Anda di halaman 1dari 25

BLOK SARAF DAN PERILAKU

SKENARIO 4 : Suara Gaib


Nama : Fathina Nisa Rabbani
NIM : 110 2008 337
1. Memahami Paham Dasar Psikiatri
Psikiatri adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek kesehatan jiwa serta
pengaruhnya timbal balik terdapat fungsi-fungsi fisiologis organo-biologis tubuh manusia. Sebagai
suatu cabang ilmu kedokteran, ilmu psikiatri tidaklah berdiri sendiri, melainkan selalu berkolaborasi dan
segala aspeknya selalu berkaitan dengan cabang-cabang ilmu kedokteran lainnya, misalnya dengan
cabang ilmu saraf (Neurologi) dan ilmu penyakit dalam (Internal Medicine).
Definisi dari psikiatri itu sendiri adalah spesialistik ilmu kedokteran yang memperhatikan dan
mempelajari segalaaspek mental (atau alam pikiran), aspek emosi (alam perasaan), dan gangguan
tingkah laku (alam perbuatan), baik dalam keadaan normal maupun terganggu serta berusaha
meringankan penderitaan individu.
Ilmu psikiatri dibangun atas 4 fondasi dasar, yaitu:
1. Dimensi Organo-biologis yaitu aspek pengetahuan tentang organ-organ tubuh serta fungsi fisiologis
tubuh manusia khususnya yang berkaitan langsung dengan aspek kesehatan jiwa (seperti Sistem
Susunan Saraf Pusat)
2. Dimensi Psiko-edukatif yaitu aspek pengetahuan tentang perkembangan psikologis manusia serta
pengaruh pendidikan-pengajaran terhadap seorang manusia sejak lahir hingga lanjut usia.
3. Dimensi Sosial-Lingkungan yaitu aspek pengetahuan tentang pengaruh kondisi sosial-budaya serta
kondisi lingkungan kehidupan terhadap derajat kesehatan jiwa manusia.
4. Dimensi Spiritual-Religius yaitu aspek pengetahuan tentang pengaruh taraf penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai spiritual-religius terhadap derajat kesehatan jiwa manusia.
Dalam membangun keempat fondasi dasar tersebut, diperlukan suatu kerja sama yang erat antara
pelbagai cabang ilmu, baik kedokteran, perawatan, dan ilmu di luar kedokteran antara lain ilmu sosial,
ilmu pendidikan, ilmu kriminal, ilmu keagamaan, dan sebagainya, sehingga semua ikhtiar diagnosa dan
terapi haruslah memperhatikan keempat dimensi tersebut berdasarkan suatu sikap EKLEKTIK, yakni
suatu sikap yang mau menerima fakta dan kenyataan dan ada hubungannya dengan penderitaan manusia
yang kita hadapi itu.
Sejalan dengan hal itu semua ikhtiar diagnosa dan terapi haruslah pula berdasarkan sikap
HOLISTIK yakni suatu sikap yang bersungguh-sungguh hati dalam memandang keseluruhan daya
dan tenaga manusia sebagai seorang individu yang unik dalam perjuangannya untuk kesembuhan dan
kesehatan jasmani dan jiwa yang sesempurnanya.
Dalam pandangan eklektik holistik ini, wajarlah kita memandang inividu dalam dimensi
multidimensional dan multifaktorial. Namun tergantung pada keadaan yang kita hadapi, maka haruslah
kita pandai-pandai memperhatikan dimensi mana yang kita anggap terpenting dalam menjaga
kelansungan hidup individu. Perlu juga kita ketahui bahwa seorang pasien harus menaruh kepercayaan
dan keyakinan kepada dokternya atau konselornya jika hendak sembuh dari penyakit yang
dialaminya,dan sebaliknya seorang dokter hanya dapat mencetuskan kepercayaan itu bila ia menguasai
sendi-sendi teori dan cara-cara praktek untuk menumbuhkan kepercayaan itu.
Teori dan praktek hubungan dokter pasien merupakan inti dari proses perkembangan
kepercayaan pasien pada dokternya. Dalam hal ini pasien harus diberikan kesempatan seluas-luanya
untuk mengemukakan segala keluhannya, sedangkan dokter harus pandai mengambil intisari dan
menyusunnya dalam suatu formulasi yang kemudian dapat digunakan sehingga pasien dapat mengambil
makna yang sebesar-besarnya. Maka sebagai seorang dokter atau konselor sepatutnyalah kita
menjunjung tinggi dan menghormati semua sifat kemanusiaan yang tersimpul pada individu.
2. Memahami Psikopatologi/Simptomatologi
Menurut pandangan patologi, gangguan jiwa atau tingkah laku abnormal adalah akibat dari keadaan
sakit atau terganggu yang jelas kelihatan berdasarkan gejala gejala klinis yang ditampilkan.

Gejala gejala tertentu yang ditampilkan tersebut berbeda dengan yang ditampilkan pada orang
orang yang tidak terganggu jiwanya (normal). Karena itu untuk melihat apakah seseorang itu terganggu
jiwanya atau tidak, dapat dipelajari dari gejala gejala yang ditampilkannya.
Definisi
Simptomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala gejala. Simptomatologi gangguan
jiwa berarti ilmu yang mempelajari gejala gejala gangguan jiwa. Dalam kerja psikiatri (ilmu tentang
cara pengobatan jiwa yang sakit), mempelajari gejala gejala sangat penting artinya. Tidak saja untuk
menentukan atau mengklasifikasikan gangguan yang dialami penderita, tetapi yang lebih
pentingadalah untuk mengidentifikasi sebab sebab dari gangguan tersebut (etiologi).
Mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit/gangguan jiwa berarti upaya untuk
menghilangkan suatu sebab dan bukan sekedar menghilangkan suatu gejala. Suatu gejala hanyalah
manifestasi dari adanya gangguan dan bukan sebab, namun untuk menemukan sesuatu yang
menyebabkan gangguan tersebut dapat dilakukan dengan mempelajari gejala gejalanya.
Gejala adalah sesuatu yang adanya dipermukaan, sedang sebab adanya dibalik atau di bawah
gejala. Sesuatu gangguan dapat dengan mudah dikenali melalui gejala-gejalanya, sedangkan untuk
menemukan sebab sebabnya harus dilakukan melalui studi yang mendalam tentang gejala
gejalanya. Dalam pandangan psikopatologi modern, dikatakan bahwa setiap gejala mempunyai arti
yang dapat menjelaskan perkembangan psikodinamik dari penyakit si penderita.
Pada hakekatnya, tiap gejala merupakan satu segi dari proses gangguan secara keseluruhan.
Misalnya seorang yang mengalami gangguan pikiran, bukan berarti yang terganggu hanya pikirannya
saja sementara aspek yang lain tetap sehat, tetapi sebenarnya gangguan tersebut merupakan gangguan
keseluruhan kepribadian. Hanya yang lebih dominan atau lebih menjadi pusat perhatian kita pada
aspek pikirannya. Disamping itu, gejala yang dapat dialami atau dilihat dari dalam (misal takut yang
irrasional) atau dapat dilihat dari luar (misal berkeringat dingin pada penderita katatonik).
Gejala gangguan mental pada umumnya bersifat kompleks dan merupakan hasil interaksi antar
unsure somatika, psikogenik, dan sosiobudaya. Karena itu, gejala selalu menunjukkan adanya
dekompresi proses adaptasi dan terdapat terutama dalam pemikiran, perasaan, dan perilaku.
Bagaimana pentingnya mempelajari gangguan jiwa tampak dalam suatu proses penyembuhan
yang dilakukan oleh seorang terapis atau dokter. Sebelum terapis atau dokter tersebut memberikan
treatment tertentu, maka langkah awal yang dikerjakan adalah melakukan pemeriksaan.
Secara umum, menurut Maramis (1990), pemeriksaan terhadap penderita gangguan jiwa
diperlukan untuk mendapatkan satu atau lebih hal hal berikut ini :
1. Menemukan dan menilai gangguan jiwa yang ada, yang akan dipakai sebagai dasar pembuatan
dignosis serta menentukan tingkat gangguan pengobatannya (indikasi pengobatan psikiatri
khusus) dan selanjutnya penafsiran prognosisnya (ramalan hasil atau akibat suatu penyakit yang
diderita seseorang).
2. Menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwwayat dan
perkembangan gangguan jiwa yang dialami.
3. Menilai kemampuan dan kemauan pasien dalam berpartisipasi secara wajar dalam pengobatan
yang cocok baginya.
Hasil pemeriksaan jiwa pasien yang telah dilakukan, selanjutnya disusun dalam bentuk laporan,
diharapkan dapat menggambarkan keadaan jiwa pasien dalam arti luas. Karena itu harus mengandung
banyak hal tentang aspek kejiwaan manusia itu sendiri, seperti : afek, emosi, cara berbicara (ucapan),
proses berpikir (bentuk, isi, dan jalan pikiran), kesadaran, psikomotor, persepsi, fungsi kognitif,
termasuk didalamnya persepsi, dan sebagainya. Karena itu pula studi tentang gangguan kejiwaan juga
mencakup tentang gangguan gangguan dalam aspek tersebut.
Untuk memperoleh data tentang gejala gejala dalam banyak hal tersebut, caranya dapat
dilakukan dengan tes maupun nontes. Dengan tes misalnya melalui tes tes psikologik (tes intelegensi
atau tes kepribadian). Dengan nontes misalnya melalui wawancara atau observasi terhadap reaksireaksi yang ditampilkan (yaitu reaksi umum dan sikap badan, ekspresi muka, mata, reaksi terhadap apa
yang dikatakan dan diperbuat, reaksi otot, reaksi emosi yang tampak, reaksi bicara, wujud tulisan, dan
sebagainya).

Pada pasien yang dalam pemeriksaan menunjukkan perilaku tidak kooperatif atau tidak mau bicara
(diam), bukan berarti gejalanya tidak ada, sebab tidak kooperatif atau tidak mau bicara itu
sendirinsudah merupakan gejala yang penting dalam pemeriksaan.
Dengan demikian, salah satu tujuan pemeriksaan penderita gangguan jiwa adalah untuk
menemukan gejala gejala yang ada pada penderita tersebut, pembuatan diagnosis, pembuatan jenis
dan tingkat gangguan yang dialami, pilihan pengobatan dan sebagainya.

Gejala gejala gangguan jiwa pada umumnya dapat dipahami dari dua segi, yaitu :
1. Deskriptif, hanya melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa menerangkan makna dan
dinamikanya. Misal : terjadi halusinasi berulang ulang atau pada saat-saat tertentu (pagi hari)
tanpa menerangkan halusinasi apa dan sebagainya.
2. Psikodinamik, tidak hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu terjadi tetapi juga
dinamikanya. Misal : kapankah terjadinya, tentang apa gangguannya, bagaimana prosesnya,
reaksi psikologis yang ditampilkan kemudian, dan sebagainya.

Dalam mempelajari gejala-gejala gangguan jiwa, perlu dipahami istilah penting sebagai
berikut:
a. Sindrom
Sindrom/sindroma adalah kumpulan gejala yang membedakan antara penyakita atau
gangguan yang satu dengan yang lain. Misalnya ada sejumlah gejala (a,b,c). Ketiga gejala
tersebut dapat dipahami tentang adanya penyakit tertentu. Jadi sifatnya khas dan menunjukkan
suatu penyjakit tertentu.
b. Sign
Sign adalah gejala-gejala yang dapat diobservasi (observable) dan pada umumnya bersifat
objektif (mengenai fisik).
c. Simptom
Simptom adalah gejala-gejala yang tidak dapat diobservasi (unobservable) oleh orang lain,
tetapi mungkin merupakan gejala bagi orang yang bersangkutan. Jadi sifatnya subjektif, karena
itu harus ditanyakan kepada yang bersangkutan.
d. Gejala primer primer & sekunder
Gejala primer dan sekunder dibedakan atas urutan munculnya gejala. Gejala primer adalah
gejala pertama yang dialami oleh seseorang, sedangkan gejala sekunder gejala yang muncul
kemudian. Misalnya seorang penderita insomnia (sulit tidur) kemudian diikuti munculnya
halusinasi. Ini berarti insomnia adalah gejala primer dan halusinasi adalah gejala sekunder.
e. Gejala dasar dan gejala tambahan
Gejala dasar adalah gejala-gejala yang ada dalam tiap gangguan tertentu, terutama setelah
gangguan tersebut mencapai intensitas tertentu, atau gejala utama dari suatu gangguan tertentu.
Gejala ini penting untuk kepentingan diagnosis. Sedangkan gejala tambahan adalah gejala-gejala
yang belum tentu ada pada setiap gangguan. Misalnya pada penderita skizophrenia, maka gejala
dasarnya adalah kerancuan pikiran, sedang gejala tambahannya dapat berupa halusinasi, ilusi,
dan sebagainya yang mungkin berbeda untuk setiap penderitanya.
f. Gejala organogenik dan gejala psikogenik
Pembedaan gejala ini berdasarkan pada asal atau sebabnya. Gejala organogenik adalah
gejala-gejala yang muncul sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi organik. Sedangkan
gejala psikogenik adalah gejala-gejala yang muncul dan berasal dari adanya gangguan-gangguan
dalam fungsi psikologis, yang terutama berakar pada alam kesadarannya. Misalnya seseorang
yang pusing karena banyak pikiran, merupakan gejala psikogenik. Sedangkan orang yang pusing
karena keracunan makanan adalah gejala organogenik, sekalipun gejala yang ditampakkan
bersifat kejiwaan.
g. Gejala prodomal dan residual
Gejala prodomal adalah gejala-gejala yang ditunjukkan sebelum sakit, pada awal sakit, atau
selama fase sakit. Sedangkan gejala residual adalah gejala-gejala yang ditunjukkan sesudah fase
sakit.
h. Perilaku sakit, peran sakit, dan peran pasien (illness behavior, sick role, and patient role)

Perilaku sakit (illness behavior) yaitu reaksi penderita terhadap pengalamannya sebagai
orang sakit yang merupakan respon unik individu tentang kesadarannya bahwa ia sakit (orang
yang sakit gigi responnya berbeda dengan yang sakit kepala). Perilaku sakit ini misalnya ;
meraung-raung, teriak-teriak, dan sebagainya.
Peran sakit (sick role) merupakan aspek lain dari perilaku sakit, yaitu peran penderita yang
diberikan masyarakat dalam kaitannya dengan kesadaran sekeliling. Seperti dilayani, disuruh
tidur, disuruh berobat, disuruh periksa, dan perilaku mencari kesehatan (heakth seeking
behavior). Bagamana peran seseorang yang sakit sangat ditentukan oleh masyarakatnya.
Peran pasien (patient role) pengertiannya lebih sempit dibanding peran sakit, karena
merupakan salah satu akibat dari peran sakit dan hanya dijumpai pada penderita yang sudah
berstatus sebagai pasien. Peran sakit ini seperti ; patuh pada otoritas dokter, minum obat teratur,
dan banyak istirahat. Peran pasien sangat ditentukan oleh pihak medis.
3. Memahami dan Menjelaskan Struktur Neuroanatomi System Limbic dan System Kortikal
Sistem Limbik
Pengertian: yang termasuk ke dalam sistem limbik adalah semua bangunan berikut:
- Lobus limbik
- Formatio hippocampi
- Nucleus amygdaloideus
- Hypothalamus
- Nucleus anterior thalami
- Nucleus medio dorsalis thalami
- Area septi
Beserta penghubungnya:
- Alveus
- Fimbria
- Fornix
- Tractus mammillothalamicus
- Stria terminalis
- Stria medullaris

Dari bangunan-bangunan tersebut terlihat bahwa sistem limbik melibatkan telencephalon dan
diencephalon

LOBUS LIMBIK (BROCA)


Pengertian: Lobus limbik merupakan bangunan berbentuk huruf C pada dataran medial hemisphaerum
yang melingkari corpus callosum dan mempunyai satu kesatuan fungsi yang meliputi:
Gyrus subcallosum s.subiculum : terletak di depan lamina terminalis dan rostrum corpus callosum ,
jalan melingkari corpus callosum sampai splenium corporis callosi
Gyrus cinguli : terletak tepat di atas corpuss callosum
Gyrus parahippocampi: terletak antara fissura hippocampi dan sulcus collateralis ke depan dia
lanjut menjadi cuneus
Formatio Hippocampi
Pengertian : merupakan bangunan yang mempunyai satu kesatuan fungsi yang meliputi:
1. Hippocampus (cornu Ammonis)
- Merupakan substansia grissea yang melengkung ke atas sepanjang dasar cornu inferior
ventriculus lateralis.
- Ujung depannya melebar membentuk pes hippocampi
- Pada penampang frontal, hippocampus berbentuk seperti huruf C.
- Permukaan dalam ventriculus yang melengkung dilapisi oleh ependym. Dibawahnya terdapat
selapis tipis substansia alba disebut sebagai alveus yang terdiri dari serabut saraf yang berasal
dari hippocampusyang kemudian melengkung ke medial membentuk fimbria.
- Fimbria sendiri meninggalkan ujung belakang hippocampus sebagai Crus fornix. Crus fornix
dari setiap sisi membelok kebelakang dan atas di bawah splenium corpus callosi dan
mengelilingi dataran belakang thalamus. Kedua crura fornix tersebut kemudian menyatu
membentuk corpus fornix yang terletak sangat dekat dengan dataran bawah corpus callosum.
- Pada waktu kedua crura saling melekat , dia dihubungkan oleh serabut saraf yang jalan
melintang: Commisura fornices yang akan saling bersilangan kiri dengan yang kanan dan
akhirnya bergabung dengan hippocampus pada sisi yang sama
- Fungsi hippocampus: berperan dalam proses belajar dan ingatan sekarang

1) Gyrus Dentatus
- Pengertian: merupakan seberkas substansia grissea yang terletak antara fimbria
hippocampi dan Gyrus Hippocampi

Struktur: kebelakang gyrus dentatus berjalan mendampingi fimbria sampai ke dekt


splenium corporis callosi dimana dia lanjut menjadi Indusem grisseum yang merupakan
seberkas tipis substansia grissea yang menutupi dataran atas corpus callosum
- Pada dataran atas Induseum griseum terdapat dua berkas seabut saraf: stria longitudinalis
medale dan laterale. Kedua stria ini merupakan sisa (substansia alba) : induseum grissea
vestigii
- Gyrus dentatus dan hippocampus sama-sama berbentuk huruf C dan kedua huruf tersebut
saling mengunci satu dengan yang lainnya.
2) Subiculum S. Gyrus Subcallosum
- Merupakan bangunan yang terletak antara hippocampus dengan gyrus parahippocampus.
- Keseluruhan formatio hippocampi mempunyai panjang 5 cm mulai dari depan (pada
amygdala) kebelakang mencapai splenium corporis callosi.
Nucleus Amygdaloideus
Bentuk: seperti buah almond
Merupakan massa nuclei yang terletak pada lobus temporalis di daerah transisi dengan dataran
postero inferior lobus frontalis. Menerima aferan dari:
- Lobus olfactorius anterior
- Cortex piriformis, temporalis, pre frontalis
- Hypothalamus
- Nucleus medio dorsalis thalami
- Tegmentum
Mengirim eferen ke:
- Area preopticum mediale
- Nucleus area septi
- Hypothalamus
- Nucleus amygdaloideus sisi lain
- Cortex prefrontalis
- Nucleus medio dorsalis thalami
- Tegmentum
Letak: sebagian di depan dan sebagian lagidi atas puncak cornu inferior ventriculus lateralis, dia
berhubungan dengan ujung ekor nucleus caudatus yang berjalan ke depan pada atap cornu inferior
ventriculus lateralis. Stria terminalis muncul dari dataran belakangnya.
Fungsi amygdala:
1. Kalau dipacu, terjadi perubahan suasana hati (mood)
2. Kalau dirusak, terjadi sikap agresif
3. Melalui hypothalamus, dia mempercepat aktivitas endokrin, sex dan reproduksi
Area Septi
Merupakan bagian dari nuclei tel-encephalon. Dibentuk oleh cortex area septi, gyrus para terminalis
dan gyrus subcallosum. Letaknya di antara septum pelucidumdengan commisura anterior. Hubungan
timbal-balik dengan formatio hippocampi via formix. Hubungan timbal-balik dengan hypothalamus.
Berhubungan dengan habenula melalui stria medullaris thalami.
Hypothalamus
Hypothalamus merupakan bagian paling depan dari diencephalon, yang tidak ditutupi oleh
hemisphaerum cerebri dan dapat dilihat langsung pada dataran bawah otak.
Hypothalamus terletak mulai dari chiasma otici kebelakang mencapai lamina terminale dan
comissura anterior. Daerah yang ditempati hypothalamus sering disebut juga sebagai area pre-opticum.
Bangunan pembentuk hypothalamus :
1. Chiasma opticum
2. Tuber cinereum
3. Infundibulum
4. Corpus mammilare

Struktur : nucleinya dibedakan kelompok medial dan kelompok lateral yang dibatasi oleh fornix dan
traktus mamilothalamicus. Hypothalamus berhubungan erat dengan hypophysis dan membentuk axis
hypothalamus-hypophysis.

Fungsi hypothalamus :
1. Mengontrol sistem saraf otonom
Terkait dengan kontrol neuroendokrin yang berpengaruh terhadap homeostasis
2. Mengontrol kelenjar endokrin
3. Mengontrol suhu tubuh
4. Mengontrol intake air dan makanan
- Terdapat hunger center (bila rusak, menyebabkan hyperphagia, obesitas, dan perilaku agresif)
- Terdapat satiety center (bila rusak, menyebabkan anorexia dan lethargia)
5. Mengontrol emosi dan perilaku
6. Mengontrol irama sikardia
7. Mengontrol tidur
Thalamus
Thalamus adalah substansia grissea yang merupakan pembentuk utama diencephalon. Thalamus terdiri
dari beberapa kelompok nuclei :
1. Kel. Nuclei anterior thalami
2. Kel. Nuclei intermedia thalami (nuclei of midline)
3. Kel. Nuclei medialis thalami
4. Kel. Nuclei lateralis thalami
5. Kel. Nuclei posterior thalami
Fungsi thalamus :
Menerima segala sensasi sensorik kecuali penciuman
Karena hubungannya yang luasa dengan cortex lobus frontalis dan hypothalamus, maka diduga dia
juga berfungsi sebagai pusat perasaan subjektif dan kepribadian seseorang.
Fungsi sistem limbik :
1. Pengendali emosi dan perilaku terutama reaksi takut, marah dan libido
2. Khusu hipocampus berperan dalam ingatan sekarang dan pembelajaran. Ingatan masa lalu disimpan
dalam cortex lobus prefrontalis.
3. Diduga juga berperan dalam penciuman.
4. Berperan dalam respon homeostatik terhadap perubahan lingkungan.
5. Sebagai interaksi antara emosi dan pemikiran.
6. Mempengaruhi 3 sistem : sistem neuroendokrin, sistem saraf otonom, dan sistem saraf somatomotorik.
7. Hampir semua pengatur neurotransmitter utama, punya hubungan dengan sistem limbik :

a. Dopamin-ergic yang berasal dari mesencephalon (area tegmentum dan substansia nigra)
berhubungan dengan sistem limbik.
b. Serotonin-ergic yang berasal dari nucleus raphe (bagian paling medial dari formatio reticulare
disepanjang batang otak) berhubungan dengan sistem limbik.
c. Noradrenalin-ergic yang berasal dari locus ceruleus (pada pons dan bagian atas mesencephalon)
berhubungan dengan sistem limbik yang berperan besar dalam timbulnya depresi
d. Cholin-ergic dari ganglia basalis, area septi dan nuclei pita diagonal (Brocca) berhubungan
dengan sistem limbik.
4. Memahami dan Menjelaskan Peran Dopamin dan Perilaku
Fungsi Dopamin
Dopamin memiliki banyak fungsi di otak, termasuk peran penting dalam perilaku dan kognisi,
gerakan sukarela, motivasi dan penghargaan, penghambatan produksi prolaktin (yang terlibat dalam
laktasi), tidur, mood, perhatian, dan belajar. Neuron dopaminergik (yaitu, neuron yang utama adalah
dopamin neurotransmitter) yang hadir terutama di daerah tegmental ventral (VTA) dari otak tengah,
substantia nigra pars compacta, dan inti arkuata dari hipotalamus.
Telah dihipotesiskan bahwa dopamin mengirimkan hadiah kesalahan prediksi, meskipun ini telah
dipertanyakan. Menurut hipotesis ini, respon phasic neuron dopamin diamati ketika pahala tak terduga
disajikan. Respon ini transfer ke timbulnya stimulus yang dikondisikan setelah pasangan berulang
dengan pahala. Selanjutnya, neuron dopamin mengalami depresi ketika pahala yang diharapkan adalah
dihilangkan. Dengan demikian, neuron dopamin tampaknya untuk mengkodekan kesalahan prediksi
hasil memuaskan. Di alam, kita belajar untuk mengulangi perilaku yang mengarah untuk
memaksimalkan manfaat. Dopamin Oleh karena itu diyakini memberikan sinyal pengajaran ke bagian
otak yang bertanggung jawab untuk memperoleh perilaku baru. perbedaan belajar Temporal
menyediakan sebuah model komputasi menggambarkan bagaimana kesalahan prediksi neuron dopamin
digunakan sebagai sinyal mengajar.
Sistem reward serangga menggunakan octopamine, yang merupakan homolog arthropoda dianggap
norepinefrin, daripada dopamin. Dalam serangga, dopamin bertindak bukan sebagai sinyal hukuman
dan diperlukan untuk membentuk kenangan menyenangkan.

Anatomi
Neuron dopaminergik membentuk sistem neurotransmitter yang berasal substantia nigra pars
compacta, daerah tegmental ventral (VTA), dan hipotalamus. Akson ini proyek ke daerah-daerah
besar dari otak melalui empat jalur utama:
Mesocortical jalur menghubungkan daerah tegmental ventral lobus frontal korteks pre-frontal.
Neuron dengan somas di wilayah proyek akson ventral tegmental ke korteks pre-frontal.
Mesolimbic jalur membawa dopamin dari daerah tegmental ventral ke nucleus accumbens
melalui amigdala dan hipokampus. Para somas dari neuron memproyeksikan berada di daerah
tegmental ventral.
Nigrostriatal jalur berjalan dari nigra substantia untuk neostriatum tersebut. Somas dalam
proyek substantia nigra akson ke dalam nukleus dan putamen berekor. jalur ini terlibat dalam
loop motor ganglia basal.
Tuberoinfundibular jalur dari hipotalamus ke kelenjar pituitari.
Persarafan ini menjelaskan banyak efek dari mengaktifkan sistem dopamin. Sebagai contoh,
jalur mesolimbic menghubungkan VTA dan nucleus accumbens; keduanya pusat sistem otak
yang memberi imbalan.

Gerakan
Melalui reseptor dopamin, D 1-5, dopamin mengurangi pengaruh dari jalur tidak langsung, dan
meningkatkan tindakan jalur langsung dalam ganglia basal. Kurangnya dopamin biosintesis dalam
neuron dopaminergik dapat menyebabkan penyakit Parkinson, di mana seseorang kehilangan
kemampuan untuk mengeksekusi halus, gerakan terkontrol.

Kognisi dan korteks frontal

Di lobus frontal, dopamin mengontrol arus informasi dari daerah lain di otak. Dopamin
gangguan di wilayah otak dapat menyebabkan penurunan fungsi neurokognitif, terutama memori,
perhatian, dan pemecahan masalah. Mengurangi konsentrasi dopamin di prefrontal cortex
diperkirakan untuk memberikan kontribusi terhadap gangguan perhatian defisit. Telah ditemukan
bahwa reseptor D1 serta reseptor D4 bertanggung jawab atas efek kognitif-meningkatkan dopamin.
Pada sebaliknya, bagaimanapun, obat anti-psikotik bertindak sebagai antagonis dopamin dan
digunakan dalam pengobatan gejala positif skizofrenia, meskipun, yang lebih tua disebut "biasa"
antipsikotik yang paling sering bertindak pada reseptor D2, sedangkan obat atipikal juga bertindak
pada reseptor D1, D3 dan D4.

Pengaturan sekresi prolaktin


Dopamin adalah inhibitor neuroendokrin utama dari sekresi prolaktin dari kelenjar hipofisis
anterior. Dopamine dihasilkan oleh neuron dalam nukleus arkuata hipotalamus adalah dikeluarkan
ke dalam pembuluh darah hypothalamo-hypophysial dari median eminence, yang memasok
kelenjar pituitary. Sel-sel lactotrope yang menghasilkan prolaktin, dalam ketiadaan dopamin,
prolaktin mensekresi terus menerus; dopamin menghambat sekresi ini. Dengan demikian, dalam
konteks mengatur sekresi prolaktin, dopamine kadang-kadang disebut prolaktin-faktor
penghambat (PIF),-menghambat hormon prolaktin (PIH), atau prolactostatin.

Motivasi dan kesenangan


o Penguatan
Dopamin ini umumnya terkait dengan sistem kesenangan otak, memberikan perasaan
kenikmatan dan penguatan untuk memotivasi seseorang secara proaktif untuk melakukan
kegiatan tertentu. Dopamin dilepaskan (terutama di daerah seperti accumbens inti dan korteks
prefrontal) secara alami pengalaman berharga seperti makanan, seks, obat-obatan, dan netral
rangsangan yang menjadi terkait dengan mereka. Studi terbaru menunjukkan bahwa agresi juga
dapat merangsang pelepasan dopamin dengan cara ini. Teori ini sering dibahas dalam hal obatobatan seperti kokain, nikotin, dan amfetamin, yang secara langsung atau tidak langsung
mengakibatkan peningkatan dopamin di jalur imbalan mesolimbic otak, dan dalam kaitannya
dengan teori neurobiologis dari kecanduan kimia (tidak harus bingung dengan ketergantungan
psikologis), dengan alasan bahwa ini adalah jalur dopamin patologis diubah pada orang
kecanduan.
o Inhibisi reuptake, pengusiran
Kokain dan amphetamine menghambat pengambilan kembali dopamin, namun mereka
mempengaruhi mekanisme terpisah tindakan. Kokain adalah pemblokir transporter dopamin
yang kompetitif menghambat penyerapan dopamine untuk meningkatkan masa hidup dopamin
dan menambah sebuah melimpah dopamin (peningkatan sampai 150 persen) dalam parameter
neurotransmiter dopamin.
Seperti kokain, amfetamin meningkatkan konsentrasi dopamin di celah sinaptik, tetapi
dengan mekanisme yang berbeda. Amfetamin adalah serupa dalam struktur dopamin, dan
sehingga bisa masuk ke tombol terminal neuron presynaptic melalui transporter dopamin
perusahaan serta dengan menyebar melalui membran saraf langsung. Dengan memasukkan
neuron presynaptic, amfetamin molekul dopamin memaksa keluar dari vesikula penyimpanan
mereka dan mengusir mereka ke dalam celah sinapsis dengan membuat karya transporter
dopamin secara terbalik.
o Insentif arti-penting
Peran Dopamin dalam kesenangan mengalami telah dipertanyakan oleh beberapa
peneliti. Telah dikatakan bahwa dopamin lebih terkait dengan keinginan antisipatif dan
motivasi (biasa disebut sebagai "ingin") sebagai lawan kesenangan consummatory sebenarnya
(biasanya disebut sebagai "menyukai").

Dopamin, belajar, dan penghargaan perilaku mencari


Neuron dopaminergik dari otak tengah adalah sumber utama dopamin di otak. Dopamin telah
terbukti terlibat dalam pengendalian gerakan, yang menandakan kesalahan dalam prediksi
penghargaan, motivasi, dan kognisi. deplesi dopamin Cerebral adalah ciri khas penyakit Parkinson.

patologis negara lain juga telah dikaitkan dengan disfungsi dopamin, seperti skizofrenia, autisme,
dan gangguan perhatian defisit hiperaktif, serta penyalahgunaan narkoba.
Dopamin sangat erat kaitannya dengan hadiah-mencari perilaku, seperti pendekatan, konsumsi,
dan kecanduan. Baru-baru ini penelitian menunjukkan bahwa penembakan neuron dopaminergik
merupakan zat motivasi sebagai konsekuensi dari hadiah-antisipasi. Hipotesa ini didasarkan pada
bukti bahwa, ketika hadiah lebih besar dari yang diharapkan, penembakan tertentu meningkat
neuron dopaminergik, yang akibatnya meningkatkan keinginan atau motivasi terhadap pahala.
Penelitian ini menemukan pahala neuron mendominasi di wilayah ventromedial dalam nigra pars
compacta substantia serta daerah tegmental ventral. Neuron dalam wilayah proyek terutama ke
striatum ventral dan dengan demikian mungkin mengirimkan informasi terkait nilai-nilai
penghargaan hal.
Dengan pengurangan besar di dopamin, tikus tidak akan lagi makan dengan kemauan sendiri.
Para peneliti kemudian dipaksa makan makanan tikus dan mencatat apakah mereka memiliki
ekspresi wajah yang tepat menunjukkan apakah mereka menyukai atau tidak menyukai itu. Para
peneliti dari penelitian ini menyimpulkan bahwa penurunan dopamin tidak mengurangi kenikmatan
consummatory tikus, hanya keinginan untuk benar-benar makan. Dalam studi lain, mutan
hyperdopaminergic (meningkat dopamin) tikus menunjukkan lebih tinggi "menginginkan" tapi
tidak "menyukai" hadiah manis.
5. Mengetahui Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Jiwa
Sumber Penyebab Gangguan Jiwa
Sumber penyebab gangguan jiwa bisa somatogenik, psikogenik, sosiogenik. Biasanya
penyebab tidak tunggal, tapi multipel. Beberapa penyebab (soma-psiko-sosial) sekaligus sebagai
penyebab yang saling mempengaruhi, maka timbullah gangguan jiwa, sehingga dalam membuat
diagnosa biasanya dibuat diagnosa multiaksial (multifaktorial/ multidimensional) seperti yang
digunakan pada Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa ( PPDGJ ) II, III yang mengacu
kepada The Diagnosis And Statistical Manual of Mental Disorder ( DSM ) III, IV.
1. Faktor-faktor Somatik ( Somatogenik ) :
- Neroanatomi
- Nerofisiologi
- Nerokimia
- Tingkat kematangan dan perkembangan organik
- Faktor-faktor pre dan perinatal
2. Faktor-faktor Psikologik ( Psikogenik)
- Interaksi ibu-anak: normal (rasa percaya /trust dan aman/secure) atau abnormal seperti
kekurangan, distorsi, terputus (rasa tak percaya dan kebimbangan)
- Peranan ayah
- Persaingan antara saudara ( sibling rivaly)
- Intelegensi
- Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat
- Kehilangan yang menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu, atau rasa salah-Konsep
dini: pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu
- Ketrampilan, bakat, dan kreativitas.
- Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
- Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya ( sosiogenik) :
- Kestabilan keluarga
- Pola mengasuh anak
- Keluarga dengan ekspresi emosi tinggi atau rendah
- Tingkat ekonomi
- Perumahan, perkotaan, atau pedesaan
- Masalah kelompok minoritas yang berprasangka, fasilitas kesehatan, pendidikan serta
kesejahteraan yang tidak memadai
- Pengaruh rasial dan keagamaan
- Nilai-nilai

Perkembangan Badaniah yang Salah


1) Faktor Keturunan
o Sindroma Down / Mongolisme
Kelainan pada kromosom No 21. ditandai dengan ciri-ciri : Retardasi mental, mata
sipit, muka datar, telinga kecil, jari-jari pendek, dll.
o Sindroma Turner
Kelainan pada kromosoma seks/sex-linked. Ditandai dengan ciri-ciri fisik : tubuh
pendek, leher melebar, infantilisme seksual, dll.
o Fenilketonuria
Terdapat pada anak-anak dengan kekurangan enzim penghancur fenilanin. Fenilanin
merupakan as. Amino yang dapat merusak otak-% penderita Skizofrenia dikaitkan dengan
faktor keturunan :
- Anak dari kedua ortu skizofrenia 39,9%
- Kembar monozigot 60 80% ( 86,2% )
- Kembar heterozigot 0 22% ( 14,5% )
- Saudara kandung 14,2%
- Saudara tiri 7,1%
- Masyarakat umum 0,85%
2) Faktor Konstitusi
Termasuk yang diturunkan dan yang didapat, seperti bentuk badan, jenis kelamin,
temperamen, fungsi endokrin, golongan darah, fungsi syaraf, dll.
- Bentuk badan: gagah, atletis
- Lebih percaya diri
- Energi dan kegiatan: respon terhadap stress agresif keluar atau dipendam kedalam
- Reaktivitas susunan syaraf vegetatif: reaksi emosional tinggi terhadap stres ringan
menimbulkan rasa takut berlebihan/panik, reaksi emosional yang kurang, menunjukkan
sosialisasi yang kurang.
- Daya tahan badaniah : menentukan toleransi stres biologik dan psi kologik dari sistem
organ apa yang paling mudah terganggu.
- Sensitivitas : tingkat daya tahan seseorang terhadap stres, menentukan seseorang terkena
gangguan jiwa
- Kecerdasan dan bakat : mempengaruhi kepercayaan diri seseorang
3) Cacat kongenital
- Cacat kongenital sangat mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang. Namun tetap
tergantung pada individuitu, bagaimana ia menilai/menyikapi dan menyesuaikan diri
terhadap keadaan hidupnya yang cacat itu.
- Sering lingkungan justru menghambat penyesuaian ini dengan proteksi berlebih,
penolakan, tuntutan diluar kemampuan orang tersebut.

Perkembangan Psikologik yang Salah


Mencakup :
a. Ketidakmatangan/fiksasi :Individu gagal berkembang lebih lanjut ke fase lbh lanjut.(Fase oral
anal falik laten puber dst)
b. Defek yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatik shg sebagai tempat-tempat
lemah/bagian yang sangat peka terhadap jenis stres ttt.
c. Distorsi : individu mengembangkan sikap/pola reaksi yang tidak sesuai atau gagal mencapai
integrasi kepribadian yang normal.
Deprivasi dini
Memberi dampak besar, dapat menimbulkan perkembangan jiwa yang abnormal. Contoh:
- Deprivasi biologik atau psikologik saat masa bayi
- Deprivasi maternal ( asuhan ibu )
- Deprivasi rangsangan umum dari lingkungan Retardasi mental
- Deprivasi/frustrasi dini menimbulkan locus minoris resistensi

Pola keluarga yang patogenik


- Masa kanak, peran keluarga sangat penting dalam pembentukan kepribadian. Hubungan
ortu-anak sering merupakan sumber gangguan penyesuaian diri bahkan gangguan jiwa.
- Orang tua berbuat terlalu banyak, shg anak tidak bisa mandiri. Berbuat terlalu sedikit,
tidak memberi bimbingan/arahan yang benar sehingga anak mengem bangkan pola-pola
perilaku yang tidak sesuai.
- Beberapa sikap orang tua yang kurang bijaksana :
Melindungi anak berlebihan/memanjakan
Melindungi anak berlebihan karena sikap berkuasa
Penolakan terhadap anak
Menentukan norma-norma etika terlalu tinggi, kaku tidak realistik
Disiplin terlalu keras dan salah
Disiplin yang tidak teratur atau tidak konsisten
Orang tua yang selalu berselisih
Perceraian orang tua
Persaingan tidak sehat antar saudara
Nilai-nilai yang buruk
Perfeksionisme dan ambisi
Orang tua yang nerotik/gangguan jiwa
Masa remaja yang dilalui secara tidak baik.
- Masa Remaja terjadi pertumbuhan yang cepat : perubahan badaniah/fisik dan pematangan
seksual. status sosial yang tadinya sangat tergantung kepada ortunya/orang lain, kini harus
belajar berdiri sendiri, bertanggung jawab terhadap diri sendiri
- Tidak jarang terjadi krisis identitas, ia harus mengubah konsep tentang diri sendiri,
memantapkan diri sebagai individu yang berke pribadian lepas dari keluarganya,
menyelesaikan sendiri masa lah pendidikan, pernikahan, kehidupan dalam masyarakat
secara mandiri.
Faktor Sosiologik dalam Perkembangan yang Salah
o Pengaruh sosial terhadap gangguan jiwa sangat besar, sukar untuk mempertahankan identitas
diri di tengah-tengah perubahan-perubah an yang cepat dan komplek.
o Alfin Toffler terkenal dengan teori Future Shocknya ( shock masa depan) : yang paling
berbahaya di jaman modern ini, di negara negara super-industrialisasi ialah : kecepatan
perubahan dan per gantian yang makin cepat dalam hal kesementaraan (transience), kebaruan
( Novelty ), dan keanekaragaman ( diversity ). Individu menerima rangsangan berlebihan
sehingga terjadi kekacauan mental sangat besar, dan ini terjadi di masa depan.
6. Mengetahui dan Menjelaskan Skizofrenia
Definisi Skizofrenia
Kata skizofrenia berakar dari bahasa Yunani, schizein (terbelah) dan phren- (pikiran). Di
Indonesia, skizofrenia termasuk gangguan jiwa berat yang terbanyak penderitanya.
Skizofrenia merupakan bahasan yang menarik perhatian pada konferensi tahunan The
American Psychiatric Association/APA di Miami, Florida, Amerika Serikat, Mei 1995 lalu. Sebab di
AS angka pasien skizofrenia cukup tinggi (lifetime prevalance rates) mencapai 1/100 penduduk.
Sebagai perbandungan, di Indonesia bila pada PJPT I angkanya adalah 1/1000 penduduk maka
proyeksinya pada PJPT II, 3/1000 penduduk, bahkan bisa lebih besar lagi.
Berdasarkan data di AS
1) Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut;
2) Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel skelosis, pasien diabtes
yang memakai insulin, dan penyakit otot (muscular dystrophy);
3) 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% di antaranya berhasil
(mati bunuh diri)
4) angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada
umumnya.

Faktor Penyebab Skizofrenia


Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etilogi) yang pasti mengapa seseorang menderita
skizofrenia, padahal orang lain tidak. Ternyata dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak
ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain :
1. Faktor genetik;
2. Virus;
3. Auto antibody;
4. Malnutrisi.
Dari penelitian, diketahui peranan generik pada skizofrenia :
1) Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara kandung 10,1%; anakanak 12,8%; dan penduduk secara keseluruhan 0,9%.
2) Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik 59,20%; sedangkan
kembar fraternal 15,2%.
Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan otak janin juga mempunyai
peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari. Gangguan ini muncul, misalnya, karena
kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal. Penelitian mutakhir menyebutkan
bahwa meskipuna ada gen yang abnormal, skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai faktorfaktor lainnya yang disebut epigenetik faktor.
Kesimpulannya adalah bahwa skizofrenia muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen
dengan :
a) Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak janin;
b) Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan;
c) Komplikasi kandungan; dan
d) Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.
Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila
mengalami stresor psikososial dalam kehidupannya, maka risikonya lebih besar untuk menderita
skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetik sebelumnya.
Proses Perjalanan Penyakit
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur
pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain :
1. Fase Prodomal
Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun
Gangguan dapat berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam
pekerjaan,gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi.
2. Fase Aktif
Berlangsung kurang lebih 1 bulan
Gangguan dapat berupa gejala psikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses
berfikir,gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi
3. Fase Residual
Kien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya
berulang.
Tahapan Halusinasi dan Delusi yang Biasa Menyertai GangguanJiwa
Menurut Janice Clack,1962 klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disertai
halusinasi dan delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain :
1. Tahap Comforting : Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien
biasanya mengkompensasikan stressornya dengan coping imajinasi sehingga merasa senang dan
terhindar dari ancaman.
2. Tahap Condeming : Timbul kecemasan moderate , cemas biasanya makin meninggi selanjutnya
klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan
apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri (With drawl)

3. Tahap Controling : Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul
tetapi suara tersebut terusmenerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan
dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian/sedih.
4. Tahap Conquering : Klien merasa panik , suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak
diikuti perilaku klien dapat bersipat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
Psikopatologi dan Patofisiologi
Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa perubahan-perubahan pada neurotransmiter dan resptor
di sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia dopamin dan serotonin, ternyata
mempengaruhi alam pikir, perasaan, dan perilaku yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif
dan negatif skizofrenia.
Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neurokimiawi di atas, dalam penelitian dengan
menggunakan CT Scan otak, ternyata ditemukan pula perubahan pada anatomi otak pasien, terutama
pada penderita kronis. Perubahannya ada pada pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks bagian
depan, dan atrofi otak kecil (cerebellum).
Gejala Skizofrenia
Ada 2 gejala skizofrenia yaitu:
1. Gejala positif /gejala tipe I
A. Delusi adalah kepercayaan yang tidak sesuai realita;.mis. Merasa dirinya Nabi
B. Halusinasi adalah pengalaman indrawi yang tidak nyata; mis. Merasa melihat, mendengar,
atau membaui sesuatu yang sebenarnya tidak ada
C. Pikiran dan bicara kacau adalah pola bicara yang kacau; mis. tidak nyambung,
menyambung kata berdasar bunyinya yang tidak ada artinya
D. Perilaku kacau atau katatonik adalah perilaku sangat tidak dapat diramalkan, aneh, dan
sangat tidak bertanggung jawab; mis. Tidak bergerak sama sekali dalam waktu lama, tibatiba melompat-lompat tanpa tujuan.
2. Gejala negative/ gejala II
A. Afek datar adalah secara emosi tidak mampu memberi respon thd lingkungan sekitarnya;
mis. Ketika bicara ekspresi tidak sesuai, tidak ada ekspresi sedih ketika situasi sedih.
B. Alogia adalah tidak mau bicara atau minimal; mis. Membisu beberapa hari.
C. Avolition adalah tidak mampu melakukan tugas berdasar tujuan tertentu (dalam jangka
lama); mis. Tidak mampu mandi sendiri, makan sampai selesai, dll.
Selain gejala-gejala tersebut terdapat beberapa ciri lain skizofrenia, yang sebenarnya bukan
kriteria formal untuk diagnosa namun sering muncul sebagai gejala, yaitu:
1) afek yang tidak tepat (mis. Tertawa saat sedih dan menangis saat bahagia),
2) anhedonia (kehilangan kemampuan untuk merasakan emosi tertentu, apapun yang dialami tidak
dapat merasakan sedih atau gembira), dan
3) ketrampilan sosial yang terganggu (mis. kesulitan memulai pembicaraan, memelihara hubungan
sosial, dan mempertahankan pekerjaan).

Kriteria Diagnosis Gangguan Skizofrenia


Pedoman Diagnostik berdasarkan PPDGJ III:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila
gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a.
- Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda,
atau
- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(Withdrawal) dan
- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umumnya
mengetahuinya.

b.
-

Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu
dari luar atau
- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu
dari luar atau
- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota
gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).
- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.
c. Halusional Auditorik;
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar
dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau
kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap
hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang
berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul
tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neureptika.
* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
Klasifikasi dan Gambaran Klinik Gangguan Psikotik
Perjalanan Gangguan Skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan kode lima
karakter berikut: F20.X0 Berkelanjutan, F20.X1 Episodik dengan kemunduran progresif, F20 X2
episodik dengan kemunduran stabil, F20.X3 Episode berulang , F20. X4 remisi tak sempurna,
F20.X5 remisi sempurna, F20.X8. lainnya, F20.X9. Periode pengamatan kurang dari satu tahun.
F.20 Skizofrenia Paranoid
Pedoman diagnostik
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan:
Halusinasi dan/ waham arus menonjol;
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau
bunyi tawa (laughing).

b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau lain-lain perasaan
tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control),
dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delussion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif
tidak nyata / tidak menonjol.

Diagnosa Banding :
Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan
Keadaan paranoid involusional (F22.8)
Paranoid (F22.0)
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman Diagnostik
Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia
Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda
(onset biasanya 15-25 tahun).
Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak
harus demikian untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini
Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya,
untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :perilaku
yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta manerisme, ada kecenderungan
untuk menyendiri (solitaris) dan perilaku menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek
pasien yang dangkal (shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh cekikikan (gigling)
atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum sendiri (self absorbed smiling) atau
sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyerigai, (grimaces), manneriwme, mengibuli secara
bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakalI dan ungkapan dan ungkapan kata yang
diulang-ulang (reiterated phrases), dan proses pikir yang mengalamu disorganisasi dan
pembicaraan yang tak menentu (rambling) dan inkoherens
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir biasanya menonjol,
halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak menonjol ) fleeting and fragmentaty delusion and
hallucinations, dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determnation) hilang serta
sasaran ditinggalkan, sehingga prilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of
purpose) Tujuan aimless tdan tampa maksud (empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang
dangkal, dan bersifat dibuat-buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya, makin
mempersukar orang memahami jalan pikirannya.
F20.3 Skizofrenia Tak terinci (undifferentiated )
Pedoman diagnostik :
1) Memenuhi kriteria umu untuk diagnosa skizofrenia
2) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik.
3) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skiszofrenia
F20.5 Skizofrenia Residual
Pedoman diagnostik:
Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut harus di penuhi semua:
a) Gejala Negatif dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktifitas
menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketidak adaan inisiatif, kemiskinan dalam
kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk, seperti ekspresi muka,
kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang buruk.
b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria
untuk diagnosa skizofrenia

c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang
nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom
negatif dari skizofrenia
d) Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik lainnya, depresi kronis atau
institusionla yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.
F20.6 Skizofrenia Simpleks
Pedoman diagnostik
Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan
perkembangan yang berjalan berlahan dan progresif dari:
1) gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi waham,
atau manifestasi lain dari episode psikotik. Dan
2) disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi
sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan hidup, dan
penarikan diri secara sosial.
Gangguan ini kurang jelas gejala psokotiknya dibanding dengan sub type skisofrenia lainnya.

Penatalaksanaan Skizofrenia
1. Terapi Somatik (Medikamentosa)
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik
bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia.
Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau
kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama
diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk
mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu
antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).
a.

Antipsikotik Konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional.
Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang
serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :
1) Haldol (haloperidol)
2) Mellaril (thioridazine)
3) Navane (thiothixene)
4) Prolixin (fluphenazine)
5) Stelazine ( trifluoperazine)
6) Thorazine ( chlorpromazine)
7) Trilafon (perphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional,
banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.---Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada pasien
yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik
konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk
meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan
minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama
(long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot
formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara
perlahan-lahan. Sistemdepot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic
antipsycotic.

b. Newer Atypcal Antipsycotic


Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbeda,
serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional.
Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :
Risperdal (risperidone)

Seroquel (quetiapine)
Zyprexa (olanzopine)
Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien dengan
Skizofrenia.
c. Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang pertama.
Clozaril dapat membantu 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan
antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang
tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan
jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang
mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli
merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih
aman tidak berhasil.

Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran


No.
1.

Nama Generik
Klorpromazin

2.

Haloperidol

3.
4.
5.
6.

Perfenazin
Flufenazin
Flufenazin dekanoat
Levomeprazin

7.
8.
9.

Trifluperazin
Tioridazin
Sulpirid

10.
11.

Pimozid
Risperidon

Sediaan
Tablet 25 dan 100 mg,
injeksi 25 mg/ml
Tablet 0,5 mg, 1,5 mg,
5 mg
Injeksi 5 mg/ml
Tablet 2, 4, 8 mg
Tablet 2,5 mg, 5 mg
Inj 25 mg/ml
Tablet 25 mg
Injeksi 25 mg/ml
Tablet 1 mg dan 5 mg
Tablet 50 dan 100 mg
Tablet 200 mg
Injeksi 50 mg/ml
Tablet 1 dan 4 mg
Tablet 1, 2, 3 mg

Dosis
150 - 600 mg/hari
5 - 15 mg/hari
12 - 24 mg/hari
10 - 15 mg/hari
25 mg/2-4 minggu
25 - 50 mg/hari
10 - 15 mg/hari
150 - 600 mg/hari
300 - 600 mg/hari
1 - 4 mg/hari
2 - 6 mg/hari

Cara penggunaan
o Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klnis) yang sama
pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping sekunder.
o Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan
dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.
o Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang
sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis
lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana
profil efek samping belum tentu sama.
o Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat
antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek
sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang
o Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping
(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu
kualitas hidup pasien
Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai
dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila
perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)
diturunkan setiap 2 minggu dosis maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2
tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/mingu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4
minggu) stop
Untuk pasien dengan serangan sndroma psikosis multi episode terapi pemeliharaan
dapat dibarikan palong sedikit selama 5 tahun.
Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis
terakhir yang masih mempunyai efek klinis.
Pada umumnya pemberian oabt psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan
sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis
reaktif singkat penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kueun
waktu 2 minggu 2 bulan.
Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan
dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali.
Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound yaitu:
gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan ini
akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin 0,25 mg IM
dan tablet trihexypenidil 3x2 mg/hari)
Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau
atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis
dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan menjadi 1
cc setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi dan
pemeliharaan terhadap kasus skizofrenia.
Penggunaan CPZ injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada waktu
perubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan mengatasinya
dengan injeksi nor adrenalin (effortil IM)
Haloperidol sering menimbulkan sindroma parkinson. Mengatasinya dengan tablet
trihexyphenidyl 3-4x2 mg/hari, SA 0,5-0,75 mg/hari.

o
o
o

o
o

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama


Newer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia episode
pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena tardive
dyskinesia lebih rendah.
Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja.
Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli
biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril)

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)


Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting untuk
mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita berhenti
minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini
terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau
mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.
Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat
oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat
dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya. Terkadang pasien dapat kambuh walaupun
sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk
menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat
diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan

antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila
terapi dengan obat-obatan diatas gagal.

Pengobatan Selama fase Penyembuhan


Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh.
Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum obat setelah episode
petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia
episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba
menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau
balum sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu
diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan
makin beratnya penyakit.

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik


Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat
penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin masalah
terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional
gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal
(EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku
penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat
beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki.
Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine)
bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.
Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan
mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan
terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari
obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional
mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional
dengan antipsikotik atipikal.
Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga
banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk
mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti
dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.
Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan
obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan
olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.
Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana
timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi
berupa demam penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang
segera.

2. Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan
komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang
dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah
sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara
lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.
b. Terapi berorientasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam
keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan
manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode
pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses

pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara
yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas
teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan
tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.---Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi
terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga
adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka
relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 10 % dengan terapi keluarga.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan
hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku,
terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam
menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi
pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara
interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
d. Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan
skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan menambah efek terapi
farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah
perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien sebagai aman. Pengalaman
tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi
dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.---Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam
pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien
skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan
kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati.
Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan
hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang
prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi
persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha
untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.
3. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan
medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat
kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara
pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada
perawatan rumahsakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh
serta keluarga pasien tentang skizofrenia.---Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun
aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit
pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit
harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup,
pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat
pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan
keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.---Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di rumah sakit
yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo cerleti(1887-1963).
Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi ini belum diketahui secara pasti. Alat yang
digunakan adalah alat yang mengeluarkan aliran listrik sinusoid sehingga penderita menerima

aliran listrik yang terputus putus. Tegangan yang digunakan 100-150 Volt dan waktu yang
digunakan 2-3 detik.
Pada pelaksanaan Terapi ini dibutuhkan persiapan sebagai berikut:
Pemeriksaan jantung, paru, dan tulang punggung.
Penderita harus puasa
Kandung kemih dan rektum perlu dikosongkan
Gigi palsu , dan benda benda metal perlu dilepaskan.
Penderita berbaring telentang lurus di atas permukaan yang datar dan agak keras.
Bagian kepala yang akan dipasang elektroda ( antara os prontal dan os temporalis)
dibersihkan.
Diantara kedua rahang di beri bahan lunak dan di suruh agar pasien menggigitnya.

Frekuensi dilakukannya terapi ini tergantung dari keadaan penderita dapat diberi:
2-4 hari berturut - turut 1-2 kali sehari
2-3 kali seminggu pada keadaan yang lebih ringan
Maintenance tiap 2-4 minggu
Dahulu sebelum jaman psikotropik dilakukan 12-20 kali tetapi sekarang tidak dianut lagi.

Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia katatonik dan bagi pasien karena
alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik atau tidak adanya perbaikan setelah
pemberian antipsikotik.---Kontra indikasi Elektro konvulsiv terapi adalah Dekompensasio kordis, aneurisma aorta,
penyakit tulang dengan bahaya fraktur tetapi dengan pemberian obat pelemas otot pada pasien
dengan keadaan diatas boleh dilakukan. Kontra indikasi mutlak adalah tumor otak.
Sebagai komplikasi terapi ini dapat terjadi luksasio pada rahang, fraktur pada vertebra,
Robekan otot-otot, dapat juga terjadi apnue, amnesia dan terjadi degenerasi sel-sel otak.

Prognosis
A. Prognosis ke Arah Baik
1) Onset akut dengan faktor pencetus yang jelas
2) Riwayat hubungan sosial & pekerjaan yang baik ( premorbid )
3) Adanya gejala afektif ( depresi )
4) Subtipe paranoid
5) Subtipe katatonik
6) Sudah menikah
7) Banyak symptoms positif
8) Kebingungan
9) Tension, cemas hostilitas
B. Prognosis ke Arah Buruk
1) Onset perlahan-lahan dengan faktor pencetus tidak jelas
2) Riwayat hubungan sosial dan pekerjaan buruk ( premorbid )
3) Menarik diri , tingka laku yang artistik
4) Tipe Hebepink dan tipe tak tergolongkan
5) Belum menikah
6) Riwayat skizofrenia dalam keluarga
7) Adanya gejala neurologik
8) Banyak symptom negatif
9) Tidak ada gejala afektif atau hostilitas yang jelas

7. Memahami dan Menjelaskan Ibadah Mahdhoh


a. Pengertian Ibadah
Secara etomologis diambil dari kata abada, yabudu, abdan, fahuwa aabidun. Abid, berarti
hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, hatta dirinya sendiri milik tuannya,

sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untuk memperoleh keridhaan tuannya dan
menghindarkan murkanya.
Manusia adalah hamba Allah Ibaadullaah jiwa raga haya milik Allah, hidup matinya di
tangan Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk ibadah atau
menghamba kepada-Nya:
56

Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu (QS. 51(al-Dzariyat):
56).
b. Jenis Ibadah
1. Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat
yang berbeda antara satu dengan lainnya; Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang
murni hanya merupakan hubung an antara hamba dengan Allah secara langsung. Ibadah bentuk
ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun
al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh
Allah adalah untuk memberi contoh:
64
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah(QS. 4: 64).
7
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang,
maka tinggalkanlah( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:
. . .
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul
saw., maka dikategorikan Muhdatsatul umur perkara meng-ada-ada, yang populer disebut
bidah: Sabda Nabi saw.:
. .
.
.
.
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah
karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:

.
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran
logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi
memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri. Shalat, adzan, tilawatul Quran,
dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syariat, atau tidak. Atas dasar ini,
maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan
atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya,
semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu

misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi:


Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1) Wudhu,
2) Tayammum
3) Mandi hadats
4) Adzan
5) Iqamat
6) Shalat
7) Membaca al-Quran
8) Itikaf
9) Shiyam ( Puasa )
10) Haji
11) Umrah
12) Tajhiz al- Janazah
Rumusan Ibadah Mahdhah adalah
KA + SS
(Karena Allah + Sesuai Syariat)
2. Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di
samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara
hamba dengan makhluk lainnya . Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan
Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah
bentuk ini tidak dikenal istilah bidah , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang
tidak dikerjakan rasul bidah, maka bidahnya disebut bidah hasanah, sedangkan dalam
ibadah mahdhah disebut bidah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau
madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat,
buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah
BB + KA
(Berbuat Baik + Karena Allah)
3. Hikmah Ibadah Mahdhah
Pokok dari semua ajaran Islam adalah Tawhiedul ilaah (KeEsaan Allah) , dan ibadah
mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan Allah itu, sehingga
dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan:
a. Tawhiedul wijhah (menyatukan arah pandang). Shalat semuanya harus menghadap ke
arah kabah, itu bukan menyembah Kabah, dia adalah batu tidak memberi manfaat dan
tidak pula memberi madharat, tetapi syarat sah shalat menghadap ke sana untuk
menyatukan arah pandang, sebagai perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun
orang shalat ke arah sanalah kiblatnya (QS. 2: 144).
b. Tawhiedul harakah (Kesatuan gerak). Semua orang yang shalat gerakan pokoknya sama,
terdiri dari berdiri, membungkuk (ruku), sujud dan duduk. Demikian halnya ketika thawaf
dan sai, arah putaran dan gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang diibadati hanya
satu.
c. Tawhiedul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena Allah yang disembah
(diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan ibadah kepadanya hanya satu
yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus

satu bahasa, demikian juga membaca al-Quran, dari sejak turunnya hingga kini al-Quran
adalah bahasa al-Quran yang membaca terjemahannya bukan membaca al-Quran.

Anda mungkin juga menyukai