Anda di halaman 1dari 19

PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN

NIFAS
Pendahuluan
Walaupun termasuk gawat darurat obstetri, perdarahan dalam kehamilan
muda,seringkali tidak mudah dikenali. Hal ini beraitan dengan stigma negative yang
terkait dengan kasus-kasus abortus menyebabkan kejadian tersebut sering
disembunyikan oleh para pasien. Hambatan lain yang juga sering terjadi adalah
akibat strategi program kesehatan maternal yang lebih difokuskan pada upaya
preventif terhadap kematian ibu selama kehamilan lanjut dan persalinan. Sekitar
52%-65% dari keseluruhan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan dalam
kehamilan dan persalinan. Dari total kasus perdarahan, sekitar 67% kematian
disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan. Risiko kematian yang disebabkan
oleh perdarahan pasca persalinan, mencapai 6-10 kali dari perdarahan sebelum
persalinan (antepartum)
Perdarahan pada kehamilan lanjut dan menjelang persalinan, pada umumnya
disebabkan oleh kelainan implantasi plasenta (plasenta letak rendah dan plasenta
previa), kelainan insersi tali pusat atau pembuluh darah pada selaput amnion dan
separasi plasenta sebelum bayi lahir. Pada sebagian besar kasus perdarahan pasca
persalinan, umumya disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus, robekan dinding
rahim atau jalan lahir. Upaya pertolongan terhadap komplikasi perdarahan dalam
kehamilan dan persalinan di tingkat rumah sakit merupakan tujuan terakhir dari
berbagai upaya pertolongan yang telah dilakukan diberbagai jenjang pelayanan di
fasilitas kesehatan sebelumnya. Melihat kenyataan tersebut maka keterlambatan
upaya pertolongan dan kesenjangan kinerja di tingkat rumah sakit akan lebih
memperburuk kondisi dan keselamatan jiwa pasien.
Upaya pertolongan gawat darurat yang segera, mencerminkan kualitas pelayanan
yang tinggi, dilaksanakan oleh petugas kesehatan yang terampil dan handal
merupakan syarat mutlak untuk meraih berbagai keberhasilan dalam
menyelamatkan jiwa pasien.

Batasan
-

Perdarahan pada kehamilan dibawah 20 minggu atau perkiraan berat janin


kurang dari 500 gram dimana janin belum memiliki kemampuan untuk hidup
di luar kandungan

Tujuan Umum
-

Mampu mengenali gejala, tanda dan penyebab serta menangani perdarahan


pada kehamilan muda dan komplikasi yang ditimbulkannya

Tujuan Khusus
-

Mampu mendiagnosis dan menatalaksana :


1. Robekan forniks atau dinding vagina
2. Abortus mola
3. Abortus insipiens, inkomplit dan komplit
4. Kehamilan ektopik terganggu

Masalah
-

Morbiditas dan mortalitas akibat perdarahan pada kehamilan muda


Gangguan prokreasi atau ingin anak
Perubahan perangai trofoblas

Penilaian klinik
Tabel gejala dan tanda jenis jenis abortus
Gejala
Tanda
Amenore
Hiperemesis
Perdarahan bercak
bulanan
yang
berlanjut
dengan
perdarahan banyak
Tirotoksikosis
Amnore
Mengidam
Perdarahan bercak
atau
sedang
berlanjut
dengan
nyeri perut bawah
Pre syok/syok yang
tidak sesuai dengan
jumlah perdarahan
Anemore
Mengidam
Kram suprasimfisis
per Arahan sedang
hingga hebat
Pre
syok/syok
tergantung
dari
jumlah perdarahan
Amenore
Mengidam
Perdarahan banyak
pasca
koital
/
trauma
Kondisi
keadaan
umum
sesuai
dengan
jumlah
perdarahan

Pemeriksaan
tambahan
Uterus lebih besar T3 & T4
daripada
usia Titer hCG
kehamilan
PA
Serviks
korpus Foto Thorax
dangat lunak
Keluar gelembung
mola dan jaringan
Kista lutein
Uterus lebih kecil Kuldosentesis
dari usia kehamilan USG
Massa pada adnexa Reaksi arias stella
Nyeri
giyangan
portio
Kavum
douglasi
menonjol
Cairan bebas dalam
perut
Uterus
sesuai USG
dengan
usia
kehamilan
Perdarahan keluar
melalui ostium
Serviks terbuka
Tampak
selaput
ketuban
atau
fragmen konsepsi
Uterus
sesuai USG
dengan
usia
kehamilan
Portio livide dan
lunak
Perdarahan
dari
dinding vagina atau
forniks
posterior
atau lateral
Laserasi
pada
fourchette
atau
labia minora

Diagnosis
Abortus mola

KET

Abortus
insipiens
atau inkomplit

Robekan
dinding
vagina atau forniks

Abortus
Latar belakang

Langkah pertama dari serangkaian kegiatan penatalaksanaan abortus inkomplit


adalah penilaian kondisi klinik pasien. Penilaian ini juga terkait dengan upaya
diagnosis dan pertolongan awal gawat darurat. Melalui langkah ini, dapat dikenali

berbagai komplikasi yang dapat mengancam keselamatan pasien seperti syok,


infeksi/sepsis, perdarahan hebat (massif) atau trauma intraabdomen. Pengenalan ini
sangat bermanfaat bagi upaya penyelamatan jiwa pasien. Walaupun tanpa
komplikasi, abortus inkomplit merupakan ancaman serius bila evaluasi sisa konsepsi
tak segera dilaksanakan.
Ingat : beberapa jenis komplikasi abortus inkomplit, dapat timbul secara bersamaan
sehingga dibutuhkan kecernatan oetugas kesehatan atau penolong agar dapat
membuat skala prioritas dalam menanggulangi masing masing komplikasi tersebut.

Tujuan umum

Setelah mengikuti pembelajan bab ini, diharapkan petugas kesehatan dapat


mengenali dan menatalaksana kegawatdaruratan perdarahan kehamilan muda

Tujuan khusus

Setelah mengikuti proses pembelajaran bab ini, petugas kesehatan dapat mengenali
dan menatalaksanan :
- Berbagai jenis dan derajat abortus
- Penyulit dan komplikasi abortus
- Prosedur evaluasi sisa konsepsi dengan aspirasi vakum manual
- Kontrasepsi pasca keguguran

Abortus
Gejala dan Tanda abortus
Untuk wanita yang masih dalam usia reproduksi, sebaiknya dipikirkan suatu abortus
inkomplit apabila :
- Terlambat haid (tidak datang haid lebih dari satu bulan, dihitung dari haid
terakhir)
- Terjadi perdarahan pervaginam
- Spasme atau nyeri perut bawah (seperti kontraksi saat persalinan)
- Keluarnya massa kehamilan (fragmen plasenta)
Apabila tidak terdapat gejala tersebut diatas, sebaiknya dipertimbangkan diagnosis
lain (misalnya infeksi panggul). Terminasi kehamilan secara paksa dilakukan dengan
memasukkan kayu, plastic atau benda tajam lainnya ke dalam kavum uteri dan ini
menjadi penyebab utama dari berbagai komplikasi serius abortus inkomplit. Karena
berbagai alasan tertentu, kebanyakan pasien abortus provokatus, segan atau
dengan sengaja menyembunyikan penyebab abortus yang dapat membahayakan
atau mengancam keselamatan jiwa pasien.

Penapisan komplikasi serius


Bila seorang pasien datang dengan dugaan suatu abortus inkomplit, penting sekali
untuk segera menentukan ada tidaknya komplikasi berbahaya (syok, perdarahan
hebat, infeksi/sepsis dan trauma intra abdomen/perforasi uterus). Bila ditemui
komplikasi yang membahayakan jiwa pasien maka harus segera dilakukan upaya
stabilisasi sebelum penanganan lanjut/merujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.

Riwayat Medik
Informasi khusus tentang reproduksi, yang harus diperoleh diantaranya :

Hari pertama haid terakhir dan kapan mulai terlambat haid


Alat kontrasepsi yang sedang digunakan (amenore akibat kontrasepsi
hormonal dapat dikelirukan dengan abortus bila kemudian terjadi menoragia)
Perdarahan pervaginam (lama dan jumlahnya)
Demam, menggigil atau kelemahan umum
Nyeri abdomen atau punggung /bahu (berkaitan
dengan trauma intra
abdomen)
Riwayat vaksinasi dan kemungkinan resiko tetanus (abortus provokatus)

Informasi medik yang penting meliputi


- Alergi obat (anestesi atau antibiotika)
- Gangguan hematologi (anemia bulan sabit/sickle cell anemia, thalasemia,
hemophilia atau gangguan pembekuan darah)
- Penggunaan obat jangka panjang (misalnya kortikosteroid)
- Minum jamu atau obat obatan yang tidak jelas komposisi dan khsiatnya
(apabila bersifat toksis dapat menimbulkan efek samping yang serius)
- Kondisi gangguan kesehatan lainnya (misalnya malaria dalam kehamilan )

Pemeriksaan Fisik

Penting untuk diperhatikan:


Periksa dan catat tanda vital (temperature, tekanan darah, pernafasan dan
nadi)
Gangguan kesehatan umum (anemia, kurang gizi, keadaan umum jelek)
Periksa keadaan peru, jantung dan ekstremitas

Pemeriksaan Abdomen
Periksa adanya:
Massa atau kelainan intra abdomen lainnya
Perut kembung dengan bising usus melemah
Nyeri ulang lepas
Nyeri atau kaku dinding perut (pelvic/suprapubik)

Pemeriksaan panggul
Tujuan utama pemeriksaan pangguk atau bimanual adalah untuk mengatasi besar,
arah, konsistensi uterus, nyeri giyang serviks, nyeri tekan parametrium, pembukaan
ostium serviks. Melihat sumber perdarahan lain (trauma vagina/serviks) selain
akibat sisa konsepsi.

Pemeriksaan dengan Speculum (inpsekulo)


Sebelum memasukkan speculum perhatikan :
- Daerah genetalia eksterna, perhatikan sifat dan jumlah perdarahan
pervaginam
- Darah yang bercampur dengan secret berbau
Setelah selesai melakukan pengamatan bagian luar, masukkan speculum utnuk
melihat dinding vagina dan serviks. Bersihkan bekuan darah/massa kehamilan
dalam lumen vagina atau terjepit di ostium serviks. Apabila diperlukan, awetkn
jaringan /sisa konsepsi untuk pemeriksaan histopatologi. Tentukan apakah darah
keluar melalui ostium atau dari dinding vagina. Bila diduga atau jelas terjadi infeksi

lakukan pemeriksaan bakteriologis dan uji resistensi. Pasien segera diberi antibiotika
spektrum luas secara adekuat, sebelum melakukan prosedur AVM.

Pemeriksaan Bimanual

Apabila periksa luar, sulit untuk menentukan tinggi fundus uteri maka lakukan
periksa dalam (besar, arah dan konsistensi uterus).

Nilai besar dan posisi uterus

Temuan yang pasti tentang besar dan arah uterus, sangat menentukan keamanan
dan keberhasilan prosedur klinik yang akan dijalankan. Bila uterus lebih besar dari
dugaan usia kehamilan, kemungkinannya adalah:
Usia kehamilan memang lebih besar dari HPHT
Hamil ganda/kembar
Uterus dipenuhi bekuan darah (sindroma pasca keguguran)
Hamil Mola
Mioma uteri dengan kehamilan
Uterus retroversi, obesitas atau kekakuan dinding perut, akan menyulitkan perabaan
uterus. Penting sekali untuk mengetahui besar dan arah uterus sebelum melakukan
prosedur AVM.

Uterus Anteversi
Prosedur evakuasi massa kehamilan pada uterus sangat anteversi atau antefleksi,
sebaiknya dilakukan dengan hati-hati karena uterus retroversi memiliki risiko
perforasi yang cukup tinggi.

Uterus Retroversi
Retroversi lebih mudah ditentukan melalui pemeriksaan rektovaginal. Kejadian
perforasi sering disebabkan oleh ketidak-mampun operator mengenali uterus hiper
retroversi/retrovleksi uterus.

Uterus Laterposisi
Apabial oleh sebab tertentu, uterus berada atau terdorong ke lateral maka opetor
harus menyesuaikan arah kanula pada saat melakukan proses evakuasi, untuk
meghindarkan terjadinya perforasi.

Derajat Abortus
Dengan memperhatikan temuan dari pemeriksaan panggul, entukan derajat abortus
yang dilami pasien. Pada abortus iminens, pasien harus diistirahatkan atau tirah
baring total selama 24-48 jam. Bila perdarahan berlanjut dan jumlanhya semakin
banyak, atau jika kemudian timbul gangguan lain (misalnya, terdapat tanda-tanda
infeksi) pasien harus dievaluasi ulang dengan segera. Bila keadaanya membaik,
pasien dipulangkan dan dianjurkan periksa ulang 1 hingga 2 minggu mendatang.
Untuk abortus insipiens atau inkomplit, harus dilakukan evakuasi semua sisa
konsepsi. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan hasil proses evakuasi untuk
menentukan adanya massa kehamilan dan bersihnya kavum uteri.
Karena waktu paruh Hcg adalah 60 jam, padabeberapa kasus, uji kehamilan dengan
dasar deteksi hCG, akan memberi hasil positif beberapa hari pascakeguguran

Tabel 11-2
Evaluasi Medik
Riwayat Medik

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Panggul

Tanya dan catat :


Lamanya tidak datang haid (HPTP dan dugaan usia
kehamilan)
Perdarahan per vaginam (lama dan jumlahnya)
Apakah sedang menggunakan alat kontrasepsi
(AKDR, Implant, suntik, pil)
Spasme atau kram (lama dan intensitasnya)
Nyeri abdomen atau punggung (dugaan trauma
intra abdomen)
Jaringan yang keluar (massa kehamilan)
Alergi obat
Gangguan pembekuan darah atau perdarahan
Minum jamu atau bahan berahaya lainnya
Kondisi kesehatan lainnya
Periksa dan cata tanda vital (temperatur, nadi,
tekanan darah, pernafasan)
Nilai keadaan umum (kurang gizi, anemia,
kelemahan)
Periksa jantung, aru, dan abdomen (cembung,
tegang, dan nyeri tekan/peritonitis lokal, lokasi dan
intensitas nyeri, nyeri ulang-lepas, tumor, bising
usus)
Bersihkan bekuan darah dan massa kehamilan
dalam lumen vagina dan ostium serviks
Perhatikan adanya sekret yang berbau
Sifat dan jumlah perdarahan
Pembukaan serviks
Besar (sesuaikan dengan HPHT), konsistensi dan
arah uterus
Nyeri goyang serviks atau nyeri tekan parametrium
atau nyeri pada organ genitalia dalam lain (lokasi,
intensitas)
Tumor Pelvik

Tabel 11-3. Jenis dan derajat abortus


Diagnosis
Abortus
iminens

Perdarahan
Sedikit-sedang

Serviks
Tertutup

Abortus
insipiens
Abortus
inkomplit

Sedang-banyak

Terbuka

Sedikit-banyak

Besar Uterus
Sesuai dengan
usia kehamilan

Sesuai atau
lebih kecil
Terbuka (lunak) Lebih kecil dari
usia kehamilan

Gejala lain
Pt positif
Kram
Uterus lunak
Kram
Uters lunak
Kram
Keluar jaringan
Uterus lunak

Abortus
komplit

Sedikit/tidak ada

Lunak (terbuka
atau tertutup)

Lebih kecil dari


usia kehamilan

Sedikit/tak
kram
Keluar jaringan
Uterus kenyal

Karena lapisan antar plasenta dan desidua basalis baru sempurna pada minggu ke
28 kehamilan maak (secara histologis) sulit terjadi pengeluaran spontan seluruh
massa kehamilan pada peristiwa bortus (baik spontan maupun buatan). Secara
klinis, abortus komplit, tidak memerlukan prosedur evakuasi).

Penatalaksanaan Abortus
Prinsip pengobata abortus inkomplit adalah pembersihan sisa konsepsi dari kavum
uteri. Cara melaksanakan pembersihan tersebut, tergantung dari usia kehamilan,
besar uterus dan hasil perhitungan HPHT. Selain itu dilihat pula ketersdiaan
peralatan, pasokan medik dan tenaga kesehatan yang terampil. Bila sarana dan
tenaga terampil tersebut tidak tersedia maka dianjurkan untuk merujuk pasien ke
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Evakuasi sisa konsepsi pada abortus
inkomplit hingga usia kehamilan 12-14 minggu, dapat dilakukan dengan aspirasi
vakum atau dilatasi dan kuretase (D&K). Dari beberapa hasil penelitian, aspirasi
vakum menunjukkan risiko yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kuret tajam.
Aspirasi vakum, tidak memerlukan anestesi umum dan tidak memerlukan ruang
khusus (dapat dilayani secara rawat jalan).

Aspirasi Vakum Manual


Aspirasi vakum manual (AVM) merupakan sala satu cara efektif untuk pengobatan
abortus inkomplit. Pembersiahn dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari
kavum uteri dengan tekanan negatif (vakum). Pengatur katup di depan tabung
menyalurkan tekanan negatif sekitar satu atmosfer atau 26 inci/660 mmHg. Tekana
negatif vakum tersebut akan menarik assa kehamilan melalui kanula kedalam
tabung penghisap.

Waktu Kerja
Pada abortus inkomplit, AVM sebaiknya dilakukan sesegera mungkin. Tindakan yag
segera, dapat mengurangi kejadian komplikasi, terutama pada kasus abortus yang
disertai dengan perdarahan hebat.

Perlengkapan Alat AVM


Instrumen AVM terdiri dari tabung dengan volume 60 ml, mempunyai satu atau dua
pengatur katup untuk aplikasi tekana negatif, toraks dan tangkai penarik/pendorong,
penahan toraks (collar stop) di pangkal tabung, silikon pelumas cincin karet.
Peralatn ini, juga mempunyai kanula steril yang elastis dengan 2 lubang di
ujungnya, pada posisi yang berlawanan. Tabung dengan 2 pengatur katup,
digunakan untuk kanula ukuran 6-10 dan 12 mm. Kanula tersebut dihubungkan
dengan tabung, melalui adaptor yang mempunyai kode warna tersendiri bagi
masing-masing ukuran kanula.

Pemilihan Alat
Tabumg dengan satu atau dua pengatur katup, dapt digunakan dengan kanula
ukuran 5 atau 6 mm untuk abortus inkomplit dengan usia kehamilan hingga 8
minggu. Kanula ukuran 6-10 dan 12 mm, digunakan dengan tabung yang

mempunyai 2 pengatur katup dan dapt dipergunakan untuk kehamilan trimester


pertama hingga trimester kedua awal (tidak melebihi 14 minggu).

Kewaspadaan Sebelum Tindakan AVM

Penilaian awal sangat penting dalam menentukan apakah pasien dengan abortus
inkomplit memerlukan penanganan awal atau lebih dari sekedar tindakan AVM. Halhal yang harus diperhatikan adalah:
Besar uterus, berbeda jauh dengan perkiraan usia kehamilan berdasarkan
HPHT (jauh lebih besar)
Usia kehamilan lebih besar dari trimester pertama

Persiapan untuk Prosedur AVM


Mengurangi Risiko Infeksi

Upaya pencegahan infeksi harus menjadi acuan petugas/staf klinik dalam


melaksanakan prosedur AVM. Pencegahan infeksi sebelum, selama dan setelah
tindakan klinik dapat meghindarkan infeksi pascatindakan dan transmisi penyakit
berbahaya (hepatitis B dan AIDS).
Upaya tersebut meliputi:
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir (sebelum dan setelah prosedur)
Gunakan peralatan steril atau DTT
Usap vagina dan serviks dengan antiseptik sebelum melaksanakan prosedur
Gunakan tehnik tanpa sentuh

Menyiapkan Instrumen AVM

Instrumen, jarum dan tabung suntik dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
prosedur AVM, seharusnya cukup tersedia, baik jumlah maupun jenisnya.
Periksa fungsi isap (tekana negatif) tabung AVM
Pastikan kesiapan tindakan gawat darurat
Buat tekanan negatif (vakum) di dalam lubang AVM dengan jalan
o Kunci pengatur katup
o Tarik tangkai torak (plunger) sehingga ganjal tangkai terbuka dan
terganjal baik pada pangkal tabung

Penatalaksanaan Nyeri
Pemberian medikamentosa (oral, intramuskuler, intravena) termasuk blok
paraservikal untuk mengontrol nyeri, sangat tergantung dari status emosional pasin,
bukaan serviks dan perkiraan lamanya prosedur AVM dan ketrampilan operator dn
staf klinik.

Analgesia
Bahan-bahan analgesik non-narkotik mengendalikan nyeri dengan jalan
meningkatkan ambang rasa nyeri di syaraf spinalis atau sistem syaraf pusat.
Analgesik narkotik mengendalikan nyeri dengan blokade transmisi nyeri melalui
sistem syaraf tetapi juga menyebabkan stupor. Bahan-bahan ini dapat diberikan
secara parenteral (IV dan IM) atau per oral. Misalnya morfin, ketamin dosis rendah,
meperidin, tramadol, parasetamol atau golongan asam salisilat.

Sedatif

Menyebabkan depresi fungsi syaraf pusat tetapi tidak meghilangkan nyeri. Bahan ini
digunakan untuk mengurangi cema, relaksasi otot, penenang dan membuat pasien
tidur. Bhan yang digunakan, misalnya diazepam, luminal, dan midazolam.

Langkah-langkah Prosedur AVM


Langkah 1

Masukkan spekulum secar halus, perhatikan serviks, apakah ditemui robekan atau
jaringan yang terjepit di ostium. Apabila terdapat jaringan atau bekuan darah di
vagina atau servis, keluarkan dengan klem ovum. Bila tampak benang AKDR,
bersihkan dulu serviks dengan kapas yang telah dibasahi larutan antiseptik, baru
tarik benangnya untuk mengelarkan AKDR.

Langkah 2

Bersihkan serviks, usapkan larutan antiseptik

Langkah 3

Lakukan blok paraservikal (bila diperlukan)

Langkah 4

Jepit bibir ats erviks (dengan tenakulum atau klem ovum) tegankan lalu ukur bukaan
serviks dengan kanula. Dilatasi tambahn harus dilakukan oleh operator yang
kompeten.

Langkah 5

Setelah diperoleh ukuran yang sesuai.


dirotasikan) kanula ke dalam kavum uteri

Secara

hati-hati,

masukkan

(sambil

Langkah 6

Sambil memasukkan ujung kanula hingga fundus uteri, perhatikan titik-titik pada sisi
yang sama dengan lobang kanula. Titik d dekat ujung kanula menunjukkan ukuran 6
cm da jarak ke setiap titik berikutnya adalah 1 cm sehingga tambahan titik
menunjukkan tambahan ukuran sebanyak 1 cm. Pegukuran kedalaman kavum uteri
dilaukan dengan memperhatikan jumlah titik yang dicapai. Setelah pengukuran
selesai, tarik sedikit ujung kanula dari fundus uteri.

Langkah 7

Hubungkan pangkal kanula (dipegang sambil menggunakan tenakulum) dengan


tabung AVM (melalui adaptor)

Langkah 8

Buka pengatur katup utuk menjalankan tekanan negatif (vakum) ke kavum uteri.
Bila tekanan tersebut bekerja, tampak cairan darah dan busa memasuki tabung AVM

Langkah 9

Evakuasi sisa konsepsi dengan menggerakan kanula maju-mundur sambil


dirotasikan ke kanan-kiri secara sistematik. Gerakan rotasi tersebut, jangan melebihi
180 pada satu sisi (depan belakang)
Penting untuk menjaga agar kanula tidak tertarik keluardari ostium (kavum) uteri
karena akan menghilangkan tekanan negatif (vakum) dalam tabung. Hal yang sama
jug terjadi apabila tabung AVM penuh. Jika terjadi, lepaskan kanula dari tabung, lalu

keluarkan isi tabung. Siapkan kembali tekanan negatif seperti saat akan memulai
prosedur.
Perhatikan
Jangan memegang tabung pada tangkai pendorong karena dapat melepaskan kait
atau ganjal sehinnga tekanan negatifnya hilang. Hal demikian tidak boleh terjadi
pada keadaan kanula sudah dihubungkan dengan tabung karena akn mendorong
udara (atau isi tabung) kedalam kavum uteri.

Langkah 10

Periksa kebersihan kavum uteri atau kelengkapan hasil evakuasi. Kavum uteri
diduga cukup bersih jika dilihat dari temuan berikut:
Busa-busa merah (merah jambu) atau tidak terlihat lagi massa kehamilan
terhisap kedalam tabung AVM
Mulut kanula melewati bagian-bagian bersabut/kasar (gritty sensation) pada
saat digerakkkan melalui dinding kavum uteri
Uterus berkontraksi atau seperti memegang kanula

Langkah 11
Keluarkan kanula, lepaskan sambungannya dengan tabung AVM dan masukkan ke
dalam wadah yang berisi larutan dekontaminasi. Buka pengatur katup, keluarkan isi
tabung AVM (dengan menekan pendorong toraks) ke dalam wadah khusus.

Langkah 12

Periksa jaringan hasil evakuasi:


Jumlah dan adanya massa kehamilan
Memastikan kebersihan evakuasi
Adanya kelainan-kelainan diluar massa kehamilan (mis: gelembung mola)
Bila tidak tampak massa kehamilan, pertimbangkan:
Sisa konsepsi sudah keluar (abortus komplit) sebelum prosedur dilakukan
Sisa konsepsi belum terambil (petugas tidak terampil)
Penyebab perdarahan bukan disebabkan oleh abortus inkomplit
Uterus abnormal (kanula ke bagian yang tidak hamil dari uterus bikornis)
Apabila tak ditemui massa kehamilan tapi ada indikasi pasien ini hamil dengan
riwayat:
Gejala mengidam
Warna keunguan dan konsistensi yang lunak pada serviks,
Amenore yang jelas,
Hiperpigmentasi areola dan puting susu,
Pembesaran dan tegang pada payudara,
Hasil uji kehamilan yang positif
Kaji ulan emua temuan yang ada karena gejala-gejala diatas sangat menyokong
dugaan suatu kehamilan ektopik.

Langkah 13

setelah dipastikan kavum uteri bersih dari sisa konsepsi, lepaskan tenukulum dan
spekulum. Lakukan dekontaminasi pada peralatan bekas pakai.

Langkah 14

Sementara masih menggunakan sarung tangan, kumulkan bahan habis pakai


(kapas, ksa, dsb) ke dalam tempat sampaha yang telah disediakan. Amankan benda

tajam pada tempat yang sesuai. Buang massa/jaringan atau hasil evakuasi ke dalam
saluran pembuang khusus.

Langkah 15

Masukkan kedua tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, bersihak cemaran kemudian
lepaskan sarung tangan secara terbalik ke dalam wadah dekontaminasi.

Langkah 16

Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir hingga bersih. Selesaikan dan lengkapi
status pasien dan laporan tindakan

Penatalaksanaan Abortus Inkomplit Trimester Kedua


Evakuasi sisa konsepsi abortus inkomplit pada daerah tengan atau akhir trimester
kedua dapat dilakuakn dengan Dilatasi dan Kuretase (D&K) atau Aspirasi Vakum
(AVM). Kedua teknik tersebut mempuyai resiko tinggi untuk terjadi perdarahan
hebat dan perforasi. Bila menggunakan AVM, sebaikya ambil dulu bagian-bagian
janin dengan klem Fenster atau Foerster sebagai upaya pembersihan pendahuluan
sebelum evakuasi.

Oksitosin Drip
Oksitorin drip diperlukan pada evakuais sisa konsepsi pada kasus abortus inkomplit
trimester kedua. Dosis oksitosin untuk tindakan ini dapat mencapai 200 unit
oksitosin dalam 500 ml cairan infus dengan kecepatan 30-40 tetes per menit. Ini
dilakukan karena reseptor oksitosin pada kehamilan trimester kedua belum cukup
untuk membuat uterus berkontraksi kuat dan menebalkan didnding uterus (penting
untuk mencegah perforasi dan perdarahan). Perhatikan timbulnya efek sampng dari
pemberian oksitosin dosis tinggi ini. Sebagai pengganti, dapat diberikan misoprostol
600 mg per oral. Setelah prosedur selesai, pantau tand vital pasien hingga
kondisinya dianggap stabil.

Pemantauan Pemulihan Pasien


Pantau tanda vital mulai dari pasien masih berada diatas meja tindakan. Upayakan
paien beristirahat dengan tenang sehingga pemantauan dapat berlangsung dengan
baik. Berikan antibiotika sebagai upaya profilaksi, terutama apabila ditemui tindatanda infeksi. Pada kasus tnpa komplikasi, periksa konsentrasi Hb, tanda vital,
sebelum pasien dipulangkan. Setelah kondisi pasien stabil, diberi informasi tentang
perawatan lanjutan, baru pasien dapat dipulangkan.

Informasi Pascatindakan
Tanda-tanda pemulihan berjalan normal:
Spasme atau kram pada uterus hingga beberapa hari pascatindakan,
berangsur berkurang atau masih dapat diatasi dengan analgesik ringan
Jumlah perdarahan yang makin lama makin berkurang
Kembalinya siklus menstruasi (4-8 minggu)
Berikan penjelasan tentang obat-obatan ang masih perlu diperoleh/dipergunakan
atau beberapa petunjuk yang harus diketahui/dijalankan, diantaranya:
Hindarkan hubungan seksual atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina
(tampon, bilasan) hingga perdarahan benar-benar berhenti (5-7 hari)
Kesuburan dapt kembali dalam 2 minggu pascakeguguran sehingga perlu
dilakukan konseling tentang kemungkinan akan terjadinya kehamilan atau
tawaran menggunakan kontrasepsi bila pasien belum ingin hamil.

Tempat kunjungan ulang atau fasilitas kesehatan yang dapat memberikan


pertolonga gawatdarurat bial diperlukan)
Gejala-gejala yang memrlukan pemeriksaan ulang:
Spasme atau kram tidak menghilang (atau makin berat)
Perdarahan berlanjut (lebih dari 2 minggu)
Perdrahan banyak (lebih dari perdrahan menstruasi)
Nyeri hebat atau intensistanya meningkat
Demam, menggigil atau lemah
Gangguan kesadaran atau pingsan

Kontrasepsi Pascakeguguran
Bila usia kehamilan di bawah 12 minggu, setelah abortus selesai, kesuburan akan
kembali (paling cepat) dalam 11 hari. Pada abortus spontan, umunya mereka ingin
untuk segera hamil kembali. Bila tidak terdaoat kelainan medik maka keinginan
tersebut dislaurkan ke bagian ingin anak atau klinik infertilisasi. Pada beberapa
kasus tertentu, mungkin beberapa pasangan tidak ingin untuk segera hamil. Kecuali
metode alamiah, hampir semua metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasien
pascakeguguran.

Penyulit yang terkait denagn abortus


Kehamilan ektopik yang tak terdiagnosis
Kehamilan ektopik terganggu menimbulakn kondisi gawat darurat pada kehamilan
muda. Kemungkina hamil ektopik, lebih besar pada pasien-pasien dengan rieayat
pernah hamil ektopik, infeksi panggul atau akseptor AKDR atau kontrasepsi
hotmonal tunggal (progestin). Ada kalanya kondisi ini tidak terdiagnosis atau
dikelirukan dengan amenore fungsional bila hasil evakuasi tidak menunjukkan sisa
konsepsi.

Sindroma Pascakeguguran (Hematometra Akut)


Keadaan ini terjadi apabila terjadi halangan pengeluaran dara kavum uteri. Uterus
mengalami distensi, spasme dan kram hebat, perdarahan berlanjut dan gangguan
kesadarn (misalnya, akibat reaksi vaso-vagal). Sindroma pasca abortus umumnya
terjdi dala tiga hari pertama pascatindakan. Padapemeriksaan, uterus sedikit
membesar dan sangat lunak. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan evakuasi ulangan,
pemberian oksitosin/rangsangan taktil agar uterus berkontraksi.

Syok Neurogenik (Reaksi Vaso-Vagal)


Pada dilatasi yang kasar atau pengerokan secra cepat, sering terjadi syok akibet
nyeri hebat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Akibat rangsangan pada syaraf
vagus, frekuensi jantung dan pernafasan menjadi lambat yang kemudian berlanjut
pada gangguan kesdaran (pingsan). Pada umunya kondisi ini akan membaik (setelah
beberapa detik atau menit) apabila penyebab nyeri dihentikan.
Untuk itu lakukan langkah berikut:
Segera hentikan prosedur evakuasi
Rangsang penciuman (gunakan amonia spiritus)
Bebaskan jalan nafas dan tinggikan tungkai

Miringkan pasien kestu sisi untuk mencegah aspirasi material muntahan

Perforasi Uterus atau Robekan Serviks


Bila kanula masuk lebih jauh dari yang diperkirakan atau apabila tampak jaringan
lemak, omentum atau usus maka kemungkinan telah terjadi perforasi. Pengenalan
pasti posisi uterus dan serviks sangat penting untuk menghindarjan trauma atau
perforasi akibat penetrasi kanula. Perforasi uterus dapat menciderai pembuluh
darah besar dan organ dalam rongga pelvik atu abdomen. Hal ini memerlukan
observasi ketat, pengenalan dini gawatdarurat dan upaya pertolongan segera.
Robekan serviks umumnya terjadi saat melakukan dilatasi serviks secara paksa.
Apabila ini terjadi, lakukan penjahitan dan observasi kemungkinan robekan pembulh
drah besar tetapi perdarahan justru masuk kedalam kavum uteri atau abdomen.
Dugaan perforasi erat kaitannya dengan riwayat induksi atau evakuasi yang
kemudian disertai dengan gejala berikut ini:
Nadi yang cepat dan halus (>112 per menit)
Turunya tekanan darah (diastolik <60)
Perdarahan banyak
Mual atau muntah
Nyeri bahu
Demam (temperatur >38C) bila terjadi secar lambat
Nyeri abdomen, spasme atau kram perut bawah

Penatalaksanaan Perforasi Uterus


Perforasi diketahui setelah proses evakuasi selesai
1. Pasang infus, berikan antibiotika, ergometrin 0,2 mg intramskuler, ulangi
sesuai dengan kebutuhan (hingga 3 kali pemberian)
2. Pantau tanda vital setiap 10 menit selam 2 jam pertama
Bila pasien stabil dan perdarahan berkurang, teruskan ergometrin dan
observasi pasien hingga 24 jam
Bila kondisi pasien memburuk dan perdarahan tidak berkurang, segera
rujuk pasien ke rumah akit rujukan.

Perforasi diketahui sebelum evakuasi selesai

1. Pasang infus, berikan antibiotika, periksa Hb, hematokrit dan golongan darah.
2. Selesaikan evakuasi dan pantau tanda vital secara ketat

Syok, Perdarahan Hebat Vagina dan Infeksi Pascatindakan


Penanganan perdarahan vagina sangat tergantung ari lokasi dan derajat
perdarahan. Bila sumber perdarahan dapat diketahui, hentikan perdarahan dengan
melakukan pejahitan. Bila terjadi infeksi (pastikan bukan dari sisa kontrasepsi),
segera berikan antibiotika.

Emboli Udara
Komplikasi ini sangat jarang terjadi secara medik melainkan paling sering
diakibatkan oleh masalah teknik. Secara tidak sengaja, udara terdorong kedalam
kavum uteri pada saat kanula masih berada didalam uterus dan ganjal pendorong
terlepas.

Konfirmasi Perdarahan Intrapelvikum dengan Kuldosentesis


Kuldosentesis adalah prosedur klinik diagnostik untuk mengidentifikasi adanya
erdrahan intraperitonial, khususnya pada kehamilan ektopik terganggu. Untuk
pengambilan bahan spesimen dari vakum intrapelvikum, digunakan jarum tertentu
atau dengan bantuan needle extender, yang ditusukkan melalui forniks posterior.
Pada keadaan tertentu, prosedur ini dapt digunakan utuk mengambil spesimen
cairan ascites. Kuldosentesis sulit dilakukan apabila pasien tidak kooperatif
atauuterus sangat retrofleksi sehingga fundus mengisi cul-de-sac. Pada keadaan
demikian, dapat dilakukan laparoskopi.
PROSEDUR KULDOSENTESIS
LANGKAH KLINIK
A. PERSIAPAN:
a. Persetujuan Pemeriksaan
b. Persiapan Instrumen dan Bahan
c. Persiapan Pasien
B. TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI
C. PROSEDUR PENGAMBILAN SPESIMEN
1. Kosongkan kandung kemih
2. Pasang spekulum Spims bawah dan atas
3. Minta asisten memegang spekulum atas pada posisinya
4. Jepit kapas yang telah dibasahi larutan antiseptik dengan cunam tampon,
lkukan tindakan antisepsis pada porsio, vagina dan forniks posterior
5. Dengan tangan kanan jebit bibir bawah serviks dengan tenukulum pada
posisi jam 6 setelah tejepit dengan baik, pegang gagang tenakulum
dengan tangan kiri
6. Tusukkan jarum spinal No. 18 G pada forniks posterior kedalam cavum
Douglas di antara ligamentum Sakrounitera, dengan arah kranio-anterior
7. Lakukan aspirasi dengan menggunakan semprit 5 atau 10 ml.
: Kuldosentesis dinyatakan positif bila didapatkan darah kehitaman,
tidak membeku dan terdapat gumpalan halus bekun darah pada
saat aspirasi
8. Cabut jarum spinal
9. Lepaskan tenakulum, perhtikan kondid bekas lokasi tusukan jarum dan
jepitan tenakulum
10.Usapkan larutan antiseptik pada serviks dan forniks
11.Lepaskan spekulum Spims
12.Tindakan selesai, sebelum melepas sarung tangan lakukan tindakan
dkontaminasi
D. ANALISIS SPESIMEN, TANDA DAN GEJALA KLINIK
E. PENETAPAN DIAGNOSIS KERJA

Abortus Mola

Pasang infus untuk pemberian cairan elektrolit, uterotonika dan tranfusi (bila
diperlukan) dan pantau tanda vital
Tranfusi bila konsentrasi Hb <6 g%

Masukkan oksitosin 20 unit dan atur kecepatan tetesan hingga uterus


berkontraksi kemudian beri tetesan pemeliharaan
Pastikan tidak terjadi krisis tiroid (lakukan tindakan yang sesuai bila ternyata
terjadi krisis tiroid)
Lakukan evakuasi gelembung mola dan jaringan yang ada, baik secara
aspirasi maupun manual
Pastikan isi kavum uteri telah bersih dan perdarahan berhenti
Teruskan tetes oksitosin hingga 24 jam pascatindakan
Cabut infus dan transfusi (bila diperlukan) setelah kondisi pasien stabil
Rawat dan pantau keadaan umum pasien

Lakukan pengukuran kuantitatif kadar hCG spesifik (


hCG rapid test)
Apabila tidak dapat dilkukan pemeriksaan segera dapat
dilakukan upaya alternatif dengan melakukan uji
kehamilan berbasis tera imunologenik (hemaglutinasi
atau aglutinasi lateks) dimana kadar hormon tersebut
diukur secara semikuantitatif melalui pengeceran urine
Perhatikan kepekaan hasil uji kehamilan pregnancy test
(Roche) 3500 IU/L, Pregnosticon (Organon) 1500 IU/L,
Gavindex 500 IU/L)

PROSEDUR KLINIK DILATASI DAN KURETASE


LANGKAH KLINIK
A. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
B. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
PASIEN dan PENOLONG (Operator dan Asisten)
C. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
D. TINDAKAN
1. Instrusikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik
2. Bila penderita tidak dapat berkemih. Kateteritasi (lihat cara kateterasi)
3. Setelah kandung kemih dikosongkan, lakukan pemeriksaan bimanual.
Tentukan besar uterus dan bukan serviks
4. Bersihkan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan dengan larutan
klorin 0,5%
5. Pakai sarung tangan DTT/Steril yang baru
6. Pakai spekulum Sims atau L, masukkan bilahnya secara vertikal kemudian
putar ke bawah
7. Pasang spekulum Sims berikutnya dengan jalan memasukkan bilahny
secara vertikal kemudian putar dan tarik keatas sehingga porsio tampak
dengan jelas
8. Minta asisten untuk memegang spekulum atas dan bawah, pertahankan
pada posisi semula
9. Dengan cunam tampon, ambil kapas yang telah dibasahi dengan larutan
antiseptik, kemudian bersihkan lumen vagina dan porsio. Buang kapas
tersebut dalam tempat ampah yang tersedia, kembalikan cunam ke

tempat semula.
10.Ambil klem ovum lurus, jepit porsio atas pada jam 12 (tenakulum pada
jam 11/13)
11.Setelah porsio terpegang baik, lepaskan spekulum atas
12.Pegang gagang klem ovun/tenakulum dengan tangan kiri, ambil sendok
kuret dengan tangan kanan, pegang diantara ibu jari dan telunjuk,
kemudian masukkan hingga menyentuh fundus
13.Minta asisten untuk memegang gagang klem/tenakulum, letakkn jari-jari
tangan kiri pada perut bawah (fundus uteri) sehingga penolong dapat
merasakan tersentuhnya fundus oleh ujung sendok kuret
Memasukkan lengkung sendok kuret sesuai dengan lengkung
kavum uteri kemudian lakukan pengerokkan dinding uterus bagian
depan searah jarum jam, secara sistematis. Keluarkan sisa
konsepsi (dengan kuret) dari kavum uteri
Masukkan ujung sendok sesuai dengan lengkung kavum uteri,
setelah sampai fumdus, kemudian putar 180 derajat, lalu bersihkan
dinding belakang uterus.
14.Pegang kembali gagang tenakulum, buka kedua katup kontrol (perhatikan
jaringan yang terhisap) kemudian lakukan aspirasi dengan menggerakkan
kanula maju mundur sambil dirotasikan dari kiri ke kanan atau sebaliknya
secara sistematis.
15.Setelah sisa konsepsi terkumpul di dalam tabung dan tanda-tanda kavum
uteri telah bersih, lepaskan tabung dari kanula
16.Keluarkan sisa konsepsi dalam mangkok periksa, cabut kanula dan
masukkan tabung ke wadah yang tersedia
17.Ambil kapas (dibasahi larutan antiseptik) dengan cunam tampon,
bersihkan darah dan jaringan pada lumen vagina
18.Lepaskan jepitan klem ovum pada porsio
19.Lepaskan spekulum bawah
20.Lepaskan kain penutup perut bawah, alas bokong dan sarung kaki
masukkan kedalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%
21.Bersihkan cemaran darah dan ciran tubuh dengan larutan antiseptik
E. DEKONTAMINASI
F. CUCI TANGAN PASCATINDAKAN
G. PERAWATAN PASCATINDAKAN

Kehamilan Ektopik yang Terganggu


Kehamilan ektopik ialah terjadinya implantasi (kehamilan) diluar kavum uteri.
Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi di tuba, hanya sebgaian kecil di ovarium,
kavum abdomen, kornu. Kejadian kehamilan ektopik ialah 4,5-19,7/1000 kehamilan.
Beberapa faktor risiko ialah: radang pelvik, bekas ektopik, operasi pelvik, anomali
tuba, endometriosis dan perokok.

Gejala Klinik
Gejala trias yang klasik ialah: amenorhea, nyeri perut dan perdarahan pervaginam.
Pada kondisi perdarahan akan ditemukan renjatan, dan nyeri hebat di perut bawah.
Uterus mungkin lebih besar sedikit, dan mungkin terdapat massa tumor di adneksa.
Dengan USG kehamilan intrauterin akan dapat ditentukan, sebaliknya harus dicari

adanya kantong gestasi atau massa di adneksa/kavum douglas. bila ditemukan


kantong gestasi intrauterin (secra abdominal USG), biasanya kadar B- hCG ialah
6500 iu: atau 1500 iu bila dilkukan USG transvaginal. Bila ditemukan kadar seperti
itu dan tidak ditemukan kehamilan intrauterin, carilah adanya kehamilan
ekstrauterin.

Penatalaksanaan

Bila ditemukan keadaan abdomen akut maka tindakan terbaik ialah hemostasis KET.
Jenis tindakan yang akan diambil, harus memperhitungkan pemulihan fungsi kedua
tuba. Bila ibu masih ingin hamil maka lakukan salpingostomi. Bila kondisi
gawatdarurat, tidak ingin hamil lagi, robekan tidak beraturan, terinfeksi, perdarahan
tak dapat dikemdalikan maka lakukan salpingektomi. Pada umumnya akan dilakukan
prosedur berikut ini:
Pasang infus untuk subtitusi kehilangan cairan dan darah
Transfusi bila konsebtrasi Hb < 6g%, bila tidak segera tersedia darah, lakukan
autotranfusi selama prosedur operatif.
Lakukan prosedur parsialsalpingektomi atau eksisi segmental yang
dilanjutkan dengan salpingorafi (sesuai indikasi)
Lakukan pemantauan dan perawatan pascaoperatif
Cabut infus dan transfusi setelah kondisi pasien stabil
Realimentasi, mobilisasi dan rehabilitasi kondisi pasien sesegera mungkin
Pada kehamilan ektopik belum terganggu, kondisi hemodinamik stabil, massa <4 cm
dan tidak ada perdarahan intraabdomen maka pertimbangkan pemberian MTX.
Keberhasilan manajemen MTX dapat mencapai 80%. Berikan 50 mg MTX dan
dilakukan observasi B- hCG yang akan menurun tiap 3 hari. Setelah 1 minggu
dilakukan USG ulang, bila besar kantong tetap dan pulsasi (+) lakukan injeksi kedua.
Terapi dianggap gagal bila terjadi KET, massa membesar, atau B- hCG meningkat >
2 kali dalam 3 hari.
Berikan penjelasan pda pasien tentang risiko/keberhasilan terapi konservatif dan
segera lakukan terapi aktif. Bila pasien tak mampu mengenali tanda bahaya,
sebaiknya rawat inap untuk observasi.
Pada perdarahan hebat dan masif intraabdomen diman aarah pemgganti belum
cukup tersedia dan golongan darah yang langka maka pertimbangkan tindakan
transfusi autolog. Isap darah dengan semprit 20 ml, lakukan penyaringan dan
kumpulkan dalam labu darah berisi antikoagulan, kemudian transfusikan kembali ke
pasien.
Prosedur autotransfusi:
Pastikan darah yang dihiap dari rongga abdomen
ditampung dalam botol penampung yang steril
Dengan memperhatikan prinsip jaminan sterilitas,
lakukan penyaringan darah yang tertampung di dalam
botol dengan menggunakan kain steril atau ditapis
melalui tabumg penyaring transfusi kemudian masukkan
ke dalam botol darah lain yang steril dimana telah
disiapkan larutan sodium sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml
darah
Transfusikan kembali darah yang telah disaring dengan
menggunakan slang transfusi dan tabung penyaring yag

baru
Pada kehamilan abdominal lanjut pertimbangkan untuk pengangkatan plasenta
sepanjang hemostasis dapat dijamin. Bila perlekatan di usus sanagt luas dan
hemostatis pasca eksisi tidak memungkinkan maka plasenta ditinggalkan, berikan
MTX dan rencanakan tindakan (bila perlu) pengangkatan pada saat yang optimal.
Konseling pascatindakan:
Kelanjutan fungsi reproduksi
Risiko hamil ektopik ulanag
Kontarsepsi yang sesuai
Asuhan mandiri selama di rumah
Jadwal kunjungan ulang

RESEKSI PARSIAL TUBA PADA KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU


A.
B.
C.
D.

LANGKAH KLINIK
PERSETUJUAN MEDIK
PERSIAPAN OPERASI (Pasien, Penolong dan Tim Operasi)
PENCEGAHAN INFEKSI DAN PERSIAPAN OPERASI
TINDAKAN OPERASI
1. Lakukan insisi mediana/pfannentiel sepanjang 15 sm
2. Perdalam insisi sehingga mencapai rongga peritoneum
3. Hisap darah dalam rongga abdomen sehingga menampakkan lokasi
kehamilan ektopik dan sumber perdarahn
Bila sulit melakukan identifikasi, angkat korpus uteri sehingga
menampakkan kedua belah tuba dan adeksa
4. Klem bagian yang mengalami perdarahan atau mengandung massa
kehamilan pada bagian medial dan lateral (massa berada diantara kedua
klem)
5. Perhatikan bagian yang telah diklem dan pastikan bahwa perdarahan
telah dapat dihentikan serta tidak terdapat bagian-bagian lain yang ikut
terjepit
6. Angkat dinding perut dengan retraktor, kemudian selipkan kasa besar
basah yng membatasi organ genitalia interna (uterus, ovarium dan tuba)
terhadap usus di sebelah proksimalnya
Jepit ujung kaa dengan kocher ke kain penutup
7. Reseksi bagian yang mengandung produk kehamlan (diantar 2 klem) dan
simpan dalam larutan pengawet (untuk pemeriksaan PA)
8. Sisa potongan tuba kemudian diikat dengan chromik Catgut No. 2
9. Cek perdrahan, jika tidak ada perdarahan selanjutanya dilakukan
reperitonealisasi secara jelujur dengan benang plain Catgut No. 00
10.Yainkan tidak ada perdarahan dengan memeriksa luka jahitan bebrapa
saat
11.Kavum Abdominal dicucu dengan larutan NaCL 0,9% hangat, keluarkan
kasa besar dan bersihkan sisa cairan /darah
12.Kavum Douglasi dibersihkan, periksa tuba dan ovarium pada sisi lain,

untuk memprediksi fertilitasnya


13.Lakukan penjahitan dinding perut secara all layer dengan benang
polyglycolic acid atau kromik No. 0 / 1
14.Aposisi kulit dilakukan dengan jahitan subkutikuler (nylon atau
polyglycolic acid)
15.Lakukan operasi ditutup dengan kasa+profidon iodine 10 %
16.Kain penutup abdomen dilepaskan hati-hati tanpa menyentuh kasa
penutup luka operasi
17.Vagina dibersihkan dari sisa darah dan bekuan dengan menggunakan
kasa yang dijepitkan pada klem
18.Daerah vulva sampai paha dibersihkan dari sisa darah atau cairan tubuh
PERAWATAN PASCA BEDAH
1. Periksa tekanan darah, nadi dan pernapasan, diukur jumlah urin yang
tertampung di kantung urin dan jumlah perdarahan selama operasi, kadar
haemoglobin
2. Buat laporan operasi tentang jenis KET dan jenis operasional serta keadaan
tuba dan ovarium sisi lainnya dan cantumkan hasilnya pada lembaran
laporan tersebut
3. Buat instruksi perawatan yang meliputi:
Jadwal pemeriksaan tanda vital dan ukuran input -output
Jenis pengobatan dan gejala-gejala yang harus diwaspadai
Kebutuhan transfusi, mobilisasi dan realimentasi

Anda mungkin juga menyukai