NIFAS
Pendahuluan
Walaupun termasuk gawat darurat obstetri, perdarahan dalam kehamilan
muda,seringkali tidak mudah dikenali. Hal ini beraitan dengan stigma negative yang
terkait dengan kasus-kasus abortus menyebabkan kejadian tersebut sering
disembunyikan oleh para pasien. Hambatan lain yang juga sering terjadi adalah
akibat strategi program kesehatan maternal yang lebih difokuskan pada upaya
preventif terhadap kematian ibu selama kehamilan lanjut dan persalinan. Sekitar
52%-65% dari keseluruhan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan dalam
kehamilan dan persalinan. Dari total kasus perdarahan, sekitar 67% kematian
disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan. Risiko kematian yang disebabkan
oleh perdarahan pasca persalinan, mencapai 6-10 kali dari perdarahan sebelum
persalinan (antepartum)
Perdarahan pada kehamilan lanjut dan menjelang persalinan, pada umumnya
disebabkan oleh kelainan implantasi plasenta (plasenta letak rendah dan plasenta
previa), kelainan insersi tali pusat atau pembuluh darah pada selaput amnion dan
separasi plasenta sebelum bayi lahir. Pada sebagian besar kasus perdarahan pasca
persalinan, umumya disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus, robekan dinding
rahim atau jalan lahir. Upaya pertolongan terhadap komplikasi perdarahan dalam
kehamilan dan persalinan di tingkat rumah sakit merupakan tujuan terakhir dari
berbagai upaya pertolongan yang telah dilakukan diberbagai jenjang pelayanan di
fasilitas kesehatan sebelumnya. Melihat kenyataan tersebut maka keterlambatan
upaya pertolongan dan kesenjangan kinerja di tingkat rumah sakit akan lebih
memperburuk kondisi dan keselamatan jiwa pasien.
Upaya pertolongan gawat darurat yang segera, mencerminkan kualitas pelayanan
yang tinggi, dilaksanakan oleh petugas kesehatan yang terampil dan handal
merupakan syarat mutlak untuk meraih berbagai keberhasilan dalam
menyelamatkan jiwa pasien.
Batasan
-
Tujuan Umum
-
Tujuan Khusus
-
Masalah
-
Penilaian klinik
Tabel gejala dan tanda jenis jenis abortus
Gejala
Tanda
Amenore
Hiperemesis
Perdarahan bercak
bulanan
yang
berlanjut
dengan
perdarahan banyak
Tirotoksikosis
Amnore
Mengidam
Perdarahan bercak
atau
sedang
berlanjut
dengan
nyeri perut bawah
Pre syok/syok yang
tidak sesuai dengan
jumlah perdarahan
Anemore
Mengidam
Kram suprasimfisis
per Arahan sedang
hingga hebat
Pre
syok/syok
tergantung
dari
jumlah perdarahan
Amenore
Mengidam
Perdarahan banyak
pasca
koital
/
trauma
Kondisi
keadaan
umum
sesuai
dengan
jumlah
perdarahan
Pemeriksaan
tambahan
Uterus lebih besar T3 & T4
daripada
usia Titer hCG
kehamilan
PA
Serviks
korpus Foto Thorax
dangat lunak
Keluar gelembung
mola dan jaringan
Kista lutein
Uterus lebih kecil Kuldosentesis
dari usia kehamilan USG
Massa pada adnexa Reaksi arias stella
Nyeri
giyangan
portio
Kavum
douglasi
menonjol
Cairan bebas dalam
perut
Uterus
sesuai USG
dengan
usia
kehamilan
Perdarahan keluar
melalui ostium
Serviks terbuka
Tampak
selaput
ketuban
atau
fragmen konsepsi
Uterus
sesuai USG
dengan
usia
kehamilan
Portio livide dan
lunak
Perdarahan
dari
dinding vagina atau
forniks
posterior
atau lateral
Laserasi
pada
fourchette
atau
labia minora
Diagnosis
Abortus mola
KET
Abortus
insipiens
atau inkomplit
Robekan
dinding
vagina atau forniks
Abortus
Latar belakang
Tujuan umum
Tujuan khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran bab ini, petugas kesehatan dapat mengenali
dan menatalaksanan :
- Berbagai jenis dan derajat abortus
- Penyulit dan komplikasi abortus
- Prosedur evaluasi sisa konsepsi dengan aspirasi vakum manual
- Kontrasepsi pasca keguguran
Abortus
Gejala dan Tanda abortus
Untuk wanita yang masih dalam usia reproduksi, sebaiknya dipikirkan suatu abortus
inkomplit apabila :
- Terlambat haid (tidak datang haid lebih dari satu bulan, dihitung dari haid
terakhir)
- Terjadi perdarahan pervaginam
- Spasme atau nyeri perut bawah (seperti kontraksi saat persalinan)
- Keluarnya massa kehamilan (fragmen plasenta)
Apabila tidak terdapat gejala tersebut diatas, sebaiknya dipertimbangkan diagnosis
lain (misalnya infeksi panggul). Terminasi kehamilan secara paksa dilakukan dengan
memasukkan kayu, plastic atau benda tajam lainnya ke dalam kavum uteri dan ini
menjadi penyebab utama dari berbagai komplikasi serius abortus inkomplit. Karena
berbagai alasan tertentu, kebanyakan pasien abortus provokatus, segan atau
dengan sengaja menyembunyikan penyebab abortus yang dapat membahayakan
atau mengancam keselamatan jiwa pasien.
Riwayat Medik
Informasi khusus tentang reproduksi, yang harus diperoleh diantaranya :
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Abdomen
Periksa adanya:
Massa atau kelainan intra abdomen lainnya
Perut kembung dengan bising usus melemah
Nyeri ulang lepas
Nyeri atau kaku dinding perut (pelvic/suprapubik)
Pemeriksaan panggul
Tujuan utama pemeriksaan pangguk atau bimanual adalah untuk mengatasi besar,
arah, konsistensi uterus, nyeri giyang serviks, nyeri tekan parametrium, pembukaan
ostium serviks. Melihat sumber perdarahan lain (trauma vagina/serviks) selain
akibat sisa konsepsi.
lakukan pemeriksaan bakteriologis dan uji resistensi. Pasien segera diberi antibiotika
spektrum luas secara adekuat, sebelum melakukan prosedur AVM.
Pemeriksaan Bimanual
Apabila periksa luar, sulit untuk menentukan tinggi fundus uteri maka lakukan
periksa dalam (besar, arah dan konsistensi uterus).
Temuan yang pasti tentang besar dan arah uterus, sangat menentukan keamanan
dan keberhasilan prosedur klinik yang akan dijalankan. Bila uterus lebih besar dari
dugaan usia kehamilan, kemungkinannya adalah:
Usia kehamilan memang lebih besar dari HPHT
Hamil ganda/kembar
Uterus dipenuhi bekuan darah (sindroma pasca keguguran)
Hamil Mola
Mioma uteri dengan kehamilan
Uterus retroversi, obesitas atau kekakuan dinding perut, akan menyulitkan perabaan
uterus. Penting sekali untuk mengetahui besar dan arah uterus sebelum melakukan
prosedur AVM.
Uterus Anteversi
Prosedur evakuasi massa kehamilan pada uterus sangat anteversi atau antefleksi,
sebaiknya dilakukan dengan hati-hati karena uterus retroversi memiliki risiko
perforasi yang cukup tinggi.
Uterus Retroversi
Retroversi lebih mudah ditentukan melalui pemeriksaan rektovaginal. Kejadian
perforasi sering disebabkan oleh ketidak-mampun operator mengenali uterus hiper
retroversi/retrovleksi uterus.
Uterus Laterposisi
Apabial oleh sebab tertentu, uterus berada atau terdorong ke lateral maka opetor
harus menyesuaikan arah kanula pada saat melakukan proses evakuasi, untuk
meghindarkan terjadinya perforasi.
Derajat Abortus
Dengan memperhatikan temuan dari pemeriksaan panggul, entukan derajat abortus
yang dilami pasien. Pada abortus iminens, pasien harus diistirahatkan atau tirah
baring total selama 24-48 jam. Bila perdarahan berlanjut dan jumlanhya semakin
banyak, atau jika kemudian timbul gangguan lain (misalnya, terdapat tanda-tanda
infeksi) pasien harus dievaluasi ulang dengan segera. Bila keadaanya membaik,
pasien dipulangkan dan dianjurkan periksa ulang 1 hingga 2 minggu mendatang.
Untuk abortus insipiens atau inkomplit, harus dilakukan evakuasi semua sisa
konsepsi. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan hasil proses evakuasi untuk
menentukan adanya massa kehamilan dan bersihnya kavum uteri.
Karena waktu paruh Hcg adalah 60 jam, padabeberapa kasus, uji kehamilan dengan
dasar deteksi hCG, akan memberi hasil positif beberapa hari pascakeguguran
Tabel 11-2
Evaluasi Medik
Riwayat Medik
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Panggul
Perdarahan
Sedikit-sedang
Serviks
Tertutup
Abortus
insipiens
Abortus
inkomplit
Sedang-banyak
Terbuka
Sedikit-banyak
Besar Uterus
Sesuai dengan
usia kehamilan
Sesuai atau
lebih kecil
Terbuka (lunak) Lebih kecil dari
usia kehamilan
Gejala lain
Pt positif
Kram
Uterus lunak
Kram
Uters lunak
Kram
Keluar jaringan
Uterus lunak
Abortus
komplit
Sedikit/tidak ada
Lunak (terbuka
atau tertutup)
Sedikit/tak
kram
Keluar jaringan
Uterus kenyal
Karena lapisan antar plasenta dan desidua basalis baru sempurna pada minggu ke
28 kehamilan maak (secara histologis) sulit terjadi pengeluaran spontan seluruh
massa kehamilan pada peristiwa bortus (baik spontan maupun buatan). Secara
klinis, abortus komplit, tidak memerlukan prosedur evakuasi).
Penatalaksanaan Abortus
Prinsip pengobata abortus inkomplit adalah pembersihan sisa konsepsi dari kavum
uteri. Cara melaksanakan pembersihan tersebut, tergantung dari usia kehamilan,
besar uterus dan hasil perhitungan HPHT. Selain itu dilihat pula ketersdiaan
peralatan, pasokan medik dan tenaga kesehatan yang terampil. Bila sarana dan
tenaga terampil tersebut tidak tersedia maka dianjurkan untuk merujuk pasien ke
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Evakuasi sisa konsepsi pada abortus
inkomplit hingga usia kehamilan 12-14 minggu, dapat dilakukan dengan aspirasi
vakum atau dilatasi dan kuretase (D&K). Dari beberapa hasil penelitian, aspirasi
vakum menunjukkan risiko yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kuret tajam.
Aspirasi vakum, tidak memerlukan anestesi umum dan tidak memerlukan ruang
khusus (dapat dilayani secara rawat jalan).
Waktu Kerja
Pada abortus inkomplit, AVM sebaiknya dilakukan sesegera mungkin. Tindakan yag
segera, dapat mengurangi kejadian komplikasi, terutama pada kasus abortus yang
disertai dengan perdarahan hebat.
Pemilihan Alat
Tabumg dengan satu atau dua pengatur katup, dapt digunakan dengan kanula
ukuran 5 atau 6 mm untuk abortus inkomplit dengan usia kehamilan hingga 8
minggu. Kanula ukuran 6-10 dan 12 mm, digunakan dengan tabung yang
Penilaian awal sangat penting dalam menentukan apakah pasien dengan abortus
inkomplit memerlukan penanganan awal atau lebih dari sekedar tindakan AVM. Halhal yang harus diperhatikan adalah:
Besar uterus, berbeda jauh dengan perkiraan usia kehamilan berdasarkan
HPHT (jauh lebih besar)
Usia kehamilan lebih besar dari trimester pertama
Instrumen, jarum dan tabung suntik dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
prosedur AVM, seharusnya cukup tersedia, baik jumlah maupun jenisnya.
Periksa fungsi isap (tekana negatif) tabung AVM
Pastikan kesiapan tindakan gawat darurat
Buat tekanan negatif (vakum) di dalam lubang AVM dengan jalan
o Kunci pengatur katup
o Tarik tangkai torak (plunger) sehingga ganjal tangkai terbuka dan
terganjal baik pada pangkal tabung
Penatalaksanaan Nyeri
Pemberian medikamentosa (oral, intramuskuler, intravena) termasuk blok
paraservikal untuk mengontrol nyeri, sangat tergantung dari status emosional pasin,
bukaan serviks dan perkiraan lamanya prosedur AVM dan ketrampilan operator dn
staf klinik.
Analgesia
Bahan-bahan analgesik non-narkotik mengendalikan nyeri dengan jalan
meningkatkan ambang rasa nyeri di syaraf spinalis atau sistem syaraf pusat.
Analgesik narkotik mengendalikan nyeri dengan blokade transmisi nyeri melalui
sistem syaraf tetapi juga menyebabkan stupor. Bahan-bahan ini dapat diberikan
secara parenteral (IV dan IM) atau per oral. Misalnya morfin, ketamin dosis rendah,
meperidin, tramadol, parasetamol atau golongan asam salisilat.
Sedatif
Menyebabkan depresi fungsi syaraf pusat tetapi tidak meghilangkan nyeri. Bahan ini
digunakan untuk mengurangi cema, relaksasi otot, penenang dan membuat pasien
tidur. Bhan yang digunakan, misalnya diazepam, luminal, dan midazolam.
Masukkan spekulum secar halus, perhatikan serviks, apakah ditemui robekan atau
jaringan yang terjepit di ostium. Apabila terdapat jaringan atau bekuan darah di
vagina atau servis, keluarkan dengan klem ovum. Bila tampak benang AKDR,
bersihkan dulu serviks dengan kapas yang telah dibasahi larutan antiseptik, baru
tarik benangnya untuk mengelarkan AKDR.
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
Jepit bibir ats erviks (dengan tenakulum atau klem ovum) tegankan lalu ukur bukaan
serviks dengan kanula. Dilatasi tambahn harus dilakukan oleh operator yang
kompeten.
Langkah 5
Secara
hati-hati,
masukkan
(sambil
Langkah 6
Sambil memasukkan ujung kanula hingga fundus uteri, perhatikan titik-titik pada sisi
yang sama dengan lobang kanula. Titik d dekat ujung kanula menunjukkan ukuran 6
cm da jarak ke setiap titik berikutnya adalah 1 cm sehingga tambahan titik
menunjukkan tambahan ukuran sebanyak 1 cm. Pegukuran kedalaman kavum uteri
dilaukan dengan memperhatikan jumlah titik yang dicapai. Setelah pengukuran
selesai, tarik sedikit ujung kanula dari fundus uteri.
Langkah 7
Langkah 8
Buka pengatur katup utuk menjalankan tekanan negatif (vakum) ke kavum uteri.
Bila tekanan tersebut bekerja, tampak cairan darah dan busa memasuki tabung AVM
Langkah 9
keluarkan isi tabung. Siapkan kembali tekanan negatif seperti saat akan memulai
prosedur.
Perhatikan
Jangan memegang tabung pada tangkai pendorong karena dapat melepaskan kait
atau ganjal sehinnga tekanan negatifnya hilang. Hal demikian tidak boleh terjadi
pada keadaan kanula sudah dihubungkan dengan tabung karena akn mendorong
udara (atau isi tabung) kedalam kavum uteri.
Langkah 10
Periksa kebersihan kavum uteri atau kelengkapan hasil evakuasi. Kavum uteri
diduga cukup bersih jika dilihat dari temuan berikut:
Busa-busa merah (merah jambu) atau tidak terlihat lagi massa kehamilan
terhisap kedalam tabung AVM
Mulut kanula melewati bagian-bagian bersabut/kasar (gritty sensation) pada
saat digerakkkan melalui dinding kavum uteri
Uterus berkontraksi atau seperti memegang kanula
Langkah 11
Keluarkan kanula, lepaskan sambungannya dengan tabung AVM dan masukkan ke
dalam wadah yang berisi larutan dekontaminasi. Buka pengatur katup, keluarkan isi
tabung AVM (dengan menekan pendorong toraks) ke dalam wadah khusus.
Langkah 12
Langkah 13
setelah dipastikan kavum uteri bersih dari sisa konsepsi, lepaskan tenukulum dan
spekulum. Lakukan dekontaminasi pada peralatan bekas pakai.
Langkah 14
tajam pada tempat yang sesuai. Buang massa/jaringan atau hasil evakuasi ke dalam
saluran pembuang khusus.
Langkah 15
Masukkan kedua tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, bersihak cemaran kemudian
lepaskan sarung tangan secara terbalik ke dalam wadah dekontaminasi.
Langkah 16
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir hingga bersih. Selesaikan dan lengkapi
status pasien dan laporan tindakan
Oksitosin Drip
Oksitorin drip diperlukan pada evakuais sisa konsepsi pada kasus abortus inkomplit
trimester kedua. Dosis oksitosin untuk tindakan ini dapat mencapai 200 unit
oksitosin dalam 500 ml cairan infus dengan kecepatan 30-40 tetes per menit. Ini
dilakukan karena reseptor oksitosin pada kehamilan trimester kedua belum cukup
untuk membuat uterus berkontraksi kuat dan menebalkan didnding uterus (penting
untuk mencegah perforasi dan perdarahan). Perhatikan timbulnya efek sampng dari
pemberian oksitosin dosis tinggi ini. Sebagai pengganti, dapat diberikan misoprostol
600 mg per oral. Setelah prosedur selesai, pantau tand vital pasien hingga
kondisinya dianggap stabil.
Informasi Pascatindakan
Tanda-tanda pemulihan berjalan normal:
Spasme atau kram pada uterus hingga beberapa hari pascatindakan,
berangsur berkurang atau masih dapat diatasi dengan analgesik ringan
Jumlah perdarahan yang makin lama makin berkurang
Kembalinya siklus menstruasi (4-8 minggu)
Berikan penjelasan tentang obat-obatan ang masih perlu diperoleh/dipergunakan
atau beberapa petunjuk yang harus diketahui/dijalankan, diantaranya:
Hindarkan hubungan seksual atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina
(tampon, bilasan) hingga perdarahan benar-benar berhenti (5-7 hari)
Kesuburan dapt kembali dalam 2 minggu pascakeguguran sehingga perlu
dilakukan konseling tentang kemungkinan akan terjadinya kehamilan atau
tawaran menggunakan kontrasepsi bila pasien belum ingin hamil.
Kontrasepsi Pascakeguguran
Bila usia kehamilan di bawah 12 minggu, setelah abortus selesai, kesuburan akan
kembali (paling cepat) dalam 11 hari. Pada abortus spontan, umunya mereka ingin
untuk segera hamil kembali. Bila tidak terdaoat kelainan medik maka keinginan
tersebut dislaurkan ke bagian ingin anak atau klinik infertilisasi. Pada beberapa
kasus tertentu, mungkin beberapa pasangan tidak ingin untuk segera hamil. Kecuali
metode alamiah, hampir semua metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasien
pascakeguguran.
1. Pasang infus, berikan antibiotika, periksa Hb, hematokrit dan golongan darah.
2. Selesaikan evakuasi dan pantau tanda vital secara ketat
Emboli Udara
Komplikasi ini sangat jarang terjadi secara medik melainkan paling sering
diakibatkan oleh masalah teknik. Secara tidak sengaja, udara terdorong kedalam
kavum uteri pada saat kanula masih berada didalam uterus dan ganjal pendorong
terlepas.
Abortus Mola
Pasang infus untuk pemberian cairan elektrolit, uterotonika dan tranfusi (bila
diperlukan) dan pantau tanda vital
Tranfusi bila konsentrasi Hb <6 g%
tempat semula.
10.Ambil klem ovum lurus, jepit porsio atas pada jam 12 (tenakulum pada
jam 11/13)
11.Setelah porsio terpegang baik, lepaskan spekulum atas
12.Pegang gagang klem ovun/tenakulum dengan tangan kiri, ambil sendok
kuret dengan tangan kanan, pegang diantara ibu jari dan telunjuk,
kemudian masukkan hingga menyentuh fundus
13.Minta asisten untuk memegang gagang klem/tenakulum, letakkn jari-jari
tangan kiri pada perut bawah (fundus uteri) sehingga penolong dapat
merasakan tersentuhnya fundus oleh ujung sendok kuret
Memasukkan lengkung sendok kuret sesuai dengan lengkung
kavum uteri kemudian lakukan pengerokkan dinding uterus bagian
depan searah jarum jam, secara sistematis. Keluarkan sisa
konsepsi (dengan kuret) dari kavum uteri
Masukkan ujung sendok sesuai dengan lengkung kavum uteri,
setelah sampai fumdus, kemudian putar 180 derajat, lalu bersihkan
dinding belakang uterus.
14.Pegang kembali gagang tenakulum, buka kedua katup kontrol (perhatikan
jaringan yang terhisap) kemudian lakukan aspirasi dengan menggerakkan
kanula maju mundur sambil dirotasikan dari kiri ke kanan atau sebaliknya
secara sistematis.
15.Setelah sisa konsepsi terkumpul di dalam tabung dan tanda-tanda kavum
uteri telah bersih, lepaskan tabung dari kanula
16.Keluarkan sisa konsepsi dalam mangkok periksa, cabut kanula dan
masukkan tabung ke wadah yang tersedia
17.Ambil kapas (dibasahi larutan antiseptik) dengan cunam tampon,
bersihkan darah dan jaringan pada lumen vagina
18.Lepaskan jepitan klem ovum pada porsio
19.Lepaskan spekulum bawah
20.Lepaskan kain penutup perut bawah, alas bokong dan sarung kaki
masukkan kedalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%
21.Bersihkan cemaran darah dan ciran tubuh dengan larutan antiseptik
E. DEKONTAMINASI
F. CUCI TANGAN PASCATINDAKAN
G. PERAWATAN PASCATINDAKAN
Gejala Klinik
Gejala trias yang klasik ialah: amenorhea, nyeri perut dan perdarahan pervaginam.
Pada kondisi perdarahan akan ditemukan renjatan, dan nyeri hebat di perut bawah.
Uterus mungkin lebih besar sedikit, dan mungkin terdapat massa tumor di adneksa.
Dengan USG kehamilan intrauterin akan dapat ditentukan, sebaliknya harus dicari
Penatalaksanaan
Bila ditemukan keadaan abdomen akut maka tindakan terbaik ialah hemostasis KET.
Jenis tindakan yang akan diambil, harus memperhitungkan pemulihan fungsi kedua
tuba. Bila ibu masih ingin hamil maka lakukan salpingostomi. Bila kondisi
gawatdarurat, tidak ingin hamil lagi, robekan tidak beraturan, terinfeksi, perdarahan
tak dapat dikemdalikan maka lakukan salpingektomi. Pada umumnya akan dilakukan
prosedur berikut ini:
Pasang infus untuk subtitusi kehilangan cairan dan darah
Transfusi bila konsebtrasi Hb < 6g%, bila tidak segera tersedia darah, lakukan
autotranfusi selama prosedur operatif.
Lakukan prosedur parsialsalpingektomi atau eksisi segmental yang
dilanjutkan dengan salpingorafi (sesuai indikasi)
Lakukan pemantauan dan perawatan pascaoperatif
Cabut infus dan transfusi setelah kondisi pasien stabil
Realimentasi, mobilisasi dan rehabilitasi kondisi pasien sesegera mungkin
Pada kehamilan ektopik belum terganggu, kondisi hemodinamik stabil, massa <4 cm
dan tidak ada perdarahan intraabdomen maka pertimbangkan pemberian MTX.
Keberhasilan manajemen MTX dapat mencapai 80%. Berikan 50 mg MTX dan
dilakukan observasi B- hCG yang akan menurun tiap 3 hari. Setelah 1 minggu
dilakukan USG ulang, bila besar kantong tetap dan pulsasi (+) lakukan injeksi kedua.
Terapi dianggap gagal bila terjadi KET, massa membesar, atau B- hCG meningkat >
2 kali dalam 3 hari.
Berikan penjelasan pda pasien tentang risiko/keberhasilan terapi konservatif dan
segera lakukan terapi aktif. Bila pasien tak mampu mengenali tanda bahaya,
sebaiknya rawat inap untuk observasi.
Pada perdarahan hebat dan masif intraabdomen diman aarah pemgganti belum
cukup tersedia dan golongan darah yang langka maka pertimbangkan tindakan
transfusi autolog. Isap darah dengan semprit 20 ml, lakukan penyaringan dan
kumpulkan dalam labu darah berisi antikoagulan, kemudian transfusikan kembali ke
pasien.
Prosedur autotransfusi:
Pastikan darah yang dihiap dari rongga abdomen
ditampung dalam botol penampung yang steril
Dengan memperhatikan prinsip jaminan sterilitas,
lakukan penyaringan darah yang tertampung di dalam
botol dengan menggunakan kain steril atau ditapis
melalui tabumg penyaring transfusi kemudian masukkan
ke dalam botol darah lain yang steril dimana telah
disiapkan larutan sodium sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml
darah
Transfusikan kembali darah yang telah disaring dengan
menggunakan slang transfusi dan tabung penyaring yag
baru
Pada kehamilan abdominal lanjut pertimbangkan untuk pengangkatan plasenta
sepanjang hemostasis dapat dijamin. Bila perlekatan di usus sanagt luas dan
hemostatis pasca eksisi tidak memungkinkan maka plasenta ditinggalkan, berikan
MTX dan rencanakan tindakan (bila perlu) pengangkatan pada saat yang optimal.
Konseling pascatindakan:
Kelanjutan fungsi reproduksi
Risiko hamil ektopik ulanag
Kontarsepsi yang sesuai
Asuhan mandiri selama di rumah
Jadwal kunjungan ulang
LANGKAH KLINIK
PERSETUJUAN MEDIK
PERSIAPAN OPERASI (Pasien, Penolong dan Tim Operasi)
PENCEGAHAN INFEKSI DAN PERSIAPAN OPERASI
TINDAKAN OPERASI
1. Lakukan insisi mediana/pfannentiel sepanjang 15 sm
2. Perdalam insisi sehingga mencapai rongga peritoneum
3. Hisap darah dalam rongga abdomen sehingga menampakkan lokasi
kehamilan ektopik dan sumber perdarahn
Bila sulit melakukan identifikasi, angkat korpus uteri sehingga
menampakkan kedua belah tuba dan adeksa
4. Klem bagian yang mengalami perdarahan atau mengandung massa
kehamilan pada bagian medial dan lateral (massa berada diantara kedua
klem)
5. Perhatikan bagian yang telah diklem dan pastikan bahwa perdarahan
telah dapat dihentikan serta tidak terdapat bagian-bagian lain yang ikut
terjepit
6. Angkat dinding perut dengan retraktor, kemudian selipkan kasa besar
basah yng membatasi organ genitalia interna (uterus, ovarium dan tuba)
terhadap usus di sebelah proksimalnya
Jepit ujung kaa dengan kocher ke kain penutup
7. Reseksi bagian yang mengandung produk kehamlan (diantar 2 klem) dan
simpan dalam larutan pengawet (untuk pemeriksaan PA)
8. Sisa potongan tuba kemudian diikat dengan chromik Catgut No. 2
9. Cek perdrahan, jika tidak ada perdarahan selanjutanya dilakukan
reperitonealisasi secara jelujur dengan benang plain Catgut No. 00
10.Yainkan tidak ada perdarahan dengan memeriksa luka jahitan bebrapa
saat
11.Kavum Abdominal dicucu dengan larutan NaCL 0,9% hangat, keluarkan
kasa besar dan bersihkan sisa cairan /darah
12.Kavum Douglasi dibersihkan, periksa tuba dan ovarium pada sisi lain,