Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

ANEMIA DEFISIENSI BESI


Disusun oleh
Hedo Saputra Jaya S.Ked

Pembimbing

dr. Khainir Akbar, Sp.A


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSU HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2015

DEFINISI
Defisiensi besi adalah berkurangnya
jumlah total besi di dalam tubuh.
Anemia defisiensi besi terjadi ketika
defisiensi besi yang terjadi cukup berat
sehingga menyebabkan eritropoesis
terganggu dan menyebabkan
terbentuknya anemia.

EPIDEMIOLOGI
Secara epidemiologi, prevalensi tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan
awal masa kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan
dan percepatan tumbuh masa kanak-kanak yang disertai rendahnya asupan besi
dari makanan, atau karena penggunaan susu formula dengan kadar besi kurang.
Selain itu ADB juga banyak ditemukan pada masa remaja akibat percepatan
tumbuh, asupan besi yang tidak adekuat dan diperberat oleh kehilangan darah
akibat menstruasi pada remaja puteri.
Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalensi ADB. Angka kejadian anemia
defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalensi ADB pada
bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%,
64,8% dan 48,1%.

ETIOLOGI
Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis
Pertumbuhan
Menstruasi

Kurangnya besi yang diserap


Masukan besi dan makanan yang tidak adekuat\
Malabsorpsi besi

Perdarahan
Transfusi feto maternal
Hemoglobinuria
Iatrogenic blood loss
Idiopathic pulmonary hemosiderosis
Latihan yang berlebihan

Kebutuhan rata-rata zat besi per


hari
- 0-6 bulan 3 mg
- 7-12 bulan 5mg
- 1-3 tahun 8 mg
- 4-6 tahun 9 mg
- 7-9 tahun 10 mg
- 10-12 tahun pria : 14 mg
wanita : 14 mg
- 13-15 tahun pria :17 mg
wanita :19 mg

PROSES ABSORBSI BESI


(Bentuk Non Heme)
Makanan
(ferri/Fe3+)

HCl lambung,
asam amino
dan vitamin C

ferro(Fe2+)
diabsorbsi sel
mukosa usus

Dalam usus:
Fe 2+ Fe
3+

Diplasma : Fe
2+ Fe 3+

Fe 3+ Fe
2+

Dalam
pembuluh
darah

Fe3+ +
Apoferitin
=Feritin

Fe3+ +
1globulin =
transferin

Transferin
berfungsi
untuk
mengangkut
besi

PROSES ABSORBSI BESI


(Bentuk Heme)
Besi heme
didalam
lambung+
proteinnya.

HCl lambung
dan enzim
proteosa

oksidasi jadi
hemin

Ion feri akan


mengalami
siklus
metabolisme
besi

ion feri dan


porfirin

PATOFISIOLOGI
` Anemia defisiensi Fe merupakan hasil akhir
keseimbangan negatif Fe yang berlangsung
lama.
Bila keseimbangan besi ini menetap akan
menyebabkan cadangan besi terus berkurang.
Terdapat 3 tahap defisiensi besi, yaitu :

Iron depletion
Ditandai dengan cadangan besi menurun atau tidak ada tetapi kadar Fe
serum dan Hb masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan
absorpsi besi non heme.

Iron deficient erythropoietin/iron limited erythropoiesis


Pada keadaan ini didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk
menunjang eritropoiesis. Pada pemeriksaan laboratorium didapat
kadar Fe serum dan saturasi transferin menurun sedangkan TIBC dan
FEP meningkat.

Iron deficiency anemia


Keadaan ini merupakan stadium lanjut dari defisiensi Fe. Keadaan ini
ditandai dengan cadangan besi yang menurun atau tidak ada, kadar Fe
serum rendah, saturasi transferin rendah, dan kadar Hb atau Ht yang
rendah

Tabel Tahapan kekurangan


besi
Tahap III
Hemoglobin

Tahap I (Normal)

Tahap

II

(sedikit (menurun jelas) Mikrositik

menurun)

hipokrom

Cadangan besi
(mg)

<100

Fe serum (ug/dl)

Normal

<60

<40

TIBC (ug/dl)

360-390

>390

>410

Saturasi transferin
(%)

20-30

<15

<10

Feritin serum
(ug/dl)

<20

<12

<12

Sideroblas (%)

40-60

<10

<10

>30

>100

>200

Normal

Normal

Menurun

FEP (ug/dl eritrosit)


MCV

MANIFESTASI KLINIS
Pada yang ringan diagnosis ADB
ditegakkan hanya dari temuan
laboratorium saja.
Pada ADB dengan kadar Hb 6-10 g/dl
terjadi mekanisme kompensasi yang
efektif sehingga gejala anemia hanya
ringan saja.
Bila kadar Hb turun <5 g/dl gejala
iritabel dan anoreksia akan mulai
tampak lebih jelas.
Bila anemia terus berlanjut dapat
terjadi takikardia, dilatasi jantung dan
murmur sistolik.
Namun kadang-kadang pada kadar Hb
< 3-4 g/dl pasien tidak mengeluh
karena tubuh sudah mengadakan
kompensasi, sehingga beratnya gejala
ADB sering tidak sesuai dengan kadar
Hb

Pallor /pucat merupakan


gejala tersering dan paling
penting dari defisiensi besi
namun biasanya belum
terlihat sampai
hemoglobin turun sampai
7-8 g/dL. Keadaan ini
paling sering muncul pada

telapak tangan
lipatan telapak tangan
kuku jari
konjungtiva.

Lanjutan
Gejala khas anemia defisiensi besi

Koilonikia/spo
on nail

atrofi papila
lidah

Stomatitis
angularis

Atrofi papil lidah

Spoon nail
Stomatitis angularis

DIAGNOSIS
1. Menurut WHO
Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
Kosentrasi Hb eritrosit rata-rata <31% (N : 32-35%)
Kadar Fe serum <50 ug/dl (N : 80 180 ug/dl)
Saturasi transferin <15 % (N ; 20 50%)

2. Menurut Cook dan Monsen


Anemia hipokrom mikrositik
Saturasi transferin <16%
Nilai FEP >100 ug/dl
Kadar feritin serum <12 ug/dl
Untuk kepentingan diagnosis minimal 2 atau 3 kriteria
(ST, feritin serum,dan FEP harus dipenuhi)

Lanjutan
3. Menurut Lankowsky
Pemeriksaan apus darah tepi hipokrom mikrositer yang
dikonfirmasi dengan kadar MCV, MCH, dan MCHC yang menurun
RDW > 17 %
FEP meningkat
Feritin serum menurun
Fe serum menurun, TIBC meningkat, ST < 10%
Respon terhadap pemberian preparat besi
Sumsum tulang

DIAGNOSIS BANDING
Pemeriksaan

Anemia

Talasemia

Hemoglobin

defisiensi besi
Turun

atau
Turun

penyakit kronis
Turun

MCV

Turun

Turun

Normal-turun

RDW

Naik

Normal

Normal-naik

RBC

Turun

Normal-naik

Normal-turun

Serum Ferritin

Turun

Normal

Naik

Normal

Turun

Total

Iron Naik

Anemia

Binding
Capacity
Transferrin

Turun

Normal

Turun

Saturation
FEP

Naik

Normal

Naik

Transferin

Naik

Normal

Naik

Receptor
Reticulocyte

Turun

Normal

Normal-turun

hemoglobin
concentration

PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

1. Pemeriksan darah rutin


2. Morfologi darah tepi
3. Pemeriksaan status besi
4. Apusan sumsum tulang

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum
:

Mengobati penyebab anemia


Pemberian tranfusi darah
perdarahan yang jelas
dengan Hb < 4 g/dl
Keadaan anemia yang
sangat berat atau disertai
infeksi
PRC dosis : 2-3
mg/kgBB/satu kali
pemberian disertai
pemberian furosemid

Pemberian Preparat Fe :

Fero sulfat 3 x 10 mg
secara oral dalam keadaan
perut kosong, dapat
dimulai dengan dosis
rendah dan dinaikkan
bertahap
Pada pasien yang tidak
kuat dapat diberikan
bersama makanan
Banyak efek samping

Lanjutan
Terapi parental :
IM menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal
Dekstran besi, larutan ini mengandung 50 mg
besi/ml. Dosis dihitung berdasarkan :
Dosis besi (mg)=BB(kg) x kadar Hb yang
diinginkan (g/dl) x 2,5

PEMANTAUAN
I.

Terapi
a) Periksa kadar hemoglobin
setiap 2 minggu
b) Kepatuhan orang tua dalam
memberikan obat
c) Gejala sampingan pemberian
zat besi yang bisa berupa
gejala gangguan gastrointestinal misalnya :
a)
b)
c)
d)

Konstipasi
Diare
rasa terbakar diulu hati
nyeri abdomen dan mual.
Gejala lain dapat berupa
pewarnaan gigi yang
bersifat sementara.

II. Tumbuh Kembang


a) Penimbangan berat badan
setiap bulan
b)Perubahan tingkah laku
c) Daya konsentrasi dan
kemampuan belajar pada
anak usia sekolah dengan
konsultasi keahli
psikologi
d)Aktifitas motorik

PENCEGAHAN
Primer :
a.
Pertahankan ASI hingga 6 bulan
b.
Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun
c.
Menggunakan sereal/makanan tambahan yang dapat
difortifikasi tepat pada waktunya, yaitu sejak usia 6 bulan - 1
tahun
d.
Pemberian vitamin C dan buah-buahan, minum preparat besi
dan menghindari preparat yang dapat menghambat
penyerapan besi
e.
Menghindari minum susu yang berlebihan dan meningkatkan
makanan yang berasal dari hewani
f.
Pendidikan kebersihan lingkungan

Lanjutan
Sekunder :
a.

Skrining ADB dilakukan dengan pemeriksaan Hb atau Ht, waktunya


disesuaikan dengan berat badan lahir dan usia bayi. Waktu yang
tepat masih kontroversial. American Academy of Pediatrics
(AAP) menganjurkan usia 9-12 bulan, 6 bulan kemudian dan usia
24 bulan. Pada daerah dengan resiko tinggi dilakukan tiap tahun
sejak usia 1 tahun sampai 5 tahun.
a. Skrining dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan MCV, RDW,
feritin serum dan trial terapi besi. Skrining dilanjutkan saat usia
remaja
b. Nilai MCV yang rendah dengan RDW yang lebar merupakan
salah satu alat skrining ADB
c. Skrining yang paling sensitif, mudah dan dianjurkan yaitu zinc
erythrocyte protoporphyrin (ZEP)
d. Bila bayi dan anak di beri susu sapi sebagai menu utama dan
berlebihan sebaiknya dipikirkan melakukan ADB dan segera
berikan terapi.
e. Suplementasi besi

Lanjutan
b.

Merupakan cara paling tepat untuk mencegah terjadinya


ADB di daerah dengan prevalensi tinggi. Dosis besi elemental
yang di anjurkan:
a. Bayi berat lahir normal dimulai sejak usia 6 bulan
dianjurkan 1 mg/kgBB/hari
b. Bayi 1.5 2.0 kg : 2 mg/kgBB/hari, diberikan sejak usia 2
minggu
c. Bayi 1.0 1.5 kg : 3 mg/kgBB/hari, diberikan sejak usia 2
minggu
d. Bayi < 1kg : 4 mg/kgBB/hari, diberikan sejak usia 2
minggu.
e. Bahan makanan yang sudah difortifikasi seperti susu
formula untuk bayi dan makanan pendamping ASI seperti
sereal

PROGNOSIS
Prognosis baik bila penyebab anemianya
hanya kekurangan besi saja dan diketahui
penyebabnya serta kemudian dilakukan
penanganan yang adekuat. Gejala anemia dan
manifestasi klinisnya akan membaik dengan
pemberian preparat besi.

Anda mungkin juga menyukai