (42 jiwa/km2).

Kondisi pelayanan publik di bidang pendidikan tingkat dasar Provinsi Sulawesi


Barat pada tahun 2010 menunjukkan bahwa terdapat 1.262 buah sekolah SD negeri,
13.189 orang guru, serta 177.984 orang murid. Dari jumlah tersebut, Kab. Mamuju
memiliki jumlah sekolah, guru, dan murid yang paling banyak yaitu masing-masing
sebesar 409 buah, 3.784 orang, dan 58.228 orang, sedangkan Kab. Mamuju Utara
memiliki jumlah yang paling sedikit, yaitu masing-masing sebesar 130 buah SD, 1.306
orang guru, serta 20.961 orang murid.
Rasio murid/guru yang merupakan indikator kualitas pembelajaran yang diterima
murid menunjukkan rata-rata sebesar 13,49 murid/guru. Artinya adalah rata-rata murid
yang diampu seorang guru adalah sebanyak 13,49 murid. Dari 5 kabupaten yang terdapat
di Sulawesi barat pada tahun 2010, Kab. Mamasa memiliki rasio murid/guru yang paling
rendah yaitu 9,57 sedangkan Kab. mamuju Utara memiliki rasio yang paling besar
(16,05). Sementara itu, rasio murid/sekolah menunjukkan rata-rata sebesar 141,03
murid/sekolah dengan rasio terkecil terdapat di Kab. Mamasa (100,49) dan yang terbesar
di Kab.Polewali Mandar (167,05)

TABEL

Ketersediaan layanan pendidikan dasar khususnya sekolah menengah pertama di


Provinsi Sulawesi Barat menunjukkan bahwa terdapat 241 buah SMP di seluruh wilayah
provinsi, 4.010 orang guru, serta 51.987 orang murid. Jumlah sekolah paling besar
terdapat di Kab.Mamuju, yaitu sebesar 70 buah dan yang terkecil ada di Kabupaten
Mamuju Utara (27 buah), sedangkan jumlah guru terbesar ada di Kab. Polewali Mandar
(1.087 orang) dan yang terkecil di Kab. Mamuju Utara (379 orang). Sementara itu,
Jumlah murid yang paling banyak terdapat di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamuju
Utara memiliki murid yang paling sedikit dengan 4.099 orang murid. Daya tampung SMP
di provinsi ini menunjukkan angka 215,71 murid/sekolah yang berarti bahwa tiap sebuah
SMP di Provinsi Sulawesi Barat terdapat 215,71 murid. Angka rasio ini yang terbesar
terdapat di Kab. Polewali Mandar, yaitu sebesar 287,91 murid/sekolah sedangkan yang
terkecil di Kab. Mamuju Utara (151,81). Di lain pihak, salah satu indikator kualitas
pembelajaran yang diterima murid SMP Negeri di Provinsi Sulawesi Barat, yaitu rasio
murid/guru, menunjukkan angka rata-rata 12,96 murid/guru. Terkait rasio tersebut, Kab.
Polewali Mandar memiliki angka yang tertinggi dengan 14,83 murid/guru, sedangkan
Kab. Mamasa memiliki rasio terendah yaitu 10,61 murid/guru

3. PEMBAHASAN
Indeks Williamson merupakan pendekatan untuk mengukur derajat ketimpangan
antar wilayah berdasarkan PDRB perkapita. Formula ini pada dasarnya sama dengan
coefficient of variation (CV) biasa dimana standar deviasi dibagi dengan rataan.
Williamson (1965) memperkenalkan CV ini dengan menimbangnya dengan proporsi
penduduk, yang disebut CVw. Formulanya adalah sebagai berikut:

Tingkat kesenjangan ekonomi antarkota dan kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat


yang ditunjukkan dengan nilai indeks wiliamson dari tahun 2009-2013 tergolong rendah.
Kesenjangan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah masih berada di bawah nasional
dengan kecenderungan semakin meningkat. Rata-rata nilai indeks williamson 33 provinsi
pada periode yang sama sebesar 0,95 cukup jauh berada di atas nilai masing-masing
wilayah di Indonesia.

Kesenjangan ekonomi antarkota dan kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat relatif


merata, terlihat dari besarnya gap antara kabupaten atau kota dengan PDRB perkapita
tertinggi dan PDRB perkapita terendah (Tabel 1). Besarnya PDRB perkapita di
Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara selalu lebih tinggi dari Provinsi Sulawesi Barat.
Tingginya PDRB perkapita kedua kabupaten ini karena potensi kekayaan alamnya di
bidang pertambangan, pertanian, perikanan, dan perkebunan. Selain itu, membaiknya
pelayanan publik yang dilakukan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
juga meningkatkan PDRB perkapita di daerah ini.

4. PENUTUP
Pertumbuhan daerah Sulawesi Barat tahun 2015 memiliki prospek baik, dengan
didukung beberapa modal pembangunan yang dimiliki. Daerah dengan tingkat
pendapatan perkapita relatif rendah pada umumnya akan memiliki laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi karena investasi akan memberikan tambahan output (marginal
product of capital) yang lebih tinggi. Pertumbuhan daerah di Sulawesi Barat ditentukan
oleh realisasi investasi di daerah tersebut. Tingkat kesenjangan konsumsi masyarakat di
Provinsi Sulawesi Barat (indeks gini) selama periode 2008-2013 mengalami peningkatan
dari angka 0,31 menjadi 0,35, meskipun masih jauh dari peningkatan angka nasional dari
0,35 menjadi 0,4. Rendahnya tingkat kesenjangan ekonomi akan mendukung upaya
pengurangan kemiskinan, peningkatan kerukunan sosial, dan penciptaan stabilitas politik
dan keamanan. Percepatan pengembangan ekonomi Sulawesi diperkirakan akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah secara keseluruhan. Provinsi Sulawesi


Barat memiliki potensi sumberdaya alam yang besar dan bervariasi, mulai dari pertanian,
kehutanan, kelautan, dan perikanan, peternakan sampai perkebunan. Sektor pertanian
komoditi unggulannya berasal dari sub sektor tanaman perkebunan, dengan komoditi
berupa kelapa, kakao dan kopi. Sub sektor kehutanan dengan komoditi rotan, dan sub
sektor perikanan komoditi yang diunggulkan adalah perikanan tangkap.
Komoditi penunjang untuk sektor pertanian yaitu sub sektor tanaman perkebunan
dengan komoditi kelapa sawit dan kopi, sub sektor perikanan meliputi budidaya laut,
budidaya tambak dan budidaya kolam. Di sektor pertambangan dan energi, potensi
sumber daya alam meliputi batu bara, bijih besi, tembaga, mangan, pasir kuarsa, dan lainlain. Posisi Sulawesi Barat yang strategis karena berada tepat di tengah jalur lintas
Sulawesi memiliki akses terhadap pelabuhan dan perdagangan internasional dan
domestik. Selain proyek-proyek infrastruktur utama yang secara langsung melewati
Sulawesi Barat, proyek-proyek infrastruktur utama di kota-kota pusat pertumbuhan
lainnya juga diperkirakan akan hanya memberi manfaat besar pada Sulawesi Barat.
Berdasarkan modal pembangunan yang dimiliki dan semakin meningkatnya kinerja
pembangunan, prospek pembangunan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015 dalam
mendukung pencapaian target RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Sasaran pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat dalam RPJMN 2015-2019
sebesar 8,1 10,4 persen dapat tercapai. Pada triwulan IV tahun 2014 bebagai
indikator mengindikasikan kinerja ekonomi di Sulawesi Barat terus membaik.
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat telah meningkat pada akhir 2014 melebihi
perkiraan sebelumnya. Hal ini juga didukung meningkatnya produksi pertanian
dan aktivitas pertambangan setelah diberlakukannya ijin ekspor mineral bagi
penambang besar.
2. Kondisi terakhir kemiskinan Sulawesi Barat tahun 2013 masih berada pada
angka 12,83 persen, sementara itu sasaran pengurangan tingkat kemiskinan dari
buku III RPJMN pada tahun 2019 adalah sebesar 10,2 7,1 persen, sehingga
diperlukan

upaya

konsisten

dalam

mempertahankan

penurunan

tingkat

kemiskinan sesuai sasaran Buku III RPJMN 2015-2019. Selama kurun waktu

2014-2019 SulaBarat harus menurunkan persentase penduduk miskin 5,73 poin


persentase atau 0,96 poin persentase per tahun.
3. Dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan untuk mencapai sasaran
utama pembangunan, pemerintah harus memperhatikan dinamika lingkungan baik
internal maupun eksternal. Perlambatan arus perdagangan global merupakan
ancaman eksternal perekonomian daerah.

DAFTAR PUSTAKA

http://simreg.bappenas.go.id/document/Publikasi/DokPub/02.%20Anprov%20Sulawesi
%20Tengah.pdf
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/attachments/article/257/33.%20SULAWESI
%20BARAT.pdf
http://sulbar.bps.go.id/new/frontend/linkTabelStatis/view/id/133
http://sipd.bangda.kemendagri.go.id/datacenter/index.php?page=wiliamson
http://sulbarprov.go.id/

GENERAL BUSINESS ENVIRONMENT

Regional Environment (Sulawesi Barat)


Dosen : Prof. Dr. Samsubar Saleh, MA

Oleh:
Muhammad Rifky Refinaldi
Muhammad Yasser Iqbal Daulay
Muhammad Zakiyyul Fuad Rasyid

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

Anda mungkin juga menyukai