Anda di halaman 1dari 8

Tugas Akhir

1.

BAB VI
1.

METODE PELAKSANAAN

1.

6.1 UMUM

Metode pelaksanaan yang akan diuraikan dalam bab ini, metode


pelaksanaan dermaga. Dalam bab ini hanya akan membahas mengenai konsep
dasar pelaksanaan dermaga, dan tidak membahas secara detail tentang pelaksanaan
sesungguhnya di lapangan.

2.

6.2

METODE PELAKSANAAN DERMAGA

Metode pelaksanaan dermaga akan dibagi menjadi 3 point utama yaitu :


3.

6.2.1 Masa Prakonstruksi

Dalam Masa Prakonstruksi ini hal-hal yang dilakukan adalah persiapan


pelaksanaan, baik yang di darat maupun di laut. Pada umumnya, sebelum
pelaksanaan sudah harus disiapkan :
a. Pembersihan lahan, yaitu membersihkan lahan proyek dan lahan disekitar
proyek yang telah dibebaskan dari hal hal yang akan mengganggu
jalannya proyek secara keseluruhan.
b.

Direksi kit, yang berfungsi sebagai tempat untuk keperluan rapat,


konfirmasi antar organisasi atau personil yang terkait, pengawasan dan
lain-lain.

c. Pos jaga, yang berfungsi sebagai tempat pengawasan alat dan material
d. Gudang, sebagai tempat penyimpanan bahan yang akan dipakai.
e. Pendatangan alat berat seperti crane, ponton, hammer hydraulik untuk
keperluan pemancangan tiang pancang.

Perencanaan Detail Pengembangan Dermaga Jamrud Utara


Di Pelabuhan Tanjung Perak

VI - 1

4.

6.2.2 MASA KONSTRUKSI

Dalam masa konstruksi ini pekerjaan dermaga dilakukan persegmen


dimulai dari arah barat menuju arah timur, pembahasan akan dibagi atas item-item
pekerjaan sebagai berikut :
5.

6.2.1.1

PEMANCANGAN

Alat yang dipergunakan :

2 buah ponton

1 Crane

1 hydraulic hammer

2 buah Teodolit / Waterpas

Dalam pekerjaan pemancangan, tiang pancang yang dipakai 80 cm,


dimana panjang tiang yang dibutuhkan adalah 33.3 m (3 batang @12 m) dan 60
cm dengan kedalaman 21,3m (2 batang @12 m) pemancangan dilakukan dengan 2
ponton, dimana 1 ponton sebagai hydraulic hammer untuk peman cangan dan
satunya sebagai ponton crane untuk pengambilan tiang pancang dari areal
penumpukan ke ponton pancang (lihat gambar 6.1). Alat Teodolit dipergunakan
untuk mengukur ketepatan posisi dan kemiringan tiang saat pemancangan gambar
6.2.

Gambar 6.1. Ponton Pancang dan Ponton Crane

Gambar 6.2. Cek titik tiang pancang dari darat dengan Alat Teodolit
Pertama-tama ponton crane mengambil tiang pancang yang berada pada areal
penumpukan, dan kemudian memindahkan tiang pancang dari ponton crane ke
ponton pancang, lalu kemudian dilaksanakan pemancangan.
Pada saat pemancangan, langkah-langkah pekerjaan

yang dilakukan

adalah ponton pancang diarahkan ke titik yang dituju, dengan bantuan alat teodolit
untuk menentukan ketepatan titik serta kelurusan/kemiringan tiang. Setelah
semuanya sesuai, tali pengikat tiang pada hydraulic hammer dikendorkan sehingga
tiang pancang akan turun sampai seabed dan diukur kembali ketepatannya dengan
teodolit. Apabila sudah sesuai kembali, baru mulai dipancang dengan hydraulic
hammer sampai kedalaman yang direncanakan (lihat gambar 6.3). Untuk
kepastian pemberhentian pemancangan, pada pemancangan tiang terakhir
dilakukan kalendering, apabila S rencana > S lapangan , pemancangan dapat
diberhentikan. Langkah-langkah ini dilakukan sampai semua tiang pancang
perencanaan terpancang pada posisinya.
Setelah beberapa tiang pancang selesai dipancang, dapat dilakukan
pemotongan tiang pancang yang berlebih dengan menggunakan hammer ban
sampai pada elevasi tiang yang direncanakan. Apabila pemotongan

tiang sudah selesai semua, pekerjaan selanjutnya adalah pengerjaan poer.

Gambar 6.3. Pemancangan Tiang Pancang

Gambar 6.4. Penyambungan antar Tiang Pancang baja

6.

6.2.1.2

PENGECORAN POER

Sebelum merakit bekisting poer, terlebih dahulu dipasang landasan untuk


bekisting berupa sabuk pengikat dibaut sejumlah 2 baut untuk tiap pengikatnya
pada tiang pancang (Gambar 6.5). Kemudian dipasang balok yang
menghubungkan antara tiang satu dengan lainya baik arah memanjang maupun
melintang. Setelah tahapan tersebut, dilanjutkan

dengan perakitan bekisting poer diatas landasan yang telah ada, sesuai dengan
ukurannya.
Untuk bagian vertikal dari bekisting poer ditopang dengan kayu
perancah ke balok yang menghubungankan antar tiang pancang (Gambar 6.6).
Setelah bekisting poer selesai , dilakukan pemasangan tulangan beton
pengisi tiang dan tulangan poer. Pengecoran dilakukan sekaligus sehingga antara
beton pengisi tiang dan poer monolit.

Gambar 6.5. Pemasangan Landasan Bekisting Poer

Gambar 6.6. Pemasangan Bekisting

6.7 Pengecoran In Situ Poer

7.

6.2.1.3

PENGECORAN PELAT DAN BALOK

Bekisting balok memanjang dan melintang

dipasang sesuai dengan

ukuran rencana dan ditopang dengan kayu ke landasan yang telah terpasang
pada langkah sebelumnya (Gambar 6.8), pengecoran dilakukan monolit
(sekaligus) dengan pelat dermaga, balok fender. Sebelum

pengecoran

dilakukan, angker bolder dan fender dipasang pada posisinya dengan dilas
dengan tulangan balok untuk perkuatan .

Gambar 6.8 Pemasangan Bekisting Balok Arah Memanjang

8.

6.2.3 MASA PASCA KONSTRUKSI

Setelah pengecoran selesai dan beton telah mengeras dengan sempurna,


dilakukan pekerjaan tambahan yaitu :
9.

6.2.3.1

PEMASANGAN BOLDER

Setelah beton mengeras sempurna, bollard dapat dipasang, angker yang


sudah tertanam pada saat pengecoran pelat bersama tulangannya dibersihkan dan
dipasangkan bollard ke posisinya kemudian dicor setempat.

6.9 Pemasangan Bolder

10.

6.2.3.2

PEMASANGAN FENDER

Sama halnya dengan bollard, angker fender yang telah tertanam


dibersihkan dan fender ditempatkan di posisinya lalu dipasang pasangan
angkernya.

6.10 Pemasangan Fender

11.

6.2.3.3

PEMASANGAN REL CRANE

Dalam pemasangan crane harus diawasi dengan ketat, dimana setiap


sambungan rel harus dites dengan ultrasonik, demikian pula dengan kelurusan rel
itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai