mmHg dan harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang.
Batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg
tekanan
diastolik.
dipengaruhi oleh usia, stres, etnik, jenis kelamin, variasi harian, obat- obatan, merokok,
aktivitas dan berat badan. Kemungkinan seseorang mengalami hipertensi akan semakin
tinggi saat usia semakin bertambah (Perry & Potter, 2010)
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal.
Disebut sebagai pembunuh diam-diam karena orang hipertensi sering tidak
menampakan gejala. Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari
90% diantaranya mereka menderita hipertensi esensial (primer), dimana tidak dapat
ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan
penyebab tertentu (hipertensi sekunder),
seperti
penyempitan
arteri renalis
atau
penyakit parenkhim ginjal, berbagai obat, tumor, dan kehamilan (Smeltzer & Bare,
2006).
Penyakit hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga didunia setiap tahunnya. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus
meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang yang semakin bertambah banyak. Pada
tahun 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29 % warga dunia menderita hipertensi.
Presentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang.
Data Global Status Report on Noncomunicable Diseases 2010 dari WHO menyebutkan
40 % negara ekonomi berkembang memiiki penderita hipertensi, sedangkan megara
maju hanya 35 % . kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi
sebanyak 46 %, sementara kawasan Amerika menempati posisi buncit dengan 35 %.Di
kawasan
Asia
Tenggara
36
orang
dewasa
menderita
hipertensi
hipertensi
di
indonesia
sebesar
26,5
%.
(RISKESDAS,
2013,
Riset
Kesehatan
Dasar
(2007) menunjukkan,
sebagian
besar
kasus
hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran
tekanan
darah
ditemukan
prevalensi hipertensi
di
penyakit
Indonesia
hipertensi
sebesar
31,7%
secara umum
Prevalensi Penyakit Hipertensi pada tahun 2008 hingga tahun 2010 menunjukkan
adanya penurunan kasus yang cukup tinggi, pada tahun 2008 sebesar 865204 jiwa,
pada tahun 2009 sebesar 698816 jiwa, pada tahun 2010 sebesar 562117 jiwa. Namun,
pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah kasus yaitu sebesar 634860 jiwa
(Dinkesprov, 2011).
Di Kabupaten Banjar, penyakit hipertensi merupakan penyakit yang menjadi masalah
kesehatan dengan menempati urutan pertama dari jenis penyakit non infeksi. Setiap
tahunnya selalu terjadi peningkatan jumlah kasus. Pada tahun 2006, jumlah penderita
hipertensi sebanyak 27.462 penderita, sedangkan pada tahun 2007 terjadi peningkatan
jumlah kasus menjadi 31.676 penderita (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar).
Kecamatan Langensari merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten
Banjar Propinsi Jawa Barat. Pada tahun 2012 jumlah lansia penderita hipertensi di
Puskesmas Langensari 1 sebanyak 553 orang, dan menempati urutan kedua dari lima
besar penyakit. Tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah kasus menjadi 980 orang, dan
paling banyak terdapat di Desa Langensari (Profil Puskesmas Langensari 1, 2014).
Menjadi tua ditandai adanya kemunduran kemampuan- kemampuan kognitif, seperti
lanjut usia atau yang biasa disebut dengan mudah lupa kemudian kemunduran lain
yang di alami adalah kemunduran fisik seperti kulit mulai mengendur, rambut beruban,
gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan mulai berkurang, mudah lelah, gerakan
kurang lincah atau lamban, munculnya penimbunan lemak terutama pada perut dan
pinggul (Mayam, dkk, 2008).
Lanjut usia atau yang biasa disebut dengan lansia merupakan bagian dari proses
tumbuh kembang (Azizah, 2010). Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2, lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke
atas (Nugroho, 2009). Penduduk diseluruh dunia dengan kelompok lanjut usia (lansia)
yang berumur 60 tahun ke atas mengalami pertumbuhan dengan cepat dibandingkan
dengan kelompok usia lainnya. Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di Asia
Tenggara yang memasuki era penduduk berstruktur tua karena jumlah penduduk
yang berusia di atas 60 tahun telah mencapai di atas 7 persen dari keseluruhan
penduduk. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan oleh peningkatan
derajat
kesehatan
dan
kesejahteraan penduduk
yang
akan
berpengaruh
pada
Senam adalah suatu bentuk latihan fisik yang teratur yang merupakan representasi
dari ciri kehidupan. Senam merupakan suatu bentuk latihan fisik yang dikemas secara
sistimatis yang tersusun dalam suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan
kesegaran tubuh. Memberikan pengaruh baik (positif ) terhadap kemampuan fisik
seseorang, apabila dilakukan secara baik dan benar.
Senam lansia dibuat oleh Mentri Negara Pemuda dan Olahraga merupakan upaya
peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahya semakin bertambah,
sehingga perlu kiranya diberdayakan dan dilaksanakan secara benar, teratur, dan terukur
(Menpora, 2006).
Senam lansia adalah aktivitas senam yang dilakukan oleh lansia sesuai tahap-tahapan
dalam protap dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu selama 2 minggu, intensitas 80 %
denyut nadi maksimal, dan dengan durasi 30 menit. Senam lansia dilakukan dengan
tahap gerakan pemanasan, gerakan inti, dan gerakan pendinginan. (Menkes, 2009)
Penatalaksanaan peningkatan tekanan darah maupun hipertensi pada lansia
secara prinsip tidak berbeda dengan hipertensi pada umumnya yang terdiri dari terapi
farmakologi dan non farmakologi. Menurut JNC VI pilihan pertama untuk terapi
farmakologis hipertensi pada lansia adalah diuretik dan beta bloker (Kuswardhani, 2006)
Selain
terapi farmakalogi
pendekatan secara
bahkan
menekan
non farmakologi
penggunaan
obat anti
hipertensi. Terapi non farmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap atau sebagai
terapi komplementer untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik. (Dalimartha,
2008). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa penatalaksanaan non farmakologi
merupakan intervensi yang baik dilakukan pada setiap pengobatan hipertensi.(Smeltzer n
Bare, 2007)
Salah satu penelitian mengenai penatalaksanaan hipertensi pada lansia secara non
farmakologi yang pernah dilakukan ialah senam lansia. Menurut penelitian yang
dilakukan Mulyawati (2009), beberapa manfaat lain dari senam lansia yaitu dapat
mengurangi stress, menurunkan tekanan darah, menurunkan berat badan dan membakar
lemak pada lansia dengan obesitas serta memperkuat otot-otot jantung. (Redaksi Health,
2010).
Gerakan yang dilakukan dalam senam lansia ini adalah gerakan olahraga yang ringan,
mudah dilakukan dan memberatkan lansia. Senam lansia juga dapat mengeliminasi
berbagai resiko penyakit seperti peningkatan tekanan darah, diabetes mellitus dan
penyakit arteri koroner. (Darmojo, 2008)
Perawat sebagai role model dimasyarakat berperan besar dalam penurunan tekanan
darah melalui
pendekatan
non
farmakologi. Intervensi
yang
termasuk
dalam
pendekatan non farmakologi misalnya dengan memberi latihan atau exercise yang
tepat (spesifik), latihan dapat membantu menurunkan kelemahan, menghilangkan
stress, menurunkan tekanan darah apabila dilakukan secara teratur,meningkatkan
kekuatan otot, dan mencegah deformitas (Misriani, 2007).
Latihan peregangan atau senam akan berdampak lebih baik bagi tubuh terutama
bagi lansia. Senam dapat mebantu kesehatan disk tulang belakang dimana gerakangerakan dapat membantu pertukaran nutrisi dan cairan dalam disk dan mencegah
tekanan
pada
saraf ischiadicus.
Senam
juga
dapat
membantu meningkatkan
fleksibilitas otot-otot yang menegang dan mempengaruhi saraf. Latihan senam dapat
membantu menjaga tubuh tetap sehat dan bugar dalam jangka waktu panjang. Selain
itu senam juga dapat meningkatkan sirkulasi darah dan meningkatkan oksigenasi sel
sehingga dapat mengurangi gejala kekurangan oksigen sel yang pada akhirnya
mengurangi peningkatan asam laktat dan mengurangi nyeri (Ambar, 2009).
Oleh sebab itu, lansia yang mengalami hipertensi diharapkan melakukan latihan
senam lansia secara efektif dan teratur serta hal lain yang tercakup dalam
penatalaksanaan senam lansia. Dan tidak cepat berpuas diri, walaupun telah terjadi
penurunan tekanan darah, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dan
produktifitas dalam kehidupan sehari-hari.