Anda di halaman 1dari 3

Rangkuman Histologi

Bab I
Histoteknik dan pewarnaan
a. Definisi dan Ruang Lingkup Histologi Kedokteran
Istilah Histologi berasal dari kata Yunani Histos yang berarti jaringan
dan logia yang berarti ilmu yang mempelajari atau pengetahuan.
Sehingga secara harfiah, histologi merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang jaringan makhluk hidup. Dalam dunia kedokteran,
histologi khusus mempelajari tentang jaringan pada manusia. Dimana
histologi tidak hanya mencakup jaringan namun juga sel dan organ.
Histologi berkembang seiring dengan semakin berkembangnya mikroskop.
Melalui mikroskop dapat diamati bagian-bagian terkecil dalam satu
jaringan.
b. Pengenalan mikroskop
Mikroskop merupakan alat bantu dalam mengamati sediaan histologi.
Berdasarkan macam sinar yang digunakan sebagai sumber cahaya,
mikroskop dibagi dua, yaitu:
a. Mempergunakan sinar yang kelihatan : mikroskop optik, polarisasi,
phase contrast, interference dan Dar field.
b. Mempergunakan sinar yang tidak kelihatan : mikroskop elektron,
ultraviolet dan x-ray.
Daya resolusi pada mikroskop sinar yang baik kira-kira 0,2 mikron dan
pada mikroskop elektron kira-kira 0,2 milimikron.
Jenis-Jenis mikroskop yaitu.
1. Mikroskop cahaya: daya pembesaran bisa mencapai 1200 kali
2. Mikroskop phase contrast: obyeknya transparan
3. Mikroskop polarisasi: mempunyai dua prisma untuk melihat posisi
4. Mikroskop Dar field: latar belakangnya gelap, daya resolusinya
besar
5. Mikroskop interference: dua sinar menghasilkan satu bidang
bayangan
6. Mikroskop sinar x: mempunyai lamda lebih pendek, penetrasi lebih
kuat dan daya resolusi besar.
7. Mikroskop ultraviolet: memakai lensa-lensa quartz, daya resolusi 2
kali.
8. Mikroskop elektron: elektron sebagai pengganti cahaya.
c. Cara pembuatan sajian preparat histologi
Sebelum mengamati melalui mikroskop, ada beberapa proses atau
cara untuk membuat sajian histologi dari spesimen tertentu melalui satu
rangkaian proses hingga menjadi sajian atau sajian yang siap diamati atau
dianalisa. Proses ini disebut histoteknik, sajian yang baik dapat digunakan
untuk:
- Bahan pengajaran dan praktikum mahasiswa
- Riset
- Membantu menegakkan diagnosa penyakit yang diderita oleh
pasien.
Sumber pembuatan sajian histologi berasal dari cadaver (jenazah) yang
post mortemnya kurang dari tiga jam atau diambil dari jaringan atau

organ di kamar operasi. Selain itu juga bisa diambil dari hewan seperti
kera, kambing, babi, anjing, kucing, tikus putih dan kelinci.
Berikut rangkaian pembuatan sajian histologi, yaitu:
1. Fiksasi (Fixation)
Merupakan penentu dari hasil pada tahap selanjutnya. Hasil akhir
histologi yang baik sangat bergantung pada cara melakukan fiksasi.
Tujuan fiksasi:
- Mengawetkan jaringan
- Mengeraskan jaringan
Efek fiksasi terhadap jaringan yang diproses
- Menghambat proses pembusukan dan autolisis
- Pengawetan
- Pengerasan
- Pemadatan Koloid
- Differensiasi optik
- Pengaruh terhadap pewarnaan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
jaringan histologis adalah
1. Ketebalan irisan jaringan 3-5mm
2. Volume cairan fiksasi sekurang-kurangnya 15-20x volume
jaringan yang akan afiksasi
3. Jenis cairan fiksasi
Cairan fiksasi dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a) Micro-anatomical fixation, digunakan apabila struktur
histologis jaringan hendak dipertahankan dengan hubungan
yang benar antar lapisan jaringan dan kelompok sel. Cairan
yang tergolong dalam kelompok ini, yaitu cairan formalin
atau modifikasinya, cairan acetic alkohol formalin, cairan
heidenhain suasa, cairan zenker, cairan bouin.
b) Cytological fixatives, digunakan apabila struktur intraselulse
atau badan inklusi hendak dipertahankan dan diekspresikan.
Cairan yang tergolong kelompok ini, yaitu fiksasi inti (larutan
carnov) dan fiksasi sitoplasma (larutan Muller, formal salin,
formal calcium, zenker formal)
c) Histochemical fixatives, digunakan apabila jaringan hendak
diwarnai dengan pewarnaan histokimia.
2. Dehidrasi (Dehydration)
Bertujuan untuk mengeluarkan seluruh cairan yang terdapat dalam
jaringan Yan telah afiksasi sehingga nantinya jaringan dapat diisi
dengan parafin atau zat lain yang dipakai untuk membuat blok
preparat.
3. Pembeningan (Clearing)
Suatu tahap untuk mengeluarkan alkohol dari jaringan dan
menggantinya dengan satu larutan yang dapat berikatan dengan
parafin.
Bahan atau agen pembeningan yang sering dipakai, yaitu:
1. Chloroform
2. Benzene/benzon dan Xylene/xylol
3. Cedarwood Oil
4. Benzyl benzoat
5. Metyl benzoat
4. Pembenaman (Impregnasi/Embedding)

Proses untuk mengeluarkan cairan pembening (clearing agent) dari


jaringan dan diganti parafin.
5. Pengecoran (Blocking)
Proses pembuatan blok preparat agar dapat dipotong dengan mikrotom
6. Pemotongan jaringan (Sectioning)
Pemotongan dengan menggunakan mikrotom dengan tebal potongan
5-7 mikron
7. Pewarnaan (Staining)
Proses pemberian warna pada jaringan yang telah dipotong sehingga
unsur jaring menjadi kontras dan dapat dikenali atau diamati dengan
mikroskop.
8. Perekatan (Mounting)
Direndam di Xylol untuk mengeluarkan parafin dan direkatkan dengan
menggunakan Enthelan.
d. Jenis-jenis pewarnaan histologi
Beberapa pewarnaan yang biasa digunakan untuk mempersiapkan
preparat histologi, yaitu:
1. pewarnaan Hematoksilin Eosin
2. pewarnaan Mallory Azan
3. pewarnaan Wright
4. pewarnaan Periodic Acid Schiff
5. pewarnaan Verhoef van Gieson
6. pewarnaan Impregnasi Perak
7. pewarnaan Asam Osmic
e. Artefak
Artefak adalah bentukan yang terjadi dikarenakan kesalahan selama
proses pembuatan sajian.
Ada beberapa jenis artifak yaitu:
1. Artefak patahan
2. Artifak robekan
3. Artifak cat atau kotoran
4. Artifak akibat irisan tidak rata
5. Artifak lipatan
6. Artifak ruangan

Anda mungkin juga menyukai