TUGAS
KEPERAWATAN KLINIK III A
oleh
Kelompok 5
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik III A dosen pengampu
Ns. Wantiyah, M.Kep.
oleh
Kelompok 5
Ahmad Nasrullah
NIM 132310101010
Nur Winingsih
NIM 132310101020
Indra Kurniawan
NIM 132310101021
NIM 132310101033
Windi Noviani
NIM 132310101036
Yulince Atanay
NIM 132310101040
Rizka Agustine
NIM 132310101041
NIM 132310101051
Ratih Dwi A.
NIM 132310101042
Talitha Zhafirah
NIM 132310101055
Ike Andriani
NIM 132310101057
Kasus
Seorang pasien perempuan usia 45 tahun dibawa ke UGD karena mengalami nyeri hebat
pada perut sebelah kanan atas. Nyeri kadang dirasakan pada daerah baru. Pasien juga
merasakan demam sejak 1 hari yang lalu. Berdasarkan berbagai pemeriksaan yang
dilakukan pasien didiagnosa kolesistitis.
Analisa Kasus
A. Kolesistitis
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang menrupakan inflamasi akut
dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan
dikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker, 2001).
Kolesistitis yang dialami oleh pasien tersebut adalah kolesistitis akut. Kolesistitis
merujuk pada inflamasi akut dari kandung mepedu. Ini biasanya mengiritasi lapisan
kandung mepedu. Ini dapat menjadi padat dalam duktus sistik yang menyebabkan
obstruksi dan =inflamasi dinding kandung empedu, mencetus infeksi. Kandung empedu
terlatak di bawah lobus kanan hepar. Fungsi utamanya adalah mengkonsentrasikan dan
menyimpan
empedu
yang
diproduksi
Dikerjakan Oleh:
Dema novita hindom
132310101033
Referensi :
Hadi, Sujono. 1995. Gastroenterologi, ed. 6. Alumni : Bandung
Mitchel, Richard N. 2008. Buku saku dasar keperawatan patologis Robbins &
Cotran Ed.7. Jakarta: EGC
Smeltzer, S& Brunner Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.
http://www.academia.edu/9341232/Asuhan_keperawatan_kolesistitis
Gejala Akut
1) Nyeri hebat mendadak pada epigastrium atau abdomen kuadran kanan atas,
nyeri dapat menyebar ke punggung dan bahu kanan.
2) Nyeri 30-60 menit pasca krandial kuadran kanan atas.
3) Rasa sakit menjalar ke pundak / scapula kanan
4) Penderita dapat berkeringat banyak dan gelisah.
5) Nausea dan muntah sering terjadi
6) Leukostesis
7) Ikterus, dapat di jumpai di antara penderita penyakit kandung empedu dengan
persentase yang kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledokus.
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan
gejala yang khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi di bawa ke dalam
duodenum akan di serap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat
kulit dan membran mukosa bewarna kuning. Keadaan ini sering di sertai
dengan gejala gatal-gatal yang mencolok pada kulit.
8) Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan
membuat urine bewarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi di warnai oleh
Gejala kronis
Gejala kolelitiasis kronis mirip dengan gejala kolelitiasis akut, tetapi
beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata. Pasien sering memiliki riwayat
dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati, atau flatulen yang berlangsung lama.
Menurut Reeves ( 2001) tanda dan gejala yang biasanya terjadi adalah:
batu empedu yang menyumbat saluran keluar empedu. Akibatnya getah empedu akan
tertahan dalam kandung empedu akan menimbulkan reaksi kimia, terjadi otolisis serta
edema, dan pembuluh darah dalam empedu akan terkompresi sehingga suplai vascular
terganggu. Sehingga terjadilah perubahan metabolis yang terganggu berakibat pada
iskemia dan nekrosis mukosa kandung empedu yang dapat menyebabkan infeksi
kandung empedu yang menimbulkan nyeri pada koliesistisis akut. Jika hal tersebut tidak
ditangani maka sebagai konsekusnsinya dapat terjadi gangren yang dapat disertai
perforasi kantong empedu (pecah), atau bisa terbentuk fistula (saluran) antara kandung
empedu dan usus, serta kemungkinan septikemia sebagai akibat dari peradangan lanjutan
pada kolesistisis kronik. (Brunner & Suddarth. 2001)
Sedangkan pada kolesitisis akalkulus (inflamasi kandung empedu akut tanpa
adanya obtruksi batu empedu), dapat timbul diduga setelah tindakan bedah mayor,
trauma berat atau luka bakar. Fakor lainnya yang berkaitan dengan kolesitesis ini
mencakup obstruksi diktus sistikus akibat torsi, infeksi primer bacterial pada kandung
empedu. Kolesitsesis skalkulis ini diperkirakan terjadi akibat perubahan cairan dan
elektrolit serta aliran daerah regional dan sirkulasi visceral misalnya pada kasus akibat
infeksi primer bacterial pada kandung empedu, bakteri dapat mengeluarkan endotoksin
yang mampu menghapuskan respon kontraktil ke CCK, menyebabkan kandung empedu
menjadi stasis sehingga getah empedu terkonsentrasi tetap stagnan di lumen kadung
empedu. (Brunner & Suddarth.2001)
132310101010
Referensi:
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 vol 2. Jakarta EGC
Bloom A, Alan dkk. 2014. Cholecystisis. http://emedicine.medscape.com/article/
171886overview#a0104 . [Diakses pada 20 April 2015 pukul 08.18WIB]
E. Pemeriksaan Kolesistitis
1. Radiologi
Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai
prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan cepat dan akurat, dan dapat digunakan pada penderita
disfungsi hati dan ikterus. Disamping itu, pemeriksaan USG tidak
membuat pasien terpajan radiasi inisasi. Prosedur ini akan memberikan
hasil yang paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam
2. Radiografi: Kolesistografi
Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil
USG meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi
batu empedu dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk
melakukan
pengisian,
memekatkan
isinya,
berkontraksi
serta
3. Sonogram
Sonogram dapat mendeteksi batu dan menentukan apakah
dinding kandung empedu telah menebal. (Williams 2003)
ini
memungkinkan
visualisasi
struktur
secara
keberadaan
batu
di
duktus
dan
memungkinkan
2)
Kenaikan fosfolipid
3)
4)
5)
6)
Penurunan urobilirubin
7)
5000 - 10.000/iu)
8)
Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila
ada batu di duktus utama (Normal: 17 - 115 unit/100ml)
F. Penatalaksanaan Medis Kolesistitis
Penanganan
kolelitiasis
dibedakan
menjadi
dua
yaitu
sembuh
dengan
istirahat,
cairan
infus,
penghisapan
gejala
akut
mereda
dan
evalusi
yang
lengkap
dapat
dengan
kolelitiasis,
terutama
batu
yang
kecil.
Angka
Disolusi kontak
Terapi contact
dissolution adalah
suatu
cara
untuk
menyebabkan
iritasi
mukosa,
sedasi
ringan
dan
adanya
Prosedur
non
invasive
ini
menggunakan
gelombang
kejut
batu
tersebut
menjadi
beberapa
sejumlah
fragmen.
hanya
terbatas
pada
pasien
yang
telah
benar-benar
5.
ERCP,
suatu
endoskop
dimasukkan
melalui
mulut,
Zat kontras
kosmetik.
Masalah
yang
belum
terpecahkan
adalah
132310101036
Referensi:
Dr. H. Y. Kuncara Aplikasi klinis patofisiologi: Pemeriksaan dan
manajemen, edisi 2: 2009; Buku kedokteran EGC
Nucleus Precise Newsletter. (2011). Batu Empedu. Jakarta :
PT.Nucleus Precise
Noer, Sjaifoellah. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. HKUI: Jakarta
Pearce,
Evelyn
C.
2006. Anatomi
dan
Fisiologi
Untuk
Suzanne
c,
dkk.
2001. Keperawatan
medical
A. PemeriksaanFisik
1) Kaji keadaanumum pasien:meliputi kesan secara umum pada
keadaansakittermasukekspresiwajah(meringis,grimace,lemas)
posisipasien.Kesadaranyang
dan
meliputipenilaiansecarakualitatif
sangatlemah,takikardi,diaforesis,wajahpucatdan
atau
menggigil,demam,
padaperutkananatasmenyebarkepunggungataubahu
kanan,gelisah.
4)B4: Urinegelap pekat.
5)B5:Distensiabdomen,terabamassapadakuadrankananatas,feses
warnaseperti tanah liat.
6)B6: Kelemahan, ikterik,kulit berkeringat dangatal (pruritus).
C. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana kesehatan: pola hidupsehat pasien yang
menderitakolesistitis
harus
ditingkatkan
statuskesehatannya,perawatan,dantatalaksana
jugaperluuntukterus
dalam
meningkatkan
hidupsehat.
Keluarga
melakukanperawatanselaintimkesehatan
gunameningkatkankesehatannya.
2) Polanutrisidanmetabolisme:polanutisipasiendengankolesistitis
terganggu,halinidikarenakanpasienmengalamimual,muntahdan
kembungsehingga pasienmengalami resiko perubahan nutrisi.
3) Pola eliminasi: pola eliminasi pada pasien dengan kolesistitis
mengalamigangguanyang ditandaidenganurineyang berwarna pekat
dan gelap serta fesesyangberwarnaseperti tanahliat.
4) Polaaktivitas:Pasiendengankolesistitismengalamiperubahanpola
aktivitasnya.Hal ini dikarenakan pasien mengalmi nyeri perutkanan
atas sertaadanya perubahan nutria yangmenyebabkan kelemahan.
Perubahan pola nutrisijugadapat mempengaruhiaktivitasnya.
5) Polaistirahatdantidur:Polaistirahatpadapasienkolesistitisjuga
mengalami gangguan karenanyeriyangdirasakan.
6) Pola
kognitif
dan
persepsi
sensori:
Pola
ini
mengenai
konsep
diri:
Bagaimana
persepsikeluarga
dan
pasien
berhubungandenganreproduksisosial.Padapasien
mengalamigangguandalamreproduksikarenanyeriyang
dirasakan.
10)Polamekanisme
koping:Keluarga
perlumemberikandukungandan
selaluoptimisdanberdoaagar
Pemeriksaan penunjang
1)Darah lengkap:
a) Leukositosis sedang
(akut),
bilirubin
meningkat.
b) Enzim
hati serum-AST
agak
usus
menurunkanabsorbsi vitamin K.
2)Ultrasound: Menyatakan kalkuli, dan distensi kandung
empedu
retrograd
endeskopik:
Memperlihatkan
Kolangiografitranshepatikperkutaneus:Pembedaangambarandengan
flouroskopianatarapenyakitkantungempedudankankerpankreas(
bila
ekterik ada).
5)Kolesistogram(untukkolositisis
kronis):Menyatakanbatupadasistem
empedu.Catatan:kontraindikasipadakolesititis
karenapasienterlalu
lemahuntukmenelanzatlewatmulut.CTScan:Dapatmenyatakan
kandungempedu,
dilatasi
duktus
empedu,
dan
kista
membedakan
abdomen
(multiposisi):
Menyatakan
(kalsifikasi)batuempedu,kalsifikasidinding
gambaran
radiologi
ataupembesarankandung
empedu.
8)Foto dada: Menunjukan pernapasan yang menunjukkan penyebaran
nyeri.
Diagnosa
1. Nyeri b/d proses inflamasi kandung empedu, obstruksi/spasme duktus, iskemia
jaringan/nekrosis
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d dispensi dan hipermortilitas gaster,
gangguan proses pembekuan darah, peningkatan metabolisme
3. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d
mual, muntah, gangguan pencernaan lemak,dispepsi, intake yang tidak adekuat
4. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi
Analisa Data
No.
Problem
Etiology
Symptom
1.
Gangguan rasanyaman:
nyeri.
2.
Perubahan nutrisi
Mual, muntah,
kurangdari kebutuhan
dyspepsia,
tubuh.
pembatasan masukan.
nyeri,
merasalemah karena
seringmual
dan
muntah.
DS: Pasien mengatakan
seringmuntah-muntah
dan merasamual serta
badannyamerasa
lemah.
3.
Resiko tinggi
Mual, muntah.
kekuranganvolume
cairan.
4.
Intervensi
Kurang pengetahuan
Kurangterpapar
tentang penyakit.
informasi.
kebingungan
dengan
keadaanyakini.
DS: Pasien mengatakan
tidak mengetahui apaapa
mengenai
penyakitnya kini.
NO
DIAGNOSA
INTERVENSI
RASIONAL
1.
1.
inflamasi kandung
tingkat
KEPERAWATAN
TUJUAN
DAN
KRITERIA
HASIL
empedu,
obstruksi/spasme
duktus,
Setelah dilaku
kan
iskemia perawatansela
jaringan/nekrosis
Pantau
intensitas
hkanperawat sebagaipedomanpe
ngambilanintervensi, sehinggaset
nyeri.
ma , klienm
2.
elaporkannyeri
teknik
berkurangatau
(nafas dalam)
hilang. Klienda
patmengkompe
nsasinyeri den
ganbaik
Kriteria Hasil:
- Skala nyeri 0
-4
- Grimace (-)
- Gerakanmelo
kalisirnyeri (-)
- Gerakanberta
han(defensife)
3.
Ajarkan
erus dipantau.
relaksasi
2.
m)dapat membantumenurunkank
Beri
etegangan otot,menurunkanmedi
kompres
yang
mengalami
Beri
3.
yang nyaman
5.
untuk mengurangi
rasa nyeri.
perdarahan)
4.
t membantu
Kondisikan
lingkungan yang
n sebagaiterapi penurunketegang
an yangdapat berpengaruhterhad
appenurunan nyeri.Namun harus
pasiendenganperdarahan.
padadaerahnye
6.
ri (-)
- Klien tenang
Catat repons 4.
laporkan
Posisi
Kolaborasi
pemberian
analgesik
sesuai
terapi.
kuan ototyangmengakibatkan
rasa nyamanterganggu.
5.
program
Kondisi
hilang
dapat
menunjukkan
adanya komplikasi
7.
Analgesikberfungsi
untukmelakukanhambatan padas
ensor nyerisehingga sensasinyeri
pada klienberkurang.
Resiko
tinggi Tujuan:
kekurangan volume
cairan
b/d
1.
Keseimbangan
cairan adekuat
kehilangan
cairan
melalui
muntah distensi
dan hipermotilitas
gaster,
gangguan
dan
Dibukti
Monitor
pemasukan
1.
Memberikan
pengeluaran
sirkulasi
cairan
penggantian cairan.
2.
2.
Awasi
belanjutnya
dan
Muntal
kebutuhan
berkepanjangan,
pemasukan
vital stabil
kram
menimbulkan
abdomen,kejang
pembekuan darah, -
Membr
peningkatan
an
metabolisme
lembab,
-
mukosa
Turgor
kulit baik,
-
Pengisi
an kapier baik,
-
Elimina
si urin normal,
-
Tidak
ada muntah
ringan,
3.
kelemahan
3.
oral
Anjurkan
Kaji
defisit
dapat
natrium,
Mempertahankan
keseimbangan
cukup minum
4.
informasi
cairan
dalam
tubuh
4.
contohnya
pendarahan pada
gusi,mimisan,
petekia, melena
5.
Kaji
pemeriksaan
ulang
5.
Mempertahankan
sirkulasi
dan
ketidakseimbangan.
volume
memperbaiki
laboraturium
6.
Beri cairan
.
3
Resiko
tinggi Tujuan:
gangguan
pemenuhan nutrisi:
kurang
kebutuhan
dari
Klien memenu
hi
dengan tingkat
pencernaan
aktivitas danke
lemak,dispepsi,
butuhanmetabo
Kriteria hasil:
1.
Berikan
1.
perawatan
oral gah
teratur.
2.
ketidaknyamanankarena mulut
Catat
berat
badan
saat
masuk dan
2.
saatberikutnya
3.
Kaji distensi
abdomen, berhati-
enjelaskan
gerak
tentangpenting
4.
nyanutrisi bagi
laboratorium/Hb-
klien
Ht-elektrolit-
Mempertahank
anberat
badan stabil
-Nilai
laboratorium
normal (Hb,Al
menolak
Pemeriksaan
Jelaskan
tentang
pengontrolan dan
pemberian
lemak (makanan
tmenyesuaikanterhadapkebutuha
n intervensi.
3.
Menunjukkan
ketidaknyamanan
berhubungan
4.
Nilai
laboratoriummerupakan data
yang diperlukanperawat untukme
ngevaluasikeberhasilan ataukeefe
lemak 5.
serangan
klien
dapatmenentukan
karbohidrat,
dapat
ngevaluasiperkembanganterapi n
ktifanintervensi sehinggaperawat
konsumsi
rendah
nyeri
Albumin.
Bebasdaritanda 5.
edap yangdapatmenurunkannafsu
dengan
hati,
malnutrisi
bandingken
-Klien dapatm
bumin)
kolelitiasis
kolesistitis),
ptif.
protein, vitamin,
mineral
dan
cairan
yang
adekuat.
6.
Anjurkan
mengurangi
makananberlemak
danmenghasilkan
gas
Pembatasan
lemak
kalori
yang dibutuhkanklien menurutak
tivitas
yangdilakukan klien,sehinggadih
arapakan jumlahasupan kalori ya
7.
Konsultasik
an
dengan
gizi
kebutuhan kalori
harian dan jenis
makanan
yang
menetapkan
Anjurkan
klien
istirahat
sebelummakan,
9.
6.
8.
satuwaktu dapatmenyebabkandis
Tawarkan m tensi
akan
namunsering.
cairan
makan.
akanmenyebabkandistensi
lambung
11. Sajikan
makanan
dalam
keadaan hangat.
12. Kolaborasi
cairan IV
yangmengakibatkanketidaknyam
anan.
11. Makanan yangsudah dingin
menyebabkan rasa
yang kurangmenyenangkanbagi
klien sehinggamenurunkan nafsu
makan klien.
12. Cairan glukosa IVdapat dibe
rikanapabila pasienbenar-benar ti
dakmendapatkanasupan peroral,cairan glukosa IVjuga dapat
menyediakan kaloribagi klien se
hinggaklien tidakmengalamikeku
rangan nutrisi.
penyakit.
2. Kaji
Pasienmampum
enerapkanpola
yangtelah
dijelaskan.
3.
4.
kesehatan
organ.
Implemantasi
N
DIAGNOSA
O
1.
kandung
empedu, 2.
duktus, 3.
obstruksi/spasme
IMPLEMENTASI
iskemia jaringan/nekrosis
4.
5.
sekitar klien
6.
Resiko
tinggi
kekurangan 1.
melalui
gaster, 2.
muntah distensi
hipermotilitas
dan 3.
contohnya
pendarahan
pada
gusi,mimisan,
petekia, melena
3.
Resiko
tinggi
5.
6.
gangguan 1.
4.
Memeriksakan
laboratorium/Hb-
Ht-
elektrolit-Albumin.
5.
Menjelaskan
pemberian
tentang
konsumsi
pengontrolan
karbohidrat,
dan
lemak
Menganjurkan
mengurangi
Menganjurkan
sebelummakan,
klien
istirahat
9.
Kurang
pengetahuan
kurangnya informasi
b.d
1. Memberikan
penjelasan
tentangkolesistitis.
padapasien
2. Mengkajiulangprognosis,
perawatan dan pengobatan.
diskusikan
3. Mengkajiulangprogram
samping.
dan
obat
efek
Evaluasi
No.
1.
Diagnosa
Evaluasi
2.
Pasien
mengatakan
sudah
tidak
3.
Resiko
volume
tinggi
cairan
Discharge Planning
a. Perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang penyakit
yang dialami dan potensi terjadinya komplikasi lanjutan berupa kolangitis.
b. Berikan instruksi ke klien atau anggota keluarga mengenai perawatan lanjutan,
tanda-tanda adanya infeksi, rawat jalan dan jadwal perawatan berikutnya.
c. Ingatkan pasien untuk meminum obat-obatan harian yang diperlukan untuk
proses penyembuhan, serta jelaskan tujuan, dosis, jadwal, tindakan
pencegahan, interaksi obat dengan dan potensial efek samping.
d. Ajarkan klien tentang manajemen nyeri, terapi diet, pembatasan aktivitas
dan perawatan kesehatan tindak lanjut.
e. Ajarkan klien cara perawatan diri di rumah dan semua hal yang diperlukan
untuk perawatan di rumah (Black, 1997).
f. Beri tahu klien untuk melakukan diet rendah lemak dan menghindari makanan
berlemak tinggi seperti susu, gorengan, alpukat, mentega dan cokelat.
Anjurkan minum cairan yang adekuat sedikitnya 2-3 L/hari.
Dikerjakan Oleh:
Nur Winingsih
132310101020
Ike Andriani
132310101057
Janna Nima I
132310101051
Referensi:
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3.
Jakarta: EGC
Ignatavicius, Donna D. & Workman M.L. 2006. Medical-Surgical Nursing, Critical
Thinking for Collaborative Care. St. Louis: Elsevier Saunders
Marry, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Akarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 2 Vol 2. Jakarta:
EGC.
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
EGC.
ASKEP KOLELITIASIS
Kasus
Seorang pasien laki-laki usia 50 tahun periksa ke poli interna RS Sehat karena
sering mengalami nyeri pada perut sebelah kanan atas. Nyeri berlangsung agak lama
sekitar 30 menit. Berdasarkan berbagai pemeriksaan yang dilakukan pasien
didiagnosa kolelitiasis.
Analisa Kasus
A. Definisi Kolelitiasis
B. Etiologi Kolelitiasis
C. Patofisiologi Kolelitiasis\
D. Tanda dan Gejala Kolelitiasis
Gejala klinik kolelitiasis bervariasi dari tanpa gejala hingga munculnya gejala.
Lebih dari 80% batu kandung empedu memperlihatkan gejala asimptomatik. Gejala
klinik yang timbul pada orang dewasa biasanya dijumpai gejala dispepsia non
spesifik, intoleransi makanan yang mengandung lemak, nyeri epigastrium yang tidak
jelas, tidak nyaman pada perut kanan atas. Gejala ini tidak spesifik karena bisa terjadi
pada orang dewasa dengan atau tanpa kolelitiasis.
Pada anak-anak, gejala klinis yang sering ditemui adalah adanya nyeri bilier dan
obstructive jaundice. Nyeri bilier yang khas pada penderita ini adalah kolik bilier
yang ditandai oleh gejala nyeri yang berat dalam waktu lebih dari 15 menit sampai 5
jam. Lokasi nyeri di epigastrium, perut kanan atas menyebar sampai ke punggung.
Nyeri sering terjadi pada malam hari, kekambuhannya dalam waktu yang tidak
beraturan. Nyeri perut kanan atas yang berulang merupakan gambaran penting
adanya kolelitiasis. Umumnya nyeri terlokalisir di perut kanan atas, namun nyeri
mungkin juga terlokalisir di epigastrium. Nyeri pada kolelitiasis ini biasanya
menyebar ke bahu atas. Mekanisme nyeri diduga berhubungan dengan adanya
obstruksi dari duktus. Tekanan pada kandung empedu bertambah sebagai usaha untuk
melawan obstruksi, sehingga pada saat serangan, perut kanan atas atau epigastrium
biasanya dalam keadaan tegang.
Studi yang dilakukan oleh Kumar et al didapatkan gejala nyeri perut kanan atas
yang berulang dengan atau tanpa mual dan muntah mencapai 75% dari gejala klinik
yang timbul, sisanya meliputi nyeri perut kanan atas yang akut, jaundice, failure to
thrive, keluhan perut yang tidak nyaman. Hanya 10% dijumpai dengan gejala
asimptomatik. Mual dan muntah juga umum terjadi. Demam umum terjadi pada anak
dengan umur kurang dari 15 tahun. Nyeri episodik terjadi secara tidak teratur dan
beratnya serangan sangat bervariasi. Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai
kelainan. Pada sepertiga pasien terjadi inflamasi mendahului nekrosis, kemudian
diikuti perforasi atau empiema pada kandung empedu.
Lewatnya batu pada kandung empedu menyebabkan obstruksi kandung empedu,
kolangitis duktus dan pankreatitis. Manifestasi pertama gejala kolelitiasis sering
berupa kolesistitis akut dengan gejala demam, nyeri perut kanan atas yang dapat
menyebar sampai ke skapula dan sering disertai teraba masa pada lokasi nyeri
tersebut. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nyeri tekan pada perut kanan atas yang
dapat menyebar sampai daerah epigastrium. Tanda khas (Murphys sign) berupa napas
yang terhenti sejenak akibat rasa nyeri yang timbul ketika dilakukan palpasi dalam di
daerah subkosta kanan.
b.
Kenaikan fosfolipid
c.
d.
e.
f.
Penurunan urobilirubin
g.
h.
Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di
duktus utama (Normal: 17 - 115 unit/100ml
chenodeoxycholic
seperti
terjadinya
diare,
peningkatan
kateter nasobilier. Larutan yang dipakai adalah methyl terbutyl eter. Larutan
ini dimasukkan dengan suatu alat khusus ke dalam kandung empedu dan
biasanya mampu menghancurkan batu kandung empedu dalam 24 jam.
Kelemahan teknik ini hanya mampu digunakan untuk kasus dengan batu
yang
kolesterol
yang
radiolusen.
Larutan
yang
digunakan
dapat
G. Komplikasi Kolelitiasis
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis:
1) Asimtomatik
2) Obstruksi duktus sistikus
3) Kolik bilier
4) Kolesistitis akut
5) Perikolesistitis
6) Peradangan pankreas (pankreatitis)
7) Perforasi
8) Kolesistitis kronis
9) Hidrop kandung empedu
10) Empiema kandung empedu
11) Fistel kolesistoenterik
12) Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan
batu empedu muncul lagi)
13) Ileus batu empedu (gallstone ileus)
Dikerjakan Oleh: Indra Kurniawan
NIM 132310101021
Referensi
I W Gustawan, K Nomor Aryasa, IPG Karyana, IGN Sanjaya Putra,oktober
2007.kolelitiasis pada anak. majalah kedokteran Indonesia. Volume 57, No. 10,
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/543/661.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo...
(dkk), EGC, Jakarta.
Price A. Sylvia, Lorraine M Wilson. 2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis prosesproses penyakit, edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC
H. Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d cedera biologis; inflamasi, obstruksi/spasme
duktus, iskemia jaringan/nekrosis
2. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
tubuh
b/d
Diagnosa
Tujuan
o
1
Keperawatan
Nyeri akut b/d
Tujuan: Nyeri
cedera
teratasi
Intervensi
1. Observasi dan catat
lokasi, beratnya (skala 0-
biologis;
Setelah
inflamasi,
dilakukan
obstruksi/spas
perawatan
me duktus,
selama 2x24
iskemia
jam.
jaringan/nekro
atau kolik ).
2. Catat repons terhadap
obat dan laporkan bila
nyeri tidak hilang.
3. Tingkatkan tirah baring,
sis
Krieria hasil
Pasien akan:
-
Melaporkan
halus/katun; minyak
nyeri
hilang/Terkont
rol dan dapat
-
yang nyaman.
4. Gunakan sprei yang
diatasi
Menunjukkan
penggunaan
kelapa; minyak
mandi(alpha keri)
5. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian sesuai
indikasi; antikolinergik.
keterampilan
relaksasi dan
aktivitas
2
Perubahan
hiburan
Tujuan :
nutrisi
Setelah
kurang
dari
dilakukan
kebutuhan
perawatan
tubuh
selama 3x24
b/d
gangguan
jam
pencernaan
Pemenuhan
intake yang
kebutuhan
menyenangkan pada
tidak adekuat.
nutrisi
pasien
disukai
4. Berikan suasana yang
adekuat.
sebelum makan
6. Konsul dengan ahli diet/
Kriteria hasil:
Pasien akan :
-
Melaporkan
tim
pendukung
sesuai indikasi
7. Berikan
diet
nutrisi
sesuai
mual/muntah
sudah hilang
Menunjukkan
kemajuan
mencapai BB
individu yang
tepat
baik.
dan
Makanan
habis
sesuai
porsi
yang
telah
3
Kekurangan
diberikan
Tujuan:
volume cairan
Setelah
b/d dispensi
dilakukan
kurang, peningkatan
dan
perawatan
hipermortilitas
selama 3x24
gaster,
jam
gangguan
Keseimbangan
proses
cairan adekuat
urine
2. Awasi belanjutnya
mual/muntah, kram
abdomen,kejang ringan,
kelemahan, kecepatan
pembekuan
darah
Kriteria hasil:
Dibuktikan oleh
tanda vital
stabil,
membran
mukosa
lembab, turgor
kulit baik,
pengisian
kapier baik,
serta adanya
eliminasi urin
normal
Implementasi
No
1
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut b/d cedera biologis;
inflamasi, obstruksi/spasme
duktus, iskemia
Implementasi
1. Mengobservasi dan mencatat lokasi
beratnya (skala 0-10) dan karakter
jaringan/nekrosis
Perubahan
dari
nutrisi
kebutuhan
kurang
tubuh
b/d
hari
3. Mendiskusikan dengan klien makan
laboraturium
5. Mengkolaborasikan pemberian antim
6. Mengkolaborasikan pemberian caira
elektrolit, dan vit K
Evaluasi
No
1
Diagnosa
Nyeri akut b/d cedera biologis;
Evaluasi
S: Pasien mengatakan, Sus, nyeri di perut saya sudah mulai
berkurang.
iskemia jaringan/nekrosis
Perubahan
nutrisi
kurang
kebutuhan
tubuh
b/d
dari
gangguan
P: Lanjutkan intervensi
S: Istri pasien mengatakan bahwa sus, suami saya sudah mau mak
adekuat.
P: Lanjutkan Intervensi.
S: Istri pasien mengatakan bahwa Sus, suami saya sudah
pembekuan darah
Dikerjakan Oleh :
Rizka Agustine NIM 132310101041
Talitha Zhafirah NIM 132310101055
Referensi:
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana
Doengoes, Marlyn E. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Klien. Jakarta: EGC
NANDA. 2005. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006.
Philadelphia: NANDA International.