Anda di halaman 1dari 9

FARMASI Arab ataupun lebih khusus lagi dikenali sebagai saydanah merupakan satu bentuk

profesi yang mulanya agak asing dari dunia kedokteran. Pada abad ke-9, dunia Arab dan Islam
telah berhasil membangun jembatan ilmu yang menghubungkan antara sumbangan Yunani
dengan dunia farmasi moderen sekarang ini. Malah tahap ilmu yang diperoleh daripada Yunani
khususnya terus ditingkatkan dan usaha ini diteruskan hingga ke abad ke-13 melalui berbagai
karya, terjemahan ataupun peningkatan ilmu pada zaman-zaman berikutnya. Untuk pertama
kalinya dalam sejarah, farmasi dipraktekkan secara terpisah dari profesi medis yang lain. Puncak
sumbangan dunia Arab-Islam dalam farmasi dicapai dengan siapnya satu panduan praktikum
farmasi pada tahun 1260.
Tulisan berjudul Minhaj itu adalah hasil karya Abul-Muna al-Kohen al-Attar dari Mesir. AlAttar seorang ahli farmasi berpengalaman. Dalam Minhaj, al-Attar menuliskan pengalaman
hidupnya serta ilmu dalam seni apotek, atau seni meracik ubat. Sebahagian besar buku itu
menguraikan tentang etika farmasi, salah satu topik penting dalam sejarah profesi kesehatan.
Sementara itu, di kota-kota seperti Baghdad, profesi farmasi dipraktekkan dengan rapi sehingga
ahli farmasi mendapat perlindungan dan sanjungan daripada pemerintah serta pengguna ketika
itu. Melalui penyebaran perdagangan dunia Islam yang kian pesat, dan daya tarik bahan rempahrempah dan bahan obat-obatan, menjadikan kedudukan profesi farmasi khususnya, dan kesihatan
pada umunya di dunia Arab semakin meningkat. Dan sebenarnya bidang farmasi Barat adalah
berasal daripada farmasi Arab dan Islam. Aspek dan pengaruh Arab ini tidak ditulis oleh penulis
barat pada sejarah perubatan umumnya dan sejarah farmasi khususnya. Sedangkan pada
hakikatnya prestasi sains dan budaya dunia Arab begitu banyak mempengaruhi profesi serta
sumbangan pustaka farmasi di barat yang ada hingga hari ini.
Sayangnya, kurang daripada satu abad selepas al-Attar, praktek farmasi mulai beku dan kaku,
dan terus merosot dengan jatuhnya peradaban Arab pada abad ke 19. Sejak dari itu, farmasi mula
berkembang dengan pesatnya di Eropah khususnya dan Barat umumnya.
TOKOH ARAB DAN ISLAM YANG UTAMA
Yuhanna b. Masawayh (777 857)
Beliau adalah anak seorang ahli farmasi (dikenali sebgai apoteker). Beliau terkenal melalui
tulisannya dalam bahasa Arab tentang meteria medica dan rawatan. Salah satu daripadanya
berjudul al-Mushajjar al-Kabir yang menyusun daftar penyakit serta obat-obatnya dan juga pola
makanan yang berkaitan. Malah beliau menyatakan bahwa para dokter yang boleh
menyembuhkan penyakit dengan hanya melalui pengaturan pola makan tanpa penggunaan ubat
adalah yang paling berjaya dan beruntung. Masawayh juga mengusulkan penggunaan beberapa
tumbuhan terkenal untuk meningkatkan sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit. Beliau
menyeru para dokter agar menggunakan hanya satu obat untuk satu penyakit berdasarkan prinsip
empiriks dan analogi.
Bahan yang banyak digunakan dalam terapi perubatan Arab adalah kamfora. Menurut Masawayh
bahan ini berasal dari China dan dibawa ke Arab melalui perdagangan dengan India dan Parsi.
Menurutnya lagi, sandalwood iaitu bahan yang digunakan untuk menghasilkan minyak wangi,
baik yang jenis kuning, putih atau merah juga datang dari India. Bahan-bahan seperti ini
digunakan dalam sediaan farmasi Islam pada abad ke-8 (atau lebih awal lagi) dan lewat ini istilah
farmasi terbentuk dalam Islam. Misalnya, kata-kata seperti al-Saydanani ataupun al-Saydalani
yang berarti dia yang menjual atau yang berkaitan dengan sandalwood, sedang perkataan
saydanah bermaksud farmasi.

Pada masa itu, Masawayh dikenal sebagai dokter dari beberapa khalifah, di ibukota Abbasiah
selama hampir empat dekade. Beliau juga merupakan dokter Islam yang pertama mendirikan
sekolah kolej farmasi swasta Arab.
Abu Hasan Ali bin Sahl Rabban al-Tabari
Beliau dilahirkan pada 808, sahabat dari Masawayh. Pada usia 30 tahun beliau diperintahkan
untuk ke kota Samarra oleh Khalifah Mutasim (833-842) untuk mengabdi sebagai dokter. Tabari
menulis banyak buku kedokteran, yang terkenal adalah Syurga Hikmah yang membicarakan
tentang tingkah laku manusia, kosmologi, embriologi, psikoterapi, kebersihan, pola makan dan
penyakit (akut dan kronik) serta cara merawatnya. Buku ini juga memuat kisah-kisah kedokteran
abstrak serta petikan dari referens yang berbahasa India. Bukunya juga mengandung beberapa
bab tentang meteria medika, makanan biji-bijian, kegunaan terapeutik hewan serta organ-organ
burung dan juga campuran obat-obatan termasuk cara membuatnya.
Tabari juga menyarankan agar nilai terapeutik setiap obat digunakan berdasarkan tujuan-tujuan
tertentu dan dokter harus pandai membuat pilihan yang terbaik. Beliau pernah menguraikan
dengan terperinci penggunaan sesuatu bahan sebagai bahan terapeutik, termasuk cara-cara
menyimpannya sambil memperingatkan tentang bahaya yang ada pada bahan tersebut.
Contohnya peringatan terhadap penggunaan satu mithqal (lebih kurang 4 gram) candu bisa
menyebabkan tidur ataupun maut.
Sabur b. Sahl
Beliau merupakan orang pertama menulis formula pertama dalam sejarah Islam. Formula ini
dikenali sebagai Agradadhin. Sabur meninggal dunia pada 869. Dalam tulisannya, beliau
memberikan resep kedokteran tentang kaedah dan teknik meracik obat, tindakan farmakologinya,
dosis-dosisnya untuk setiap sekali pengunaan. Formula-formula ubat ini disusun berdasarkan
jenis sediaan: tablet, serbuk, salap, sirup dan sebagainya. Banyak dari resep-reses ini
menunjukkan persamaan dengan dokumen dari Asia Barat dan Yunani-Roman.
Formula ini ditulis untuk ahli-ahli farmasi apakah di apotik ataupun di hospital. Oleh itu, hampir
selama 200 tahun formula ini digunakan sebagai panduan ahli farmasi di seluruh dunia Islam.
Tulisan Sabur ini merupakan satu langkah penting dalam sejarah farmakope dan banyak disalin
serta ditiru dalam buku kedokteran Arab selanjutnya.
Zayd Hunayn b. Ishaq al-Ibadi (809-873)
Sumbangan beliau tidak kurang pentingnya kepada praktek farmasi dan kedokteran Arab. Beliau
adalah anak dari seorang apoteker. Hunayn diantar ke Baghdad, yang pada masa itu merupakan
pusat pendidikan Islam terpenting untuk mengikuti pendidikan dalam perawatan. Beliau
kemudian ke Syria, Mesir dan negara sekitarannya untuk mendalami lagi latihannya. Setelah
beliau kembali ke Baghdad, beliau sudah mahir tentang asal-usul perubatan Yunani khususnya
yang diterjemahkan dalam Bahasa Syria.
Hunayn memainkan peranan yang penting dalam penterjemahan atau penentuan ketepatan
terjemahan yang dilakukan (termasuk penulis Hippocrate, Gelen dan penulis Yunani lain) di
samping menulis buku-bukunya sendiri. Sumbangannya menjadi lebih terasa pada tahun 830,
Khalifah al-Mamun mendirikan satu institusi sains (bait al-Hikmah) untuk tujuan penyelidikan
dan penterjemahan bahan-bahan Yunani ke dalam bahasa Arab. Hunayn menjadi pembimbing
pusat kajian ini dan dalam masa 40 tahun, beliau menterjemahkan dan mewujudkan istilah serta
rangkaian kata yang digunakan untuk tujuan praktek kedokteran dan pengajaran.
Antara buku dan tulisan Hunayn adalah tentang aspek kebersihan mulut, pecuci dan penggunaan
bahan-bahan pergigian. Beliau terkenal sebagai penulis Arab pertama yang melakukan hal ini.
Beliau juga yang menemukan bahan-bahan makanan dan minuman yang dianggap dapat

merusak gigi. Hunayn juga mengusulkan pembersihan gigi, khususnya selepas makan seperti
yang dianjurkan dalam kedokteran moderen. Tulisannya yang lain termasuklah tentang nilai gizi
dan pemakanan, tentang mandi, terapi gizi secara umum dan juga tentang bunga mawar serta
obat-obatan tertentu.

Sejarah Kefarmasian di Indonesia


Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya relatif masih muda dan baru dapat berkembang
secara berarti setelah masa kemerdekaan. Pada zaman penjajahan, baik pada masa pemerintahan
Hindia Belanda maupun masa pendudukan Jepang, kefarmasian di Indonesia pertumbuhannya
sangat lambat, dan profesi ini belum dikenal secara luas oleh masyarakat. Sampai proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi Indonesia pada umumnya masih terdiri
dari asisten apoteker dengan jumlah yang sangat sedikit.
Tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark, Austria, Jerman dan
Belanda. Namun, semasa perang kemerdekaan, kefarmasian di Indonesia mencatat sejarah yang
sangat berarti, yakni dengan didirikannya Perguruan Tinggi Farmasi di Klaten pada tahun 1946
dan di Bandung tahun 1947. Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi yang didirikan pada masa
perang kemerdekaan ini mempunyai andil yang besar bagi perkembangan sejarah kefarmasian
pada masa-masa selanjutnya.Dewasa ini kefamasian di Indonesia telah tumbuh dan berkembang
dalam dimensi yang cukup luas dan mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan dukungan
teknologi yang cukup luas dan mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan dukungan teknologi
yang cukup modern telah mampu memproduksi obat dalam jumlah yang besar dengan jaringan
distribusi yang cukup luas. Sebagian besar, sekitar 90% kebutuhan obat nasional telah dapat
dipenuhi oleh industri farmasi dalam negeri
Demikian pula peranan profesi farmasi pelayanan kesehatan juga semakin berkembang dan
sejajar dengan profesi-profesi kesehatan lainnya Selintas Sejarah Kefarmasian Indonesia
1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan
Tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia pada umumnya diawali dengan pendidikan asisten apoteker
semasa pemerintahan Hindia Belanda.
2. Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958
Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai bertambah
jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker
Negeri (Republik) yang pertama , dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun. Lulusan
angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar 30 orang, sementara itu jumlah
apoteker juga mengalami peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri maupun
lulusan dari dalam negeri.
3. Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967
Pada periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah banyak dirintis, dalam kenyataannya
industri-industri farmasi menghadapi hambatan dan kesulitan yang cukup berat, antara lain
kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga industri yang
dapat bertahan hanyalah industri yang memperoleh bagian jatah atau mereka yang mempunyai
relasi dengan luar negeri. Pada periode ini, terutama antara tahun 1960 1965, karena kesulitan
devisa dan keadaan ekonomi yang suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat berproduksi
sekitar 30% dari kapasitas produksinya. Oleh karena itu, penyediaan obat menjadi sangat terbatas
dan sebagian besar berasal dari impor. Sementara itu karena pengawasan belum dapat dilakukan
dengan baik banyak terjadi kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi

persyaratan standar.Sekitar tahun 1960-1965, beberapa peraturan perundang-undangan yang


penting dan berkaitan dengan kefarmasian yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain :
(1) Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan
(2) Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang barang
(3) Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan, dan
(4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Pada periode ini pula ada hal
penting yang patut dicatat dalam sejarah kefarmasian di Indonesia, yakni berakhirnya apotek
dokter dan apotek darurat.
Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8 Juni 1962,
antara lain ditetapkan :
(1) Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter, dan
(2) Semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Januari 1963.
Sedangkan berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya antara lain :
(1) Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat,
(2) Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku lagi sejak
tanggal 1
Pebruari 1964, dan
(3) Semua izin apotek darirat di ibukota Daerah Tingkat II dan kota-kota lainnya
dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.Pada tahun 1963, sebagai
realisasi Undang-undang Pokok Kesehatan telah dibentuk Lembaga Farmasi Nasional
(Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 39521/Kab/199 tanggal 11 Juli 1963).

1. Zaman Permulaan
Suatu zaman yang sangat awal, belasan maupun puluhan abad sebelum masehi. Alam lebih
dahulu tercipta dari manusia, alam menyediakan berbagai sumber hayati, hewani serta mineral
mineral serta zat kimiawi lainnya yang pada akhirnya akan dimanfaatkan oleh manusia. pada
masa
zaman prasejarah (awal mula kehidupan) manusia dan penyakit adalah 2 hal yg berkait, dulu
untuk mengobati penyaki mereka menggunakan insting dalam mengobati penyakit misal luka
manusia membubuhkan daun-daun segar diatas luka, atau menutupinya dengan lumpur, mereka
melakukan pencarian obat secara acak, dan ini merupakan awal mula pngetahuan dan ilmu
farmasi.
Selanjutnya penemuan arkeologi mengenai tulisan-tulisan mengenai farmasi yang terkenal
adalah penemuan catatan-catatan yang disebut 'Papyrus Ebers', papyrus ebers ini merupakan
suatu kertas yang berisi tulisan yang panjangnya 60 kaki (kurang lebih 20 meter) dan lebarnya 1
kaki (sekitar sepertiga meter) berisi lebih dari 800 formula atau resep, disamping itu disebutkan
juga 700 obat-obatan yang berbeda antara lain obat yang berasal dari tumbuh tumbuhan seperti

akasis,biji jarak (castrol), anisi dll serta mineral seperti besi oksida, natrium bikarbonat, natrium
klorida dan sulfur.
Dokumen ini ditemukan george ebers, seorang ahli sejarah mesir berkebangsaan jerman.
sekarang dokumen ini disimpan di universitas of leipzig, Jerman.
2. Awal masehi
Sejarah farmasi dan kedokteran juga dipengaruhi tokoh tokoh seperti hippocrates (450-370 SM),
Dioscorides (abad ke-1 M), dan Galen (120-130 M)
Hippocrates (450-370 SM) merupakan seorang dokter yunani yang dihargai karna
memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah, ia membuat sistematika dalam
pengobatan, serta menyusun uraian tentang beratus-ratus jenis obat-obatan, ia juga dinobatkan
sebagai bapak dari ilmu kedokteran.
Dioscorides (abad ke-1 M), seorang dokter yunani yang merupakan seorang ahli botani, yang
merupakan orang pertama yang menggunakan ilmu-tumbuh tumbuhan sebagai ilmu farmasi
terapan, hasil karyanya berupa De Materia Medika. selanjutnya mengembangkan ilmu
farmakognosi. obat obatan yang dibuat dioscoridaes antara lain napidium, opium, ergot,
hyosciamus,
dan
cinnamon..
Galen (120-130 M), seorang dokter dan ahli farmasi bangsa yunani berkewarganegaraan
romawi, yang menciptakan suatu sistim pengobatan, fisiologi, patologi yang merumuskan kaidah
yang banyak diikuti selama 1500 tahun, dia merupakan pengarang buku terbanyak dizamannya,
ia telah meraih penghargaan untuk 500 bukunya tentang ilmu kedokteran-farmasi serta 250 buku
lainnya tentang falsafal, hukum, maupun tata bahasa. hasil karyanya dibidang farmasi uraian
mengenai banyak obat, cara pencampuran dsb, sekarang lazim disebut farmasi 'galenik'.
3.
Abad
kegemilangan
Farmasi
di
peradaban
Arab-Islam
Setelah abad pertama masehi terlewati, perlahan-lahan kemajuan dibidang pengetahuan termasuk
farmasi di barat mengalami kemunduran, dikenal dengan abad kegelapan (Dark Age).
Kebangkitan di dunia farmasi selanjutnya diilhami dengan turunnya Al-Qur'an seiiring dengan
kemajuan bangsa arab yang merupakan pusat peradaban dunia termaju saat itu, dimana ilmuan
ilmuan islam berpatokan pada Al-Qur'an dan Metode pengobatan nabawi (Nabi), disamping
penelitian
dan
pengembangan
lainnya.
Mulai Abad ke-9 terus berkembang hingga abad ke-13 melalui berbagai karya asli dan
terjemahan, dunia arab telah menjembatani ilmu yang menghubungkan yunani dengan dunia
farmasi modern saat sekarang ini. Puncak sumbangan dunia Arab-islam dalam perkembangan
farmasi dapat dikatakan ketika adanya suatu panduan praktek kefarmasian pada tahun 1260
yang disusun oleh seorang ahli kefarmasian berpengalaman dari mesir (Abu'l-Muna Al-Kohen
al-Attar), dalam panduan praktek kefarmasian tersebut attar menuliskan pengalaman hidupnya
serta ilmu dalam seni apotek atau seni dalam meracik obat, yang sebagiab besar juga
menguraikan etika farmasis sebagai profesi kesehatan. Ilmuan Farmasi yang terkenal pada zaman
ini antara lain :Yuhanna bin Masawayah (777-875), Abu Hasan Ali Bin Sahl Rabban Al-tabari
(808), Sabur bin Sahl, Zayd Hunayn bin Ishaq al ibadi (809-873), dan lain lainnya.
Pembahasan mengenai abad kegemilangan farmasi didunia Arab akan dibahas pada artikel
selanjutnya.
4.
Menjelang
Abad
pertengahan
dan
Abad
ke
20
Seiring meningkatnya jenis obat-obatan, rumitnya ilmu mengenai obat dan penanganan serta
penggunaannya, yang dulunya pekerjaan ini masih dipelajari dan dikerjakan dalam kedokteran.

Pada tahun 1240 raja jerman frederick II secara resmi memisahkan ilmu farmasi dari
kedokteran, sehingga sekarang dikenal ilmu farmasi dan ilmu kedokteran.
Tokoh selanjutnya yang berpengaruh adalah Philippus Aureolus Theopharastus Bombastus
von hoheaheim, panjang dan ribet namanya hahaha, ia juga dikenal dengan nama paracelcus
(1493-1542 M) seorang dokter dan ahli kimia, yang merubah paradigma ilmu farmasi yang
mulanya berdasarkan ilmu tumbuhan menjadi profesi yang berkaitan erat dengan ilmu kimia,
paracelcus juga berhasil menyiapkan obat kimiawi yang dipakai sebagai obat internal untuk
melawan
penyakit
tertentu.
Menjelang abad ke-20 Penelitian farmasi awal mulai banyak dilakukan :
Karl Wilhelm (1742-1786) seorang ahli farmasi swiss berhasil menemukan zat kimia seperti
asam laktat, asam sitrat, asam oksalat, asam tartrat dan asam arsenat.
Scheele juga berhasil mengidentifikasi gliserin, menemukan cara baru membuat calomel, dan
asam
benzoat
serta
menemukan
oksigen.
Friedrick seturner merupakan ahli farmasi jerman (1783-1841) berhasil mengisolasi morpin
dari opium, pada tahun 1805, seturner juga menganjurkan suatu seri isolasi dari tumbuhan
lainnya
juga.
Joseph Caventou (1795-1877) dan joseph pelletier (1788-1842) menggabungkan keahlian
mereka
dalam
mengisolasi
kina
dan
sinkonin
dari
sinkona.
Joseph pelletier (1788-1842) dan pirre robiquet (1780-1840) mengisolasi kafein dan robiquet
sendiri memisahkan kodeina dari opium. secara metode satu persatu zat kimia diisolasi dari
tanaman, serta diidentifikasi sebagai zat yang bertanggung jawab terhadap aktifitas medis
tanamannnya. dieropa abad ke18 dan 19 M mereka berdua sangat dihargai karna
kemampuannya. mereka juga menerapkan kemampuan ilmu farmasi pada pembuatan produkproduk obat yang mempunyai standar kemurnian, keseragaman, dan khasiat yang tinggi daripada
yang sebelumnya dikenal. ekstraksi dan isolasi ini merupakan keberhasilan yang sangat besar
dibidang sediaan yang dipekatkan, sehingga saat itu banyak ahli farmasi yang membuat sediaan
obat
dari
tanaman
meski
dalam
skala
yang
kecil.
Pada awal abad ke-19 obat diamerika umumnya diimpor dari eropa, walaupun banyak obat asli
amerika
yang
berasal
dari
suku
indian
yang
diambil
oleh
pendatang.
Seiring terjadi peningkatan kebutuhan masyarakat, muncul 3 perusahaan farmasi pertama
diketahui telah berdiri sebelum tahun 1826 dan 22 perusahaan muncul setengah abad kemudian.
pada tahun 1821 sekolah farmasi pertama didirikan di philadelphia

Sejak

masa

Hipocrates

(460-370

SM)

yang

dikenal

sebagai

Bapak

Ilmu

Kedokteran, karna pada saat itu belum dipisahkan dan belum dikenalkan profesi
Farmasi, jadi pada saat itu dokter/tabib menjadi dokter sekaligus apoteker artinya
seorang dokter yang mendignosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang
Apoteker yang menyiapkan obat. Semakin lama masalah penyediaan obat semakin

rumit, baik formula maupun pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu


keahlian tersendiri.
Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II memerintahkan pemisahan
secara resmi antara Farmasi dan Kedokteran dalam dekritnya yang terkenal
Two Silices. Dari sejarah ini, satu hal yang perlu direnungkan adalah
bahwa akar ilmu farmasi dan ilmu kedokteran adalah sama.
Dampak revolusi industri merambah dunia farmasi dengan timbulnya
industri-industri obat, sehingga terpisahlah kegiatan farmasi di bidang
industri obat dan di bidang penyedia/peracik obat (apotek).Dalam hal ini
keahlian kefarmasian jauh lebih dibutuhkan di sebuah industri farmasi dari
pada apotek. Dapat dikatakan bahwa farmasi identik dengan teknologi
pembuatan obat.
Pendidikan
teknologi

farmasi
agar

berkembang

mampu

seiring

menghasilkan

dengan

produk

pola

obat

perkembangan

yang

memenuhi

persyaratan dan sesuai dengan kebutuhan. Kurikulum pendidikan bidang


farmasi disusun lebih ke arah teknologi pembuatan obat untuk menunjang
keberhasilan para anak didiknya dalam melaksanakan tugas profesinya.
Dilihat dari sisi pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum
merupakan bidang tersendiri melainkan termasuk dalam bidang MIPA (Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam) yang merupakan kelompok ilmu murni (basic science)
sehingga lulusan S1-nya pun bukan disebut Sarjana Farmasi melainkan Sarjana
Sains.

Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (1997) dalam informasi


jabatan untuk standar kompetensi kerja menyebutkan jabatan Ahli Teknik
Kimia Farmasi, (yang

tergolong sektor kesehatan) bagi jabatan yang

berhubungan erat dengan obat-obatan, dengan persyaratan : pendidikan


Sarjana Teknik Farmasi.
Buku Pharmaceutical handbook menyatakan bahwa farmasi merupakan
bidang yang menyangkut semua aspek obat, meliputi : isolasi/sintesis,
pembuatan, pengendalian, distribusi dan penggunaan.
Silverman dan Lee (1974) dalam bukunya, Pills, Profi ts and Politics,
menyatakan bahwa :
1. Pharmacist lah yang memegang peranan penting dalam membantu dokter
menuliskan resep rasional. Membantu melihat bahwa obat yang tepat, pada waktu yang
tepat,
dalam
jumlah
yang
benar,
membuat
pasien
tahu
mengenai
bagaimana,kapan,mengapa penggunaan obat baik dengan atau tanpa resep dokter.
2. Pharmacist lah yang sangat handal dan terlatih serta pakart dalam hal
produk/produksi obat yang memiliki kesempatan yang paling besar untuk mengikuti
perkembangan terakhir dalam bidang obat, yang dapat melayani baik dokter maupun
pasien, sebagai penasehat yang berpengalaman.
3. Pharmacist lah yang meupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan obat yang
salah, penyalahgunaan obat dan penulisan resep yang irrasional.
Sedangkan Herfi ndal dalam bukunya Clinical Pharmacy and Therapeutics
(1992) menyatakan bahwa Pharmacist harus memberikan Therapeutic
Judgement dari pada hanya sebagai sumber informasi obat.
Melihat hal-hal di atas, maka nampak adanya suatu kesimpangsiuran tentang
posisi farmasi. Dimana sebenarnya letak farmasi ? di jajaran teknologi, Ilmu
murni, Ilmu kedokteran atau berdiri sendiri ? kebingungan dalam hal posisi
farmasi akan membingungkan para penyelenggara pendidikan farmasi,
kurikulum semacam apa yang harus disajikan ; para mahasiswa bingung

menyerap materi yang semakin hari semakin segunung ; dan yang


terbingung adalah lulusannya (yang masih baru), yang merasa tidak
menguasai apapun.
Di Inggris, sejak tahun 1962, dimulai suatu era baru dalam pendidikan
farmasi, karena pendidikan farmasi yang semula menjadi bagian dari MIPA,
berubah menjadi suatu bidang yang berdiri sendiri secara utuh.rofesi farmasi
berkembang ke arah patient oriented, memuculkan berkembangnya Ward
Pharmacy (farmasi bangsal) atau Clinical Pharmacy (Farmasi klinik).
Di USA telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesional lain
memerlukan informasi obat tang seharusnya datang dari para apoteker. Temuan
tahun 1975 mengungkapkan pernyataan para dokter bahwa apoteker merupakan
informasi obat yang parah, tidak mampu memenuhi kebutuhan para dokter akan
informasi obat Apoteker yang berkualits dinilai amat jarang/langka, bahkan
dikatakan bahwa dibandingkan dengan apotekeer, medical representatif dari industri
farmasi justru lebih merupakan sumber informasi obat bagi para dokter.
Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep Pharmaceutical Care
yang membawa para praktisi maupun para profesor ke arah wilayah
pasien.
Secara global terlihat perubahan arus positif farmasi menuju ke arah akarnya
semula yaitu sebagai mitra dokter dalam pelayanan pada pasien. Apoteker
diharapkan setidak-tidaknya mampu menjadi sumber informasi obat baik
bagi masyarakat maupun profesi kesehatan lain baik di rumah sakit, di
apotek atau dimanapun apoteker berada

Anda mungkin juga menyukai