Anthony de Mello, SJ Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. (Yohanes 15:12)
Apa itu kasih? Lihatlah sekuntum bunga mawar.
Bisakah mawar itu mengatakan, Aku akan memberikan keharumanku hanya kepada orang-orang baik dan tidak kepada orang-orang jahat? Atau bisakah Anda membayangkan sebuah lampu yang menutupi sinarnya dari orang jahat yang ingin berjalan dalam terangnya? Lampu itu hanya bisa melakukannya apabila dia berhenti menjadi lampu. Dan amati betapa sebatang pohon tanpa pilih kasih memberikan keteduhan kepada semua orang, baik dan buruk, tua dan muda, kaya dan miskin; kepada binatang dan manusia dan setiap makhluk hidupbahkan kepada orang yang ingin menebangnya. Jadi, itulah sifat pertama kasih: tidak membeda-bedakan. Itulah sebabnya kita didesak untuk menjadi seperti Tuhan, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar; karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna. Renungkan dengan penuh ketakjuban betapa baik sang mawar, sang lampu, sang pohon, karena merekalah gambaran kasih yang sejati... ...Dan inilah sifat kedua kasih, yaitu tidak beralasan. Seperti pohon, mawar, lampu, kasih memberi tanpa meminta balasan. Betapa benci kita pada pria yang memilih istrik tidak berdasarkan pada sifat-sifatnya, melainkan pada banyaknya uang mahar untuk sang suami. Pria semacam itu, pantas kita katakan, mencintai keuntungan materiil yang akan diberikan oleh seorang wanitabukan mencintai wanita itu sendiri. namun, bukankah kasih Anda juga seperti itu, ketika Anda berteman dengan orang-orang yang memberi Anda pemenuhan emosional dan menghindari mereka yang tidak memberikannya? Dan ketika Anda bersikap positif pada orang-orang yang memberikan apa yang Anda inginkan dan yang memenuhi pengahrapan Anda, dan bersikap negatif atau tak acuh pada mereka yang tidak? Di sini pun hanya ada satu hal yang perlu Anda lakukan untuk memiliki sifat tidak beralasan dari kasih. Anda bisa membuka mata Anda dan melihat. Hanya melihat (menelanjangi apa yang Anda sebut kasih menjadi bentuk aslinya, sebuah kamuflase atas keegoisan dan keserakahan) merupakan sebuah langkah besar menuju sifat kedua kasih.
Sifat ketiga kasih adalah tidak sadar diri. Kasih
begitu menikmati tindakan mengasihinya sehingga tidak menyadari dirinya sendiri. seperti halnya lampu sibuk menerangi tanpa memikirkan apakah dia berguna bagi yang lain atau tidak. Seperti halnya mawar menebarkan keharuman karena memang tak ada hal lain yang bisa dia lakukan, entah ada yang akan mencium harumnya atau tidak. Seperti halnya pohon menawarkan keteduhan. Sinar, keharuman, dan keteduhan tidak dihasilkan ketika ada orang dan dimatikan ketika tidak ada siapa-siapa. Keberadaan semua hal itu, serpti kasih, tak tergantung pada orang. Kasih ada begitu saja, tanpa objek. Semua hal itu ada, entah akan berguna bagi seseorang atau tidak. Jadi, mereka tidak punya kesadaran tentang kebajikan atau perbuatan baik apa pun. Tangan kiri mereka tidak punya kesadaran tentang apa yang dilakukan tangan kanan mereka. Tuhan bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Sifat terakhir kasih adalah kebebasannya. Begitu pemaksaan atau kendali atau konflik masuk, kasih mati. Bayangkan betapa mawar, pohon, lampu membiarkan Anda sepenuhnya bebas. Pohon takkan menyeret Anda ke dalam keteduhannya, meski Anda nyaris pingsan kepanasan. Lampu takkan memaksakan sinarnya pada Anda, walau ada kemungkinan Anda akan tersandung dalam gelap. Sesaat ingatlah betapa Anda membiarkan orang lain memaksa dan mengendalikan Anda karena Anda ingin mendapatkan cinta serta persetujuan mereka atau karena Anda takut kehilangan mereka. Setiap kali menyerah pada pengendalian dan pemaksaan itu, Anda menghancurkan kemampuan Anda untuk mengasihi yang merupakan sifat dasar Andakarena Anda pasti akan memperlakukan orang lain seperti Anda membiarkan mereka memperlakukan Anda. Karenanya, renungkanlah semua kendali dan pemaksaan dalam kehidupan Anda, dan semoga perenungan itu saja sudah bisa menghentikan keduanya. Begitu kedua hal itu berhenti, kebebasan akan muncul. Dan kebebasan hanyalah kata lain dari kasih.
Sumber: Anthony de Mello, The Way to Love, India, Gujarat