Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

ABDUR RAHMAN RASID


ACHMAD ZAINUR ROMA DHONY
ALBERTIN WONGA
AL FAUZAN
ARIE HIDAYATULLOH
AYU DEWI LESTARI
IKA DEWI MURIYATI
SHULTON

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA


TAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan ke hadirat Allah S.W.T karena


dengan rahmat-Nya jualah penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan Asma Bronkial. Makalah ini
ditulis sebagai salah satu tugas makalah sistem Gawat Darurat 2 STIKES
Surabaya.
Kritik dan saran terhadap makalah ini diharapkan dapat memberi masukan
untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan di bidang keperawatan .

Surabaya, 12 Mei 2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

..................................................................................2

..............................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN

..................................................................................4

1. Latar Belakang
..................................................................................4
2. Rumusan Masalah
..................................................................................4
3. Tujuan
..............................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

..................................................................................6

Anatomi fisiologi ..................................................................................6


Definisi ..............................................................................................9
Etiologi ...........................................................................................10
Patofisiologi
...............................................................................11
Manifestasi klinis
...................................................................12
Klasifikasi ...........................................................................................13
Pemeriksaan diagnosti ....................................................................14
Penatalaksanaan ................................................................................16
Komplikasi
................................................................................18

BAB 3 KASUS ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL

........20

BAB 4 PENUTUP ................................................................................................35


1.
2.

Kesimpulan
................................................................................35
Saran
............................................................................................35

LEMABR REVISI ............................................................................................36


DAFTAR PUSTAKA

................................................................................37

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Asma bronchial adalah suatu penyakit pada jalan napas. Asma Bronhial
sering disebabkan oleh debu, spora dan allergen-alergen yang lain. Asma
bronchial juga bias disebabkan oleh kompensasi tubuh yang tidak tahan terhadap
cuaca. Di Indonesia, banyaknya pekerja kasar menyebabkan peningkatan
penderita Asma Bronhial karena penyakit ini juga dipicu oleh kegiatan tubuh yang
berlebihan.
Di dalam makalah ini, kami akan membahas seputar gangguan pernapasan
mengenai Asma bronhial yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan dan teori asuhan
keperawatan appendicitis.
2. RUMUSAN MASALAH
2.1. Bagaimanakah laporan pendahuluan pada klien dengan asma bronkial ?
2.2. Bagaimana asuhan keperawatan pada kien dengan asma bronkial ?
3. TUJUAN
3.1. Tujuan Umum
3.1.1. Untuk mengetahui laporan pendahuluan pada klien dengan asma
bronkial ?
3.1.2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien denganasma
bronkial ?
3.2. Tujuan Khusus
3.2.1.
Untuk mengetahui anatomi fisiologi asma bronkial.
3.2.2.
Unutk mengetahui definisi asma bronkial.
3.2.3.
Untuk mengetahui etiologi asma bronkial.
3.2.4.
Untuk mengetahui patofisiologi asma bronkial
3.2.5.
Untuk mengetahui manifestasi asma bronkial.
3.2.6.
Untuk mengetahui klasifikasi asma bronkial.
3.2.7.
Untuk mengetahui WOC asma bronkial
3.2.8.
Untuk mengetahu pemeriksaan diagnostik asma bronkial.
3.2.9.
Untuk mengetahui penatalaksanaan asma bronkial
3.2.10.
Untuk mengetahui komplikasi asma bronkial
3.2.11.
Untu mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan
autis

BAB II
PEMBAHASAN

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

Sistem pernafasan terdiri dari komponen berupa saluran pernafasan yang


dimulai dari hidung, pharing, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus.
Saluran pernafasan bagian atas dimulai dari hidung sampai trakea dan bagian
bawah dari bronkus sampai alveolus.
Fungsi utama sistem pernafasan adalah menyediakan oksigen untuk
metabolisme jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa
metabolisme jaringan. Sedangkan fungsi tambahan sistem pernafasan adalah
mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh, menghasilkan suara,
memfasilitasi rasa kecap, mempertahankan kadar cairan dalam tubuh serta
mempertahankan keseimbangan panas tubuh. Tercapainya fungsi utama
pernafasan didasarkan pada empat proses yaitu: ventilasi (keluar masuknya udara

pernafasan), difusi (pertukaran gas di paru-paru), transportasi (pengangkutan gas


melalui sirkulasi) dan perfusi (pertukaran gas di jaringan).
Adapun kondisi yang mendukung dari proses pernafasan adalah tekanan
oksigen atau udara atmosfer harus cukup, kondisi jalan nafas dalam keadaan
normal, kondisi otot pernafasan dan tulang iga harus baik, ekspansi dan rekoil
paru, fungsi sirkulasi (jantung), kondisi pusat pernafasan dan hemoglobin sebagai
pengikat oksigen.
Berikut ini dijelaskan lebih rinci mengenai anatomi dan fisiologi dari organ-organ
pernafasan
1. HIDUNG
Merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara
pernafasan mengalami proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan
dan pelembaban (humidifikasi). Ketiga proses ini merupakan fungsi utama
dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel thoraks bertingkat, bersilia
dan bersel goblet. Bagian belakang hidung berhubungan dengan pharing
disebut nasopharing.
2. PHARING
Berada di belakang mulut dan rongga nasal. Dibagi dalam tiga
bagian yaitu nasopharing, oropharing, dan laringopharing. Pharing
merupakan saluran penghubung antara saluran pernafasan dan saluran
pencernaan. Bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan
menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi.
3. LARING
Berada di atas trakea di bawah pharing. Sering kali disebut sebagai
kotak suara karena udara yang melewati daerah itu akan membentuk
bunyi. Laring ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang
terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam Apple) yang khas pada pria,
namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat tulang rawan
krikoid yang berhubungan dengan trakea.
4. TRAKEA
Terletak di bagian depan esophagus, dan mulai bagian bawah
krikoid kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra torakal 4 atau 5.

Trakea

bercabang

menjadi

bronkus

kanan

dan

kiri.

Tempat

percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6 10 cincin kartilago.


5. BRONKUS
Dimulai dari karina, dilapisi oleh silia yang berfungsi menangkap
partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya
dikeluarkan melalui batuk atau ditelan. Bronkus kanan lebih gemuk dan
pendek serta lebih vertikal dibanding dengan bronkus kiri.
6. BRONKIOLUS
Merupakan cabang dari bronkus yang dibagi ke dalam saluransaluran kecil yaitu bronkiolus terminal dan bronkiolus respirasi. Keduanya
berdiameter 1 mm. Bronkiolus terminalis dilapisi silia dan tidak terjadi
difusi di tempat ini. Sebagian kecil hanya terjadi pada bronkiolus respirasi.
7. ALVEOLUS
Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang
dari bronkiolus respirasi. Sakus alveolus mengandung alveolus yang
merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas.
Diperkirakan paru-paru mengandung 300 juta alveolus (luas permukaan
100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah.
Dinding alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin)
sejenis fosfolipid yang sangat penting dalam mempertahankan ekspansi
dan rekoil paru. Surfaktan ini berfungsi menurunkan ketegangan
permukaan dinding alveoli. Tanpa surfaktan yang adekuat maka alveolus
akan mengalami kolaps.
8. PARU-PARU
Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh
pleura. Pleura terdiri dari pleura viseral yang langsung membungkus/
melapisi paru dan pleura parietal pada bagian luarnya. Pleura
menghasilkan cairan jernih (serosa) yang berfungsi sebagai lubrikasi.
Banyaknya cairan ini lebih kurang 10 15 cc. Lubrikasi dimaksudkan
untuk mencegah iritasi selama respirasi. Peredaran darah ke paru-paru
melalui dua pembuluh darah yaitu : arteri pulmonalis dan arteri bronkialis.
(Pearce Evelyn C, 2000; 211)

2. DEFINISI
Asma Bronchial adalah penyakit saluran nafas yang dapat pulih yang
terjadi karena spasme bronkus disebabkan oleh berbagai sebab misalnya allergen,
infeksi dan latihan. (Hudak & Gallo, 1997; 225)
Asma Bronkial adalah inflamasi dari plasma akut dari otot halus pada
bronkus dan bronkiolus dengan peningkatan produksi dan pelengketan mukus.
(Susan Martin Tucker,et.al, 1998; 2215)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara
spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Soeparman, Sarwono Waspadji, 1999;
71)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan oleh
konstriksi yang dapat pulih dari otot halus bronkial, hipersekresi mukosa, dan
inflamasi mukosa serta edema. Faktor pencetus termasuk alergen, masalah emosi,
cuaca dingin, latihan, obat, kimia, dan infeksi. (Marilynn E. Doenges, 1999; 152)
Asma Bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermitten,
reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu yang dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang
mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. (Brunner and Suddarth, 2001; 593)
Asma Bronkial adalah penyakit kronik sistem pernafasan dengan ciri
serangan berulang kesulitan dalam bernafas, wheezing, dan batuk. Selama
serangan saluran bronkus kejang, menjadi lebih sempit dan kurang mampu untuk
menggerakkan udara ke paru-paru. Bermacam-macam benda yang dapat
mengakibatkan alergi seperti bulu binatang, debu, polusi atau makanan tertentu
dapat memicu serangan. (Health Dictionary, 2007).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis dengan serangan nafas pendek,
wheezing dan batuk dari konstriksi dan membran mukosa yang bengkak di dalam

bronkus (jalan nafas dalam paru-paru). Hal ini terutama disebabkan oleh alergi
atau infeksi saluran pernafasan. Kedua asap rokok dapat mengakibatkan asma
pada anak. (Britannica Concise Encyclopedia, 2007).
Asma Bronkial adalah gangguan pernafasan ditandai dengan serangan
berulang kesulitan bernafas terutama saat menghembuskan nafas oleh karena
peningkatan ketahanan aliran udara melalui pernafasan bronkeolus. (Sports
Science and Medicine, 2007).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis system pernafasan di tandai dengan
serangan berkala dari wheezing, nafas pendek dan rasa sesak di dada. (Columbia
Encyclopedia, 2007).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma Bronchial
adalah penyempitan sebagian dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus yang
bersifat reversibel dan disebabkan oleh berbagai penyebab seperti alergen, infeksi
dan latihan.
3. ETIOLOGI

Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain debu rumah dengan
tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain. Beberapa
makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, buah-buahan,
kacang juga dianggap berperanan penyebab asma. Polusi lingkungan berupa
peningkatan penetrasi ozone, sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksid (NOX),
10

partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10) dihasilkan oleh industri dan
kendaraan bermotor. Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misalnya
tartazine), pengawet (metabisulfit), dan vetsin (monosodium glutamat-MSG) juga
bisa memicu asma. Kondisi lain yang dapat memicu timbulnya asma adalah
aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau stres. (Pdpersi, 2007)

4. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas, sehingga klien merasa sesak nafas/dispnea.
Penyebab yang umum terjadi pada asma adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Seorang yang menderita alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan bila antibodi tersebut bereaksi dengan antigen
spesifiknya, akan terjadi reaksi alergi. Pada asma, antibodi ini terutama melekat
pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody
Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai
macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor tersebut akan menghasilkan adema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen
bronkhioulus, dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Biasanya, penderita asma dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi hanya sekali-kali melakukan ekspirasi, karena diameter bronkiolus
selama ekspirasi lebih kecil daripada selama inspirasi akibat peningkatan tekanan
dalam paru. Hal tersebut menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan
volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal tersebut bisa
menyebabkan barrel chest.
11

Akibat kesulitan dalam bernafas, asupan oksigen menjadi tidak adekuat,


sehingga aliran darah ke perifer berkurang dan terjadi sianosis, peningkatan
tekanan darah, dan denyut jantung. Jika aliran darah keotak juga berkurang, maka
kesadaran klien terganggu dan terjadi penurunan kesadaran. Sesak nafas juga
dapat mengganggu aktivitas dan kemampuan untuk makan, sehingga dapat
meyebabkan gangguan dalam beraktivitas dan penurunan berat badan karena
asupan nutrisi yang tidak adekuat.

5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang ditemukan pada anak dengan asma bronkhial adalah:
1.
2.
3.
4.

Sesak napas/dispnea.
Batuk yang disertai lendir/batuk kering.
Nyeri dada.
Adanya suara nafas mengi (wheezing), yang bersifat paroksismal, yaitu

membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari.


5. Gelisah.
6. Kemerahan pada jaringan.
Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul makin
banyak dan makin berat, antara lain : barrel chest, sianosis, gangguan kesadaran,
takikardi, peningkatan tekanan darah, dan pernafasan yang cepat dan dangkal.
Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari dan dapat menimbulkan
berbagai macam komplikasi, seperti status asmatikus, atelektasis, hipoksemia,
pneumothoraks, emfisema, deformitas toraks, dan gagal nafas.

6. KLASIFIKASI ASMA BRONKIAL


Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-

12

obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau
bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema.
3. Asma gabungan
Asma gabungan merupakan bentuk asma yang paling umum. Asma
ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
(Tanjung, 2003)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTI
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan
degranulasi dari kristal eosinopil.
2) Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel
cetakan) dari cabang bronkus.
3) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
4) Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum,
umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi
dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
c. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pencetusnya allergen, olahraga, cuaca, emosi (imun respon
menjadi aktif, Pelepasan mediator humoral), histamine, SRS-A,
serotonin,

kinin,

bronkospasme,

Edema

mukosa,

sekresi

meningkat, inflamasi (penghambat kortikosteroid)


d. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.

13

3. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada
waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru.
4. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi
pada empisema paru yaitu :
a. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right bundle branch block).
c. Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
6. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
7. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol

14

bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting


untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi
pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
(Dudut Tanjung., Skp, 2007)

8. PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit

asma,

baik

pengobatannya

maupun

tentang

perjalanan

penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang


diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnya.
Pengobatan pada asma bronkial terbagi 2, yaitu:

15

1. Pengobatan non farmakologik:


a. Memberikan penyuluhan.
b. Menghindari faktor pencetus.
c. Pemberian cairan.
d. Fisiotherapy.
e. Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
1) Simpatomimetik/ adrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
a. Orsiprenalin (Alupent)
b. Fenoterol (berotec)
c. Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk
tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan:
MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk
halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma
Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec,
brivasma serta Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya
dihirup.
2) Santin (teofilin)
Nama obat :
a. Aminofilin (Amicam supp)
b. Aminofilin (Euphilin Retard)
c. Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik,
tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini
dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai
pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan
langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang
lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum
sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai
sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
Teofilin ada juga dalam bentuk suppositoria yang cara
pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini

16

digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum


teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
3) Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat
pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma
alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersamasama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian satu bulan.
4) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti
kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari.
Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
(Dudut Tanjung., Skp, 2007)

9. KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin
timbul adalah :
1. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga
pleura yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada.
Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi
dapat menyebabkan kegagalan napas.
2. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma udara, juga dikenal
sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana 26 udara
hadir di mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene
Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi
lain yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau
usus ke dalam rongga dada .
3. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau
akibat pernafasan yang sangat dangkal.
4. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh
jamur dan tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat.

17

Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya,
misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk
menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.
5. Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran

oksigen

terhadap

karbodioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi


oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
6. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana
lapisan bagian dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil
(bronkhiolis) mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi
peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu
27 batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang
berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara
menjadi sempit oleh adanya lendir.
7. Fraktur iga
8.

18

BAB III
KASUS PEMBELAJARAN

1. DATA DEMOGRAFI
Nama
: Ny. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 56 Tahun
Status Perkawinan
: Sudah menikah
Agama
: Islam
Suku / Bangsa
: Jawa / Indonesia
Pendidikan
: SMP
Bahasa Yang Digunakan : Indonesia
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: KM. 7 Kota Tanjungpinang
Sumber Biaya
: Pribadi
Sumber Informasi
: Klien dan Keluarga
Tgl MRS
: 19 juni 2014
Jam MRS
: 07:15
No. MRS
: 1907xx
2. KELUHAN UTAMA
Ny. S mengatakan sesak nafas
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien datang ke UGD RSAL dengan keluhan nafas terasa sesak sekali, batuk,
sudah berobat tapi tidak berkurang. Di UGD klien dilakukan tindakan
nebulizer dengan combifent, pemasangan O2 3 liter/menit, injeksi aminopilin
ampul intravena dan IVFD Dex 5% drip aminopilin ampul 20 tts/mnt.
Klien mengeluh nafas terasa sesak, batuk, banyak mengeluarkan dahak,
karena faktor pencetus kehujanan dan terpajan debu, timbulnya keluhan
mendadak dengan lamanya terus menerus, semenjak sakit tidak bisa tidur
karena sesak nafas, tidak ada nafsu makan, perut terasa mual, jika makan
muntah, tidak dapat beraktifitas seperti biasanya, jika banyak bergerak nafas
bertambah sesak, untuk mengatasi itu klien datang ke UGD RSAL.
4. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

19

Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien, tidak ada riwayat penyakit keturunan dan juga penyakit menular.
Genogram 3 generasi

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien

: Meninggal
: Tinggal Serumah

6. PSIKOLOGI DAN SPIRITUAL


1. Orang yang terdekat dengan klien adalah suaminya.
2. Interaksi dengan keluarga :
Pola komunikasi klien terbuka sedangkan yang membuat keputusan dalam
keluarga adalah suaminya, untuk kegiatan kemasyarakatan jarang
dilakukan, karena klien lebih sering menghabiskan waktunya bersama
keluarga.
3. Dampak penyakit klien terhadap keluarga.
Keluarga klien mengatakan cemas jika penyakit asma klien kambuh dan
takut terjadi sesuatu dengan klien.
4. Mekanisme koping terhadap stres :
Jika ada masalah klien selalu tidur dan mencari pertolongan dengan
bercerita kepada suaminya.
5. Persepsi klien terhadap penyakitnya :
a. Hal yang dipikirkan saat ini adalah klien mengatakan ingin cepat
sembuh dan akan berusaha agar penyakitnya tidak kambuh lagi.
b. Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit yaitu klien tidak
dapat melakukan kegiatan seperti biasanya.
6. Tugas perkembangan menurut usia saat ini adalah sebagai ibu rumah
tangga.
7. Sistem nilai kepercayaan nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan
tidak ada, klien percaya dengan penanganan dokter sedangkan aktivitas
keagamaan atau kepercayaan yang dilakukan adalah klien shalat lima

20

waktu dan klien percaya dengan Tuhan YME, tapi semenjak sakit klien
jarang shalat.
7. LINGKUNGAN
Klien tinggal bersama suami dan anak juga cucunya, klien mengatakan
lingkungan rumahnya berdebu, jarang membersihkan rumah karena klien
sibuk mengurus cucunya.
8. KEBIASAAN SEHARI-HARI
No
.
1.

2.

Pola Kebiasaan
Nutrisi

Eliminasi

Sebelum Sakit

Selama Sakit

Sebelum sakit frekuensi

Semenjak sakit sampai

makan klien 3x/hari, selera

dirawat nafsu makan klien

makan klien baik, jenis

menurun, klien mengatakan

makanan nasi, sayur dan lauk

perutnya terasa mual jika

pauk. Tidak ada makanan

makan. Klien tidak pernah

pantangan, tidak ada alergi

menghabiskan porsi

makanan dan klien menyukai

makanan yang disajikan

semua jenis makanan. Klien

(hanya 3 sendok makan).

minum 7-8 gelas/hari. Tidak

Diit yang diberikan adalah

ada kebiasaan sebelum yang

bubur 2500 kalori, BB 46

dilakukan sebelum makan,

kg, TB 150 cm.

BB 47 kg, TB 150 cm.


BAB normal, 1 x/hari tapi

Sejak dirawat klien baru

waktunya tidak tentu,

BAB sekali dan tidak

konsistensi lembek, warna

menggunakan obat

kuning kecoklatan, tidak ada

pencahar. BAK normal 4-5

keluhan saat BAB dan tidak

x/hari. Warna kuning teh,

menggunakan obat pencahar.

hanya jika BAK klien

BAK normal 4-5 x/hari,

dibantu oleh keluarga dan

warna kuning jernih.

perawat dengan
menggunakan pispot.

3.

Kebersihan diri

Klien mandi 2x/hari dengan

Klien mandi dengan cara

21

menggunakan sabun, sikat

dilap dibantu oleh anaknya

gigi 3x/hari dengan

menggunakan sabun, sikat

menggunakan pasta gigi, cuci gigi 2x/hari menggunakan


rambut setiap mandi dengan

pasta gigi, cuci rambut

menggunakan shampo dan

belum pernah, mengganti

mengganti pakaian setiap

pakaian setiap selesai

selesai mandi.

mandi. Sejak dirawat klien


mandi dibantu oleh
anaknya dan dirawat

4.

5.

Istirahat dan tidur

Klien tidur 7 jam/hari, dari

dengan cara dilap.


Semenjak sakit klien susah

jam 22.00 wib s/d jam 05.00

tidur. Sudah 2 malam klien

wib. Klien jarang tidur siang,

tidak dapat tidur, klien

hanya sekali-kali saja.

hanya bisa tidur 3

Sebelum tidur klien nonton

jam/hari, dan klien selalu

TV dan klien tidak pernah

terbangun-bangun jika

mengalami gangguan saat

tidur. Klien mengatakan

tidur.

tidak bisa tidur karena

nafas terasa sesak.


Aktivitas dan latihan Klien tidak bekerja lagi, klien Semenjak sakit aktivitas
hanya menjaga cucunya di

klien terganggu, semua

rumah. Olah raga jarang

aktivitas klien dibantu oleh

dilakukan, apabila ada waktu

keluarga dan perawat.

luang klien lebih senang


bersantai bersama
keluarganya. Selama ini jika
beraktifitas terlalu berat,
nafas terasa sesak.

9. POLA KEBIASAAN YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


Klien tidak merokok, klien tidak pernah meminum minuman keras dan tidak
ada ketergantungan obat.

22

10. SISTEM PEMERIKSAAN FISIK


1.Sistem Penglihatan
Inspeksi : Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola
mata normal. Konjungtiva ananemis, kornea jernih, sclera tidak ikterik
tapi tampak merah, pupil isohor, tidak ada strabismus, fungsi
penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda peradangan, tidak memakai
kaca mata, tidak memakai lensa kontak, reaksi terhadap cahaya kanan
dan kiri positif, tampak warna hitam pada kelopak mata bawah sekitar
mata, mata tampak sayu, tidak ada hematoma.
2.Sistem Pendengaran
Palpasi : Daun telinga simetris dan tidak sakit bila digerakkan, tidak
bengkak. Tidak ada serumen dan juga nanah, tidak ada lesi, tidak ada
tinitus, tidak ada perasaan penuh di telinga, fungsi pendengaran baik,
pada pemeriksaan garputala hasil positif kanan dan kiri, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
3.Sistem Wicara
Inspeksi : Tidak ada kesulitan dan gangguan dalam berbicara, tidak
memakai ETT dan Trakeostomi.
4.Sistem Penciuman
Bentuk simetris, septum terletak di tengah, tidak ada secret, tidak
terdapat sinusitis, tidak ada polip, tidak ada epitaksis, fungsi
penciuman baik.
5.Sistem Pernafasan
Frekuensi 30x/menit, irama tidak teratur, menggunakan alat bantu
pernapasan yaitu terpasang O2 3 ltr/mnt, jalan napas tidak bersih,
tampak retraksi costal, adanya pernapasan cuping hidung, adanya
batuk yang produktif, tidak ronki, adanya weezing, rales juga tidak
ada, hemaptoe tidak ada.
6.Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi perifer yaitu nadi 100x/mnt, irama teratur, denyut kuat, TD
130/80 mmHg, tidak terdapat distensi vena jugularis, palpasi kulit
teraba dingin, tidak ada oedema, adanya cianosis, pengisian kapiler
2/dtk. Sirkulasi jantung yaitu Heart Rate 100x/menit, irama teratur,
tidak ada bunyi jantung tambahan gallop dan murmur, nyeri dada juga
tidak ada pada saat aktivitas maupun tidak beraktivitas.
7.Sistem Hematologi.

23

Tidak adanya keluhan kesakitan. Tidak adanya splenomegali, mimisan


dan ekimosis juga tidak ada, tidak ada pendarahan, ptechiae dan
purpura juga tidak ada, tidak ada hepatomegali dan gusi juga tidak
mudah berdarah.
8.Sistem Saraf Pusat
Tingkat kesadaran yaitu cosposmentis, Glasgow Coma Scale (GCS)
yaitu 15 (Motorik 6, Verbal 5, Mata 4), tidak ada peningkatan Tekanan
Intra Kranial (TIK), tidak ada kejang, tidak ada kelumpuhan, mulut
tidak mencong, bicara juga tidak pelo, orientasi orang, tempat dan
waktu (OTW) baik, tidak ditemukannya reflek patologik babinski.
9.Sistem Pencernaan
Keadaan mulut yaitu gigi bersih, tidak ada caries gigi, menggunakan
gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah bersih, saliva normal, mucosa
bibir kering, mulut tidak berbau, tidak ada labio dan palato schizis,
tonsil normal, tidak ada peradangan pada gusi. Adanya muntah setiap
habis makan, muntah berupa makanan yang dimakan dan kadangkadang hanya air, adanya mual, nafsu makan tidak ada, adanya nyeri
tekan pada epigastrum, tidak ada nyeri tekan pada titik MC. Burney.
Konsistensi lembek, konstipasi tidak ada, tidak diare, warna kuning
kecoklatan, peristaltik usus 15 x/menit. Tidak ada pembesaran pada
hepar, tidak ada acites, umbilicus tidak menonjol, tidak ada bayangan
bendungan pembuluh darah vena pada kulit abdomen, tidak ada luka
bekas operasi.
10. Sistem Endokrin
Gula darah 107, nafas tidak berbau keton, tidak ada poliuria, tidak ada
polidipsi, tidak ada poliphagia.
11. Sistem Urogenital
Tidak ada retensi urine, inkontenesia juga tidak ada, nocturia tidak ada,
kebiasaan BAK 4-5 x/hari dan terkontrol, jumlah 80 cc/jam, warna
kuning teh, tidak terdapat distensi kandung kemih, tidak ada sakit
pinggang, tidak ada penyakit kelamin.
12. Sistem Integumen
Turgor kulit elastis, kulit kering, warna sianosis, keadaan kulit bersih,
tidak ada lesi, tidak ada ulkus, tidak ada ptechiae, tidak gatal, tidak ada
insisi operasi, tidak ada luka bakar, tidak ada decubitus, tidak ada
hyperpigmentasi, tidak ada spidernevi, tidak icterik dan juga tidak ada
24

tato. Keadaan rambut yaitu tektur lembab, bersih, tidak berbau dan
tidak berketombe, tidak rontok dan tidak ada pediculosis.
13. Sistem MuskuloskletaLl
Inspeksi : Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, fraktur dan dislokasi
tidak ada, tidak terdapat kontraktur, tidak ada scoliosis, kiposis,
lordosis, dan gibbus juga tidak ada, tidak terdapat pigeon chest, funnel
chest dan barrel chest. Keadaan otot normal (tidak ada hipotoni, atoni
dan hipertoni). Kekuatan otot normal (ektremitas atas, bawah, kanan
dan kiri 5).
14. Sistem Imunitas /Kekebalan Tubuh
a. Suhu 36,8oC
b. BB sebelum sakit 47 Kg
c. BB sesudah sakit 46 Kg
d. Tidak ada pembesaran Kelenjar Getah Bening
11. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 19 Juli 2008 :
1.Haemoglobin 13 gr%
2.Leukosit 5600
3.Trombosit 220.000
4.Hematokrit 40%
5.Gula Darah Sewaktu 107 mg/dl
6.SGOT 85 mg/dl
7.SGPT 89 mg/dl
8.Ureum 28,0 mg/dl
9.Cretinin 1,17 mg/dl
12. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan tanggal 21 Juli 2008 :
1. IVFD Dex 5% drip 2 amp aminopilin 20 tts/mnt.
2. Injeksi cefizox 2 x 1 gram IV
3. Injeksi hexilon 3 x 622,5 mg IV
4. Injeksi bisolvon 3 x 1 ampul IV
5. Nebulizer combivent tiap 8 jam.
6. Inolin 3 x 1 tablet.
13. ANALISA DATA
Nama Klien / Umur

: Ny. S / 56 Tahun

No. Kamar / Ruangan

: Kamar 2 / Paviliun Damar

No

Data

Etiologi

Masalah

25

1.

Data Subjektif

Bronkospasme

Klien mengeluh nafas terasa

Tidak efektifnya
jalan nafas.

sesak.

Klien

mengatakan

batuknya

kuat.

Klien

mengatakan

mengeluarkan

banyak

dahak

yang

berwarna hijau keputihan.

Klien mengatakan tidak dapat


beraktivitas

seperti

biasanya

karena jika banyak bergerak


nafas bertambah sesak.

Klien mengatakan mempunyai


riwayat penyakit asma sejak
kecil.

Klien mengatakan lingkungan


rumahnya berdebu.

Klien

mengatakan

alergi

terhadap cuaca dingin.

Klien mengatakan jika banyak


beraktivitas

nafas

bertambah

sesak.
Data Objektif

Nadi 100x/mnt RR 30x.mnt.

Irama pernapasan tidak teratur.

Menggunakan

alat

bantu

pernapasan yaitu terpasang o2


3ltr/mnt.

Jalan

napas

tidak

bersih,

terdapat sputum berwarna hijau


keputihan.
26

Tampak retraksi costal.

Adanya

pernapasan

cuping

hidung.

Adanya batuk yang produktif.

Adanya weezing.

Adanya cianosis.

Klien tampak sesak.

Terpasang infus dex 5% drip


aminopilin 2 ampul 20 tts/mnt

2.

Intake Inadekuat

Data Subjektif :

Klien mengatakan tidak ada


nafsu makan.

Klien mengatakan perut terasa

Gangguan
pemenuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh.

mual, jika makan muntah.

Klien

mengatakan

badannya

terasa lemah.
Data Objektif

Klien tampak mual-mual.

Klien tampak lemah.

Klien tidak menghabiskan porsi


makanan yang disajikan (hanya
3 sendok makan saja).

Adanya

muntah

jika

habis

makan berupa makanan yang


dimakan

dan

kadang-kadang

hanya air.

Mucosa bibir kering.

Adanya penurunan BB dari 47


kg menjadi 46 kg.

27

3.

Proses penyakit
Data Subjektif :

Klien

Gangguan
pemenuhan

mengatakan

semenjak

istirahat tidur

sakit klien hanya dapat tidur 3


jam

dan

sering

terbangun-

bangun karena sesak nafas.

Klien

mengatakan

badannya

terasa lemah.
Data Objektif :

Adanya perubahan jam tidur


dari

7 jam/hari

menjadi 3

jam/hari.

Sclera tampak merah.

Tampak warna hitam di sekitar


mata.

4.

Mata tampak sayu.

Klien tampak lemah.

Proses

dari penyakit

Data Subjektif :

patologi Intoleran aktivitas

Klien mengatakan tidak dapat


beraktivitas

seperti

biasanya

karena jika banyak bergerak


nafas bertambah sesak.

Klien

mengatakan

badannya

terasa lemah.

Klien

mengatakan

aktivitasnya

dibantu

semua
oleh

keluarga dan perawat.


Data Objektif :

Klien tampak lemah.


28

Aktivitas klien dibantu oleh


keluarga dan perawat seperti
mandi dan menggunakan pispot.

Terpasang infus dex 5 % drip


aminopilin 2 ampul 20 tts.mnt.

5.

Kurangnya
informasi

DS :

Ansietas

Klien mengatakan merasa takut


dengan keadaan penyakitnya.

Klien

mengatakan

mudah-

mudahan saja tidak terjadi apaapa.


DO :

Klien tampak sering bertanya


proses pengobatan yang akan
dilakukannya

7.

Klien tampak gelisah

14. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan adanya bronkospasme dan
penumpukan secret pada jalan nafas.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake adekuat.
3. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan proses penyakit :
adanya sesak nafas.
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan proses patologi penyakit.
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan informasi
15. INTERVENSI
29

16. IMPLEMENTASI
N
O
1.

DIAGNOSA
Tidak
efektifnya
jalan
nafas
berhubungan
dengan
adanya
bronkospasm
e
dan
penumpukan
secret
pada
jalan nafas

TANGGAL
& JAM
21 JULI
2008

IMPLEMENTASI
1. melakukan BHSP
2. mengobservasi tanda-tnada
vital pasien
3. mengauskultasi bunyi nafas
4. memberikan posisi yang
nyaman pada klien
5.
memberikan
klien
lingkungan yang senyaman
mungkin
6. Kolaborasi dengan dokter
sesuai indikasi bronkodilator.

EVALUASI
S:
klien

Ny.S

mengatakan

bahwa klien sudah sedikit


mampu bernafas
O:
- RR : 22x/menit
- pasien tampak bernafas
dengan releks tidak ngosngosan
A : masalah teratasi

2.

Gangguan
pemenuhan

21 JULI
2008

1. Melakukan BHSP
2. mengobservasi tanda-tanda

P : implementasi dihentikan
S:
klien mengatakan sudah bisa

berhubungan

makan 3 sendok.
O:
3. mengkaji berat badan pasien BB kembali normal 47 kg
A:
setiap 1x24 jam..
Masalah teratasi
4.
memberitahu
keluarga P :
Implementasi dihentikan
makanan apa yang boleh di

dengan intake

sajikan pada klien dan berikan

inadekuat.

klien atau keluarga klien untuk

nutrisi kurang

vital klien

dari
kebutuhan
tubuh

bebas memilih menu makanan


yang di inginkan.
5. mengajarkan klien untuk
makan sedikit tapi sering.
6. kolaborasi dengan tim medis
3.

Gangguan

21 juli 2008

dalam.
1. melakukan BHSP

pemenuhan

2. mengobservasi tanda-tanda

istirahat tidur

vital klien

berhubungan

3.

mempertahankan

tempat

S:
Klien

mengatakan

sudah

dapat

beristirahat

setelah

diilakukan

tindakan

keperawatan
30

dengan proses

tidur yang hangat, bersih dan O :


Klien tampak releks dan
nyaman.
posisi klien tidur
4. mengkaji rutinitas istirahat
A:
dan tidur.
Masalah teratasi
P:
5. membatasi pengunjung
Implementasi di hentikan
dalam periode istirahat dan

penyakit
adanya sesak
nafas.

tidurr
6. meninggikan kepala tempat
tidur setinggi blok 25 cm atau
gunakan penompang dengan
bantal dibawalengan.
4.

Intoleran

21 juli 2008

1. lakukan BHSP

aktivitas

2. Observasi tanda-tanda vital

berhubungan

klien

mengatakan

sudah

dengan proses

dapat beraktivitas sendiri


O:
3. kaji kempuan klien untuk Klien dapat makan dan

patologi

beraktifitas.

minum
A:
4. berikan bantuan klien
masalah teratasi
melakukan aktivitas.
P:
Implementasi dihentikan
5. beritahu kluarga klien untuk

penyakit.

membantu
5.

S:
Klien

Cemas

21 juli 2008

klien

dalam

beraktivitas.
1. lakukan BHSP

berhubungan

2. observasi tanda-tanda vital

dengan kurang

klien

pengetahuan

3.

dan informasi

S:
Klien
rasa

identifikasi

tingkat

mengatakan
takut

dan

bahwa
khawatir

dengan penyakitnya sudah

hilang
O:
4. ajarkan klien untuk tehnik Ekspresi klien tampak releks
kecemasan klien
relaksasi

dan sudah mulai tersenyum


A:
5. beritahu klien untuk
Masalah teratasi
mengenal situasi dan yang P :
Implementasi dihentikan.
menimbulkan kecemasan.
6.

beritahu

klien

bahwa

31

penyakitnya
sembuh

tidak

namun

dapat

dapat

di

hindari.

BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN

32

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun
hasil pengobatan. Tipe-tipe Asma diantaranya Asma alergik atau ekstrinsik,
Ideopatik atau nonalergik asma / intrinsic, dan Mixed Asma atau Asma Campuran.
Penyebab asma yaitu seperti debu rumah, spora jamur, rerumputan., asap,
bau bauan, Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus,
perubahan cuaca yang ekstrem, kegiatan jasmani yang berlebihan, lingkungan
kerja dan lain-lain.

2. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.

Tanggal

Revisi

Paraf Pembimbing

33

DAFTAR PUSTAKA

34

http://lpkeperawatan.blogspot.com/2014/01/diagnosa-keperawatan-nanda-versi3.html#.VUxIK_mqqko
Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media
Acsulapius. FKUI. Jakarta.
Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga.
BalaiPenerbit FKUI. Jakarta.
Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.
Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.
Tucker, SM(1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.

35

Anda mungkin juga menyukai