Responsi FED FAI
Responsi FED FAI
Oleh :
JINAN FAIRUZ ANINDIKA RAKHMAT
G99141172
Pembimbing :
dr. Arie Kusumawardhani, SpKK
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
STATUS RESPONSI
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
Pembimbing
Nama
NIM
: G99141172
ERUPSI OBAT
A. DEFINISI
Erupsi obat alergik atau allergic drug eruption ialah reaksi alergik pada
kulit atau daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian obat yang
biasanya sistemik. Obat masuk ke dalam tubuh secara sistemik, dapat melalui
mulut, hidung, telinga, vagina, suntikan atau infus. Juga dapat sebagai obat
kumur, obat mata, tapal gigi dan obat topical. Obat adalah zat yang dipakai
untuk menegakkan diagnosis, profilaksis, dan pengobatan. Pemberian obat
secara topikal dapat pula menyebabkan alergi sistemik, akibat penyerapan
obat oleh kulit.1
Obat semakin lama makin banyak digunakan oleh masyarakat, sehingga
reaksi terhadap obat juga meningkat yaitu reaksi simpang obat (adverse drug
reaction) atau RSO. Salah satu bentuk RSO adalah reaksi obat alergik
(ROA). Manifestasi reaksi obat pada kulit disebut erupsi obat alergik (EOA).
1
sulfonamid,
Patogenesis
IgE-mediated
Gambaran klinis
Urtikaria/angioedema
kulit/mukosa, syok
Tipe II
Tipe III
Penisilin, sulfonamid,
anafilaktik
Ptechie karena purpura
kuinidin, isoniazid
trombositopeni
Imunoglobulin,
Vaskulitis, urtikaria
antibiotik
perekrutan granulosit,
Sel limfosit T yang telah
Sulfametoksazol,
Reaksi eksantema/
antikejang, allopurinol
morbiliformis, FDE,
Stevens-Johnson
syndrome, toxic
respon inflamasi
epidermal necrolysis
Erupsi obat tanpa mekanisme imunologi dapat terjadi pada tiap orang,
terlepas apakah seseorang telah tersensitisasi sebelumnya atau belum.
Patogenesis erupsi obat dapat juga diklasifikasikan secara farmakokinetik.
1. Efek farmakologi
Reaksi erupsi obat dapat terjadi akibat aksi farmakologi obat. Contoh:
rambut rontok akibat obat anti kanker, pengelupasan kulit pada telapak
tangan dan kaki akibat retinoid
2. Akumulasi
Obat terakumulasi pada kulit dan membran mukosa akibat penggunaan
jangka lama. Contoh: melanoderma arsenik dan argyria
3. Interaksi Antar Obat
Satu obat dapat menghambat metabolisme obat lain, atau dapat
mempengaruhi ikatan protein, menyebabkan gejala sama seperti pada
overdosis obat.
4. Kondisi spesifik pasien
Kekurangan enzim secara genetik mungkin menyebabkan reaksi obat
D. BENTUK ERUPSI OBAT
Bentuk erupsi kulit dapat berupa eksantema, urtikaria, bula, dan pustul.5,6
1. Erupsi makulapapular/morbiliformis/eksantematosa
Erupsi eksantematosa merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap
obat yang diberikan per oral atau injeksi dengan ciri erupsi kulit yang
menyerupai eksantem campak.5,6 Erupsi jenis ini merupakan jenis erupsi
yang sering dijumpai dan disebabkan oleh ampisilin, NSAID, sulfonamid,
dan tetrasiklin.1, 4, 5, 6
dan
biasanya
numular. Kemudian
meninggalkan
bercak
Erupsi purpura dapat terjadi sebagai ekspresi tunggal alergi obat. Biasanya
simetris serta muncul di sekitar kaki, termasuk pergelangan kaki atau
tungkai bawah. Erupsi berupa bercak sirkumskrip berwarna merah
kecoklatan dan disertai rasa gatal.1
6. Vaskulitis
Vaskulitis adalah radang pada pembuluh darah. Kelainan kulit dapat
berupa adanya makula dan papul eritematosa yang akan menjadi nyeri dan
terbentuk purpura. Juga dapat terbentuk bula dan nekrosis. Biasanya
distribusi simetris pada ekstremitas bawah dan daerah sakrum. Vaskulitis
biasanya disertai demam, mialgia, dan anoreksia. Obat penyebabnya ialah
penisilin, sulfonamid, NSAID, antidepresan, dan antiaritmia.1
10
11
Jika erupsi terjadi dicurigai karena reaksi erupsi obat maka dapat
dilakukan skin test atau patch test.2
3. Pemeriksaan Sensitivitas
a.
b.
c.
4. Pemeriksaan Histopatologi
Diskeratosis dan nekrotik keratinosit dalam epidermis merupakan
gambaran yang menonjol. Pada peristiwa ini, infiltrasi limfositik dapat
mengaburkan dermoepidermal junction. Spongiosis, edema dermal,
eosinofil, neutrofil kadang-kadang tampak. Inkontinensia pigmen dalam
13
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Hamzah M. Erupsi obat alergik. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ke-5. Jakarta : FKUI, 2008; hal: 154-157.
2. Shimizu H. Drug-Induced Skin Reactions and GVHD. In: Shimizus Textbook
of Dermatology. Jepang: Nakaya Shoten Publisher, 2007; pp: 126-132.
3. Kooken AR and Tomecki KJ. Drug Eruption. In: Current Clinical Medicine.
USA: Elsevier, 2010.
4. Wolff K, Johnson RA, and Suurmond D. Adverse Cutaneus Drug Reactions:
Introduction. In: Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology 5th edition. USA : The McGraw-Hill Companies, Inc, 2007.
5. Nugrohowati T. Alergi Obat pada Bayi dan Anak. Balai penerbit FK UI,
Jakarta: 2002; pp.19-28
6. Shear NH, Knowles SR, and Shapiro L. Cutaneus Reaction to Drugs. In: Wolff
K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine 7th edition. USA: The McGraw-Hill
Companies, Inc, 2008; pp: 355-362.
7. Svensson CK. Drug Eruptions. In: Gaspary AA, Tyring SK. Clinical and Basic
Immunodermatology. London: Springer, 2008; pp: 264-273.
8. Donna P. Fixed Drug Eruption. Medan: USU Repository; 2008
15
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn SN
Umur
: 56 tahun
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Alamat
Pekerjaan
: 01238654
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Gatal di seluruh tubuh yang disertai bentol-bentol merah di badan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dating ke poli kulit dan kelamin RSDM dengan keluhan gatal
di seluruh tubuh yang dirasakan sejak 1 minggu SMR. Satu minggu yang
lali, pasien dating ke poli neuro untuk memeriksakan lidahnya yang mati
rasa. Dari poli neuro pasien mendapatkan tiga macam obat, yaitu capsul
ungu 1x1, ibuprofen+paracetamol 2x1, Melidox 1x1 yang berisi
Chlordiazepoxide HCL 5 mg dan Clidinium Bromide 2.5 mg. Setelah mulai
minum obat tersebut, pasien merasakan gatal di seluruh tubuh dan muncul
bentol bentol merah yang setelah mengempis meninggalkan bekas warna
16
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
17
: 89x/menit
: 36,5oC
2.
Kepala
: mesochepal
3.
Mata
4.
Wajah
5.
Mulut
6.
Bibir
7.
Leher
8.
Punggung
9.
Dada
10. Abdomen
18
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
E. DIAGNOSIS BANDING
-
F. DIAGNOSIS KERJA
Erupsi obat tipe makulopapular
G. TERAPI
1. Non medikamentosa
- Penghentian obat yang diduga menyebabkan drug eruption
- Monitoring perkembangan lesi dan kemungkinan adanya lesi baru
2. Medikamentosa
- Metil prednisolon 3 x 8 mg
- Azitromisin 1 x 500 mg
- Cetirizine 1 x 10 mg pagi hari
- Caladine lotion
H. Plan
Control apabila setelah obat habis tetapi keluhan belum berkurang
I. PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad sanam
: bonam
Ad fungsionam
: bonam
Ad kosmetikam : bonam
20