1102013230
Mons pubis
Mons pubis merupakan daerah kulit yang menonjol di atas simpisis pubis. Terdapat
banyak bubes, rambut dan jaringan lemak. Mons pubis meluas ke bawah belakang ke
labium majora, fungsinya melindungi organ seksual dan reproduksi bagian dalam.
Labia mayor
Merupakan lipatan kulit yang jaringan ikatnya menyatu dengan mons pubis. Labium
majus dextra dan sinistra dapat menyatu di dorsocaudal menjadi commisura labiorum
posterior, dan menyatu di ventrocranial menjadi commisura labiorum anterior. Celah
yang dibatasi oleh kedua labium majus adalah rima pudendi. Berfungsi menutup dan
melindungi struktur alat kelamin, homolog dengan scrotum pria.
Labia minor
Labia minor terletak di antara dua labium mayor. Kedua labium minor menyatu di
dorsocaudal membentuk frenulum labiorum minor, dan menyatu di ventrocranial
membentuk preputium clitoridis yang menutupi gland clitoridis serta terdapat kelenjar
skene.
Klitoris
Ujung proksimal corpus cavernosum clitoridis melekat didataran medial ramus
inferior ossis pubis dengan dataran lateralnya. Ke ventral kedua crura clitoridis
bersatu membentuk corpus clitoridis, terdapat glad clitoridis yang dibentuk oleh
corpus cavernosum glandis, bertanggung jawab untuk ereksi klitoris, homolog dengan
penis
vulva
Bagian alat kadungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang dri klitoris,
labia minor, perineum, osteum uretra externa, dan osteum vagina
Vestibulum
Terletak di bawah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vestibuli, dan dapat di
temukan kelenjar bartholini dan kelenjar vestibuli minor. Yang bermuara ke
vestibulum vaginae adalah: Uretra, Vagina, Glandula parauretralis, Glandula
vestibularis minor dan mayor
Perineum
Perineum merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus. Perineum membentuk dasar badan perineum. Terletak diantara commisura
labiorum posterior dan anus, dan terdapat rape perinae, yaitu lipatan batas anus
dengan vagina.
ostium vagina
Muara vagina (introitus), terdapat fosa navicularis antara intraitus vaginae dan
frenulum labiorum minorum.
selaput hymen
Merupakan selaput yang menutupi introitus vagina, biasanya berlubang membentuk :
semilunaris, anularis, tapias, septa, inferatus atau fimbrie.
Diaphragma pelvis
b. Bidang Hodge II
: Bidang yang sejajar dengan H I setinggi
pinggir bawah symphisis pubis.
d. Bidang Hodge IV
os sacrum.
1. Uterus
Organ muskuler yang tebal, memiliki rongga dan berada di antara vesika
urinaria disebelahanterior dan rektum disebelah posterior. Panjang uterus 7.5 cm
dan lebar 4 5 cm denganberat sekitar 60 gram.Suatu organ muskular berbentuk
seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai
tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saatpersalinan dengan
adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isikonsepsi
dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.Bagian
uterus diatas isthmus disebut corpus uteri dan bagian dibawah isthmus disebut
servik. Dalam keadaan normal posisi uterus adalah antefleksi anteversi. Servik
uteri dibagi menjadi 2 bagian: pars vaginalis dan pars supravaginalis ; dibagian
dalam servik terdapat kanalis servikalis. Uterus pada kehamilan lanjut. Fundus
berbentuk kubah dan insersi tuba serta ligamentumrotundum dibagian atas corpus
uteri. Terlihat pasokan vaskular yang hipertrofis.
5
a. Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus
dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama:
otot polos, jalinan (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam
rongga vagina yaitu portiocervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri
externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan
ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara /
primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat
melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya
karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan
mukosa dan viskositas lendir serviksdipengaruhi siklus haid.
Perdarahan Uterus
Arteri
: Arteri uterina, sebagai cabang arteri iliaca interna
Venae
: Vena uterina mengikuti arteri uetrina dan bermuara ke dalam vena
iliaca interna.
Aliran lymfe : Pembuluh lymfe dari fundus uteri berjalan bersama arteri ovarica
dan
mengalirkan lymfeke nodi para aorticisetinggi vertebra L1.
Persarafan
: Saraf simpatis dan parasimpatis, berasal dari plexus hypogastricus
inferior.
2. Corpus uteri
Merupakan bagian terbesar uterus; dibagian anterior menempel pada vesika
urinaria dan dibagian posterior menempel pada intestinum ; dibagian lateral
menempel pada berbagai struktur yang berada didalam ligamentum latum ( tuba
falopii ligamentum rotundum ligamentum ovarii proprium vasa uterina dan
ureter ).
Arteria uterina menyilang ureter sebelum berjalan di dinding lateral uterus.
Titik persilangan tersebut kira-kira 1.5 cm dari fornix lateralis. Cavum uteri
berbentuk segitiga dengan kubah yang berada pada bidang setinggi kedua ostium
tuba falopii dan apex bagian bawah setinggi ostium uteri internum. Dinding uterus
terdiri dari 3 lapisan:
a. Serosa (peritoneum visceralis) yang melekat pada ligamentum latum uteri di
intraabdomen
b. Miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut
ototlongitudinal, anyaman dan sirkular)
c. Endometrium yang melapisi dinding cavum uteriSelama kehamilan, serabut
otot tersebut tidak bertambah banyak namun mengalamihipertrofi.
Endometrium adalah lapisan berongga yang lunak yang mengandung sejumlah
kelenjar dandilapisi dengan ciliated collumnar epithelium; bentuk kelenjar dan
stroma bervariasi sesuai dengan siklus haid; ketebalan pasca menstruasi dini 1
2 mm dan menjelangmenstruasi 4 7 mm.
Ovarium (indung telur) adalah sepasang organ berbentuk seperti buah almond
yang berada disamping uterus didekat dinding lateral pelvis dan berada pada
lapisan posterior ligamentum latum, postero-caudal tuba falopii.Ovarium
berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel
epitelgerminal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi
(pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh
teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Panjang
kira-kira 2.5 5.0 cm dengan lebar kira-kira 1.5 3.0 cm. Masing-masing
memiliki permukaan medial dan lateral. Masing-masing ovarium memiliki tepi
anterior (mesovarium) dan tepi posterior yang bebas. Difiksasi oleh
o Lig suspensorium ovarii (lig infundibulopelvicum) : lig ini menggantungkan
uterus pada dinding panggul antara sudut tuba.
o Pada yang ke ovarium terdapat lig ovarii propium
o Lig teres uteri (lig rotundum) : terdapat d bag atas lateral dari uterus, caudal
dari tuba, kedua lig ini melalui canalis inguinalis ke bag cranial labium
majus. Pada saat kehamilan mengalami hipertrofi dan dapat diraba dengan
pemeriksaan luar.
Pembuluh darah ovarium terutama berasal dariarteri ovarica yang merupakan
cabang aorta abdominalis dan selanjutnya dialirkan keluar ovarium melalui vena
ovarica. Ovarium terbungkus oleh tunica albuginea yang mirip dengan yang
dijumpai pada testis. Bagian luar ovarium disebut cortex yang memiliki gameet
dan dibagian dalam disebut medula yang mengandung banyak pembuluh darah
besar serta syaraf. Cortex ovarium relatif avaskular dan dijumpai sejumlah folikel
ovarium kecil. Masing-masing folikel mengandung ovum immature (oosit) yang
terbungkus dengan satu atau beberapa lapisan sel. Bila oosit hanya dilapisi oleh
satu lapisan sel, sel tersebut dinamakan sel folikel, bila dilapisi oleh beberapa
lapisan sel-sel tersebut dinamakan sel granulosa.
Dibagian cortex terdapat sejumlah folikel dengan berbagai derajat maturasi.
Pada folikel primordial, oosit dilapisi oleh satu lapisan sel pipih (sguamoues
epithelium). Folikel primer memiliki dua atau lebih lapisan sel granulosa kubis
yang mengitari oosit. Folikel sekunder mengandung ruang-ruang berisi cairan
diantara sel granulosa. Ruangantersebut sering mengalami penyatuan (coalesence)
membuat cavum sentral yang disebutsebagai antrum. Folikel dgraf atau folilkel
vesikuler yang matur memiliki antrum yang sangat dominan dan folikel biasanya
menonjol keluar permukaan ovarium.Setiap bulan, pada wanita dewasa, satudari
folikel yang masak mengeluarkan oosit dari ovarium, peristiwa ini disebut
Ovulasi.
Perdarahan Ovarium
Arteri
: Arteri uterina merupakan cabang arteri iliaca interna sedangkan
arteri ovarica cabang dariaorta abdominalis.
Vena
: Vena uterina
Aliran Lymfe : Pembuluh lymfe mengikuti jalannya arteri dan bermuara ke nodi
iliaca interni dan paraaortci.
Persarafan : Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus hypogastricus
inferior.
VAGINA
Rongga vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis disebut fornix yang
dapat dibedakan fornix lateralis dextra dan sinistra, fornix anterior dan
posterior.
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Tunika mukosa membentuk rugae yang transversal pada dinding vebtral dan
dorsal disebut columna rugarum.
Fascia endopelvis memadat menjadi ligamentum fasialis yang berfungsi
menunjang servix dan vagina.
Ligamentum-ligamentum yang ikut memfiksasi uterus diantaranya :
Lig.Cardinale (Mackenrodts)/lig.cervicalis lateralis : melewati sebelah lateral
servix dan bagian atas vagina ke dinding pelvis.
Lig.utero-sacrale/lig.recto uterina : melewati bagian belakang servix dan fornix
vagina ke fascia yang melapisi sendi sacro-iliaca. Mulai dari isthmus ke jaringan
pengikat disebelah lateral dari rectum setinggi vertebrata sacralis III,
mengandung otot polos.
Lig,puboservicale : meluas ke anterior dari lig.cardinale ke pubis (puboprostatica
pada pria).
Lig.pubovesicale : dari belakang symphisis pubis menuju collum vesica urinaria.
Fiksasi yang utama pada uterus ke vagina adalah : lig.cardinale & utero-sacrale.
Fungsi : alat bersenggama, jalan lahir waktu partus, saluran keluar uterus yang
dapat mengalirkan darah pada waktu menstruasi dan sekret dari uterus.
Pada virgo intacta introitus vaginae sebagian ditutupi oleh suatu selaput yang
disebut hymen. Menurut bentuknya dapat dibedakan :
Hymen anularis (cincin)
Hymen semilunaris (bulan sabit)
Hymen cribriformis (berlubang-lubang sebagai saringan)
Hymen fimbriatus ( dengan tepi sebagai jari-jari)
Hymen imperforatus (tidak berlubang)
10
Ovarium dilapisi oleh satu lapis sel kuboid rendah atau gepeng yaitu epitel
germinal, yang bersambungan dengan mesotelium peritoneum viscerale. Dibawah
epitel germinal adalah jaringan ikat padat yang disebut tunia albuginea.
Ovarium memiliki korteks ditepi, dan medula ditengah, tempat ditemukannya
banyak pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe. Daerah korteks mengandung
banyak folikel telur yang masing-masing terdiri dari sebuah oosit yang diselaputi oleh
sel-sel folikel. Sel-sel folikel adalah oosit beserta sel granulose yang mengelilinginya.
Selain folikel, korteks mengandung fibrosit dengan serat olagen dal retikular. Medula
adalah jaringan ikat padat tidak teratur yang bersambungan dengan lugamentum
mesovarium yang menggantungkan ovarium. Pembuluh darah besar di medula
membentuk pembuluh darah yang lebih kecil yang menyebar diseluruh korteks
ovarium.
1.
2.
3.
4.
11
5. Folikel Graff : disebut juga folikel matang. Pada folikel ini, oosit sudah siap
diovulasikan dari ovarium. Oosit sekunder dilapisi oleh beberapa lapissel
granulose berada dalam suatu jorokan ke dalam stratum disebut cumulus ooforu.
Sel-sel granulose yang mengelilingi oosit disebut korona radiate. Antrum berisi
liquor follicul yang mengandung hormone esterogen.
Tuba Fallopii
Berdasar struktur histologi terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot, dan lapisan
serosa.
1. Lapisan mukosa : tersusun atas epitel selapis silindri dan terdapat 2 jenis sel :
a. Epitheliocytus ciliatus / epitel bersilia : berfungsi menciptakan arus ke arah
uterus yang menuntun oosit kedalam infundibulumtuba uterina.
b. Epitheluocytus tubarius angutus / epitel tidak bersilia : berfungsi sebagai sel
sekretori dengan menghasilkan bahan nutritif yang penting bagi ovum.
2. Lapisan otot : berupa otot polos sirkular dalam, berfungsi untuk kontrasi
peristaltik yang menuntun ovum dan membuat fimbrae berdekatan dengan ovum
untuk menangkap ovum.
3. Lapisan serosa
12
Uterus
Uterus manusia adalah organ berbentuk buah pir dengan dinding berotot tebal.
Badan atau korpus membentuk bagian uterus. Bagian atas uterus yang membulat dan
terletak diatas pintu masuk tuba uterina disebut fundus. Bagian bawah uterus yang
lebih sempit dan terletak dibawah korpus adalah serviks. Serviks menonjol dan
bermuara ke dalam vagina.
Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan :
1. Perimetrium : bagian luar yang dilapisi oleh serosa atau adventitia
2. Miometrium : terdapat 3 lapisan otot yang batas-batasnya kurang jelas. Tiga lapisan
otot tersebut adalah ;
13
Serviks adalah bagian bawah uerus. Kanalis servikalis dilapisi oleh epitel
kolumnar tinggi penghasl mukus yang berbeda dari epitel uterus, yang bersambungan
dengannya. Epitel serviks juga dilapisi oleh kelenjar serviks tubular bercabang yang
meluas membentuk sudut terhadap kanalis servikalis ke dalam lamina propia.
Sebagian kelenjar serviks mungkin tersumbat dan berkembang menjadi kista
glandular kecil.
Selama fase proliferatif daur haid, sekresi dari kelenjar serviks sedikit dan
encer. Jenis sekresi ini memungkinkan sperma mudah menembus serviks dan masuk
ke dalam uterus. Selama fase sekretori (luteal) daur haid dan peningkatan progesteron,
dan juga saat kehamilan, sekresi kelenjar serviks berubah menjadi lebih kental,
membentuk sumbat mukus (obturamentum cervicale) di kanalis servikalis. Sumbat
mukus adalah tindakan protektif yang meghalangi lewatnya sperma dan
mikroorganisme dari vagina ke dalam corpus uterus. Karena itu kelenjar serviks
memiliki fungsi penting dalam membantu pembuahan oosit dan perlindungan
individu yang sedang berkembang.
14
Vagina
Mukosa vagina tidak rata dan memperlihatkan banyak plica mucosae. Epitel
permukaan kanalis vaginalis adalah epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Papila jaringan ikat dibawahnya tampak menonjol dan membentuk indentasi epittel.
Lamina propia mengandung jarinagn ikat padat tidak teratur dengan serat elastik yang
meluas ke dalam tunika muskularis berupa serat interstisial. Jaringan limfoid difus,
nodulus limfoid, dan pembuluh darah kecil terdapat di lamina propia. Tunika
muskularis dinding vagina terutama terdiri dari berkas longitudinal dan berkas oblik
otot polos. Berkas transversal otot polos jauh lebih sedikit tetapi lebih sering
ditemukan di lapisan dalam. Jaringan ikat interstisial kaya serat elastik. Pembuluh
darah dan berkas saraf banyak ditemukan di adventisia.
Dinding vagina terdiri dari mukoasa, lapisan otot polos, dan adventisia.
Kelenjar tidak terdapat di mukosa vagina. Permukaan kanalis vaginalis tetap lembab
dan licin oleh sekresi yang dihasilkan oleh kelenjar serviks. Glikogen adalah
komponen utama di epitel vagina. Selama fase folikular daur haid, glikogen
menumpuk di epitel vagina, mencapai kadar maksimal sebelum ovulasi. Epitel vagina
memperlihatkan perubahan minimal selama daur haid. Selama fase ploriferatif
(folikular) daur haid dan akibat meningkatnya rangsangan estrogen, epitel vagina
bertambah tebal. Selain itu, esterogen merangsang sel-sel vagina untuk menyintesis
dan menimbun banyak glikogen sewaktu sel-sel ini bermigrasi ke arah lumen vagina,
tempat sel-sel terkelupas atau mengalami deskuamasi. Flora bakteri di dalam vagina
melakukan metabolisasi glikogen menjadi asam laktat. Peningkatan keasaman di
kanalis vaginalis melindungi organ terhadap mikroorganisme atau invasi patogen.
15
normal and healthy for women of reproductive age to have some degree of vaginal
discharge
quantity and type of cervical mucus changes during the menstrual cycle as a result
of hormonal fluctuations
prior to ovulation, estrogen levels increase, altering cervical mucus from non-fertile
(thick and sticky) to fertile (clearer, wetter, stretchy and slippery). After ovulation,
estrogen levels fall and progesterone levels increase; cervical mucus becomes
thick, sticky and hostile to sperm.
16
LI.3
MM Patologis Keputihan
LO 2.1. Memahami dan menjelaskan Definisi Keputihan
Bacterial Vaginosis
Bacterial vaginosis paling sering menyebabkan vaginosis, terhitung dari 50%
kasus. Bacterial vaginosis disebabkan oleh pertumbuhan berlebih dari
organisme seperti Gardnerella vaginalis ( bakteri gram coccobacillus),
Mobiluncus species, Mycoplasma hominis, and Peptostreptococcus species.
Faktor resiko terjadi pada wanita hamil, pemakaian IUD (intrauterine device),
dan douching yang sering.
Gardnerella vaginalis
17
Chlamydia trachomatis
2.
Vaginal Candidiasis
Candida species (seperti C albicans, C tropicalis, C glabrata) adalah airborne
fungi yang alamiah hidup pada vagina sekitar 50% wanita. Vaginal
candidiasisadlah penyebab kedua tersering vaginitis. Faktor resiko terjadi pada
pemakaian alat kontasepsi oral, penggunaan IUD, intercourse pertama pada
saat muda, hubungan seksual yang sering, receptive cunnilingus, diabetes,
HIV dan penyakit imunocompromised lainnya, penggunaan jangka panjang
antibiotik, kehamilan.
Candida albicans
3.
Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis
Trikomiasis disebabkan oleh protozoa parasitik tricomonas vaginalis.
T.vaginalis adalah protozoa oval atau fusiform berflagela yang berukuran
setara dengan sebuah leukosit. Organisme terdorong oleh gerakan-gerakan dari
flagelnya. Organisme ini paling sering menginfeksi sel epitel vagina,
kemudian menginfeksi juga endocervix, urethra, kelenjar Bartholin dan Skene
juga. Trigomonad mengikat dan akhirnya mematikan sel-sel penjamu, memicu
respon imun humoral dan seluler yang tidak bersifat protektif terhadap infeksi
berikutnya. Agar dapat bertahan hidup, trikomonad harus berkontak langsung
dengan eritrosit, dan hal ini dapat mejelaskan mengapa perempuan lebih
rentan terhadap infeksi daripada laki-laki. Trichomonas vaginalis tumbuh
paling subur pada pH antara 4,9 dan 7,5 dengan demikian haid, kehamilan,
pemakaian kontrasepsi oral, dan tindakan sering mencuci vagina merupaka
predisposisi timbulnya trikomoniasis. Bayi perempuan yang lahir dari ibu
yang terinfeksi dapat mengalami infeksi Trikomonas vaginalis. Bayi
perempuan rentan karena pengaruh hormon ibu pada epitel vagina bayi.
Dalam beberapa minggu, seiring dengan dimetabolismenya hormon-hormon
ibu, epitel vagina bayi menjadi resisten terhadap Trichomonas vaginalis dan
infeksi sembuh bahkan tanpa pengobatan. Faktor resiko juga terjadi pada
perokok, pengguna IUD.
Infeksi Trichomonas vaginalis ditularkan hampir secara eksklusif
melalui hubungan seksual. Walaupun trikomonad diketahui dapat bertahan
hidup sampai 45menit pada fomite, namun cara penularan fomite ini sangat
jarang terjadi. Risiko terinfeksi Trichomonas vaginalis meningkat seiring
dengan jumlah pasangan seks dan lama aktivitas seksual.
(Sylvia. 1995. Brooks.2005)
4.
Virus
Human papillomavirus
19
20
Terdapat dua tipe virus herpes yang berbeda tipe 1 dan tipe 2. Susunan
genom mereka sama dan menunjukan kesesuaian urutan substansi. Tetapi
mereka dapat dibedakan melalui analisis pembatasan enzim dari DNA virus.
Keduanya secara serologis bereaksi silang, tetapi terdapat beberapa protein
unik pada setiap tipe. Cara penularan mereka berbeda, HSV-1 menyebar
melalui kontak, biasanya melibatkan air liur yang terinfeksi sementara HSV-2
ditularkan secara seksual atau melalui infeksi genitalia maternal kepada bayi
yang baru lahir. Ini menimbulkan gambaran klinis yang berbeda pada infeksi
manusia.
Molluscum contagiosum
5.
6.
Keganasan/Neoplasia.
Kanker merupakan penyebab keputihan hal ini karena meningkatanya
proliferasi sel-sel genital yang cepat dan mudah rusak. Sehingga timbul
nekrosis sel yang menyebabkan ikut pecahnya pembulu darah. Pada kasus
seperti ini maka akan keluar cairan bercampur darah yang berbau busuk.
7.
Menopause
Pada wanita yang telah mengalami menopause terjadi penurunan
aktivitas hormonal seperti estrogen yang berdampak pada penurunan aktivitas
organ genital. Seperti vagina menjadi lebih keras, menipisnya epitel dan
kurangnya degenerasi sel epitel. Hal ini dapat mempermudah terjadinya
infeksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan keputihan.
8.
Atrophic vaginitis
Disebabkan oleh defisiensi esterogen
21
9.
Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obat imunosupresan seperti kortikosteroid dan
penggunaan antiseptik genital secara berlebihan dapat menurunkan
kemampuan imunitas organ genital dan juga menyebabkan kematian flora
normal organ genital. Hal ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi daerah
vagina yang dapat menimbulkan keputihan.
Leukorea fisiologis
Leukorea fisiologis adalah cairan yang keluar dari vagina yang bukan darah
dengan sifat yang bermacam-macam baik warna, bau, maupun jumlahnya. Leukorea
fisiologis terdapat pada bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, karena
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin; saat menars, karena
pengaruh estrogen dan biasanya akan hilang dengan sendirinya; rangsangan seksual
sebelum dan pada waktu koitus akibat transudasi dinding vagina; saat ovulasi, berasal
dari sekret kelenjar serviks uteri yang menjadi lebih encer; saat kehamilan, mood
(perasaan hati), stress; saat pemakaian kontrasepsi hormonal; pembilasan vagina
secara rutin.1
Pada keadaan normal, cairan yang keluar dari vagina wanita dewasa sebelum
menopause terdiri dari epitel vagina, cairan transudasi dari dinding vagina, sekresi
dari endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah
yang bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme terutama laktobasilus
doderlein.1
Basil doderlein mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjaga
suasana vagina dengan menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis karena basil
doderlein mempunyai kemampuan mengubah glikogen dari epitel vagina yang
terlepas menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap dalam keadaan asam dengan pH
3,0 4,5 pada wanita dalam masa reproduksi. Suasana asam inilah yang mencegah
tumbuhnya mikroorganisme patologis.1
Apabila terjadi suatu ketidakseimbangan suasana flora vagina yang disebabkan
oleh beberapa faktor maka terjadi penurunan fungsi basil doderlein dengan
berkurangnya jumlah glikogen karena fungsi proteksi basil doderlein berkurang maka
22
terjadi aktivitas dari mikroorganisme patologis yang selama ini ditekan oleh flora
normal vagina. Progresivitas mikroorganisme patologis secara kinis akan memberikan
suatu reaksi inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja membantu
fungsi dari basil doderlein sehingga terjadi pengeluaran lekosit PMN maka terjadilah
leukorea.1
Sekret vagina secara normal mengandung: sel epitel vagina, terutama yang
paling luar (superfisial) yang terkelupas dan dilepaskan ke dalam rongga vagina;
beberapa sel darah putih (leukosit). Bakteri-bakteri yang normal terdapat dalam
vagina antara lain basil doderlein yang berbentuk batang-batang gram positif dan
merupakan flora vagina yang terbanyak, beberapa jenis kokus seperti streptokokus,
stapilokokus, dan eschericia coli.1
leukorea normal bisa merupakan kombinasi hasil sekresi dari vulva, vagina,
tuba fallopi, uterus, dan serviks. Jumlah, konsistensi, dan warna dari leukorea
berubah-ubah sesuai dengan perubahan hormon di dalam tubuh kita menurut siklus
haid. Tabel di bawah ini menjelaskan leukorea normal.7
Leukorea patologis
Leukorea patologis disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, parasit, virus,
benda asing, menopause, neoplasma/keganasan pada alat genitalia, dan erosi. Infeksi
oleh bakteri diantaranya gonokokkus, klamidia trakomatis, gardnerella vaginalis,
treponema pallidum. Leukorea patologis oleh jamur biasanya disebabkan oleh spesies
kandida, cairan yang keluar dari vagina biasanya kental, berwarna putih susu, dan
sering disertai rasa gatal, vagina tampak kemerahan akibat peradangan. Etiologi
terbanyak leukorea karena parasit biasanya disebabkan trikomonas vaginalis. Cara
penularan penyakit ini melalui senggama, walaupun jarang dapat juga ditularkan
melalui perlengkapan mandi, seperti handuk atau bibir kloset. Cairan yang keluar dari
vagina biasanya banyak, berbuih, menyerupai air sabun dan berbau. Leukorea oleh
parasit ini tidak selalu gatal, tetapi vagina tampak kemerahan dan timbul rasa nyeri
bila ditekan atau perih bila berkemih. Leukorea akibat infeksi virus sering disebabkan
oleh kondiloma akuminata dan herpes simpleks tipe 2. Cairan di vagina sering berbau,
tanpa rasa gatal.1
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang
dipakai pada waktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita
dengan prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran cairan vagina yang berlebihan.
Jika rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta
dari flora normal yang berada di dalam vagina sehingga timbul keputihan.1
Kanker akan menyebabkan leukorea patologis akibat gangguan pertumbuhan
sel normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel bertumbuh sangat cepat secara
abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan akibat
pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan oksigen
pada sel kanker tersebut. Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan
yang banyak disertai bau busuk akibat terjadinya proses pembusukan tadi dan
seringkali disertai oleh adanya darah yang tidak segar.1
Leukorea pada menopause tidak semua patologis. Pada saat menopause sel
sel pada serviks uteri dan vagina mengalami hambatan dalam pematangan sel akibat
23
tidak adanya hormon pemacu, yaitu estrogen. Vagina menjadi kering dan lapisan sel
menjadi tipis, kadar glikogen menurun dan basil doderlein berkurang. Keadaan ini
memudahkan terjadinya infeksi karena tipisnya lapisan sel epitel sehingga mudah
menimbulkan luka dan akibatnya timbul leukorea.1
Pada masa reproduksi wanita, umumnya epitel kolumnar endoserviks lebih
keluar ke arah porsio sehingga tampak bagian merah mengelilingi ostium uteri
internum. Bila daerah merah ini terkelupas akan memudahkan terjadinya infeksi
penyerta dari flora normal di vagina sehingga timbul leukorea. Menurut Hamperl dan
Kaufman (1959) penyebab erosi ini tidak diketahui, kemungkinan terjadi akibat
kenaikan estrogen.1
LO 2.4. Memahami dan menjelaskan Patofisiologis Keputihan
o Clamidia trachomatis
Clamidia trachomatis adalah infeksi bakteri menular seksual yang paling
banyak di jumpai di amerika. Bakteri ini terdpat dalam 2 bentuk (dimorfik).
Dalam bentuk infeksiosa C. trachomatis merupakan sferoid berukuran kecil,
tidak aktif secara metabolis dan mengandung DNA dan RNA sehingga disebut
badan elementer (EB). Sferoid-sferoid ini memperoleh akses ke sel penjamu
melalui endositosis dan setelah berada di dalam berubah menjadi organisme
yang secara metabolis aktif dan bersaing dengan sel pejamu memperebutkan
nutrient. Organisme ini memicu timbulnya siklus replikasi dan setelah kembali
memadat menjadi EB untuk menginfeksi sel-sel di sekitarnya.
C.trachomatis memiliki afinitas terhadap epitel uretra, servix dan
konjungtiva mata. Pada laki-laki, urethritis, epididymis dan prostatitis adalah
infeksi bakteri yang tersering.Pada perempuan yang tersering adalah servisitis,
diikuti oleh urethritis, bartolinitis dan akhirnya penyakit radang panggul
(PID).
C.trachomatisdapat menginfeksi faring, dan rectum orang yang melakukan
hubungan seksual oral atau anal-reseptif. Bayi dapat terinfeksi sewaktu
dilahirkan dan mengalami konjungtivitis dan pneumonia. Terinfeksi bakteri ini
tidak menimbulkan imunitas terhadap infeksi di kemudian hari.
Kaum muda yang berusia antara 15-19 tahun merupakan 40% kasus
klamidia yang di laporkan. Resiko tertinggi tertularnya bekteri ini adalah
wanita karena konsentrasi ejakulat yang terinfeksi tertahan di vagina sehingga
pemajanan memanjang.
Bakteri ini dapat ditemukan pada cairan vagina dan terlihat melalui
mikroskop setelah diwarnai pewarnaan Giemsa; sulit ditemukan pada
pemeriksaan pap smear akibat siklus hidupnya yang tak mudah dilacak.
o Gonorhea
Gonorhea disebabkan oleh invasi di bakteri diplokokus gram-negative,
Neisseria gonorrhoeae. Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi berwarna
kekuningan yang sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih
yang mengandung Neisseria gonorrhoeae berbentuk pasangan dua-dua pada
sitoplasma sel. Bakteri ini melekat dan menghancurkan membaran epitel yang
melapisi selaput lendir, terutama epitel yang melapisi kanalis endoserfiks dan
uretra. Infeksi ekstragenetalial di faring, anus, rectum, dapat di jumpai pada
wanita dan pria.
Untuk dapat menular harus ada kontak langsung mukosa ke mukosa.
Namun tidak semua yang terpajan gonorea terjadi penyakit. Resiko penularan
dari pria ke wanita lebih tinggi kerena luasnya selaput lendir yang terpajan dan
cairan eksudat yang terdiam lama di vagina. Setelah terinokulasi, infeksi dapat
tersebar ke prostat, vas deferent, vesikula seminalis, epididymis dan testis
pada laki-laki dan ke uretra, kelenjar skene, kelenjar bartolin, endometrium,
tuba fallopi, merupakan penyebab penyakit radang panggul (PID) yang
merupakan penyebab utama infertilitas pada perempuan.
Infeksi gonokokus dapat menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan
bakterimia
gonokokus.
Bakterimia
lebih
sering
terjadi
pada
perempuan.Perempuan juga beresiko tinggi mengalami penyebaran infeksi
saat haid, penularan perinatal kepada bayi saat lahir melalui os serviks yang
25
26
27
Pada awal infeksi tampak kelainan kulit sepert melepuh terkena air panas
yang kemudian pecah dan menimbulkan luka seperti borok, dan pasien merasa
sakit.
o Virus Papiloma Manusia (HPV)
Adalah suatu pathogen DNA yang menyebabkan timbulnya berbagai
tumor jinak, (kutil), dan beberapa lesi pramaligna dan maligna. Ditandai
dengan kutil-kutil yang kadang sangat banyak dan dapat bersatu membentuk
jengger ayam yang berukuran besar. Cairan di vagina sering berbau tanpa rasa
gatal.
Virus ini mampu berikatan dengan beragam sel dan subtype-subtipe
tertentu, memperlihatkan preferensi untuk tempat-tempat anatomis tertentu.
Infeksi HPV dapat menyebabkan kanker serviks, penis dan anus. HPV tipe-6
dan 11 merupakan penyebab utama kutil genital dan tidak berkaitan dengan
keganasan.
HPV sangat menular yang sering terjadi di amerika. Penularan HPV
genital hanya semata-mata melalui hubungan kelamin, walaupun autoinokulasi
dan penularan melalui fomite juga dapat terjadi. Infeksi dapat di tularkan
kepada neonates saat persalinan. Factor resiko terbesar untuk timbulnya HPV
adalah jumlah pasangan seks, merokok, pemakaian kontrasepsi oral (KO) dan
kehamilan dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HPV. Sebagian
besar infeksi HPV akan sembuh dan tidak terdeteksi setelah 2 tahun. Imunitas
yang terbentuk bersifat spesifik-tipe, sehingga individu masih rentan terhadap
infeksi oleh HPV tipe lain.
e. Benda asing
Menimbulkan rangsangan pengeluaran cairan vagina yang jika berlebihan
menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal
dalam vagina.
f. Neoplasia/Keganasan
Terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk akibat pembusukansel
abnormal, seringkali disertai darah yang tidak segar.
g. Menopause
Estrogen turun vagina menjadi kering dan lapisan sel tipis, kadar glikogen
berkurang, dan basil doderlein berkurang memudahkan infeksi karena lapisan
sel epitel tipis, mudah menimbulkan luka flour albus
h. Erosi
Daerah merah sekitar ostium uteri internum yakni epitel kolumner endoserviks
terkelupas, mudah terjadi infeksi penyerta dari flora normal di vagina sehingga
timbul fluor albus.
i. Stress
Stressor dapat merangsang sekresi adenokorteks yang berakibat meningkatkan
glukokortikoid dan aktivitas saraf simpatis, diikuti pelepasan katekolamin.
Hipotalamus bereaksi mengontrol sekresi Adrenocorticopin (ACTH) yang
berhubungan dengan sekresi hormon peptida termasuk vasopresin, oksitosin, dan
Corticotropin Releasing Factor (CRF). Hormon peptida ini berperan mengatur
fungsi imun. Dalam keadaan stres, sekresi Growth Hormone (GH) juga
meningkat, stress yang lama dapat menekan fungsi gonad. Reseptor spesifik yang
terdapat pada neuroendokrin dapat mempengaruhi aktifitas sel. Sel makrofag yang
28
telah aktif akan melepaskan suatu mediator yaitu interleukin 1 (IL-1). Mediator ini
sangat bermanfaat bagi limfosit lain sehingga dapat membunuh sel-sel asing.
LO 2.5 Memahami dan menjelaskan Manifestasi klinik Keputihan
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina
merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali
muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan
beberapa gejala fluor albus:
- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
- Sekret vagina yang bertambah banyak
- Rasa panas saat kencing
- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga
kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah
setelah hubungan seksual.
Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan,
berbusa dan berbau amis.
Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga
berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada
komplikasi yang serius.
Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna
kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang
abnormal.
LO 2.6 Memahami dan menjelaskan Pemeriksaan Keputihan
Anamnesis
Yang harus diperhatikan dalam anamnesis adalah:
Usia. Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau
pada wanita dewasa, leukorea yang terjadi mungkin karena pengaruh estrogen
yang tinggi dan merupakan leukorea yang fisiologis. Wanita dalam usia
reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu penyakit hubungan seksual
(PHS) dan penyakit infeksi lainnya. Pada wanita dengan usia yang lebih tua
harus dipikirkan kemungkinan terjadinya keganasan terutama kanker serviks.
Metode kontrasepsi yang dipakai. Pada penggunaan kontrasepsi hormonal
dapat meningkatkan sekresi kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat
dengan adanya infeksi jamur. Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi
atau iritasi pada serviks yang meragsang sekresi kelenjar serviks menjadi
meningkat.
Kontak seksual. Untuk mengantisipasi leukorea akibat PHS seperti gonorea,
kondiloma akuminata, herpes genitalis, dan sebagainya. Hal yang perlu
ditanyakan adalah kontak seksual terakhir dan dengan siapa dilakukan.
Perilaku. Pasien yang tinggal di asrama atau bersama dengan teman-temannya
kemungkinan tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya leukorea
cukup besar. Contoh kebiasaan yang kurang baik adalah tukar menukar
peralatan mandi atau handuk.
29
Sifat leukorea. Hal yang harus ditanyakan adalah jumlah, bau, warna, dan
konsistensinya, keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan telah
berapa lama kejadian tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara
detail karena dengan mengetahui hal hal tersebut dapat diperkirakan
kemungkinan etiologinya.
Menanyakan kepada pasien periode terakhir menstruasi.
Masa inkubasi. Bila leukorea timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau
pengaruh zat kimia ataupun pengaruh rangsangan fisik.
Menanyakan kejadian leuchorrhea yang lalu
Menanyakan penggunaan produk kebersihan personal dan penggunaan
douching (mencuci vagina dengan suatu cempuran air, antiseptik, dan
fragrance)
Menanyakan penggunaan antibiotik dan riwayat medis
Menanyakan adanya gejala sistemik seperti sakit pada bagian abdominal,
demam, mual, dan muntah
Pemeriksaan fisik
Pada wanita dewasa dan pada masa pubertas dilakukan pemeriksaan pelvis komplit.
Pada masa pubertas juga diperhatikan perkembangannya sesuai dengan Tanner stage.
Pemeriksaan pelvis termasuk inspeksi visual eksternal, pemeriksaan dengan
speculum, sitologi test, pemeriksaan bimanual.
Pemeriksaan vulvar
Pemeriksaan pada vulva termasuk perkiraan perkembangan normal atau tidak,
kesimetrisannya, pertumbuhan, kualitas dan distribusi rambut, kelainan pada
kulit, adanya pembengkakan, luka, pertumbuhan pada genitalia eksterna yang
bernilai (tumor, ruam, luka goresan, tindik, memar, dan discharge. Dianjurkan
juga untuk melihat kebersihan general. Vulvar varicosities dapat diperiksa
dengan palpasi. Dengan jari pada perineum dan jari telunjuk pada opening
vagina, pada labia dapat teraba adanya benjolan, tumor, nyeri, atau
limfadenopati. Pemeriksaan pada labia minora termasuk inspekai lipatan labia,
kesimetrisan, adanya luka goresan.
Pemeriksaan vaginal
Pemeriksaan urethra dengan memeriksa opening urethra, glandula Skene,
adanya discharge, tenderness atau kemerahan, atau adnya eversi atau prolaps
dari meatus urethra. Dengan bantuan spekulum dsn lubrikan. Pada dinding
vagina diinspeksi discharge, esterogenization ( ada atau tidaknya), erythema,
dan lesi. Pada serviks diperiksa bentuk, adanya erosi, bentuk os serviks
eksternal ( patulous, scarred, parous, nonparous), discharge, luka goresan,
polip, neoplasia, dan lesi. Pada ibu hamil, servikks berwarna keunguan.
Pemeriksaan bimanual
Pemeriksaan bimanual untuk menentukan ukuran uterus dan ada tidaknya
adnexal massa. Menilai juga mobilitas dan konsistensi uterus. Dilakukan
dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah ke vagina, dan tangan
30
lainnya memegang abdomen untuk palpasi dengan jari. Serviks harus dipalpasi
untuk menentukan bentuk, kondisi, dan konsistensi.
Pemeriksaan rectal
Pemeriksaan rectal disertai dengan lubrikan. Dengan memasukkan satu jari .
Area pararectal dan parametrial dapat dipalpasi. Fecal meterial dapat teraba.
Bila tidak dapat dilakukan pemeriksaan bimanual, penilaian uterus dapat
dilakukan melalui rectal, terkadang pembesaran massa adnexal juga dapat
teraba. Pemeriksaan rectovaginal (dengan memasukkan jari telunjuk ke vagina
dan jari tengah ke rektum) penting pada pasien yang terkena infeksi,
endometriosis, atau kanker.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Lini Pertama :
1.
Saline wet mount
Pada tes ini diletakkan setetes vaginal discharge pada slide dan diberi
1-2 tetes larutan isotonic sodium chloride 0.9%, lalu di periksa pada
pembesaran tinggi (400x).
2.
Whiff test
Vaginal discharge ditempatkan pada slide dengan larutan potassium
hydroxide (KOH) 10%. Hasil tes positif jika terbentuk bau amine
(amis) setelah pemberian KOH ke vaginal discharge. Bau ini dapat
terbentuk karena pelepasan amin seperti putrescine, cadaverine,
histamine, dan trmethylamine.
3.
pH test
pH vagina dapat ditentukan dengan kertas litmus. Intercourse yang
sering, penggunaan douching, mukus serviks, dan darah dapat
menunjukkan hasil false- positif.
Pemeriksaan Lini Kedua :
4.
Kultur
5.
Nucleic acid amplification
6.
7.
Latex agglutination
8.
9.
Penilaian histologi
31
muncul. Bacterial vaginosis sering ditemukan pada wanita hamil dan terkait pada
kelahiran premature.
Vaginal candidiasis
Candidiasis adalah infeksi jamur yang sering terjadi pada wanita subur. Pruritus
adalah gejala yang paling khas, biasanya disertai dengan vaginal discharge yang
berwarna putih, tebal, tidak berbau, dengan penampakan seperti keju. Biasanya
disertai dengan vulvar candidiasis dengan nyeri vulvar, dyspareunia, dan vulvar
dysuria (nyeri yang timbul ketika urin menyentuh kulit vulva). Sering kali pasien
memiliki riwayat infeksi jamur berulang atau riwayat pengobatan antibiotic. Gejala
candidiasis juga sering muncul sebelum mens. Faktor lain seperti imunosepresi,
diabetes mellitus , kehamilan dan terapi penggantian hormaon juga mempengaruhi.
Biasanya candidiasis tidak ditularkan melalui sexual partner. Sekitar 75% dari wanita
pernah mengalami setidaknya satu kali episode candidiasis dalam hidupnya.
Trichomoniasis
Infeksi T vaginalis adalah penyakit menular seksual non viral yang paling sering
terjadi. Sekitar 20 -50% pasien asimptomatik. Bila ditemukan discharge biasanya
ditemukan dalam jumlah yang sangat banyak dan berbusa, dengan warna putih, abuabu, kuning, atau hijau ( warna kuning dan hijau isebabkan oleh sel darah putih).
Nyeri local dan iritasi sering terjadi. Dysuria (20%), pruritus (25%), dan pendarahan
postcoital karena cervicitis adalah kemungkinan gejala yang terjadi. Gejala sering
kali memuncak saat sesudah menstruasi.
Pemeriksaan fisik
Bacterial vaginosis
Ditemukan vaginal discharge yang homogen, berbusa, dapat berwarna abu-abu
keputihan hingga kuning keputihan. Discharge menempel pada mucosa vagina. Tidak
ditemukan erythema. Pada 50% wanita dengan bacterial vaginosis tidak ditemukan
gejala. Diagnosis dapat ditegakkan bila terdapat 3 dri 4 kriteria dibawah ini :
Discharge homogen, putih, dan adherent
pH vaginal > 4,5
Pada whiff test, ketika pemberiaan potassium hydroxide (KOH) tercium bau
amine (amis) padavaginal discharge.
Pada tes wet mount didapatkan clu ecell. Clue cell merupakan sel epitel vagina
yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina sehingga memberikan gambaran
granular dengan batas sel yang kabur karena melekatnya bakteri batang atau
kokus yang kecil (Endang, 2003).
Vaginal candidiasis
Pada pemeriksaan dapat ditemukan erythema pada vulva disertai lesi satelit
(pustulopapular yang khas) dan dikelilingi kemerahan. Vulva, vagina dan wilayah
sekitarnya menjadi bengkak dan erymatous, mungkin disertai ekskoriation dan fisura.
Discharge vaginal yang tebal, adherent, dan menyerupai cottage cheese dapat terlihat.
Biasanya serviks tampak normal.
32
Trichomoniasis
Vulva tampak eritema dan bengkak disertai eksoriasi. Vaginal discharge jumlahnya
banyak, berbusa, homogen, dan dapat berwarna putih, abu-abu, kuning, atau hijau.
Small punctate servikal dan pendarahan vagina disertai luka dapat diamati. Disebut
strawberry serviks atau colpitis macularis spesifik tinggi terjadi pada infekssi
Trichomonas dan 2-5% dari pasien dapat ditemukan strawberry serviks saat
pemeriksaan. Dikarenakan diagnosis infeksi Trichomonas melalui pemeriksaan klinis
dan gejalan kurang dapat diandalkan, maka wajib melakukan konfirmasi
laboratorium.
Pemeriksaan penunjang
Bacterial vaginosis
Pada tes saline wet mount, tes ini 60% sensitif dan 98% spesifik untuk bacterial
vaginosis. Ditemukan Clue cell pada sel epitel vagina ditutupi oleh banyak bakteri
vagina batang dan kokus, menghasilkan gambaran titik-titik atau granular. Penurunan
jumlah lactobacilli dapat ditemui dan tidak ditemukan sel darah putih. Whiff test
terkait pada bacterial vaginosis karena menghasilkan bau amine pada saat tes, tetapi
tidak memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi untuk menegakkan diagnosis.
pH sekitar 5-6.
Vaginal candidiasis
Pada tes saline wet mount, dapat ditemukan hifa dan budding yeast. Whiff test
menghasilkan hasil yang negatif, sensitif sekitar 65-85% infeksi candidal, sekita 30 %
kasus dengan candidiasis simptomatik memberikan hasil false negative. pH kurang
dari 4,5.
Trichomoniasis
Pada tes saline wet mount, tes ini sensitif sekitar 80-90 % pada inveksi T vaginalis
terhadap wanita yang bergejala. Terjadi peningkatan jumlah sel darah putih ( > 10 per
lapangan pandang besar) dan sel-sel epitel. Whiff test dapat positif pada Trichomonas
vaginitis. pH sekita 5-7.
Diagnosis Banding
Cervicitis
Servisitis sering asimptomatik pada infeksi gonorrhea, chlamydia, dan T vaginalis.
Gejala biasanya tidak spesifik. Gejala dapat seperti meningkatnya vaginal discharge,
dysuria, urinary frequency, dan pendarahan pada intermenstrual atau postcoital. Bila
infeksi sudah lama terjadi, low abdominal atau low back pain dapat terjadi.
Endometriosis
Gejala pada endometriosis bisa bermacam-macam, tergantung pada area yang terlibat.
Gejalanya seperti dysmenorrhea, heavy or irregular bleeding, pelvic pain, lower
abdominal or back pain, dyspareunia, dyschezia(nyeri pada saat buang air besar),
bengkak, mual, dan muntah, inguinal pain.
Pelvic Inflammatory Disease
33
Gejalanya adalah pelvic atau lower abdominal pain, suhu badan lebih dari 38,3 C
( 101 F), cervical atau vaginal mucopurulent discharge yang abnormal.
Urinary Tract Infection
Gejala utamanya adalah dysuria, disertai urgency dan sering buang air kecil. Gejala
dysuria yang disertai riwayat vaginal dicharge dapat disebabkan oleh vaginitis,
cervicitis, atau pelvic inflammatory disease, oleh karena itu harus dilanjutkan dengan
pemeriksaan pelvic.
LO 2.8 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Keputihan
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,
bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
Menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang
digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol
untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi
bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral ( tablet, kapsul ), topikal
seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang
vagina.
Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga
diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual
selama masih dalam pengobatan.
Tujuan dari pengobatan mengatasi fluor albus adalah :
- Menghilangkan gejala
- Memberantas penyebabnya
- Mencegah terjadinya infeksi ulang
- Pasangan diikutkan dalam pengobatan
Untuk fluor albus yang fisiologis, tidak ada penatalaksanaan khusus yang
perlu dilakukan. Cukup dengan mengedukasi pasien agar kecemasan berkurang.
Sedangkan pada fluor albus yang patologis, pengobatan dilakukan berdasarkan
etiologi yang telah ditentukan dalam diagnosis. Yaitu :
a. Trikomniasis
Metronidazole
Indikasi:
1. Trikomoniasis, seperti vaginitis dan uretritis yang disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis.
2. Amebiasis, seperti amebiasis intestinal dan amebiasis hepatic yang disebabkan oleh
E. histolytica.
3. Sebagai obat pilihan untuk giardiasis.
34
Dosis: Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12 jam x 2 atau
250 mg 3xsehari selama 5-7 hari) untuk infeksi Trichomonas vaginalis
Diberikan 500 mg 2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara mitraseksual.
Untuk infeksi Gardnerella vaginalis
Efek samping : mual kadang kadang muntah, rasa seperti logam dan intoleransi
terhadap alkohol.
Kontra indikasi : Metronidazol tidak boleh diberikan pada trimester pertama
kehamilan.
Cara Kerja: Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivat
nitroimidazoi yang mempunyai aktifitas bakterisid, amebisid dan trikomonosid.
Dalam sel atau mikroorganisme metronidazole mengalami reduksi menjadi produk
polar. Hasil reduksi ini mempunyai aksi antibakteri dengan jalan menghambat sintesa
asam nukleat. Metronidazole efektif terhadap Trichomonas vaginalis, Entamoeba
histolytica, Gierdia lamblia. Metronidazole bekerja efektif baik lokal maupun
sistemik.
Interaksi Obat: Metronidazole menghambat metabolisme warfarin dan dosis
antikoagulan kumarin lainnya harus dikurangi. Pemberian alkohol selama terapi
dengan metronidazole dapat menimbulkan gejala seperti pada disulfiram yaitu mual,
muntah, sakit perut dan sakit kepala.
Tinidazole
Indikasi: Tinidazole adalah obat antiparasit yang digunakan untuk membrantas
infeksi Protozoa, Amuba.
Efek samping : obat ini sama seperti Metronidazole tetapi dengan kelebihan tidak
perlu minum dengan waktu yang panjang sehingga mengurangi efek sampingnya.
Tinidazole sebagai preparat vaginal digunakan untuk infeksi Trichomonas. Biasa
dikombinasi dengan Nystatin sebagai anti jamurnya. Bentuk sediaan yang ada adalah
vaginal tablet.
Obat lain
- Preparat nomidazole 2 x 250 mg selama 6 hari jika ada ISK
- Nimirazol 2 gram dosis tunggal
- Tinidazol 2 gram dosis tunggal
- Omidazole 1,5 gram dosis tunggal
- Klotrimazole 100 mg vaginal tablet selama 7 hari, pada malam hari
b. Kandidiasis Vulvovaginalis
Clotrimazole
Indikasi: Memiliki aktivitas antijamur dan antibakteri. Untuk infeksi kulit dan
vulvovaginitis yang disebabkan oleh Candida albicans.
35
Efek samping: pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar,eritema, edema ,gatal
dan urtikaria
Sediaan dan posologi : Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1%
dioleskan 2 kali sehari . Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100 mg digunakan sekali
sehari pada malam hari selama 7 hari atau tablet vagina; 500 mg, dosis tunggal.
Nystatin
Indikasi: Nystatin adalah obat antijamur polien untuk jamur dan ragi yang sensitif
terhadap obat ini termasuk Candida sp. Di dalam darah sangat berbahaya bagi tubuh,
tetapi dengan sifatnya yang tidak bisa melewati membran kulit sangat baik untuk
digunakan sebagai obat pemakaian luar saja.
Kontra indikasi : Penggunaannya harus hati-hati jangan digunakan pada luka
terbuka.
Obat lain
- Topikal
Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 14 hari
- Sistemik
Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
Nimorazol 2 gram dosis tunggal
Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
c. Vaginosis Bakterial
Nimorazole
Nimorazole merupakan antibiotika golongan Azol yang terbaru. Selain dalam sediaan
tunggal dalam bentuk tablet oral (diminum) juga ada kombinasinya (Chloramphenicol
dan Nystatin) dalam bentuk vaginal tablet.
Penisilin
Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya
makanan dalam saluran cerna
Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak
terhambat makanan dalam absorbsinya.
Efek samping : Reaksi alergi , nefropati, syok anafilaksis, efek toksik penisilin
terhadap susunan saraf menimbulkan gejala epilepsi karena pemberian IV dosis besar
Sediaan dan posologi :
Ampisilin : - Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul 125mg, 250mg, 500mg
Dalam suntikan 0,1 ; 0,25 ; 0,5 dan 1 gram pervial
Amoksisilin :Dalam bentuk kapsul atau tablet ukuran 125, 250, 500 gram dan
sirup125mg/5mL dosis diberikan 3 kali 250-500 mg sehari
36
Obat lain
Metronidazole 2 x 500 mg
Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
d. Klamidiasis
- Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari
- Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari
- Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
- Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari
e. Gonnorhea
- Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
- Amoksisiklin 3 gr im
- Ampisiillin 3,5 gram im atau
Ditambah :
- Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Tiamfenikol 3,5 gram oral
- Kanamisin 2 gram im
- Ofloksasin 400 mg/oral
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilin :
- Seftriaxon 250 mg im atau
- Spektinomisin 2 mg im atau
- Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah :
- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
37
38
39
40
41
Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASCUS) Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)
High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
Squamous Cells Carcinoma
Sel glandular
a. Definisi Kanker
Kanker berasal dari kata Latin untuk kepiting tumor melekat erat ke
semua permukaan yang dipijaknya, seperti kepiting (Kumar, Cotran, &
Robbin, 2007).
Kanker adalah istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan neoplasma
ganas. Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru, yaitu massa
abnormal dari sel-sel yang mengalami proliferasi. Sel-sel neoplasma
berasal dari sel-sel normal, namun selama mengalami perubahan
neoplastik mereka memperoleh derajat otonomi tertentu yaitu tumbuh
dengan kecepatan yang tidak terkoordinasi dengan kebutuhan hospes dan
fungsi yang sangat tidak bergantung pada pengawasan homeostasis
sebagian besar sel tubuh lainnya (Wilson, 2005).
42
2007). Namun HPV (Human papilomavirus) dapat ditemukan pada 8590% lesi pra-kanker dan neoplasma invasif (Crum, Lester, & Cotran,
2007).
Menurut Crum, Lester, & Cotran (2007), HPV yang menginfeksi serviks
uterus terdiri dari dua kategori, yaitu tipe risiko rendah (6, 11, 42, dan 44)
dan tipe risiko tinggi (16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 52, 56, 58, dan 59). HPV
tipe risiko tinggi ditemukan pada 50-80% kasus SIL dan 90% kanker
invasif. Sedangkan HPV tipe risiko rendah ditemukan pada Low-Grade
SIL (Garcia, 2009).
Tipe virus risiko tinggi menghasilkan protein yang dikenal dengan protein
E6 dan E7 yang mampu berikatan dan menonaktifkan protein p53 dan pRb
epitel serviks. P53 dan pRb adalah protein penekan tumor yang berperan
menghambat kelangsungan siklus sel. Degan tidak aktifnya p53 dan pRb,
sel yang telah bermutasi akibat infeksi HPV dapat meneruskan siklus sel
tanpa harus memperbaiki kelainan DNA-nya (Edianto, 2006).
Penyebaran virus ini terutama secara kontak langsung melalui hubungan
seksual (Edianto, 2006).
d. Faktor Risiko Kanker Serviks
Meskipun banyak wanita mengandung HPV , hanya sebagian yang
menderita kanker serviks. Ini mengisyaratkan bahwa faktor lain berperan
pada risiko kanker. Faktor risiko penting terjadinya kanker invasif pada
serviks adalah usia dini saat mulai berhubungan kelamin (di bawah usia 16
tahun), memiliki banyak pasangan seksual, pasangan seksual memiliki
riwayat banyak memiliki pasangan seksual, merokok, imunodefisiensi
eksogen atau endogen, dan infeksi persisten oleh HPV risiko tinggi (Crum,
Lester, & Cotran, 2007).
nsidensi karsinoma in situ meningkat sekitar lima kali lipat pada
perempuan yang terinfeksi oleh virus imunodefisensi manusia jika
dibandingkan dengan kontrol (Crum, Lester, & Cotran, 2007).
Wanita perokok memiliki risiko dua kali lipat terhadap kanker serviks
dibandingkan dengan wanita bukan perokok (Dalimartha, 2004). Bahan
karsinogenik spesifik dari tembakau seperti nikotin dijumpai dalam lendir
serviks wanita perokok. Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa
dan bersama dengan infeksi HPV mencetuskan transformasi malignansi
(Edianto, 2006).
Kanker serviks jarang ditemukan pada perawan dan pada wanita yang
pasangan seksualnya telah disirkumsisi. Insideni kanker serviks lebih
tinggi pada mereka yang menikah daripada yang tidak menikah dan pada
wanita dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Selain itu insidensinya juga
meningkat dengan tingginya paritas, apa lagi bila jarak persalinan
terlampau dekat (Mardjikoen, 2007).
Resiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah menunjukkan hubungan
43
44
b. Tahap Pertengahan
Pendarahan pasca defekasi
Disuria atau hematuria
c. Tahap Lanjut
Penurunan berat badan
Pendarahan, discharge berbau busuk
Nyeri hebat, penyebaran ke pleksus sakralis.
Tanda dini kanker serviks tidak spesifik seperti adanya sekret vagina
yang agak banyak dan kadang-kadang disertai bercak pendarahan
(Edianto, 2006). Pendarahan abnormal vagina ini merupakan simptom
yang paling sering terjadi pada kanker serviks invasif. Pendarahan
dapat terjadi pasca koitus, intermenstrual, atau pasca menopause
(Hacker, 2004). Tanda yang lebih klasik adalah bercak pendarahan
yang berulang, atau bercak pendarahan setelah bersetubuh atau
membersihkan vagina (Edianto, 2006). Anemia akan menyertai sebagai
akibat pendarahan pervaginam yang berulang (Mardjikoen, 2007).
Perdarahan spontan saat defekasi terjadi akibat tergesernya tumor
eksofitik dari serviks oleh skibala (Mardjikoen, 2007). Pada kanker
serviks juga dapat dijumpai sekret vagina yang berbau terutama
dengan massa nekrosis lanjut. Nekrosis terjadi karena pertumbuhan
tumor yang cepat tidak diimbangi dengan pertumbuhan pembuluh
darah agar mendapat aliran darah yang cukup. Nekrosis ini
menimbulkan bau yang tidak sedap dan reaksi peradangan nonspesifik
(Edianto, 2006). Pada stadium lanjut dapat ditemui nyeri yang
menjalar ke pinggul atau kaki ketika tumor telah menyebar ke luar dari
serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis seperti ureter, dinding
panggul, atau nervus skiatik. Beberapa penderita mengeluhkan nyeri
berkemih, hematuria, sulit berkemih, dan konstipasi (Edianto, 2006).
Sebelum tingkat akhir (terminal stage), penderita meninggal akibat
pendarahan yang eksesif, kegagalan faal ginjal akibat infiltrasi tumor
ke ureter sebelum memasuki kandung kemih, yang menyebabkan
obstruksi total (Mardjikoen, 2007).
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus
dini kanker serviks, sehingga kemungkinan penyembuhan dapat
ditingkatkan. Pencegahan sekunder termasuk skrining dan deteksi
dini seperti Pap Smear, kolposkopi, servikografi, Pap net, dan
inspeksi visual dengan asam asetat (IVA).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan pencegahan komplikasi klinik ndan
kematian. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan
pengobatan yang tepat berupa operasi, kemoterapi, atau radioterapi.
Pendapat yang lebih kuat dikemukakan oleh Syaikh Mushthafa al-Adawy dalam Jami
Ahkam an-Nisa ( hlm. 67-68 ). Beliau berpendapat, cairan keputihan tersebut tidak
termasuk najis. Alasannya, pertama : tidak ditemukannya dalil yang menajiskan cairan
tersebut. Kedua, keterangan bahwa setiap yang keluar dari dua jalan ( dubur dan
kelamin ) adalah najis hanyalah kesimpulan para ulama. Tak ada keterangan dari alQuran dan Sunnah yang tegas menyebutkan bahwa setiap yang keluar dari dua jalan
itu najis. Ketiga, cairan jenis tersebut keluar dari saluran rahim dan bukan keluar dari
saluran kencing yang sifatnya najis. Keempat, menganalogikan keputihan dengan
darah istihadhah. Darah istihadhah hukumnya tidak membatalkan shalat. Wanita
hanya diharuskan untuk berwudhu setiap kali hendak shalat atau mandi dengan
menjama shalatnya. Jika darah istihadhah saja yang juga merupakan penyakit tidak
membatalkan shalat, demikian pula halnya dengan darah keputihan.
Kesimpulan :
Pendapat terakhir inilah yang insya Allah paling kuat. Adapun jika Anda ingin
mengulang wudhu setelah keluar cairan tersebut dengan maksud berhati-hati ( ihtiyath
), hal itu tidak mengapa dilakukan. Yang penting, harus disadari bahwa mengulang
wudhu bukanlah keharusan. Jika terjadi di dalam shalat, Anda tidak perlu mengulang
shalat Anda. Wallahu alam.
Berikut definisi dari keempat cairan di atas, yang dari definisi tersebut bisa dipetik sisi
perbedaan
di
antara
mereka:
1. Kencing: Masyhur sehingga tidak perlu dijelaskan, dan dia najis berdasarkan AlQur`an,
Sunnah,
dan
ijma.
2. Wadi: Cairan tebal berwarna putih yang keluar setelah kencing atau setelah
melakukan pekerjaan yang melelahkan, misalnya berolahraga berat. Wadi adalah najis
berdasarkan kesepakatan para ulama sehingga dia wajib untuk dicuci. Dia juga
merupakan
pembatal
wudhu
sebagaimana
kencing
dan
madzi.
3. Madzi: Cairan tipis dan lengket, yang keluar ketika munculnya syahwat, baik
ketika bermesraan dengan wanita, saat pendahuluan sebelum jima, atau melihat dan
mengkhayal sesuatu yang mengarah kepada jima. Keluarnya tidak terpancar dan
tubuh tidak menjadi lelah setelah mengeluarkannya. Terkadang keluarnya tidak terasa.
Dia juga najis berdasarkan kesepakatan para ulama berdasarkan hadits Ali yang akan
datang
dimana
beliau
memerintahkan
untuk
mencucinya.
4. Mani: Cairan tebal yang baunya seperti adonan tepung, keluar dengan terpancar
sehingga terasa keluarnya, keluar ketika jima atau ihtilam (mimpi jima) atau onani
(wal iyadzu billah), dan tubuh akan terasa lelah setelah mengeluarkannya.
47