Karakteristik Model
Karakteristik model menggambarkan segenap komponen yang dapat
mempengaruhi rantai pasokan dalam agroindustri kelapa terpadu. Segenap
komponen tersebut berperan penting dalam sehingga akan berdampak pada
jaringan rantai pasokan. Komponen-komponen yang berpengaruh pada rantai
pasokan agroindustri kelapa terpadu ini terdiri atas pemasok, agroindustri kelapa
dan konsumen.
Model dinamis rantai pasokan yang dirancang ini merupakan abstraksi
aliran material dari pemasok yang terdiri dari petani dan pedagang pengumpul
yang dialirkan ke agroindustri kelapa selanjutnya material tersebut diolah menjadi
produk yang akan didistribusikan ke konsumen. Jaringan pendistribusian dan
pengelolaan aliran material akan ditunjukkan dalam suatu model dinamis rantai
pasokan. Karakteristik ini menunjukkan bahwa secara skematik terjadi hubungan
yang saling mempengaruhi dari pemasok, agroindustri hingga ke konsumen.
Pemasok kelapa
Pemasok sebagai salah satu komponen dalam jaringan rantai pasokan
selaku penyedia pasokan kelapa butiran dari sub sistem produksi yang
diidentifikasi terdiri atas petani dan pedagang pengumpul. Pemasok kelapa butiran
dalam model dinamis rantai pasokan ini menunjukkan
mempengaruhi sistem dinamis dalam model rantai pasokan ini. Hal ini karena
jaringan rantai pasokan dimulai dari petani yang merupakan sumber penyedia
bahan baku kelapa butiran yang merupakan awal aliran mata rantai
pendistribusian bahan baku dimulai.
Pemasok utama buah kelapa butir untuk agroindustri pengolahan kelapa
yaitu terdiri atas petani kelapa dan pedagang pengumpul. Petani atau kelompok
tani ini berada pada suatu wilayah penghasil kelapa. Petani selaku pemasok bahan
baku kelapa yang memiliki hubungan langsung dengan pihak industri. Jaringan
rantai pasokan dimulai dari petani yang merupakan sumber penyedia bahan baku
kelapa yang merupakan awal aliran mata rantai pendistribusian bahan baku
dimulai. Bahan baku dari petani ini dalam bentuk kelapa yang merupakan bahan
88
baku hasil produk pertanian. Petani pemasok ini dapat berupa petani secara
perseorangan ataupun kelompok petani.
Petani kelapa di beberapa wilayah sentra penghasil kelapa menunjukkan
perilaku yaitu selalu menjual kelapa hasil panen secara maksimal, buah kelapa
yang muda dan buah kelapa yang tua seringkali tidak dibedakan, sehingga apabila
ada pedagang yang menginginkan akan dijual. Penjualan dilakukan langsung pada
saat kelapa masih di pohon belum dipetik dan pemetikan tidak memperhatikan
umur kelapa. Permasalahan yang dijumpai pada petani on farm yaitu tingkat harga
kelapa yang berfluktuasi, produktivitas yang rendah dalam kisaran kurang dari 1
ton/hektar.
Petani selain sebagai pemasok buah kelapa butir juga ada yang bertindak
sebagai petani pengolah yaitu melakukan proses pengolahan kelapa meskipun
masih sangat sederhana yaitu dalam bentuk kopra. Proses tersebut dilakukan
dengan mengupas kelapa, mencukil daging kelapa dari tempurung dan
mengeringkan pada sinar matahari atau pada unit pengeringan sederhana. Namun,
air kelapa, tempurung dan sabut dalam proses pengeringan kopra sebagian besar
terbuang sebagai limbah.
Proses pekopraan tersebut dilakukan oleh petani kelapa karena dua alasan
yaitu:
1. kopra dianggap memiliki nilai jual yang lebih tinggi sehingga memperoleh
penghasilan yang lebih
2. tidak ada kepastian pembelian buah kelapa dalam bentuk kelapa butir kepada
petani.
Proses pekopraan ini menjadikan beberapa bagian buah kelapa yang
seharusnya dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual menjadi tidak
memiliki manfaat sama sekali karena terbuang secara percuma. Hal ini tidak akan
terjadi apabila petani penghasil kelapa memiliki kepastian untuk menjual buah
kelapa yang dihasilkan.
Pedagang pengumpul yang berfungsi sebagai pemasok berkedudukan
sama dengan petani pemasok. Pasokan bahan baku dari pedagang pengumpul
diperlukan apabila terjadi kekurangan pasokan dari petani atau kelompok tani
89
dalam proses produksi di unit pengolahan. Hal ini agar petani secara kelembagaan
juga memiliki posisi tawar dalam penentuan harga bahan baku.
Agroindustri
Agroindustri dalam model ini adalah agroindustri kelapa terpadu yang
terdiri dari unit pengolahan daging buah kelapa yang menghasilkan minyak
kelapa, unit pengolahan air kelapa yang menghasilkan sari kelapa / nata de coco
dan unit pengolahan sabut kelapa yang menghasilkan serat sabut kelapa serta unit
pengolahan tempurung kelapa yang menghasilkan arang tempurung .
Bahan baku dari pemasok akan disalurkan ke unit-unit pengolahan buah
kelapa yang merupakan agroindustri. Agroindustri ini akan melakukan konversi
bahan baku dari hasil pertanian berupa kelapa butiran hingga menjadi produkproduk yang dapat dikonsumsi. Unit pengolahan ini meliputi unit pengolah daging
buah kelapa, unit pengolah air kelapa dan unit pengolah sabut kelapa serta unit
pengolah tempurung kelapa. Persediaan akan ditemui pada masing-masing unit
pengolahan ini. Persediaan dapat berupa persediaan bahan baku ataupun
persediaan berupa produk hasil olahan. Pengendalian persediaan dalam suatu unit
pengolahan akan mengakibatkan biaya persediaan (inventory cost) atau dalam
model yang dirancang ini disebut biaya penyimpanan
Konsumen
Konsumen akhir dari produk ini terdiri atas konsumen domestik dan
konsumen ekspor. Hal ini mengingat pasar produk yang dihasilkan dari
agroindustri kelapa terpadu ini adalah pasar untuk produk domestik dalam negeri
dan pasar untuk produk luar negeri/ekspor. Adapun rincian dari masing-masing
konsumen ini adalah sebagai berikut :
1. Konsumen domestik
Konsumen untuk pasar domestik ini meliputi industri hilir untuk produkproduk yang dihasilkan oleh agroindustri ini dan konsumen rumah tangga
pengguna produk ini. Konsumen domestik ini direpresentasikan melalui
permintaan domestik untuk produk-produk tersebut. Permintaan domestik ini
baik untuk permintaan domestik industri maupun permintaan domestik untuk
rumah tangga konsumen digambarkan melalui konsumsi untuk industri dan
konsumsi untuk individu.
90
2. Konsumen ekspor
Konsumen untuk pasar ekspor atau luar negeri meliputi konsumen dari
industri hilir untuk produk-produk ini dan juga konsumen rumah tangga
ekspor pengguna produk ini. Konsumen ini dapat diwakili oleh eksportir.
Konsumen ekspor ini hanya direpresentasikan melalui permintaan ekspor
untuk produk-produk tersebut.
Analisis Kebutuhan Model Dinamis
Rantai Pasokan Agroindustri Kelapa Terpadu
Analisis kebutuhan merupakan tahap awal dari pengkajian suatu sistem.
Tahapan ini dilakukan dengan identifikasdi terhadap kebutuhan-kebutuhan dari
masing-masing pelaku sistem yang akan dimodelkan. Setiap pelaku dalam sistem
memiliki perilaku yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi kinerja sistem..
Pelaku dalam sistem mengharapkan kebutuhan tersebut dapat terpenuhi
jika mekanisme sistem tersebut dapat dijalankan. Tahapan ini, kebutuhan dari
masing-masing pelaku dalam sistem diidentifikasi sebagai dasar pertimbangan
dalam pemahaman sistem yang dikaji.
Model dinamis rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu ini
melibatkan beberapa pihak yang saling berkepentingan. Masing-masing pihak
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Kebutuhan setiap pihak yang terlibat
saling menguntungkan atau saling konflik. Analisis kebutuhan sangat diperlukan
sehingga dapat diperoleh model yang mampu mengakomodasikan setiap
kebutuhan. Hal ini dilakukan agar kebutuhan setiap pihak yang berkepentingan
dapat dipenuhi. Model untuk rantai pasokan ini melibatkan beberapa pelaku
(stake holders) utama seperti pada tabel 14 di bawah ini.
Hasil
91
Pelaku
Petani/Pemasok
2.
Pedagang
pengumpul
3.
Agroindustri
4.
Konsumen
5.
Pemerintah
Kebutuhan
a. Terjaminnya pemasaran kelapa butiran
b. Memperoleh kepastian penjualan hasil panen buah kelapa
butiran
c. Peningkatan pendapatan sebagai indikator kesejahteraan
petani
a. Memperoleh penghasilan dari pemasokan kelapa butiran
b. Memperoleh keuntungan dari pemasokan kelapa butiran
c. Memenuhi kebutuhan bahan baku untuk agroindustri
a. Memperoleh bahan baku dengan harga yang layak
b. Melakukan proses produksi sesuai dengan kapasitas produksi
terpasang
c. Kontinyuitas bahan baku yang terjamin
d. Peningkatan efektifitas produksi
e. Ketepatan pemenuhan hasil produk
f. Keuntungan semaksimal mungkin dengan biaya yang
dikeluarkan seoptimal mungkin
a. Ketersediaan produk dengan harga yang sesuai dengan
kualitas produk
b. Kontinuitas kebutuhan pemenuhan produk terjamin
c. Terpenuhinya kepuasan konsumen
a. Penciptaan iklim kondusif untuk tumbuh kembangnya
agroindustri kelapa terpadu melalui kebijakan yang
menguntungkan bagi agroindustri dan petani
b. Mendorong peningkatan produksi dan kulaitas hasil
c. Menjamin kestabilan harga yang terjangkau oleh konsumen
dan masih menguntungkan bagi petani.
92
1. secara cepat memberikan gambaran sifat dinamik dari sistem yang dikaji
2. memberikan dasar untuk pembentukan persamaan pada model
3. mengidentifikasi faktor yang penting dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan
Diagram ini hanya terdiri dari variabel-variabel yang masing-masing
dihubungkan dengan tanda panah yang menggambarkan hubungan antar variabel
tersebut. Hubungan digambarkan dengan tanda positif atau negatif. Tanda ini
menunjukkan adanya perubahan pada variabel yang terikat bila variabel bebas
berubah.
Tanda hubungan yang positif menunjukkan adanya peningkatan jumlah
pada variabel terikat, sedangkan tanda negatif menyatakan penurunan jumlah pada
variabel terikat. Hubungan antar variabel pada diagram lingkar sebab akibat tidak
menunjukkan mekanisme sebenarnya yang terjadi dalam sistem. Hubungan antar
variabel hanya menunjukkan apa yang akan terjadi bila terjadi perubahan pada
variabel bebas. Hal ini disebabkan oleh :
1. Suatu variabel yang terikat memiliki lebih dari satu input variabel bebas.
2. Diagram lingkar sebab akibat tidak akan membedakan mana laju (rate)
dan akumulasi dari laju (stock).
Model rantai pasokan agroindustri kelapa terpadu terdiri dari keterkaitan
sub model pasokan kelapa butiran, sub model proses produksi, sub model
persediaan dan sub model distribusi produk. Pendeskripsian keterkaitan hubungan
dalam model rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu serta komponenkomponen digambarkan dalam diagram lingkar sebab akibat di bawah ini yaitu :
93
Ketersediaan pasokan
bahan baku agroindustri
Konsumsi Kelapa
Butiran
+
Proses Produksi
dalam agroindustri
+
-
Ketersediaan pasokan
produk
Distribusi Produk
-
94
95
ketersediaan
produk
yang
dihasilkan
oleh
unit-unit
apabila
diusahakan
secara
terpadu.
Kemampuan
unit
pengolahan
96
kunci dari rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu ini. Kebutuhan kelapa
butiran di suatu agroindustri kelapa terpadu dapat diperkirakan dengan suatu
simulasi dengan merancang modelnya terlebih dahulu.
Identifikasi terhadap skala produksi secara ekonomis dengan melibatkan
komponen biaya terkait dalam sistem rantai pasok. Biaya-biaya ini berupa biaya
persediaan dan biaya transportasi. Biaya persediaan merupakan biaya yang
dikeluarkan
untuk
menyimpan
produk
dan
biaya
transportasi
untuk
97
98
sentra penghasil kelapa. Oleh sebab itu produksi kelapa ini dirumuskan dengan
persamaan :
PKi = 25% x PKTi
.......................................................................... (1)
yang
dihasilkan oleh petani di suatu wilayah observasi. Ketersediaan kelapa butiran ini
dirumuskan dengan persamaan:
KKBi = a% x PKi
.............................................................................. (2)
.................................................................. (3)
Kebutuhan daging buah kelapa untuk unit pengolah minyak kelapa (KDi) ini
direpresentasikan dengan persamaan :
KDi = 28% x KKi .................................................................................. (4)
Dengan i periode dalam tahun yaitu 1, 2, 3....n.
99
28%
25%
35%
4. tempurung sebanyak
12%
Oleh sebab itu formulasi untuk ketersediaan air kelapa ini yaitu sebagai berikut :
KAi = 25% x KKi x (2000 butir/700 liter)........................................ (5)
Ketersediaan sabut kelapa untuk unit pengolah serat sabut (KSi)
Ketersediaan sabut kelapa juga didasarkan pada persentase komponen tiap
butiran kelapa. Ketersediaan sabut kelapa ditunjukkan dengan persamaan:
KSi = 35% x KKi ............................................................................. (6)
Ketersediaan tempurung kelapa untuk unit pengolah Arang tempurung (KTi)
Ketersediaan tempurung kelapa juga didasarkan pada persentase
komposisi tiap butiran kelapa. Ketersediaan tempurung kelapa yaitu:
KTi = 12% x KKi ............................................................................. (7)
Identifikasi Variabel Keputusan
Keputusan dalam rantai pasokan ini meliputi keputusan-keputusan berupa:
1. Jumlah pasokan buah kelapa butiran yang akan disalurkan kepada unit
agroindustri kelapa terpadu (SKi)
2. Jumlah pasokan daging kelapa yang akan diolah (SDi)
3. Jumlah pasokan air kelapa yang akan diolah (SAi)
4. Jumlah pasokan sabut kelapa yang akan diolah ( SSi )
5. Jumlah pasokan tempurung kelapa yang akan diolah (STi)
100
6. Jumlah persediaan bahan baku buah kelapa butiran sebelum diproses yang
terdapat di unit pengolah (IKi)
7. Jumlah persediaan bahan baku air kelapa sebelum diproses yang terdapat di
unit pengolah (IAi)
8. Jumlah persediaan bahan baku sabut kelapa sebelum diproses yang terdapat di
unit pengolah (ISi)
9. Jumlah persediaan bahan baku tempurung kelapa sebelum diproses yang
terdapat di unit pengolah (ITi)
10. Jumlah persediaan produk minyak kelapa yang terdapat di unit pengolah
(IMKi)
11. Jumlah persediaan produk nata de coco yang terdapat di unit pengolah (INDi)
12. Jumlah persediaan produk serat sabut kelapa yang terdapat di unit pengolah
(ISSi)
13. Jumlah persediaan produk arang tempurung yang terdapat di unit pengolah
(IATi)
14. Jumlah produk minyak kelapa yang akan disalurkan dari unit pengolah ke
permintaan (XMKi)
15. Jumlah produk nata de coco yang akan disalurkan dari unit pengolah ke
permintaan (XNDi)
16. Jumlah produk serat sabut yang akan disalurkan dari unit pengolah ke
permintaan (XSSi)
17. Jumlah produk arang tempurung yang akan disalurkan dari unit pengolah ke
permintaan (XATi)
18. nilai i > 0
Penentuan Kapasitas Produksi
Kapasitas Produksi dari masing-masing unit produksi ini cukup kecil,
yaitu dengan kondisi sebagai berikut:
1. Unit pengolah minyak kelapa unit kecil dengan kapasitas produksi 200 kg
minyak kelapa per hari diperoleh dari 2.000 butir kelapa per hari atau setara
dengan 700.000 butir per tahun. Kapasitas produksi dalam satu tahun dengan
20 hari kerja akan menghasilkan minyak kelapa 48.000 kg. Penentuan
101
102
4. Unit pengolah arang tempurung dengan kapasitas produksi 1,2 ton arang
tempurung sampai dengan 3 ton arang tempurung per hari.
Kapasitas produksi masing-masing unit tanur pengarangan adalah 1,2 ton
arang sampai dengan 3 ton arang tempurung per hari. Total produksi arang
tempurung kelapa yang dihasilkan oleh unit usaha ini adalah 1,2 ton setiap
hari. Tingkat produksi maksimum arang tempurung terutama ditentukan oleh
kapasitas tanur pembakaran. Rata-rata kapasitas tanur menghasilkan
maksimum 1.200 kg arang per hari dalam satu tahun diproduksi 374.400 kg
arang per tahun. Kapasitas produksi arang tempurung kelapa (Cap_ATi) ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Cap_ATi 374400 kg ................................................................................. (11)
Dengan i = periode 1, 2, 3, , n
Jika jumlah persediaan bahan baku kurang dari kapasitas produksi maka
langsung diproses menjadi produk akhir. Jumlah produk akhir yang diinginkan
sebanyak 4 macam dan semuanya diproses dari bahan baku yang ada. Permintaan
terhadap produk akhir berfluktuasi.
bahan
baku,
kapasitas
pemasok
bahan
baku,
kapasitas
unit
Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
103
Di mana :
Kij
Cap_SK=
i
Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
KDij
Cap_SD=
i
................................................................................... (14)
Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
KAij
Cap_SA=
i
Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
KSij
Cap_SS=
i
104
Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
KTij
Cap_ST=
i
Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
XMKij =
Cap_MK=
i
................................................................ (20)
Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
XNDij =
105
Cap_ND=
i
........................................................................... (21)
Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
XSSij =
Jumlah produk serat sabut kelapa yang akan disalurkan dari unit
pengolah i ke permintaan j.
Kapasitas unit pengolahan serat sabut kelapa ke-i
Cap_SS=
i
................................................................................. (23)
................................................................................. (24)
Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
XATij =
Cap_AT=
i
di
dalam
gudang
sebelum
didistribusikan
dan
sesudah
106
IMKj
= Cap_MKj -
XMKjk
.....(25)
k 1
Dengan
IMKj
= Jumlah persediaan minyak kelapa
Cap_MKj = Kapasitas unit pengolahan minyak kelapa j (kg)
XMKjk
= Jumlah produk minyak kelapa j yang akan disalurkan
permintaan k (kg)
J
= 1, 2, 3, n
K
= 1, 2, 3, p
11. Kendala Inventori unit pengolahan nata de coco
Persediaan nata de coco merupakan hasil produksi nata de coco yang
disimpan
di
dalam
gudang
sebelum
didistribusikan
dan
sesudah
INDj
Cap_NDj -
XNDjk
k 1
(26)
Dengan
INDj
Cap_NDj
XNDjk
=
=
=
J
K
=
=
di
dalam
gudang
sebelum
didistribusikan
dan
sesudah
XSSjk (27)
ISSj
Cap_SSj -
Dengan
ISSj
Cap_SSj
XSSjk
=
=
=
J
K
=
=
k 1
107
ke
XATjk .. (28)
IATj
Cap_ATj -
Dengan
IATj
Cap_ATj
XATjk
=
=
=
J
K
=
=
k 1
DSSj
= XSSjk
k 1
(31)
17. Kendala kebutuhan permintaan produk berupa arang tempurung kelapa
Permintaan produk akhir arang tempurung kelapa merupakan total produk
arang tempurung kelapa j yang akan disalurkan ke permintaan k (kg)
108
DATj= XATjk ..
k 1
(32)
Perumusan Fungsi Tujuan
Tujuan perancangan model ini adalah untuk meminimalkan keseluruhan
biaya rantai pasokan agroindustri kelapa terpadu dari mulai pasokan bahan baku
berupa kelapa butiran hingga diolah dalam suatu unit pengolahan hingga
menghasilkan empat macam produk yang didistribusikan ke konsumen. Setiap
aliran material dari satu tempat ke tempat yang lain membutuhkan biaya demikian
halnya dalam unit pengolah. Total biaya rantai pasokan ini dirumuskan sebagai
berikut:
mn np nn
Minimisasi Z =
Di mana :
Z
CSij
Sij
CXjk
=
=
=
=
Xjk
CIj
Ij
=
=
109
Nilai Input
1
2
3
4
5
12.600.000 kg
28%
Kg
25%
35%
12%
6
7
8
9
10
11
1,8
40%
80%
5%
90%
60%
kg/butir
No Input
Lanjutan
Lanjutan Tabel 15
Nilai Input
12
13
14
15
16
17
18
20%
95%
10%
12%
10%
30%
40%
Asumsi
1 Biaya
Pembelian
Dasar asumsi
Didasarkan pada besarnya
besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk membeli
satu butir kelapa di tingkat
Besar biaya
Dasar Asumsi
per hari per
kg (rupiah)
750 Harga per butir kelapa
110
petani
2 Biaya Angkut
2000
250
Lanjutan .
No Asumsi
Dasar asumsi
Lanjutan Tabel 16
Besar biaya Dasar Asumsi
per hari
per kg
(rupiah)
3 Biaya
Didasarkan pada
Penyimpanan besarnya besarnya biaya
yang dikeluarkan untuk
menyimpan produk
akhir berupa minyak
kelapa, nata de coco,
serat sabut, dan arang
tempurung sebelum
didistribusikan ke
konsumen
111
Biaya penyimpanan
minyak kelapa
Biaya penyimpanan
arang tempurung
4 Biaya
Distribusi
No Asumsi
Didasarkan pada
besarnya besarnya biaya
yang dikeluarkan untuk
mendistribusikan produk
berupa minyak kelapa,
nata de coco, serat sabut
dan arang ke konsumen
domestik maupun ekspor
Dasar asumsi
Lanjutan..
Lanjutan Tabel 16
Dasar Asumsi
Besar
biaya per
hari per
kg
(rupiah)
2000 Biaya yang dikeluarkan
selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk
mendistribusikan 1 ton
minyak kelapa sebesar
Rp 48.000.000
112
No Asumsi
Dasar asumsi
Lanjutan Tabel 16
Besar
Dasar Asumsi
biaya per
hari per
kg
(rupiah)
3000 Biaya yang dikeluarkan
selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk
mengekspor 1 ton serat
sabut sebesar Rp
72.000.000
113
Lj Penyediaan
Lj Konsumsi
Gambar 21. Stock Flow Diagram Sub Model Ketersediaan Kelapa Butiran
Desain model ini hanya diasumsikan untuk kelapa dalam saja. Hal ini
mengingat jenis kelapa dalam inilah yang banyak diusahakan oleh petani di
wilayah Kabupaten Ciamis. Jenis kelapa hibrida sangat jarang yang diusahakan
untuk pasokan industri, namun diusahakan untuk kebutuhan rumah tangga saja.
Output dari simulasi dengan menggunakan Stella dapat menggambarkan
suatu ketersediaan pasokan kelapa di tingkat petani di Kabupaten Ciamis. Secara
rata-rata kebutuhan bahan baku kelapa butiran cukup dengan mengandalkan
pasokan dari satu kabupaten saja.
114
18000000
80000000
7000000
3
1
1:
2:
3:
10575000
45000000
4000000
3
1
1
1:
2:
3:
3150000
10000000
1000000
2
1
0.00
3
3.00
6.00
Time
Page 1
9.00
12.00
9:05 AM Fri, Feb 04, 2011
115
9
11,979,328.02
10
13,896,020.50
11
16,119,383.78
Final
Sumber : olahan data hasil simulasi
47,917,312.06
55,584,081.99
64,477,535.11
74,793,940.73
4,312,558.09
5,002,567.38
5,802,978.16
116
kelapa, dan tempurung kelapa sebagai bahan baku agroindustri kelapa terpadu
dengan output produk berupa minyak kelapa, nata de coco, serat sabut kelapa dan
arang tempurung kelapa.
Hal ini apabila dibandingkan dengan data produksi kelapa butiran di
Kabupaten Ciamis tidak jauh berbeda. Data produksi kelapa butiran di Kabupaten
Ciamis ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 18. Produksi Kelapa Dalam Kabupaten Ciamis
Tahun Produksi Kelapa Dalam (kg)
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber : Disbun Jabar (2010)
19.480.000
32.207.000
36.771.000
74.265.000
74.678.000
70.057.000
64.325.000
78.193.000
77.606.553
117
18 Kota Tasikmalaya
1,700
Sumber: www.disbun.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/458
Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan wilayah penghasil kelapa
terbanyak untuk propinsi Jawa Barat yaitu sebesar 79,011 ha dengan total
produksi buah kelapa butir sebanyak 35.028 ton. Potensi agroindustri pengolahan
kelapa di Kabupaten Ciamis ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 20 Potensi Agroindustri Pengolahan Kelapa
No Jenis
1
2
3
4
5
6
Gula kelapa
Kopra
Minyak kelapa
Nata de Coco
Serat sabut
Galendo
Unit
7933
92
53
23
8
7
Jumlah
Bahan Baku
Produksi
(ton/tahun)
27,560 137,800,000
1,435
7,175,000
3,899 38,990,000
969
581,400
1,490 13,244,000
11
220,000
liter nira
butir kelapa
butir kelapa
liter air kelapa
sabut
butir kelapa
Kebutuhan kelapa
118
Persediaan BB
Dgg Klp
Sabut
Konv Sabut
N Konv Temp rng
Tmp rng
Konv Air
Konv Tmp rng
119
bagian dari sub model ini terdiri atas kerangka sektor agroindustri minyak kelapa,
agroindustri nata de coco, agroindustri serat sabut dan agroindustri arang
tempurung. Masing-masing kerangka sektor ini dirancang untuk memperoleh
nilai output masing-masing produk.
Agroindustri kelapa terpadu akan menghasilkan minyak kelapa sebanyak
633.128,46 kg pada rendemen minyak kelapa sebanyak 12%. Hal ini dapat dicapai
dalam simulasi dinamik dengan periode waktu selama 12 tahun. Output produk
minyak kelapa tersebut akan dapat dipenuhi oleh unit pengolahan minyak kelapa
dalam skala usaha kecil sebanyak 8 unit. Dengan rata-rata masing-masing unit
memiliki kemampuan menghasilkan sebanyak 72.000 kg per tahun. Gambar 30 di
bawah ini menunjukkan stock flow diagram untuk agroindustri minyak kelapa ini.
Daging kelapa sebagai hasil proses konversi merupakan input yang dapat
menghasilkan minyak kelapa ini.
Agroindustri M inyak Kelapa
Dgg Klp
Proses M y k Klp
M iny ak Klp
~
Input p roses
Output p roses
Rendemen M y k Klp
120
selama 12 tahun. Output produk nata de coco tersebut akan dapat dipenuhi oleh
unit pengolahan nata de coco dalam skala usaha kecil sebanyak 36 unit. Dengan
rata-rata masing-masing unit memiliki kemampuan menghasilkan sebanyak
12.000 kg per tahun. Gambar 26 di bawah ini menunjukkan kerangka sektor untuk
agroindustri nata de coco. Secara mekanisme model yang dirancang menyerupai
rancangan model untuk agroindustri minyak kelapa.
Agroindustri Nat a de Coco
Air Klp
Nata de Coco
Proses NdC
~
Inp ut NdC
Outp ut NdC
Rendemen NdC
121
122
Gambar 30. Stock Flow Diagram Ketersediaan Produk Minyak Kelapa Domestik
Hasil simulasi dinamik menunjukkan dengan permintaan ekspor minyak
kelapa sebanyak 60% dalam periode waktu 12 tahun yang akan datang diperoleh
persediaan ekspor sebanyak 323.348,32 kg secara rata-rata yang dapat
didistribusikan. Hasil pasokan ini diperoleh dari input sub model berupa output
minyak kelapa dari unit pengolahan minyak kelapa sebanyak 633.128,46 kg.
Persediaan minyak kelapa untuk permintaan domestik ini dapat dipenuhi dari 5
unit pengolahan minyak kelapa dalam skala usaha kecil. Gambar 31 menunjukkan
stock flow diagram dari model rancangan untuk ketersediaan produk minyak
kelapa ekspor.
123
Minyak Klp
Gambar 31. Stock Flow Diagram Ketersediaan Produk Minyak Kelapa Ekspor
Hasil simulasi dinamik untuk nata de coco menunjukkan dengan
permintaan domestik sebanyak 80% dalam periode waktu 12 tahun yang akan
datang diperoleh persediaan domestik sebanyak 299.570,96 kg secara rata-rata
yang dapat didistribusikan. Hasil pasokan ini diperoleh dari input sub model
berupa output nata de coco dari unit pengolahan nata de coco sebanyak
429.333,08 kg. Persediaan nata de coco untuk permintaan domestik ini dapat
dipenuhi dari 25 unit pengolahan nata de coco dalam skala usaha kecil. Gambar
31 menunjukkan stock flow diagram dari model rancangan untuk ketersediaan
produk nata de coco domestik.
Hasil simulasi dinamik untuk nata de coco menunjukkan dengan
permintaan ekspor sebanyak 20% dalam periode waktu 12 tahun yang akan datang
diperoleh persediaan ekspor sebanyak 74.892,74 kg secara rata-rata yang dapat
didistribusikan. Hasil pasokan ini diperoleh dari input sub model berupa output
nata de coco dari unit pengolahan nata de coco sebanyak 429.333,08 kg.
Persediaan nata de coco untuk permintaan ekspor ini dapat dipenuhi dari 6 hingga
7 unit pengolahan nata de coco dalam skala usaha kecil. Gambar 32 menunjukkan
stock flow diagram dari model rancangan untuk ketersediaan produk nata de coco
ekspor.
124
Nata de Coco
Pasokan Prod NdC Dom
Gambar 32. Stock Flow Diagram Ketersediaan Produk Nata de Coco Domestik
Ketersediaan Produk Nata de Coco Ekspor
Nata de Coco
Gambar 33. Stock Flow Diagram Ketersediaan Produk Nata de Coco Ekspor
Hasil simulasi dinamik untuk serat sabut menunjukkan dengan permintaan
domestik sebanyak 5% dalam periode waktu 12 tahun yang akan datang diperoleh
persediaan domestik sebanyak 87.308,42 kg secara rata-rata yang dapat
didistribusikan. Hasil pasokan ini diperoleh dari input sub model berupa output
serat sabut dari unit pengolahan serat sabut sebanyak 2.040.588,93 kg. Persediaan
serat sabut untuk permintaan domestik ini dapat dipenuhi cukup dari 1 unit
pengolahan serat sabut dalam skala usaha kecil. Gambar 34 menunjukkan stock
flow diagram dari model rancangan untuk ketersediaan produk serat sabut
domestik.
125
Serat Sabut
Pasokan Prod Srt Sabut Dom
Gambar 34. Stock Flow Diagram Ketersediaan Produk Serat Sabut Domestik
Hasil simulasi dinamik untuk serat sabut menunjukkan dengan permintaan
ekspor sebanyak 95% dalam periode waktu 12 tahun yang akan datang diperoleh
persediaan ekspor sebanyak 1.659.859,51 kg secara rata-rata yang dapat
didistribusikan. Hasil pasokan ini diperoleh dari input sub model berupa output
serat sabut dari unit pengolahan serat sabut sebanyak 2.040.588,93 kg. Persediaan
serat sabut untuk permintaan ekspor ini dapat dipenuhi dari 11 hingga 12 unit
pengolahan serat sabut dalam skala usaha kecil. Gambar 35 menunjukkan stock
flow diagram dari model rancangan untuk ketersediaan produk serat sabut ekspor.
Ketersediaan Produk Serat Sabut Ekspor
Serat Sabut
Gambar 35. Stock Flow Diagram Ketersediaan Produk Serat Sabut Ekspor
Hasil simulasi dinamik untuk arang tempurung menunjukkan dengan
permintaan domestik sebanyak 90% dalam periode waktu 12 tahun yang akan
datang diperoleh persediaan domestik sebanyak 1.092.810,88 kg secara rata-rata
yang dapat didistribusikan. Hasil pasokan ini diperoleh dari input sub model
berupa output arang tempurung dari unit pengolahan arang tempurung sebanyak
126
Arang Tmprng
Gambar 37. Stock Flow Diagram Ketersediaan Produk Arang Tempurung Ekspor
127
128
129
Biaya ini adalah biaya yang ditanggung oleh 8 unit pengolahan minyak
kelapa, 36 unit pengolahan nata de coco, 14 unit pengolahan serat sabut dan 4
unit pengolahan arang tempurung. Perhitungan unit pengolahan didasarkan pada
asumsi kapasitas untuk usaha skala kecil.
Total Biaya Rantai Pasokan
Air Klp
Sabut
Minyak Klp
Tmprng
B Klp Btr
Jml Spply Dom Myk Klp
BB Air Klp
B Air Klp
BB Sabut
BB Tmprung
B Inv NdC
B Inv Total
B Sabut
B Tmprung
Nata de Coco
Serat Sabut
Arang Tmprng
B Dist Prod
130
dirancang. Jika seluruh basis program dapat dijalankan sesuai dengan logika maka
desain model ini dianggap berhasil. Pemeriksaan terhadap desain model dilakukan
dengan melihat output keluaran. Jika keluaran mengindikasikan suatu kesalahan
logika maka perlu segera dilakukan perbaikan. Proses verifikasi dianggap telah
dilakukan, karena desain model rancangan sudah berjalan sesuai dengan asumsi
yang dilakukan. Verifikasi model juga dapat dilakukan dengan cara-cara yang
lain namun verifikasi dengan cara ini merupakan verifikasi dengan biaya yang
lebih sedikit dan relatif lebih mudah dilakukan. Model dianggap sahih karena
mengandung beberapa elemen dari model biaya rantai pasokan. Validasi bertujuan
untuk memperoleh kecocokan kondisi nyata dengan model yang dirancang.
Validasi model dicoba dilakukan dengan menggunakan analisis sensitivitas.
Hasil validasi menunjukkan bahwa dengan kenaikan jumlah produk
minyak kelapa yang dihasilkan sebesar 3,6% sebagai akibat dari kenaikan
rendemen minyak kelapa menjadi 13%. Jumlah produk yang dihasilkan juga
mengalami penurunan sebanyak 7,4% dengan penurunan rendemen menjadi 11%.
Kenaikan 1% rendemen minyak kelapa dan penurunan 1% rendemen minyak
kelapa cukup memberikan dampak pada hasil output produk minyak kelapa.
Kenaikan biaya total rantai pasokan juga cukup besar yaitu sebanyak 24%.
Analisis sensitivitas dilakukan pada unit pengolahan minyak kelapa karena
ketersediaan bahan baku untuk unit pengolahan yang lain tergantung pada
131
penyediaan bahan baku dari unit pengolahan ini. Hasil analisis sensitivitas ini
merupakan salah satu cara validasi untuk model yang dirancang. Kenaikan biaya
total rantai pasokan sebanyak 1% juga terjadi seiring dengan kenaikan rendemen
ini menunjukkan bahwa unit pengolahan minyak kelapa sangat besar pengaruhnya
dalam pengembangan agroindustri kelapa terpadu.
Faktor ketersediaan dan pasokan bahan baku secara kontinyu merupakan
faktor yang sangat dominan di dalam menentukan komoditas pertanian unggulan.
Dukungan pasokan bahan baku secara kontinyu ini dilakukan agar agroindustri
dapat bertahan hidup. Pengalaman menunjukkan banyak perusahaan agroindustri
yang tidak dapat bertahan karena kontinyuitas bahan baku yang tidak terjamin.
Faktor penyebaran lokasi komoditas kelapa menjadi suatu faktor penting.
Komoditas yang lebih terpusat akan memudahkan dalam hal pengumpulan bahan
baku sehingga akan menghemat ongkos transportasi, sedangkan komoditas yang
tersebar akan menyulitkan dalam pengumpulannya sehingga akan menyebabkan
biaya transportasisyang semakin besar. Tanaman kelapa di kabupaten Ciamis
meskipun lokasinya menyebar namun, sentra produksi lebih terfokus ke daerah
selatan (daerah-daerah pantai).
Pola pengadaan bahan baku untuk pabrik menunjukkan keterkaitan antara
usaha tani kecil dengan industri pengolahan kelapa. Pola umum pembelian atau
akumulasi bahan baku kelapa oleh pabrik dilakukan melalui pembelian langsung
ke petani dan melalui pedagang perantara. Jaminan pasokan bahan baku untuk
industri diperoleh dari petani dalam pola ikatan yang berbentuk hubungan
informal. Hubungan ini didasari rasa saling percaya antara kedua belah pihak.
Nilai uang panjar yang diberikan pihak pabrik tergantung pada kemampuan
petani, besarnya sekitar 50% dari nilai pasokan.
Bentuk lain pola ikatan yang dipakai oleh pihak pabrik terhadap petani
kelapa yaitu sistem kontrak. Perjanjian ini berlaku untuk masa beberapa tahun
atau beberapa kali jadwal panen. Ikatan kontrak ini juga umumnya tidak
dituangkan dalam bentuk surat perjanjian formal. Persaingan tidak sehat terjadi
karena adanya ikatan ke petani jauh sebelum panen dilakukan dengan modal yang
dimiliki oleh pedagang besar.
132
133
primer
dan
produk
olahan
turunan
lain
yang
lebih
hilir.
134
berupa kelembagaan petani selaku pemasok ataupun petani selaku pemilik usaha
agroindustri baik dalam bentuk koperasi ataupun bentuk-bentuk yang lain. Jalinan
kemitraan sebagai salah satu langkah strategis operasional dalam implementasi
model dimaksudkan berupa jalinan kemitraan dengan lembaga yang lain selaku
pemodal ataupun kemitraan dengan industri sejenis milik swasta dan industri lain
selaku pasar/pembeli hasil usaha atau hasil produksi.
Petani sudah selayaknya memperoleh beberapa hal yang terkait informasi
pasar untuk produk yang dihasilkan. Informasi pasar merupakan salah satu
kebutuhan penting petani maupun agroindustri pengolah kelapa. Jenis informasi
pasar yang dibutuhkan dapat mencakup :
1.
2.
3.
kelapa terpadu untuk Kabupaten Ciamis dapat berupa unit-unit pengolahan dalam
lingkup lokasi yang berdekatan namun masih terkoordinasi karena adanya
keterkaitan pasokan bahan baku dan jaringan pemasaran produk. Hal ini
mengingat bahan baku dari unit-unit pengolahan yang diusahakan berupa kelapa
butiran dengan keseluruhan bagian dari komponen-komponennya yang dapat
dimanfaatkan berdasarkan konsep zero waste.
135