Pemicu 2 KGD Gigin Sandria
Pemicu 2 KGD Gigin Sandria
Gigin Sandria
405120191
KEJANG
Penyebab Kejang
Trauma kepala
Riwayat trauma
Pendarahan
intrakranial
Kejang demam
Kejang menyeluruh
Timbul pada
demam tinggi
Umur 5 bulan 5
tahun
Ketidakseimbangan
elektrolit
Hiponatremia
hipokalsemia
Hipoglikemia
Diabetes or metabolisme
yang eror sejak lahir
Respon terhadap glukosa
Meningitis
Demam dan meningism
Diagnosa dengan pungsi
lumbal
Asfiksia
Episode hipoksia
Epilepsi
Cek pemenuhan
antikonvulsannya
Obat
Keracunan
Tdk diketahui
etiologinya
Genetik
SIMPTOMATIK /SEKUNDER
Trauma kepala
Tumor otak
g3 metabolik
Infeksi SSP
Anomali kongenital
CVD
Penyakit degeneratif
PATOFISIOLOGI
Paroxysmal Depolarization Shift
depolarisasi potensial pasca sinaps yg berlgsg
lama lepasnya muatan listrik yg >>>
merangsang neuron lain scr bersama2
melepaskan muatan listriknya.
PDS
hipereksitabilitas neuron
otak k/
Kemampuan membran sel sbg pacemaker u/
melepaskan muatan listrik yg >>>
Defisiensi GABA
Meningkatnya sinapstik o transmitter as
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Sifat kejang, riwayat kejang sblmnya, kondisi medis,
obat2an, trauma, gejala infeksi, keluhan neurologis
lain.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda vital, status umum, tanda2 trauma kepala /
kelainan sistemik
Status neurologis : derajat kesadaran, rangsang
meningeal, defisit neurologis fokal
PP
Laboratorium glukosa darah, elektrolit, hitung jenis,
prothrombin time, ureum, kreatinin, kalsium,
magnesium
LP, analisis dan kultur CSS
TABEL
TABEL KOMPOSISI
KOMPOSISI ION
ION PASIEN
PASIEN KEJANG
KEJANG
ION
INTRASEL
EKSTRASEL
Na+
12 mmo;/L
145 mmol/L
K+
155 mmol/L
4 mmol/L
Kation lain
Cl-
120
HCO3-
27
Anion lain
155
Potensial
- 90 mV
0 - 5 menit
Yakinkan aliran udara pernafasan
baik
Monitoring tanda vital, pertahankan
perfusi oksigen ke jaringan, beri O2
Bila keadaan stabil, lakukan
anamnesis terarah, pemeriksaan
umum dan neurologi secara cepat
Cari tanda trauma, kelumpuhan fokal
dan tanda-tanda infeksi
5 10 menit
Pemasangan akses IV
Pengambilan darah untuk pemeriksaan:
darah rutin, glukosa, elektrolit
Pemberian diazepam 0,2 0,5 mg/kgbb
secara IV atau diazepam rektal
0,5 mg/kgbb (berat badan < 10 kg = 5
mg; berat badan > 10 kg = 10 mg).
Dosis diazepam IV atau rektal dapat
diulang 1-2x setelah 5 10 menit
Jika hipoglikemia, berikan glukosa 25%
2ml/kgbb.
10 15 menit
Cenderung menjadi status
konvulsivus
Berikan fenitoin 15 20 mg/kgbb
intravena diencerkan dengan NaCl
0,9%
Dapat diberikan dosis ulangan
fenitoin 5-10 mg/kgbb sampai maks.
dosis 30 mg/kgbb.
30 menit
Beri fenobarbital 10 mg/kgbb, dapat
diberi dosis tambahan 5-10 mg/kg
dengan interval 10 15 menit.
Pemeriksaan lab sesuai kebutuhan,
spt : analisis gas darah, elektrolit,
gula darah.
Lakukan koreksi sesuai kelainan.
Awasi tanda depresi nafas
Bila masih berlangsung siapkan
intubasi dan kirim ke ICU
Setelah kejang :
1. Hitung lama periode postiktal (pasca kejang)
2. Periksa pernapasan, posisi kepala, dan lidah.
3. Reposisikan jika kepala hiperekstensi. Jika anak
tidak bernapas, lakukan pernapasan buatan dan
hubungi pelayanan medis darurat.
4. Periksa sekitar mulut untuk menemukan gejala
luka bakar/kimia atau kecurigaan zat yang
mengindikasikan keracunan
5. Pertahankan posisi berbaring miring
6. Tetap dampingi anak sampai pulih sepenuhnya
7. Jangan memberi makanan atau minuman sampai
anak benar sadar dan refleks menelan pulih
8. Hubungi pelayanan kedaruratan medis jika
diperlukan
9. Kaji faktor pemicu awitan kejang (kolaborasi)
algoritma
penatalaksana
an
KOMPLIKASI
Trauma (fraktur, dislokasi, dan
cedera kepala)
Rabdomiolisis
Apnea
Hipoksia
Hipotensi
Asidosis metabolik
Kerusakan neuronal
Kejang
Menyerupai kejang
Onset
Lama serangan
Kesadaran
Sianosis
Gerakan ekstremitas
Stereotipik serangan
Lidah tergigit atau luka lain
Gerakan abnormal bola mata
Fleksi pasif ekstremitas
Dapat diprovokasi
Tahan terhadap gerakan pasif
Bingung pasca serangan
Iktal EEG abnormal
Pasca iktal EEG abnormal
Tiba-tiba
Detik/ menit
Sering terganggu
Sering
Sinkron
Selalu
Sering
Selalu
Gerakan tetap ada
Jarang
Jarang
Hampir selalu
Selalu
Selalu
Mungkin gradual
Beberapa menit
Jarang terganggu
Jarang
Asinkron
Jarang
Sangat jarang
Jarang
Gerakan hilang
Hampir selalu
Selalu
Tidak pernah
Hampir tidak pernah
jarang
ALUR
PENATALAKSANAAN
Diazepam
Midazolam
0,2 mg/kg im
Midazolam
15 menit Fenitoin
0,2 mg/kg im
20 mg/kg iv maks 1 gr
Iv drip 20 menit dlm 50 ml NaCl
Status epilepticus
Epidemiologi
Paling tinggi pada umur 20 tahun
pertama, menurun sampai umur 50
th, dan meningkat lagi setelahnya
terkait dg kemungkinan terjadinya
penyakit cerebrovaskular.
Pada 75% pasien, epilepsy terjadi <
umur 18 th.
Etiologi
Kejang pertama dan
termasuk infeksi
atau demam nonSSP
Infeksi SSP
Gangguan
metabolik
Toksik
Obat2an
Trauma kepala
Lesi vaskuler
Gangguan
neurologis
progresif
Hipoksia
Etanol
Tumor
Fase
IV
Manifestasi klinis :
Aktivitas tonik/klonik umum yg persisten
Aktivitas tonik dan/atau klonik fokal persisten
Hilang kesadaran
Pemeriksaan penunjang
Lab rutin : N (kecuali bhub dgn toksik)
Pencitraan : N (kecuali bhub dgn abN struktural
EEG : abN (pola tgt tipe kejang)
Prognosis :
tergantung etiologi
buruk : cedera kepala berat, ensefalitis atau infeksi
lain, stroke masif
Neurologi
c
emergen
cy:
Status
epileptic
us
Akses IV
Jalan napas
O2
Cek glukosa
Bukan akses IV
Rektal diazepam
Atau buccal
diazepam
Jika IV beri dosis
lorazepam yang
kedua
Lorazepam IV / IO
Lorazepam IV / IO
Paraldehyde PR
Fenitoin IV/IO
Atau fenobarbital
Panggil anestetis :
induksi cepat
dengan tiopenton
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Stadium
III
- Menentukan etiologi
- Bila kejang terus berlangsung stlh pemberian
diazepam/lorazepam, beri phenytoin iv 15-20 mg/kg
dgn kec. 50 mg/menit
- Dapat pula diberikan fenobarbital 10 mg/kg dgn
kec. 100 mg/menit respi saat pemberian
- Memulai th/ dgn vasopresor
- Mengoreksi komplikasi
Stadium
IV
Midazolam
Thiopenthone
Pentobarbital
Propofol
Terapi pilihan
Terapi lain
SE
Benzodiazepin
iv/oral
Valproate IV
SE parsial
kompleks
Klobazam oral
Lorazepam/ Fenitoin/
Fenobarbital IV
SE atipikal
Valproat oral
Benzodiazepin,
lamotrigine, Topiramat,
Metilfenidat, Steroid
oral
SE tonik
Lamotrigine oral
Metilfenidat, steroid
SE non-konvulsif
pada pasien
koma
Fenitoin IV/
fenobarbital
Anestesi dgn
tiopentone,
pentobarbital, propofol,
midazolam
Komplikasi
Otak
Pe TIK
Edema serebri
Trombosis arteri &
vena otak
Disfungsi kognitif
Gagal ginjal
Gagal napas
Apnu
Pneumonia
Hipoksia, hiperkapni
Gagal napas
Idiopatik
Pelepasan katekolamin
Hipertensi
Edema paru
Aritmia
Glikosuria, dilatasi pupil
Hipersekresi, hiperpireksia
Jantung
Hipotensi, gagal jantung,
tromboembolisme
Metabolik & sistemik
Asidosis
Dehidrasi
Hiper/hipoglikemi
Hiperkalemi
Hiponatremi
Kegagalan multiogan
STATUS EPILEPTICUS
1) Protect the airway
2) Insert an IV catheter
3) Rule out hypoglicemia
Airway
Breathing
Circulation
Drugs &
Differential Dx/
4) Pharmacological Protocol
Therapy
5) Measure Arterial Blood Gases
and pH
6) Maintain Ventilation
7) Rule Out Meningitis
8) Search for the underlying
cause
a. Midazolam
Dosis muatan 0,2 mg/kg
diikuti infus 0,05 2,0
mg/kg per jam
ES : Hipotensi (> jarang
daripada propofol)
b. Propofol
Golongan hipnotik-sedatif
nonbarbiturat kerja
singkat
Dosis muatan 3 5 mg/kg
diikuti infus 1 -15 mg/kg
per jam
Propofol > superior
daripada midazolam
Merupakan obat dengan
kerja tersingkat untuk
menghentikan SE
refrakter
c.
Asam Valproat
Dosis muatan 15 20
mg/kg IV
Keuntungan : aman dan
pemberiannya mudah
Hindari intubasi
d. Pentobarbital
Dosis muatan 5 10
mg/kg diikuti infus 5,0
10 mg/kg per jam
dititrasi
ES : hipotensi, depresi
miokardial
Meningitis,
encephalitis
Hiponatremia
Hipoglikemia
Hiperosmolalitas
Hypertensive
ensefalopati
Uremic ensefalopati
Hepatic ensefalopati Respiratory alkalosis nearly always present
Ecalmptogenic
toxemia
Dont forget..
PENCEGAHAN TERHADAP CEDERA !!!
Jangan menggunakan pengekang yang kaku
saat terjadi kejang (bisa terjadi fraktur)
Jangan memasukkan objek ke dalam mulut
pasien ketika sedang kejang
NEW ONSET
SEIZURE
CT-Scan
Kepala
Jika memungkinkan,
sebaiknya dilakukan
Th/ OAE
Disposition
EMERGENCY TREATMENT
OF SPECIFIC SEIZURE
TYPES
KEJANG UMUM
Mioklonik & Tonik-klonik
(Kejang Umum
Konvulsif)
Ada keterlibatan
komponen motorik
biasanya tidak susah didx/ th/ seperti yang
dijelaskan sebelumnya
Jika terjadi SE, komponen
motorik dapat menjadi
samar pada beberapa
kasus disalahartikan
sebagai postictal period
Jika kesadaran tidak pulih
dalam 20 menit setelah
usaha terminasi kejang
pertimbangkan diagnosis
SE subtle
Penting untuk mengenali
SE subtle
ABSANS
KEJANG PARSIAL
KOMPLEKS
Biasanya aktivitas
motorik terbatas atau
(-) hanya ada
gangguan kesadaran
Anamnesa yang
medalam perlu
untuk
menegakkan dx/
Gejala bervariasi
tergantung lokasi
anatomis fokus
kejangnya
Sering disalahartikan
sebagai kejang parsial
kompleks ketika terjadi
automatisasi
Th/ berbeda ada
penambahan
valproate IV dosis
muatan 25 mg/kg
Pasien dapat
tampil dengan
automatisasi
(lebih terlihat
daripada
automatisasi
pada absans)
Th/ = kejang
konvulsif
Epilepsi
Kondisi kronik yg ditandai
berulangnya kejang disertai
penurunan kesadaran / kejang lama
> 30 menit
Disebabkan lepasnya listrik
paroksismal dlm neuron serebral yg
menyebabkan berbagai pola klinis
berbeda
Mrp ekspresi dari disfungsi otak &
dicari penyebabnya walaupun 2/3
Etiologi
Primer
Idiopatik termasuk
diantaranya
pasien dgn gg.
Intrauterin,
perinatal, neonatal.
Riwayat keluarga
Sekunder
Gangguan Serebral
Tumor otak/ malformasi
arteriovena
Pascatrauma
Peny. Serebrovaskular
Infeksi, peradangan,
degeneratif
Gangguan Metabolik
Hipoglikemi
Hipokalsemi
Hiponatremi
Gagal ginjal
Obat2an
Alkohol
Amfetamin, antidepresan
trisiklik, fenotiazin
Provokasi kejang
Banyak faktor etiologi yg bisa memprovokasi
kejang pd pasien yg biasanya cenderung
mengalami epilepsi.
Kurang tidur
Stres
Alkohol
Stimuli spt cahaya televisi, lampu disko
Wanita frk. Kejang sekitar waktu
menstruasi
Diagnosa
3 langkah awal :
Memastikan
sifat
kejang
apakah
kejadian
bersifat
paroksismal
menunjukkan epilepsi/ bukan
Apabila benar terdapat epilepsi, tent.
Termasuk bangkitan kejang yg mana
Tent. Etiologi, sindrom epilepsi apa yg
ditunjukkan
bangkitan
kejang
td,
epilepsi apa yg diderita pasien
DD Epilepsi
Sinkope
TIA
Vertigo
Narkolepsi
Bangkitan panik, psikogenik
Sindrom Meiner
Tics
Prinsip th/
OAE mulai diberikan :
d/ epilepsi confirmed
Min. 2x bangkitan dlm setahun
Stlh pasien dan/ atau keluarga menerima
penjelasan ttg tujuan pengobatan
Pas/keluarga telah diberitahu kemungkinan ES.
Dimulai dgn monotherapi, menggunakan OAE
sesuai jenis epilepsi
Pemberian obat dr dosis rendah dan dinaikkan
bertahap sampai dosis efektif tercapai/ timbul ES
Bila dgn dosis OAE max tdk dpt mengontrol
bangkitan tambahkan OAE kedua, bila OAE kedua
telah mencapai th/, OAE I tap.off
OAE III digunakan stlh dosis max OAE II tdk berhasil
Penatalaksanaan
Karbazepin
obat pilihan I kejang parsial sederhana & kompleks, kejang
tonik-klonik
ES : gg. GI, pening, hepatitis, ruam kulit
Na valproat
efektif u/ kejang partial sederhana dan kompleks & semua
bentuk kejang umum
obat terpilih epilepsi onset baru
ES : penambahan berat badan, rambut rontok, tremor.
Hepatotoksisitas, trombositopeni, pankreatitis jrg ditemukan
Fenitoin
ef. u/ kejang partial & tonik-klonik, namun indeks terapeutik
sempit
ES : hipertrofi kosmetik, hirsutisme, figur wajah kasar,
konsentrasi plasma optimum 10-20 mg/L
Penatalaksanaan
Etosuksinad
obat terpilih u/ absence sederhana, mioklonik
Es : sedasi. Ruam kulit, perubahan enzim hati,
gg.hematologis jrg terjadi. Konsentrasi plasma optimum 40100 mg/L
Benzodiazepin
u/pengobatan status epileptikus, namun sedasi &
toleransi membuat pengobatannya terbatas sbg pengg.
Kronik
Gabapentin
th/ tambahan kejang parsial, ES : somnolens, pening,
ataksia jrg terjadi
Lamotrigin
inhibisi pelepasn as. Amino eksitasi, ES : nyeri kepala,
pening, ataksia, gg. GI
Vigabantrin
Rujuk ke sp.
Tidak responsif terhadap 2 OAE
pertama
Ditemukan ES yg signifikan th/
Berencana hamil
Dipertimbangkan u/ penghentian th/
Meningitis bakterial
Suatu peradangan pd selaput otak
ditandai dgn p jmlh sel PMN dlm CSS
dan terbukti adanya bakteri penyebab
infeksi dlm CSS.
PATOGENESIS
Hematogen k/ infeksi di tmpt lain mis faringitis,
tonsilitis, endokarditis, pneumonia, infeksi gigi.
Per kontinuitatum k/ infeksi dr sinus paranasal,
mastoid, abses otak.
Implantasi lgsg c/ trauma kepala terbuka, tindakan
bedah otak, pungsi lumbal
Meningitis pd neonatus k/
Aspirasi dr cairan amnion pd saat bayi mel jln lahir /
kuman2g N ada pd jln lahir
Infeksi bakterial transplasental c/ listeria
Infeksi SSP > byk hematogen
Perlekatan bakteri pd sel epitel mukosa nasofaring
kolonisasi menembus mukosa dan mperbyk diri dlm
aliran darah bakteremia ke CSS mperbyk diri dlm
CSS peradangan.
MANIFESTASI KLINIS
BBL dan prematur gejala kabur dan tdk khas
demam, tampak lemah, tdk mau minum,
muntah, p kesadaran, leher lemas, respirasi tdk
teratur, kdg2 ikterus jk sepsis.
Bayi 3bln 2thn demam, muntah, gelisah,
kejang berulang, high pitched cry, ubun2 tegang.
Anak yg > bsr demam, mengigil, muntah,
nyeri kepala.
Gejala pertama kejang, gelisah, g3 tingkah
laku, p kesadaran, tanda klinis spt kaku kuduk,
brudzinsky dan kernig.
Saraf kranial yg srg mengalami kelainan N VI,
VII, IV
PP
Pungsi lumbal
Fase akut PMN
Dgn berjalannya peny p limfosit dan sel PMN
p kdr protein dan p kdr glukosa
PENATALAKSANAAN
Cairan IV
Koreksi g3 asam basa dan elektrolit
Atasi kejang
Kortikosteroid dexamethason 0,6mg/kgBB/hari
selama 4hr, 15-20 mnt sblm pemberian antibiotik.
Antibiotik
Ensefalitis
suatu peradangan pada otak. e/ virus,
bakteri, jamur, cacing, protozoa. Yang
tersering adalah HSV, arbovirus, dan
enterovirus.
PATOGENESIS
Virus masuk mel kulit, sal nafas, sal cerna
virus menyebar mel :
Setempat
Hematogen primer
Hematogen sekunder
Melalui sistem saraf
Kel neurologis disebabkan o/
Invasi dan perusakan lgsg pd jar otak o/ virus yg
sdg berkembang biak.
Rx jar saraf thd Ag virus yg akan berakibat
demielinisasi, kerusakan vaskular, paravaskular,
Rx aktivasi virus yg bersifat laten
MANIFESTASI KLINIS
Masa prodromal (1-4hr) demam, sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, pucat
Gelisah, iritabel, screaming attack, perubahan perilaku, g3
kesadran, kejang
Kdg ditandai dgn tanda neurologis fokal afasia,
hemiparesis, hemiplegia, ataksia, paralisis saraf otak.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
Atasi kejang
p TIK manitol 0,5 2 gr/kgBB IV
dlm periode 8-12 jam.
Pasien dgn g3 menelan, akumulais
lendir pd tenggorok, paralisis pita
suara dan otot nafas drainase dan
aspirasi mekanis.
Ensefalitis herpes asiklovir
10mg/kgBB/hr IV stiap 8 jam selama
10-14 hr.
DD
Meningitis TB
Syndrome Reye
Abses otak
Tumor otak
ensefalopati
KOMPLIKASI
RM
Irritabel
g3 motorik
Epilepsi
Emosi tdk stabil
Sulit tdr
Halusinasi
Enuresis
Gangguan Keseimbangan
Elektrolit
Gangguan keseimbangan natrium
Gangguan keseimbangan kalium
Gangguan keseimbangan kalsium
Gangguan Keseimbangan
Natrium
2 Mekanisme Pengaturan
Kadar natrium yang sudah tetap pada batas tertentu (SetPoint)
Keseimbangan antara natrium yang masuk dan yang
keluar (Steady-State)
Hiponatremi
Manifestasi klinis
hiponatremi
Disorientasi
Penurunan kesadaran
Irritabilitas
Kejang
Letargi
Koma
Muntah
Kelemahan & kegagalan napas
Penatalaksanaan Hiponatremia
Hipokalemia
Bila kadar kalium dalam plasma kurang dari 3,5meq/L.
Penyebab:
Asupan kalium yang kurang
Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran
cerna atau ginjal atau keringat
Kalium masuk ke dalam sel
Gejala klinis:
Kelemahan pada otot, perasaan lelah, nyeri otot,
restless legs syndrome
Aritmia berupa timbulnya fibrilasi atrium, takikardia
ventrikular
Tekanan darah meningkat
Gangguan toleransi glukosa dan gangguan
metabolisme protein
Poliuria dan polidipsia
Alkalosis metabolik
Koma pada pasien gangguan fugsi hati
Penatalaksanaan hipokalemia
Indikasi mutlak, pemberian kalium mutlak
segera diberikan pada keadaan:
Pasien sedang dalam pengobatan digitalis
Pasien dengan ketoasidosis diabetik
Pasien dengan kelemahan otot pernapasan
Pasien dengan hipokalemia berat
( K<2meq/L)
Indikasi kuat, kalium harus diberikan pada
waktu tidak terlalu lama yaitu pada keadaan:
Insufisiensi koroner/iskemia otot jantung
Ensefalopati hepatikum
Pasien yang memakai obat yang dapat
menyebbakan perpindahan kalium dari
ekstrasel ke intrasel
Indikasi sedang, pemberian kalium tidak perlu
Hiperkalemia
Bila kadar kalium dalam plasma lebih dari
5meq/L.
Penyebab:
Keluarnya kalium dari intrasel ke ekstrasel
Berkurangnya ekskresi kalium melalui
ginjal
Gejala klinis:
gangguan konduksi listrik jantung,
kelemahan otot sampai dengan paralisis
sehingga pasien merasa sesak napas.
Penatalaksanaan hiperkalemia
Mengatasi pengaruh hiperkalemia pada
membran sel, dengan cara memberikan
kalsium intravena.
Memacu masuknya kembali kalium dari
ekstrasel ke intrasel, dengan cara:
Pemberian insulin 10 unit dalam glukosa
40%, 50ml bolus intravena, lalu diikuti
dengan infus dekstrosa 5%.
Pemberian natrium bikarbonat.
Pemberian 2-agonis secara inhalasi
maupun intravena.
Mengeluarkan kelebihan kalium dalam tubuh
Pemberian diuretik-loop (furosemid) dan
tiasid.
Hipokalsemia
Etiologinya:
1. Defisiensi vitamin D, yang dapat disebabkan oleh:
Asupan makanan yang tidak mengandung lemak
Malabsorpsi yang terjadi pada gastrektomi
sebagian, pankreatitis kronik, pemberian laksan
terlalu lama, bedah pintas-usus
Metabolisme vitamin D yang terganggu pada
penyakit riketsia, pemberian obat anti kejang,
gangguan fungsi ginjal, dan gangguan fungsi hati
kronik
2. Hipoparatiroidisme
3. Pseudohipoparatiroidisme
4. Proses keganasan
5. Hiperfosfatemia
Penatalaksanaan hipokalsemia
Pada
keadaan
asimptomatik,
dianjurkan
meningkatkan kadar kalsium pada makanan
sebesar 1000mg/hari.
Pada keadaan yang menunjukkan gejala
seperti parestesi, tetani, hipotensi, kejang,
bradikardi, pemanjangan interval QT, ada
tanda Chovstek diberikan kalsium intravena
sebesar 100-200mg kalsium-elemental atau 12gram kalsium glukonas dalam 10-20 menit
Lalu diikuti dengan infus kalsium glukonas
dalam larutan dextrosa atau NaCl isotonis
dengan dosis 0,5-1,5mg kalsium-elemental/kg
BB dalam 1 jam.
Pada keadaan hipomagnesemia dengan fungsi
ginjal normal diberian larutan 10% magnesium
sulfat 2gram selama 10 menit dan kemudian
PERDARAHAN
Epidural hematoma.
akibat perdarahan pada lapisan otak
yang terdapat pada permukaan bagian
dalam dari tengkorak.
Venous epidural hematoma berhubungan
dengan robekan pembuluh vena dan
berlangsung perlahan-lahan.
Arterial hematoma terjadi pada middle
meningeal artery yang terletak di bawah
tulang temporal.
Gejalanya adalah penurunan
Subdural Hematoma
perdarahan antara dura mater dan lapisan
arachnoid pada lapisan meningen yang
membungkus otak.
Oleh karena subdural hematoma
berhubungan dengan kerusakan vena,
sehingga hematoma terjadi secara
perlahan-lahan. Tetapi bila disebabkan oleh
kerusakan arteri maka kejadiannya secara
cepat.
Bila terjadi kompresi jaringan otak maka
akan terjadi peningkatan ICP menyebabkan
penurunan tingkat kesadaran dan nyeri
Somnolence, confusio, lethargy, kehilangan
Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan yang terjadi di rongga
subarakhnoid
Diagnosanya cenderung mempunyai
konotasi sebagai sindrom klinis
daripada diagnosa patologi
Berasal dari perdarahan arterial
Akibat pecahnya suatu aneurisma
pembuluh darah serebral atau
malformasi arterio-venosa yang
ruptur
Faktor resiko
Presentasi klinis
Faktor diet
Herediter
Sosio ekonomi
Diagnosa
CT- Scan
Fotofobia
Hipertensi
Pusing
Vertigo atau lemas
Gangguan ingatan
Sindrom Korsakoff
agitatif
Daftar Pustaka
Miall, Lawrence. Paediatrics at a Glance,
Ed 2nd. USA : Blackwell, 2007.
Drislane FW et al. Neurology. Blueprints.
Philadelphia; Lippincot Wiliams & Wilkins
: 2006
Sudoyo AW, Setiyohadi B, editor. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jilid 3.
Jakarta: pusat penerbitan ilmu penyakit
dalam FKUI, 2006