HASIL PENELITIAN
Judul Penelitian
Nama
: Desi Puspitasari
No. Stambuk
: 10 12 097
Koordinator
Pembimbing Utama
: Syariful Anam,S.Si.,M.Si.,Apt
Pembimbing Pertama
satu pilihan
pengobatan yang efektif dan relatif aman, digunakan untuk mengobati penyakit.
Selain mengobati, herbal juga sering digunakan untuk pencegahan penyakit atau
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.2
Asam urat adalah suatu bahan normal dalam tubuh dan merupakan hasil
akhir dari metabolisme purin, yaitu hasil degradasi purin nukleotid yang
merupakan bahan penting dalam tubuh sebagai komponen dari asam nukleat dan
penghasil energi dalam inti sel. Penyakit asam urat merupakan suatu penyakit yang
tidak menular atau penyakit degeneratif yang memiliki nama lain yaitu arthritis
pirai atau arthritis gout ( atau sering juga disebut gout). Arthritis pirai merupakan
kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi atau penumpukkan kristal
monosodium urat di dalam cairan ekstraselular. Deposisi asam urat ini terjadi pada
jaringan yang dapat menimbulkan beberapa manifestasi klinis, yaitu terjadinya
arthritis gout aku; pembentukan tophus (akumulasi kristal pada jaringan yang dapat
merusak tulang) pembentukan batu asam urat pada saluran kencing dan gout
nefropati (kegagalan ginjal namun jarang terjadi).7
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berubahnya
pola hidup masyarakat berdampak munculnya penyakit degeneratif yang
membahayakan. Asam urat merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang
sangat membahayakan, karena bukan hanya mengganggu kesehatan tetapi juga
dapat mengakibatkan cacat pada fisik. Penyakit ini juga berkaitan erat dengan
ginjal, karena ginjal merupakan suatu organ yang berfungsi sebagai tempat
pembuangan asam urat yang berlebihan. Ketika ginjal tidak mempunyai kekuatan
untuk membuang asam urat yang berlebihan, maka hal ini yang menjadi salah satu
penyebab terbentuknya asam urat.8 Di dalam tubuh telah terdapat 85% senyawa
purin untuk kebutuhan sehari-hari, ini berarti kebutuhan purin dari makanan hanya
15%. Kadar asam urat yang normal dalam tubuh adalah 3,5-7 mg/DL, untuk lakilaki dan 2,6-6 mg/DL bagi wanita.9
Pola makan yang tidak sehat dalam masyarakat yang berprotein tinggi,
terutama protein hewani yang banyak mengandung purin tinggi, menyebabkan
penyakit hiperurisemia (kelebihan asam urat) semakin meningkat. Penyakit
hiperurisemia tidak mengancam jiwa tetapi bila penyakit ini menyerang
penderita dapat mengalami siksaan nyeri, pembengkakan atau cacat persendian
tangan dan kaki. Rasa sakit dari pembengkakan tersebut disebabkan karena
endapan kristal monosodium urat, yang terbentuk dari asam urat yang sudah
jenuh sehingga mempermudah pembentukan kristal tersebut. Penumpukkan
kristal pada umumnya terjadi pada jaringan sekitar sendi, sehingga menimbulkan
rasa nyeri didaerah tersebut.10 Sekitar 90% penyakit asam urat disebabkan oleh
ketidakmampuan ginjal membuang asam urat secara tuntas dari tubuh melalui air
seni. Penyakit akibat hiperurisemia dikenal sebagai gout atau penyakit pirai.11
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui efek
pemberian kombinasi ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.)Walp.)
dan gandarusa (Justicia gendarussa Burm.F.), terhadap penurunan kadar asam urat
pada tikus putih jantan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
kombinasi dari daun salam dan gandarusa dapat memberikan efek penurunan kadar
asam urat pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) dan pada dosis berapa paling
efektif memberikan penurunan kadar asam urat. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui efek penurunan kadar asam urat dari kombinasi ekstrak daun salam dan
gandarusa pada tikus putih jantan diinduksi kalium oksonat. Manfaat dari
penelitian ini diharapkan untuk menambah data ilmiah dalam mengembangkan
tanaman salam dan gandarusa sebagai fitofarmaka.
dapat
memberikan
kontribusi
pada
dunia
kesehatan
untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
Ordo
Familli
Genus
Spesies
: Magnoliopsida
: Myrtales
: Myrtaceae
: Syzygium
: Syzygium polyanthum (wight.) Walp. 12
2.1.2
Nama Daerah
Jawa
: Salam, gowok
Sunda
: Salam, manting,
Sumatera
Kangean
: Kastolam13
2.1.3
Morfologi Tanaman
Salam tumbuh liar di hutan dan pegunungan atau ditanam di pekarangan
dan sekitar rumah. Pohon ini dapat ditemukan di daerah dataran rendah sampai
ketinggian 1400 m dpl. Pohon, tinggi mencapai 25 m, batang bulat, permukaan
licin, bertajuk rimbun dan berakar tunggang. Daun tunggal, letak berhadapan,
panjang tangkai daun 0,5-1 cm, helaian daun berbentuk lonjong sampai elips atau
bundar telur sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, pertulangan
menyirip, permukaan atas licin, berwarna hijau muda, panjang 5-15 cm, lebar 3-8
cm, jika diremas berbau harum. Bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar
dari ujung ranting, berwarna putih, baunya harum. Buahnya buah buni, bulat,
diameter 8-9 mm, buah muda berwarna hijau, setelah masak menjadi merah gelap,
rasanya agak sepat. Biji bulat, diameter sekitar 1 cm, berwarna cokelat.14 Tanaman
salam dapat dilihat pada gambar 2.1
Kandungan Kimia
Komponen kimia yang terkandung dalam daun salam adalah mengandung
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
Ordo
Familli
Genus
Spesies
: Magnoliopsida
: Scrophulariales
: Acanthaceae
: Justicia
: Justicia gendarussa Burm.
2.2.2
Nama Daerah
Aceh
: Besi-besi
Jawa
: Gandarusa, tetean
Sunda
: Handarusa
Madura
: Ghandharusa
Ternate
: Puli15
10
komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifatsifat fisiknya terlalu kecil atau tersedia dalam konsentrasi terlalu rendah.19 Tujuan
ekstraksi ialah mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang
memiliki khasiat pengobatan dan untuk menarik semua komponen kimia terdapat
dalam simplisia agar lebih mudah dipergunakan dan disimpan dibandingkan
simplisia asal dan tujuan pengobatannya lebih terjamin.20
2.3.2 Macam-Macam Metode Ekstraksi
Jenis-jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah terdiri atas 2
bagian yaitu :
a. Cara Dingin
Metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara dingin yaitu meserasi dan
perkolasi
1. Maserasi
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia, mengandung komponen
kimia mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan
lilin.
2. Perkolasi
Ekstraksi dengan pelarut selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction),
umumnya dilakukan pada suhu kamar. Proses penyarian simplisia dengan jalan
melewatkan pelarut sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu perkolator.
b. Cara Panas
Metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara panas yaitu refluks, soxhlet, infus,
dekok, dan digesti.
1. Refluks
11
Ekstrak dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu
dan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi refluks
digunakan untuk mengekstraksi bahan-bahan tahan terhadap pemanasan.
2. Soxhlet
Ekstraksi menggunakan pelarut selalu baru umumnya dilakukan dengan alat
khusus sehingga terjadi ekstraksi kontiniu dengan jumlah pelarut relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
3. Infus
Ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (96-98 0C) selama
waktu tertentu (15-20 menit) dinamakan infus.
4. Dekok
Infus pada waktu yang lebih lama kurang dari 30 menit hingga temperatur
sampai titik didih air dikenal dekok.
5. Digesti
Maserasi kinetik (dengan pengadukkan kontinu) pada temperatur 40-500C
dinamakan digesti.20
2.4 Uraian Hewan Uji
Tikus putih jantan (Rattus norvegicus) umumnya ditemukan di Eropa. Tikus
putih jantan (Rattus norvegicus) terus menjadi andalan penelitian biomedis.
Perbedaan antara tikus liar dan tikus laboratorium adalah sebagai contoh tikus
laboratorium memiliki adrenalin lebih kecil dan kelenjar preputial, kematangan
seksual, tidak ada siklus seasonability reproduksi dan masa hidup lebih pendek dari
tikus liar. Tikus biasanya nonagresif, ingin tahu dan mudah dilatih. Penanganan
sering mendorong sifat nonagresif karena mereka beradaptasi dengan lingkungan
12
baru atau situasi eksperimental. Tikus laboratorium tidak seperti tikus lain mungkin
untuk melawan ketika ditempatkan bersama. Tikus laboratorium juga berbeda dari
tikus liar pada kesediaan dan penerimaan makanan.21
2.4.1 Klasifikasi Tikus Putih Jantan
Kingdom
: Animalia
Divisi
: Chordata
kelas
: Mammalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Upafamili
: Muroideae
Genus
: Rattus
Spesis
: Rattus norvegicus22
13
Pirimidin
Guanosin
Adenosin
Guanin
Inosin
Hipoxantin
Xantin
Asam Urat
Gambar 2.4 Pembentukan asam urat dari nukleosida purin yang
terjadi dalam traktus intestinalis mamalia
14
Menurut Rodwell (2003), ekskresi asam urat total pada manusia normal
rata-rata adalah
asam urat
pada manusia
didapat melalui dua cara, yaitu secara endogen dan eksogen. Sumber asam
urat secara endogen yaitu melalui sintesis de novo dan pemecahan asam
nukleat kurang lebih sebanyak 600 mg/hari, sedangkan yang berasal dari
eksogen yaitu melalui intake makanan yang mengandung purin kurang lebih 100
mg/hari.23
Pada kadar yang normal, asam urat berperan sebagai antioksidan penting
dalam plasma. Sekitar 60% radikal bebas yang ada dalam serum manusia
dibersihkan oleh asam urat. Asam urat bersifat larut dalam darah sehingga mampu
menangkap radikal bebas superoksida, gugus hidroksil, oksigen tunggal dan
melakukan chelasi terhadap logam transisi yang bersifat merusak keutuhan sel.
Peran penting asam urat hilang pada saat kadar asam urat berada di atas ambang
batas normal. Jika kadarnya tinggi, asam urat justru berubah menjadi radikal bebas
yang akan merusak keutuhan sel. Kerusakan sel justru dapat terjadi akibat
hiperurisemia.24
2.5.1 Hiperurisemia
Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat normal dalam
tubuh disebut hiperurisemia. Kadar asam urat yang normal pada pria adalah
dibawah 7 mg/dl, sedangkan pada wanita adalah dibawah 6 mg/dl. Asam urat
merupakan hasil substansi hasil akhir dari nucleic acid atau metabolisme purin
dalam tubuh. Berdasarkan penyelidikan bahwa 90% dari asam urat merupakan
hasil katabolisme purin yang dibantu oleh enzim guanase dan xantin oksidase.
Asam urat yang berlebihan tidak akan tertampung dan termetabolisme seluruhnya
15
oleh tubuh. Dalam keadaan normal asam urat dapat dikeluarkan melalui ginjal.
Tetapi apabila sintesis asam urat terlalu banyak atau ekskresinya melalui ginjal
terlalu sedikit, maka kadarnya dalam darah akan meningkat, kristal-kristal urat
yang sukar larut dalam semua cairan tubuh, mengendap di sendi-sendi dan jaringan
akan menimbulkan peradangan. Endapan kristal juga dapat terjadi pada ginjal dan
lambat laun akan merusak organ tersebut.25
16
17
bertubuh
gemuk
lebih
berisiko
mengalami
hiperurisemia
dibandingkan orang bertubuh kurus. Risiko hiperurisemia pada pria meningkat jika
indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 35. Risiko tersebut semakin meningkat jika
terjadi penumpukan lemak dibagian perut. Obesitas merupakan penanda dan
pemicu sindrom metabolik. Menurut Viazzi (2011), obesitas yang disertai dengan
hipertensi memiliki risiko besar terhadap hiperurisemia dan gout. Obesitas yang
disertai dengan gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi alkohol
merupakan pemicu risiko hiperurisemia.
d. Penyakit Ginjal
Asam urat terbanyak diekskresikan melalui ginjal. Ekskresi asam urat akan
terganggu apabila fungsi ginjal tidak normal. Itulah sebanya ginjal merupakan
18
faktor risiko yang kuat untuk memicu hiperurisemia. Hiperurisemia dapat dipicu
oleh penyakit ginjal dan sebaliknya hiperurisemia dapat menyebabkan penyakit
ginjal.
e. Hipertensi
Tekanan darah tinggi yang permanen merupakan faktor risiko yang
berpotensi merusak ginjal dan kinerjanya yang merupakan penyebab langsung
terhambatnya ekskresi asam urat.
f. Pengaruh obat-obatan
Obat-obat tertentu dapat memicu terjadinya hiperurisemia seperti obat
diuretik thiazide. Pembuangan cairan tubuh yang berlebihan akibat pengaruh
diuretik mengganggu ekskresi asam urat melalui ginjal. Contoh obat lain yang
dapat memicu hiperurisemia ialah asam salisilat (aspirin), pyrazinamide,
siklosporin, ethambutol dan asam nikotinik.
g. Gaya Hidup
Ada beberapa macam makanan yang berpotensi memicu peningkatan asam
urat pada penderita hiperurisemia yaitu makanan yang mengandung purin tinggi.
Selama ini purin eksogen yang berasal dari makanan dianggap sebagai pemicu
hiperurisemia. Faktanya, peran makanan tinggi purin dalam mendongkrak
kenaikkan asam urat sangat kecil. Secara alami, tubuh justru menghasilkan purin
dalam jumlah berkali lipat lebih besar dibandingkan dengan purin yang berasal dari
makanan. Purin eksogen hanya memasok 15-20% asam urat, sedangkan tubuh
menghasilkan 80-85% asam urat. Itulah mengapa diet rendah purin sering kali
gagal menyembuhkan penyakit hiperurisemia karena purin hanya faktor minor
penyebab hiperurisemia.25
19
2.6 Gout
Dalam pandangan umum, hiperurisemia dimengerti sebagai penyakit
radang sendi dan dinamakan penyakit asam urat. Padahal, hiperurisemia tidak
selalu dimanifestasikan sebagai nyeri sendi dalam bahasa medis sering disebut
arthritis gout atau gout.
Rasa nyeri yang di persendian merupakan gejala yang mudah dirasakan saat
kadar asam urat berada di atas ambang batas normal. Selain itu, hiperurisemia juga
memiliki dampak yang sangat beragam. Secara langsung, hiperurisemia merupakan
faktor risiko penyakit ginjal, aterosklerosis, hipertensi, penyakit jantung, diabetes
dan gangguan tidur.
Hiperurisemia dapat berkembang menjadi gout, yaitu penyakit yang
ditandai dengan pengendapan monosodium urat (MSU) di sendi dan jaringan
tertentu. Pengendapan MSU pertama kali terjadi pada sendi-sendi tertentu di kaki
dan tangan sehingga menimbulkan peradangan. Penyakit inilah yang disebut
radang sendi (arthritis gout) atau lebih akrab dengan sebutan gout. Istilah lainnya
adalah pirai.
Kadar asam urat yang tinggi merupakan penanda awal gout meskipun untuk
manifestasi gout diperlukan waktu yang cukup lama. Hiperurisemia akan
menunjukkan gejala gout jika kadar asam urat lebih besar dibandingkan dengan
batas kelarutan asam urat pada suhu fisiologis dan pH normal, yakni 6,8 mg/dl.
Sementar itu, secara biokimia akan terjadi hipersaturasi, yaitu kelarutan asam urat
serum yang lebih besar daripada batas normal. Jika kelarutannya melebihi ambang
batas atas, asam urat akan merangsang timbunan garam, terutama dalam bentuk
monosodium urat (MSU). Timbunan garam MSU terjadi pada suhu yang lebih
20
rendah di bagian sendi perifer kaki, tangan dan jaringan lainnya. Pengendapan
MSU di sendi perifer kaki dan tangan akan disertai dengan trauma ringan di daerah
tersebut sehingga menimbulkan nyeri sendi. Rasa nyeri yang paling kuat dirasakan
terjadi di bagian kaki dan tangan karena di bagian inilah MSU pertama kali
mengendap sebelum akhirnya mengendap di jaringan lainnya. Jika gout
berkembang parah, MSU akan mengendap di ginjal, jantung, mata dan organ tubuh
lainnya.25
Tidak semua penderita hiperurisemia mengalami gout. Persentasi gout yang
terjadi pada seluruh penderita hiperurisemia hanya sebesar 1-15,3%. Angka
prevalensi gout dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kadar asam urat. Semakin tinggi
kadar asam urat, semakin besar risiko terjadinya gout. Risiko gout seseorang akan
meningkat jika dalam waktu yang cukup lama mengalami hiperurisemia. Jika
selama lima tahun kadar asam urat rata-rata lebih dari 9 mg/dl, maka akumulasi
gout akan meningkat hingga sebesar 22%. Artinya, hiperurisemia yang baru
berlangsung sebentar memiliki risiko gout yang lebih rendah. Untuk menjadi gout,
asam urat harus melalui tahapan-tahapan tertentu yaitu hiperurisemia asimtomatis,
gout akut, interkritikal dan gout kronis.
Butuh diagnosis untuk memastikan terjadinya gout yaitu dengan memeriksa
cairan sendi di laboratorium. Jika penyakitnya sudah parah, diagnosa menjadi lebih
mudah karena dapat dipastikan dengan melihat tofi (jamak : tofus). Bagian yang
paling awal mengalami pengendapan MSU adalah sendi perifer karena di bagian
inilah kelarutan MSU paling rendah.
Peningkatan kadar asam urat hingga menimbulkan hiperurisemia terjadi
karena tiga hal, yaitu peningkatan metabolisme asam urat sehingga produksinya
21
meningkat, penurunan ekskresi asam urat dan gabungan keduanya. Sebagian besar
gout terjadi karena terhambatnya ekskresi asam urat. Sekitar 80-90% gout terjadi
karena rendahnya jumlah asam urat yang sanggup diekskresi oleh tubuh, sedangkan
10-20% lainnya karena produksi asam urat yang berlebihan. Asam urat
diekskresikan oleh ginjal dan usus. Asam urat yang terbuang melalui ginjal terlarut
bersama urin, sedangkan yang melewati usus terbawa oleh feses.
2.6.1 Pencegahan
Usaha pencegahan serangan gout pada umumnya adalah dengan
menghindari segala sesuatu yang dapat memicu serangan, misalnya latihan fisik
berlebihan, stress dan makanan yang mengandung purin berlebih seperti daging,
jeroan, bahkan ikan asin. Mengurangi konsumsi makanan berlemak dan alkohol,
dapat memperkecil terjadinya serangan gout. Dengan mengenali makanan yang
kadar purinya amat tinggi, sedang dan rendah, maka kita dapat mengontrol asupan
purin seminimal mungkin.25
2.7 Allopurinol
22
23
dapat dipakai dalam penelitian dengan model hewan uji yang menderita
hiperurisemia. Penghambatan urikase akan menyebabkan peningkatan asam urat
dalam darah. Untuk menimbulkan hiperurisemia, kalium oksonat diberikan secara
intraperitonial dengan dosis 250 mg/kg bb. Zat ini cepat mengalami bersihan.
Kadar asam urat tertinggi dapat dicapai dalam waktu dua jam setelah kalium
oksonat diberikan secara intraperitonial pada tikus dan kemudian menurun hingga
akhirnya mencapai keadaan normal setelah 24 jam.28
2.9 Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat
Metode pemeriksaan kadar asam urat dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
sebagai berikut :
1. Metode Enzimatik Spektrofotometri UV-Vis
Kadar asam urat ditetapkan berdasarkan reaksi enzimatik menggunakan
reagen uric acid FS* TBHB, dengan cara 20 ul serum ditambah 1000 ul
monoreagen yang dibuat dengan mencampurkan 4 bagian reagen 1 dan 1 bagian
reagen 2. Serum yang telah dicampur homogen dengan pereaksi urid acid FS*
TBHB diinkubasi selama 10 menit pada suhu 370C. Selanjutnya larutan sampel,
standar blangko dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometer StarDust
FC*15 pada panjang gelombang 564 nm.33
Easytouch GCU
24
urat dengan reagen pada elektroda dari strip tersebut. Ketika sampel
darah menyentuh area target sampel dari strip, darah secara otomatis ditarik
kedalam zona reaksi dari strip. Hasil tes akan ditampilkan pada layar setelah 20
detik.34
BAB III
METODE PENELITIAN
25
15. Waterbath
3.2 Bahan yang digunakan
1. Alcohol 70%
2. Aquadest
3. Allopurinol
4. Alluminium foil
5. Asam sulfa
6. Betadin
7. Daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.)Walp.)
8. Gandarusa (Justicia gendarussa Burm.)
9. Etanol 96%
10. Kalium oksonat
11. Kapas
12. Kertas perkamen
13. Kertas saring
14. Strip asam urat
15. Na CMC
3.3 Alur Penelitian
Penelitian menggunakan 5 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok
yaitu kelompok kontrol negatif diberikan suspensi Na CMC 0,5%, kelompok
kontrol positif diberikan suspensi allopurinol dosis 5,4 mg/200g BB dan 3
kelompok perlakuan diberikan dosis kombinasi ekstrak.
O
B
S
E
R
V
A
S
I
Klp I
Klp II
Tikus
Kriteria
inklusi
Randomisasi
Klp III
Klp IV
Klp V
D
-7 Hari
2 jam
8 jam
26
Keterangan :
A= Tikus diadaptasikan selama 1 minggu
B= Memiliki kriteria inklusi
C= Pada hari ke 0 diambil secara acak 5 ekor tikus untuk diobservasi awal,
kemudian sisanya di randomisasi kedalam 5 kelompok, yaitu kelompok 1, II, III,
IV, dan V.
D= Setiap kelompok diberikan perlakuan sebagai berikut :
1. Kelompok 1, pada tiap tikus dilakukan pengukuran kadar asam urat awal .
Tikus diberikan induksi kalium oksonat secara intraperitonial. Setelah 2 jam
pemberian induksi kalium oksonat dilakukan pengukuran kembali kadar
asam urat darah pada tikus. Setelah itu diberikan suspensi Na CMC 0,5%.
(kontrol negatif) Setelah itu, dilakukan pengukuran kadar asam urat pada
jam 3,4,5 dan 6 setelah perlakuan.
2. Kelompok II, pada tiap tikus dilakukan pengukuran kadar asam urat awal.
Tikus diberikan induksi kalium oksonat secara intraperitonial. Setelah 2 jam
pemberian induksi kalium oksonat dilakukan pengukuran kembali kadar
asam urat darah pada tikus. Setelah itu diberikan suspensi allopurinol 5,4
mg/200gBB (kontrol positif) Setelah itu, dilakukan pengukuran kadar asam
urat pada jam 3,4,5 dan 6 setelah perlakuan.
3. Kelompok III, pada tiap tikus dilakukan pengukuran kadar asam urat awal .
Tikus diberikan induksi kalium oksonat secara intraperitonial. Setelah 2 jam
pemberian induksi kalium oksonat dilakukan pengukuran kembali kadar
asam urat darah pada tikus. Setelah itu diberikan suspensi kombinasi
ekstrak daun salam dan gandarusa (25%:75%). Setelah itu, dilakukan
pengukuran kadar asam urat pada jam 3,4,5 dan 6 setelah perlakuan.
27
4. Kelompok IV, pada tiap tikus dilakukan pengukuran kadar asam urat awal .
Tikus diberikan induksi kalium oksonat secara intraperitonial. Setelah 2 jam
pemberian induksi kalium oksonat dilakukan pengukuran kembali kadar
asam urat darah pada tikus. Setelah itu diberikan suspensi kombinasi
ekstrak daun salam dan gandarusa (50%:50%). Setelah itu, dilakukan
pengukuran kadar asam urat pada jam 3,4,5 dan 6 setelah perlakuan.
5. Kelompok V, pada tiap tikus dilakukan pengukuran kadar asam urat awal .
Tikus diberikan induksi kalium oksonat secara intraperitonial. Setelah 2 jam
pemberian induksi kalium oksonat dilakukan pengukuran kembali kadar
asam urat darah pada tikus. Setelah itu diberikan suspensi kombinasi
ekstrak daun salam dan gandarusa (75%:25%) Setelah itu, dilakukan
pengukuran kadar asam urat pada jam 3,4,5 dan 6 setelah perlakuan.
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan pada bulan Mei-juli 2015 di Laboratorium
Fitokimia Farmakognosi STIFA
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan serangkaian kegiatan dilaksanakan secara
teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan-tujuan penelitian mulai dari
perencanaan atau persiapan tindakan dilakukan dalam rangka pelaksanaan
penelitian. Prosedur penelitian dapat dilakukan seperti pengambilan sampel,
pengolahan sampel, uji fitokimia, pembuatan ekstrak, pembuatan suspensi,
pemilihan dan penyiapan hewan akan diuji sebagai berikut:
3.5.1
Pengambilan Sampel
28
2. Uji Flavanoid
29
30
dan 1 tetes H2SO4 pekat).Warna hijau menunjukkan adanya steroid serta warna
merah atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid.
3.5.4 Pembuatan Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight.)Walp)
dan Gandarusa (justicia gendarussa Burm.)
Sampel kering daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.)Walp) dan
gandarusa (Justicia gendarussa Burm.) dibuat serbuk dan diekstrak dengan metode
meserasi. Proses ini dilakukan dengan cara kedua sampel masing-masing
dimasukan kedalam toples kaca yang disediakan sebelumnya, ditambahkan cairan
penyari (etanol 96%) hingga mencapai 2/3 di atas permukaan sampel, diamkan
selama 3-5 hari agar proses ekstraksi sempurna sambil diaduk sekali-kali, disaring
untuk mendapatkan ekstrak etanol, dipekatkan dengan menggunakan alat
rotavapor, kemudian kedua ekstrak masing-masing diuapkan hingga diperoleh
ekstrak kental daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.)Walp) dan gandarusa
(justicia gendarussa Burm.)
3.5.5 Pembuatan Suspensi Na-CMC 0,5%
Suspensi Na CMC 0,5% dibuat dengan melarutkan 500 mg
Na CMC sedikit demi sedikit kedalam 50 ml air suling panas
sambil diaduk hingga
terbentuk larutan koloid. Volume dicukupkan hingga 100 ml
dengan air suling.
3.5.6 Pembuatan Suspensi Alopurinol
Allopurinol diberikan dalam bentuk suspensi dengan Na CMC sesuai dosis
penggunaan pada manusia 100-300 mg dikonversikan berdasarkan konversi
Laurence dan Bacharach, yaitu dosis untuk setiap 200 gram berat badan tikus setara
31
dengan 0,018 kali pada dosis manusia, sehingga dosis yang digunakan adalah 5,4
mg/200 gram berat badan
3.5.7 Pembuatan Suspensi Kalium Oksonat
Pembuatan dosis kalium oksonat 50 mg pada tikus dengan berat
badan 200 gram dengan volume maksimal pemberian 5 ml secara intraperitonial
dalam 100 ml larutan aqua p.i adalah sebagai berikut:
3.6 Pemilihan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus),
berbadan sehat, umur 2-3 bulan dengan bobot badan bervariasi yaitu antara 150200 gram. Tikus putih yang digunakan sebanyak 25 ekor dan dibagi dalam 5
kelompok perlakuan setiap kelompok terdiri dari 5 ekor hewan uji. Semua
kelompok diadaptasikan selama satu minggu dan diberi pakan standar guna
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kriteria Inklusi :
a.
b.
c.
d.
e.
Kriteria Eksklusi :
a.
b.
c.
d.
e.
Cacat fisik
Tikus sakit (gerakan tidak aktif, tidak mau makan, rambut kusam atau rontok)
Tikus yang mengalami penurunan kadar fisik
Berat badan tikus menurun hingga kurang dari 150 gram
Tikus mati selama penelitian berlangsung.35
32
33
untuk pengukuran kadar asam urat darah dilakukan dengan menggunakan alat tes
strip asam urat.
3.7 Analisis Data
Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK)
Dengan uji statistik one way (ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95%. Uji ini
digunakan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antar
perlakuan. Jika terdapat pebedaan yang signifikan, maka dilakukan uji lanjut LSD
(least significance difference). Pengolahan data dilakukan menggunakan program
software SPSS 21.0.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Ristanti Pratiwi, Jimmy Posangi, Fatimawali. 2013. Uji Efek Analgesik
Ekstrak Etanol Daun Gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik) Pada Mencit
(Mus musculus). Jurnal e-Biomedik (eBM) 1(1);571-580.
2. Sari L.O.R.K. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan
Manfaat Dan Keamanan. Jurnal ilmu kefarmasian 3 (1). Universitas Jember.
Hal: 1-7
3. Purwati, A. 2004. Berita Keanekaragaman Hayati: Sembilan Tanaman Obat
Unggulan Hasil Uji Klinis Badan POM 200
4. Berna Elya, Juheini A, Emiyanah. 2010. Toksisitas Akut Daun Justicia
gendarussa Burm. Makara, Sains, Vol. 14, No. 2. Departemen Farmasi,
FMIPA, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia.
5. Handayani, L. (2007). Pil Kontrasepsi Laki-Laki Dengan Bahan Dasar
Gandarusa (Justicia gendarussa Burm.F). Majalah Kedokteran Indonesia,
Vol.57, No.8, Agustus 2007.
6. Correa, Geone M. dan Alcantara C. (2011, November). Chemical Constituents
and Biological Activities Of Spesies Of Justicia a review. Rev. Bras.
Farmacogn. Vol. 22, No. 1 Curitiba.
7. Putra, Tjokorda R. 2006. Hiperurisemia. Dalam Aru W. Sudoyo, et al. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
8. Asaida, M., 2010. Waspadai Asam Urat. Diva Press. Yogyakarta.
9. Saraswati, Sylvia, Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi,
Dan Stroke. Yogyakarta, A+Plus Books.
10. Fajar Wahyu, Dwi Arini. 2010. Efek Catechin Terhadap Kadar Asam Urat, CReactive Protein (CRP) Dan Malondialdehid Darah Tikus Putih (Rattus
novergicus) Hiperurisemia. Mandala Of Health. Vol. 4, No. 1. Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.
11. Muhtadi, Andi Suhendi, Nurcahyanti W, EM. Sutrisna. 2012. Potensi Daun
Salam (Syzigium polyanthum Walp.) Dan Jinten Hitam (Nigella Sativa Linn)
35
36
26. Wilmana, P.F., Dan Sulistia G.G. 2007. Analgesik-Antipiretik, AnalgesikAntiinflamasi Non Steroid Dan Obat Pirai. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5.
Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 230246
27. Tjay Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Edisi Keenam. PT
Elax Media Komputindo. Jakarta. 342,343
28. Misnadiarly, AS. 2008. Mengenal Penyakit Arthritis. Mediakom.
29. Pipit, Anis H, Afnan. 2010. Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar
Asam Urat Darah Pada wanita Postmenopause Di Posyandu Lansia Wilayah
Kerja Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya. Fakultas Ilmu Kesehatan
UMsurabaya.
30. Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat-obat Penting Edisi Keenam. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta
31. Julian M. Iqbal. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Gandarusa
(Justicia gendarussa Burm.) Terhadap Kadar Asam Urat Dalam Darah Tikus
Putih Jantan Yang Dibuat Hiperurisemia Dengan Kalium Oksonat. Skripsi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen Farmasi.
Universitas Indonesia. Depok
32. Bambang S. 1979. Materi Medika Indonesia. Jilid. IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
33. Lidinilla, Nida Ghania. 2014. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70%
Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Terhadap
Penurunan kadar Asam Urat Dalam Darah Tikus Putih Jantan
yang
Diinduksi
Dengan
Kafeina.
Skripsi:UIN,Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
34. Bioptik Technologi Inc. Buku Petunjuk Manual Easy Touch
GCU. China : 4. 38-41.
35. Price, Sylvia A., L. Wilson. 1995. Patofisiologi Buku 2 Edisi 4.
Terjemahan Peter Anugerah. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. Hal: 476,769-795
36. Osada, Y,M Tsuchimoto, H Fukushima, K Takahashi, S Kondo, M Hasegawa
dan K Komoriya. (1993). Hypouricemic effect of the Novel Xanthine Oxidase
Inhibitor, In Roden. Urope Journal 241: 183-188
37
Daun gandarusa
Disortasi basah
Dicuci
Dirajang
Dikeringkan
Diblender
- Disortasi basah
- Dicuci
- Dirajang
- Dikeringkan
- Diblender
Serbuk simplisia
Serbuk simplisia
Dimaserasi dengan
Etanol 96%
- Dimaserasi dengan
Etanol 96%
Ekstrak Cair
-
Ekstrak Cair
Dirotavapor
- Dirotavapor
Ekstrak kental
Ekstrak Kental
Uji Fitokimia
Uji Alkaloid
Uji Flavonoid
Uji Saponin
Uji Tanin
Uji Polifenol
38
Lampiran II Perhitungan
A. Perhitungan Larutan Stok Kombinasi Ekstrak Daun Salam (Syzygium
polyanthum (Wight.)Walp) Dan Ekstrak Daun Gandarusa (Justicia
gendarussa Burm.)
Daun Salam (1,250 mg/kg BB)
Daun Gandarusa (345 mg/kg BB)
1. Pembuatan larutan stok daun salam dan daun gandarusa perbandingan
(25:75)
Pembuatan larutan stok daun salam = dosis x bobot badan maksimal
1
2 x volume maksimal
1
2
39
2,5
= 9,57 mg/ml dibuat larutan stok untuk 50 ml
= 9,57 mg/ml x 50 ml
= 478,5 mg disuspensikan dengan Na CMC
0,5% ad 50 ml
Volume Pemberian
Volume pemberian daun salam
40
41
1
2
x 5 ml
= 23,925
2,5
= 9,57 mg/ml dibuat larutan stok untuk 50 ml
= 9,57 mg/ml x 50 ml
= 478,5 mg disuspensikan dengan Na CMC
0,5% ad 50 ml.
Pembuatan larutan stok gandarusa
42
2,5
= 31,9 mg/ml dibuat larutan stok untuk 50 ml
= 31,9 mg/ml x 50 ml
= 1,595 mg disuspensikan dengan Na CMC
0,5% ad 50 m
D. Allopurinol
Stok allopurinol
1
2
x volume pemberian
= 10 mg/kg BB x 0,2 kg
1
2 x 5 ml
= 2 mg/kg BB
2,5 ml
= 0,8 mg/ml
Untuk 50 ml
= 0,8 mg/ml x 50 ml
= 40 mg dalam 50 ml
= 100 mg
10 mg
= 10 mg
43
= 40 mg
Ditimbang 40 mg serbuk tablet allopurinol dengan Na CMC ad 50 ml
Volume pemberian allopurinol
250 mg
kg BB tikus
250 mg
1000 g
= 50 mg
x 200 g BB tikus
44
Kalium Oksonat =
100 ml
2,5 ml
x 50 mg BB
=2g
Kalium Oksonat = 2 gram dilarutkan dalam aqua p.i sebanyak 100 ml.