HASIL PENELITIAN
2.1.
2.2.1.
Dipecahkan
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis kebijakan
publik berdasarkan aspek perubahan, maka Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial termasuk tipe kebijakan fundamental. Dikarenakan
kebijakan tentang kesejahteraan sosial pada anak melakukan perubahan pada aspek
nilai, yaitu kepedulian terhadap kehidupan anak-anak khususnya anak terlantar.
Kebijakan ini bertujuan meningkatkan komitmen pemerintah,
masyarakat di
program prioritas nasional yang meliputi Program Kesejahteraan Sosial Anak Balita
(PKS-AB), Program Kesejahteraan Sosial Anak Telantar (PKS-AT), Program
Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS-AJ), Program Kesejahteraan Sosial Anak
yang Berhadapan dengan Hukum dan Remaja Rentan (PKS-ABH dan Remaja),
Program Kesejahteraan Sosial Anak Dengan Kecacatan (PKS-ADK) dan Program
Kesejahteraan Sosial Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus (PKS-AMPK).
PKSA dikembangkan dengan perspektif jangka panjang sekaligus untuk
menegaskan komitmen Kementerian Sosial untuk merespon tantangan dan upaya
mewujudkan kesejahteraan sosial anak yang berbasis hak. Juga perwujudan dari
kesungguhan
Kementerian
Sosial
mendorong
perubahan
paradigma
dalam
ketelantaran,
kecacatan,
keterpencilan,
ketunaan
sosial
dan
kegagalan pada
kebijakan tersebut,
di mana kebijakan
kesejahteraan dan perlindungan anak di kota Palu terdapat pada kondisi sosial
ekonomi, belum sepenuhnya kondusif seperti kemiskinan, krisis energi, yang
menyebabkan pelanggaran terhadap hak anak meningkat, misalnya meningkatnya
anak putus sekolah, meningkatnya jumlah anak bekerja, selain itu kekerasan terhadap
anak juga meningkat. Hal ini seharusnya terlebih dahulu di atasi oleh pemerintah kota
Palu untuk dapat mewujudkan Program Kesejahteraan Sosial Anak seutuhnya dan
terlaksana sesuai yang kita harapkan bersama, demi anak anak di kota Palu.
2.2.2.
lain pihak kementrian sebagai perumus dan penetap kebijakan nasional dan
memfasilitasi kebijakan Program Kesejahteraan Sosial Anak di Kabupaten/Kota
khususnya di kota Palu. Selain itu, Kementrian Negara juga melakukan fungsi
koordinasi dalam pelaksanaan kebijakan Program Kesejahteraan Sosial Anak.
Sedangkan yang melaksanakan atau sebagai pelaksana utama (implementator) dari
kebijakan ini adalah pemerintah kota Palu dan semua pihak yang terkait serta terlibat
di dalamnya. Tidak hanya sebagai implementator, pemerintah kota Palu juga
bertanggung jawab dalam membuat kebijakan dan menyusun perencanaan,
pemantauan, evaluasi, pelaporan, dan memobilisasi potensi sumber daya untuk
pengembangan Program Kesejahteraan Sosial Anak di kota Palu ke depannya.
Berdasarkan
analisis
kinerja
(Keberhasilan/Kegagalan)
dilihat
dari
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Diketahui bahwa perlindungan anak merupakan isu pembangunan lintas
program
(cross-cutting
issues)
sehingga
perlu
adanya
kebijakan
yang
Program
Kesejahteraan
Sosial
Anak
yaitu
kebijakan
untuk
perbaikan sesuai dengan perubahan sosial dan dinamika kebutuhan masyarakat dan
anak di kota Palu.
Sedangkan dari gambaran umum model implementasi kebijakan publik,
kebijakan PKSA yang termuat di dalam Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial, maka dapat disimpulkan peraturan tersebut
menggunakan model implementasi top-down. Yang mana kebijakan ini dibuat oleh
Kementrian Sosial Republik Indonesia dan yang melaksanakan atau sebagai
pelaksana utama (implementator) dari kebijakan ini adalah pemerintah kota Palu.
3.2.
Saran
Pengintegrasian sumberdaya pembangunan dan pengintegrasian pelaksanan
kebijakan perlindungan anak yang sudah ada dalam suatu wadah dan semangat
menciptakan kabupaten/kota layak anak, memerlukan adanya pemahaman dan
kesadaran yang sama tentang Undang-Undang Perlindungan Anak, Konvensi Hak
Anak dan kebijakan kota layak anak. Pemahaman dan kesadaran tersebut harus
dibangun secara sinergis antar dan sesama pemangku kepentingan pembangunan kota
Palu di bidang anak antara lain aparat pemerintah termasuk hakim, jaksa dan polisi,
lembaga swadaya masyarakat, khususnya yang bekerja di bidang perlindungan
anak, sektor swasta dan dunia usaha, tokoh masyarakat pemerhati anak, organisasi
kepemudaan, pramuka, guru, orang tua, dan anak-anak.
Keberhasilan pelaksanaan kebijakan PKSA akan sangat ditentukan oleh
adanya saling pengertian dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan di setiap