Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
..................................................................................2
..............................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
..................................................................................4
1. Latar Belakang
..................................................................................4
2. Rumusan Masalah
..................................................................................4
3. Tujuan
..............................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
..................................................................................6
........20
Kesimpulan
................................................................................35
Saran
............................................................................................35
................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Asma bronchial adalah suatu penyakit pada jalan napas. Asma Bronhial
sering disebabkan oleh debu, spora dan allergen-alergen yang lain. Asma
bronchial juga bias disebabkan oleh kompensasi tubuh yang tidak tahan terhadap
cuaca. Di Indonesia, banyaknya pekerja kasar menyebabkan peningkatan
penderita Asma Bronhial karena penyakit ini juga dipicu oleh kegiatan tubuh yang
berlebihan.
Di dalam makalah ini, kami akan membahas seputar gangguan pernapasan
mengenai Asma bronhial yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan dan teori asuhan
keperawatan appendicitis.
2. RUMUSAN MASALAH
2.1. Bagaimanakah laporan pendahuluan pada klien dengan asma bronkial ?
2.2. Bagaimana asuhan keperawatan pada kien dengan asma bronkial ?
3. TUJUAN
3.1. Tujuan Umum
3.1.1. Untuk mengetahui laporan pendahuluan pada klien dengan asma
bronkial ?
3.1.2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien denganasma
bronkial ?
3.2. Tujuan Khusus
3.2.1.
Untuk mengetahui anatomi fisiologi asma bronkial.
3.2.2.
Unutk mengetahui definisi asma bronkial.
3.2.3.
Untuk mengetahui etiologi asma bronkial.
3.2.4.
Untuk mengetahui patofisiologi asma bronkial
3.2.5.
Untuk mengetahui manifestasi asma bronkial.
3.2.6.
Untuk mengetahui klasifikasi asma bronkial.
3.2.7.
Untuk mengetahui WOC asma bronkial
3.2.8.
Untuk mengetahu pemeriksaan diagnostik asma bronkial.
3.2.9.
Untuk mengetahui penatalaksanaan asma bronkial
3.2.10.
Untuk mengetahui komplikasi asma bronkial
3.2.11.
Untu mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan
autis
BAB II
PEMBAHASAN
Trakea
bercabang
menjadi
bronkus
kanan
dan
kiri.
Tempat
2. DEFINISI
Asma Bronchial adalah penyakit saluran nafas yang dapat pulih yang
terjadi karena spasme bronkus disebabkan oleh berbagai sebab misalnya allergen,
infeksi dan latihan. (Hudak & Gallo, 1997; 225)
Asma Bronkial adalah inflamasi dari plasma akut dari otot halus pada
bronkus dan bronkiolus dengan peningkatan produksi dan pelengketan mukus.
(Susan Martin Tucker,et.al, 1998; 2215)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara
spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Soeparman, Sarwono Waspadji, 1999;
71)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan oleh
konstriksi yang dapat pulih dari otot halus bronkial, hipersekresi mukosa, dan
inflamasi mukosa serta edema. Faktor pencetus termasuk alergen, masalah emosi,
cuaca dingin, latihan, obat, kimia, dan infeksi. (Marilynn E. Doenges, 1999; 152)
Asma Bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermitten,
reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu yang dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang
mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. (Brunner and Suddarth, 2001; 593)
Asma Bronkial adalah penyakit kronik sistem pernafasan dengan ciri
serangan berulang kesulitan dalam bernafas, wheezing, dan batuk. Selama
serangan saluran bronkus kejang, menjadi lebih sempit dan kurang mampu untuk
menggerakkan udara ke paru-paru. Bermacam-macam benda yang dapat
mengakibatkan alergi seperti bulu binatang, debu, polusi atau makanan tertentu
dapat memicu serangan. (Health Dictionary, 2007).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis dengan serangan nafas pendek,
wheezing dan batuk dari konstriksi dan membran mukosa yang bengkak di dalam
bronkus (jalan nafas dalam paru-paru). Hal ini terutama disebabkan oleh alergi
atau infeksi saluran pernafasan. Kedua asap rokok dapat mengakibatkan asma
pada anak. (Britannica Concise Encyclopedia, 2007).
Asma Bronkial adalah gangguan pernafasan ditandai dengan serangan
berulang kesulitan bernafas terutama saat menghembuskan nafas oleh karena
peningkatan ketahanan aliran udara melalui pernafasan bronkeolus. (Sports
Science and Medicine, 2007).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis system pernafasan di tandai dengan
serangan berkala dari wheezing, nafas pendek dan rasa sesak di dada. (Columbia
Encyclopedia, 2007).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma Bronchial
adalah penyempitan sebagian dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus yang
bersifat reversibel dan disebabkan oleh berbagai penyebab seperti alergen, infeksi
dan latihan.
3. ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain debu rumah dengan
tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain. Beberapa
makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, buah-buahan,
kacang juga dianggap berperanan penyebab asma. Polusi lingkungan berupa
peningkatan penetrasi ozone, sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksid (NOX),
10
partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10) dihasilkan oleh industri dan
kendaraan bermotor. Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misalnya
tartazine), pengawet (metabisulfit), dan vetsin (monosodium glutamat-MSG) juga
bisa memicu asma. Kondisi lain yang dapat memicu timbulnya asma adalah
aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau stres. (Pdpersi, 2007)
4. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas, sehingga klien merasa sesak nafas/dispnea.
Penyebab yang umum terjadi pada asma adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Seorang yang menderita alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan bila antibodi tersebut bereaksi dengan antigen
spesifiknya, akan terjadi reaksi alergi. Pada asma, antibodi ini terutama melekat
pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody
Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai
macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor tersebut akan menghasilkan adema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen
bronkhioulus, dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Biasanya, penderita asma dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi hanya sekali-kali melakukan ekspirasi, karena diameter bronkiolus
selama ekspirasi lebih kecil daripada selama inspirasi akibat peningkatan tekanan
dalam paru. Hal tersebut menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan
volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal tersebut bisa
menyebabkan barrel chest.
11
5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang ditemukan pada anak dengan asma bronkhial adalah:
1.
2.
3.
4.
Sesak napas/dispnea.
Batuk yang disertai lendir/batuk kering.
Nyeri dada.
Adanya suara nafas mengi (wheezing), yang bersifat paroksismal, yaitu
12
obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau
bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema.
3. Asma gabungan
Asma gabungan merupakan bentuk asma yang paling umum. Asma
ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
(Tanjung, 2003)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTI
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan
degranulasi dari kristal eosinopil.
2) Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel
cetakan) dari cabang bronkus.
3) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
4) Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum,
umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi
dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
c. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pencetusnya allergen, olahraga, cuaca, emosi (imun respon
menjadi aktif, Pelepasan mediator humoral), histamine, SRS-A,
serotonin,
kinin,
bronkospasme,
Edema
mukosa,
sekresi
13
3. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada
waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru.
4. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi
pada empisema paru yaitu :
a. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right bundle branch block).
c. Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
6. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
7. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol
14
8. PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit
asma,
baik
pengobatannya
maupun
tentang
perjalanan
15
16
9. KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin
timbul adalah :
1. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga
pleura yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada.
Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi
dapat menyebabkan kegagalan napas.
2. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma udara, juga dikenal
sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana 26 udara
hadir di mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene
Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi
lain yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau
usus ke dalam rongga dada .
3. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau
akibat pernafasan yang sangat dangkal.
4. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh
jamur dan tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat.
17
Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya,
misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk
menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.
5. Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran
oksigen
terhadap
18
BAB III
KASUS PEMBELAJARAN
1. DATA DEMOGRAFI
Nama
: Ny. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 56 Tahun
Status Perkawinan
: Sudah menikah
Agama
: Islam
Suku / Bangsa
: Jawa / Indonesia
Pendidikan
: SMP
Bahasa Yang Digunakan : Indonesia
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: KM. 7 Kota Tanjungpinang
Sumber Biaya
: Pribadi
Sumber Informasi
: Klien dan Keluarga
Tgl MRS
: 19 juni 2014
Jam MRS
: 07:15
No. MRS
: 1907xx
2. KELUHAN UTAMA
Ny. S mengatakan sesak nafas
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien datang ke UGD RSAL dengan keluhan nafas terasa sesak sekali, batuk,
sudah berobat tapi tidak berkurang. Di UGD klien dilakukan tindakan
nebulizer dengan combifent, pemasangan O2 3 liter/menit, injeksi aminopilin
ampul intravena dan IVFD Dex 5% drip aminopilin ampul 20 tts/mnt.
Klien mengeluh nafas terasa sesak, batuk, banyak mengeluarkan dahak,
karena faktor pencetus kehujanan dan terpajan debu, timbulnya keluhan
mendadak dengan lamanya terus menerus, semenjak sakit tidak bisa tidur
karena sesak nafas, tidak ada nafsu makan, perut terasa mual, jika makan
muntah, tidak dapat beraktifitas seperti biasanya, jika banyak bergerak nafas
bertambah sesak, untuk mengatasi itu klien datang ke UGD RSAL.
4. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
19
Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien, tidak ada riwayat penyakit keturunan dan juga penyakit menular.
Genogram 3 generasi
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal Serumah
20
waktu dan klien percaya dengan Tuhan YME, tapi semenjak sakit klien
jarang shalat.
7. LINGKUNGAN
Klien tinggal bersama suami dan anak juga cucunya, klien mengatakan
lingkungan rumahnya berdebu, jarang membersihkan rumah karena klien
sibuk mengurus cucunya.
8. KEBIASAAN SEHARI-HARI
No
.
1.
2.
Pola Kebiasaan
Nutrisi
Eliminasi
Sebelum Sakit
Selama Sakit
menghabiskan porsi
menggunakan obat
perawat dengan
menggunakan pispot.
3.
Kebersihan diri
21
selesai mandi.
4.
5.
terbangun-bangun jika
tidur.
22
23
tato. Keadaan rambut yaitu tektur lembab, bersih, tidak berbau dan
tidak berketombe, tidak rontok dan tidak ada pediculosis.
13. Sistem MuskuloskletaLl
Inspeksi : Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, fraktur dan dislokasi
tidak ada, tidak terdapat kontraktur, tidak ada scoliosis, kiposis,
lordosis, dan gibbus juga tidak ada, tidak terdapat pigeon chest, funnel
chest dan barrel chest. Keadaan otot normal (tidak ada hipotoni, atoni
dan hipertoni). Kekuatan otot normal (ektremitas atas, bawah, kanan
dan kiri 5).
14. Sistem Imunitas /Kekebalan Tubuh
a. Suhu 36,8oC
b. BB sebelum sakit 47 Kg
c. BB sesudah sakit 46 Kg
d. Tidak ada pembesaran Kelenjar Getah Bening
11. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 19 Juli 2008 :
1.Haemoglobin 13 gr%
2.Leukosit 5600
3.Trombosit 220.000
4.Hematokrit 40%
5.Gula Darah Sewaktu 107 mg/dl
6.SGOT 85 mg/dl
7.SGPT 89 mg/dl
8.Ureum 28,0 mg/dl
9.Cretinin 1,17 mg/dl
12. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan tanggal 21 Juli 2008 :
1. IVFD Dex 5% drip 2 amp aminopilin 20 tts/mnt.
2. Injeksi cefizox 2 x 1 gram IV
3. Injeksi hexilon 3 x 622,5 mg IV
4. Injeksi bisolvon 3 x 1 ampul IV
5. Nebulizer combivent tiap 8 jam.
6. Inolin 3 x 1 tablet.
13. ANALISA DATA
Nama Klien / Umur
: Ny. S / 56 Tahun
No
Data
Etiologi
Masalah
25
1.
Data Subjektif
Bronkospasme
Tidak efektifnya
jalan nafas.
sesak.
Klien
mengatakan
batuknya
kuat.
Klien
mengatakan
mengeluarkan
banyak
dahak
yang
seperti
biasanya
Klien
mengatakan
alergi
nafas
bertambah
sesak.
Data Objektif
Menggunakan
alat
bantu
Jalan
napas
tidak
bersih,
Adanya
pernapasan
cuping
hidung.
Adanya weezing.
Adanya cianosis.
2.
Intake Inadekuat
Data Subjektif :
Gangguan
pemenuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh.
Klien
mengatakan
badannya
terasa lemah.
Data Objektif
Adanya
muntah
jika
habis
dan
kadang-kadang
hanya air.
27
3.
Proses penyakit
Data Subjektif :
Klien
Gangguan
pemenuhan
mengatakan
semenjak
istirahat tidur
dan
sering
terbangun-
Klien
mengatakan
badannya
terasa lemah.
Data Objektif :
7 jam/hari
menjadi 3
jam/hari.
4.
Proses
dari penyakit
Data Subjektif :
seperti
biasanya
Klien
mengatakan
badannya
terasa lemah.
Klien
mengatakan
aktivitasnya
dibantu
semua
oleh
5.
Kurangnya
informasi
DS :
Ansietas
Klien
mengatakan
mudah-
7.
16. IMPLEMENTASI
N
O
1.
DIAGNOSA
Tidak
efektifnya
jalan
nafas
berhubungan
dengan
adanya
bronkospasm
e
dan
penumpukan
secret
pada
jalan nafas
TANGGAL
& JAM
21 JULI
2008
IMPLEMENTASI
1. melakukan BHSP
2. mengobservasi tanda-tnada
vital pasien
3. mengauskultasi bunyi nafas
4. memberikan posisi yang
nyaman pada klien
5.
memberikan
klien
lingkungan yang senyaman
mungkin
6. Kolaborasi dengan dokter
sesuai indikasi bronkodilator.
EVALUASI
S:
klien
Ny.S
mengatakan
2.
Gangguan
pemenuhan
21 JULI
2008
1. Melakukan BHSP
2. mengobservasi tanda-tanda
P : implementasi dihentikan
S:
klien mengatakan sudah bisa
berhubungan
makan 3 sendok.
O:
3. mengkaji berat badan pasien BB kembali normal 47 kg
A:
setiap 1x24 jam..
Masalah teratasi
4.
memberitahu
keluarga P :
Implementasi dihentikan
makanan apa yang boleh di
dengan intake
inadekuat.
nutrisi kurang
vital klien
dari
kebutuhan
tubuh
Gangguan
21 juli 2008
dalam.
1. melakukan BHSP
pemenuhan
2. mengobservasi tanda-tanda
istirahat tidur
vital klien
berhubungan
3.
mempertahankan
tempat
S:
Klien
mengatakan
sudah
dapat
beristirahat
setelah
diilakukan
tindakan
keperawatan
30
dengan proses
penyakit
adanya sesak
nafas.
tidurr
6. meninggikan kepala tempat
tidur setinggi blok 25 cm atau
gunakan penompang dengan
bantal dibawalengan.
4.
Intoleran
21 juli 2008
1. lakukan BHSP
aktivitas
berhubungan
klien
mengatakan
sudah
dengan proses
patologi
beraktifitas.
minum
A:
4. berikan bantuan klien
masalah teratasi
melakukan aktivitas.
P:
Implementasi dihentikan
5. beritahu kluarga klien untuk
penyakit.
membantu
5.
S:
Klien
Cemas
21 juli 2008
klien
dalam
beraktivitas.
1. lakukan BHSP
berhubungan
dengan kurang
klien
pengetahuan
3.
dan informasi
S:
Klien
rasa
identifikasi
tingkat
mengatakan
takut
dan
bahwa
khawatir
hilang
O:
4. ajarkan klien untuk tehnik Ekspresi klien tampak releks
kecemasan klien
relaksasi
beritahu
klien
bahwa
31
penyakitnya
sembuh
tidak
namun
dapat
dapat
di
hindari.
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
32
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun
hasil pengobatan. Tipe-tipe Asma diantaranya Asma alergik atau ekstrinsik,
Ideopatik atau nonalergik asma / intrinsic, dan Mixed Asma atau Asma Campuran.
Penyebab asma yaitu seperti debu rumah, spora jamur, rerumputan., asap,
bau bauan, Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus,
perubahan cuaca yang ekstrem, kegiatan jasmani yang berlebihan, lingkungan
kerja dan lain-lain.
2. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.
Tanggal
Revisi
Paraf Pembimbing
33
DAFTAR PUSTAKA
34
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2014/01/diagnosa-keperawatan-nanda-versi3.html#.VUxIK_mqqko
Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media
Acsulapius. FKUI. Jakarta.
Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga.
BalaiPenerbit FKUI. Jakarta.
Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.
Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.
Tucker, SM(1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.
35