Anda di halaman 1dari 48

PERANCANGAN MODEL RANTAI PASOKAN

Karakteristik Model
Karakteristik model menggambarkan segenap komponen yang dapat
mempengaruhi rantai pasokan dalam agroindustri kelapa terpadu. Segenap
komponen tersebut berperan penting dalam sehingga akan berdampak pada
jaringan rantai pasokan. Komponen-komponen yang berpengaruh pada rantai
pasokan agroindustri kelapa terpadu ini terdiri atas pemasok, agroindustri kelapa
dan konsumen.
Model dinamis rantai pasokan yang dirancang ini merupakan abstraksi
aliran material dari pemasok yang terdiri dari petani dan pedagang pengumpul
yang dialirkan ke agroindustri kelapa selanjutnya material tersebut diolah menjadi
produk yang akan didistribusikan ke konsumen. Jaringan pendistribusian dan
pengelolaan aliran material akan ditunjukkan dalam suatu model dinamis rantai
pasokan. Karakteristik ini menunjukkan bahwa secara skematik terjadi hubungan
yang saling mempengaruhi dari pemasok, agroindustri hingga ke konsumen.
Pemasok kelapa
Pemasok sebagai salah satu komponen dalam jaringan rantai pasokan
selaku penyedia pasokan kelapa butiran dari sub sistem produksi yang
diidentifikasi terdiri atas petani dan pedagang pengumpul. Pemasok kelapa butiran
dalam model dinamis rantai pasokan ini menunjukkan

perilaku yang dapat

mempengaruhi sistem dinamis dalam model rantai pasokan ini. Hal ini karena
jaringan rantai pasokan dimulai dari petani yang merupakan sumber penyedia
bahan baku kelapa butiran yang merupakan awal aliran mata rantai
pendistribusian bahan baku dimulai.
Pemasok utama buah kelapa butir untuk agroindustri pengolahan kelapa
yaitu terdiri atas petani kelapa dan pedagang pengumpul. Petani atau kelompok
tani ini berada pada suatu wilayah penghasil kelapa. Petani selaku pemasok bahan
baku kelapa yang memiliki hubungan langsung dengan pihak industri. Jaringan
rantai pasokan dimulai dari petani yang merupakan sumber penyedia bahan baku
kelapa yang merupakan awal aliran mata rantai pendistribusian bahan baku
dimulai. Bahan baku dari petani ini dalam bentuk kelapa yang merupakan bahan

88

baku hasil produk pertanian. Petani pemasok ini dapat berupa petani secara
perseorangan ataupun kelompok petani.
Petani kelapa di beberapa wilayah sentra penghasil kelapa menunjukkan
perilaku yaitu selalu menjual kelapa hasil panen secara maksimal, buah kelapa
yang muda dan buah kelapa yang tua seringkali tidak dibedakan, sehingga apabila
ada pedagang yang menginginkan akan dijual. Penjualan dilakukan langsung pada
saat kelapa masih di pohon belum dipetik dan pemetikan tidak memperhatikan
umur kelapa. Permasalahan yang dijumpai pada petani on farm yaitu tingkat harga
kelapa yang berfluktuasi, produktivitas yang rendah dalam kisaran kurang dari 1
ton/hektar.
Petani selain sebagai pemasok buah kelapa butir juga ada yang bertindak
sebagai petani pengolah yaitu melakukan proses pengolahan kelapa meskipun
masih sangat sederhana yaitu dalam bentuk kopra. Proses tersebut dilakukan
dengan mengupas kelapa, mencukil daging kelapa dari tempurung dan
mengeringkan pada sinar matahari atau pada unit pengeringan sederhana. Namun,
air kelapa, tempurung dan sabut dalam proses pengeringan kopra sebagian besar
terbuang sebagai limbah.
Proses pekopraan tersebut dilakukan oleh petani kelapa karena dua alasan
yaitu:
1. kopra dianggap memiliki nilai jual yang lebih tinggi sehingga memperoleh
penghasilan yang lebih
2. tidak ada kepastian pembelian buah kelapa dalam bentuk kelapa butir kepada
petani.
Proses pekopraan ini menjadikan beberapa bagian buah kelapa yang
seharusnya dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual menjadi tidak
memiliki manfaat sama sekali karena terbuang secara percuma. Hal ini tidak akan
terjadi apabila petani penghasil kelapa memiliki kepastian untuk menjual buah
kelapa yang dihasilkan.
Pedagang pengumpul yang berfungsi sebagai pemasok berkedudukan
sama dengan petani pemasok. Pasokan bahan baku dari pedagang pengumpul
diperlukan apabila terjadi kekurangan pasokan dari petani atau kelompok tani

89

dalam proses produksi di unit pengolahan. Hal ini agar petani secara kelembagaan
juga memiliki posisi tawar dalam penentuan harga bahan baku.
Agroindustri
Agroindustri dalam model ini adalah agroindustri kelapa terpadu yang
terdiri dari unit pengolahan daging buah kelapa yang menghasilkan minyak
kelapa, unit pengolahan air kelapa yang menghasilkan sari kelapa / nata de coco
dan unit pengolahan sabut kelapa yang menghasilkan serat sabut kelapa serta unit
pengolahan tempurung kelapa yang menghasilkan arang tempurung .
Bahan baku dari pemasok akan disalurkan ke unit-unit pengolahan buah
kelapa yang merupakan agroindustri. Agroindustri ini akan melakukan konversi
bahan baku dari hasil pertanian berupa kelapa butiran hingga menjadi produkproduk yang dapat dikonsumsi. Unit pengolahan ini meliputi unit pengolah daging
buah kelapa, unit pengolah air kelapa dan unit pengolah sabut kelapa serta unit
pengolah tempurung kelapa. Persediaan akan ditemui pada masing-masing unit
pengolahan ini. Persediaan dapat berupa persediaan bahan baku ataupun
persediaan berupa produk hasil olahan. Pengendalian persediaan dalam suatu unit
pengolahan akan mengakibatkan biaya persediaan (inventory cost) atau dalam
model yang dirancang ini disebut biaya penyimpanan
Konsumen
Konsumen akhir dari produk ini terdiri atas konsumen domestik dan
konsumen ekspor. Hal ini mengingat pasar produk yang dihasilkan dari
agroindustri kelapa terpadu ini adalah pasar untuk produk domestik dalam negeri
dan pasar untuk produk luar negeri/ekspor. Adapun rincian dari masing-masing
konsumen ini adalah sebagai berikut :
1. Konsumen domestik
Konsumen untuk pasar domestik ini meliputi industri hilir untuk produkproduk yang dihasilkan oleh agroindustri ini dan konsumen rumah tangga
pengguna produk ini. Konsumen domestik ini direpresentasikan melalui
permintaan domestik untuk produk-produk tersebut. Permintaan domestik ini
baik untuk permintaan domestik industri maupun permintaan domestik untuk
rumah tangga konsumen digambarkan melalui konsumsi untuk industri dan
konsumsi untuk individu.

90

2. Konsumen ekspor
Konsumen untuk pasar ekspor atau luar negeri meliputi konsumen dari
industri hilir untuk produk-produk ini dan juga konsumen rumah tangga
ekspor pengguna produk ini. Konsumen ini dapat diwakili oleh eksportir.
Konsumen ekspor ini hanya direpresentasikan melalui permintaan ekspor
untuk produk-produk tersebut.
Analisis Kebutuhan Model Dinamis
Rantai Pasokan Agroindustri Kelapa Terpadu
Analisis kebutuhan merupakan tahap awal dari pengkajian suatu sistem.
Tahapan ini dilakukan dengan identifikasdi terhadap kebutuhan-kebutuhan dari
masing-masing pelaku sistem yang akan dimodelkan. Setiap pelaku dalam sistem
memiliki perilaku yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi kinerja sistem..
Pelaku dalam sistem mengharapkan kebutuhan tersebut dapat terpenuhi
jika mekanisme sistem tersebut dapat dijalankan. Tahapan ini, kebutuhan dari
masing-masing pelaku dalam sistem diidentifikasi sebagai dasar pertimbangan
dalam pemahaman sistem yang dikaji.
Model dinamis rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu ini
melibatkan beberapa pihak yang saling berkepentingan. Masing-masing pihak
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Kebutuhan setiap pihak yang terlibat
saling menguntungkan atau saling konflik. Analisis kebutuhan sangat diperlukan
sehingga dapat diperoleh model yang mampu mengakomodasikan setiap
kebutuhan. Hal ini dilakukan agar kebutuhan setiap pihak yang berkepentingan
dapat dipenuhi. Model untuk rantai pasokan ini melibatkan beberapa pelaku
(stake holders) utama seperti pada tabel 14 di bawah ini.
Hasil

analisis kebutuhan menunjukkan ada sejumlah permasalahan yang

dihadapi dalam sistem rantai pasokan agroindustri kelapa terpadu, yaitu :


1. Fluktuasi harga sebagai akibat ketidakseimbangan antara tingkat
penyediaan kelapa butiran dan tingkat permintaan oleh konsumen
2. Adanya tingkat produksi yang belum optimal yang dapat menjamin
adanya peningkatan konsumsi
3. Pendapatan petani kelapa yang masih rendah

91

4. Tingkat produksi dan penyediaan yang bersifat musiman


5. Sentra produksi kelapa yang yang tersebar sehingga menambah mahal
biaya distribusi hasil produksi kelapa.
6. Tingkat konsumsi kelapa yang bersifat kontinyu
Tabel 14 Kebutuhan Pelaku Rantai Pasokan untuk Agroindustri
Kelapa Terpadu
No.
1.

Pelaku
Petani/Pemasok

2.

Pedagang
pengumpul

3.

Agroindustri

4.

Konsumen

5.

Pemerintah

Kebutuhan
a. Terjaminnya pemasaran kelapa butiran
b. Memperoleh kepastian penjualan hasil panen buah kelapa
butiran
c. Peningkatan pendapatan sebagai indikator kesejahteraan
petani
a. Memperoleh penghasilan dari pemasokan kelapa butiran
b. Memperoleh keuntungan dari pemasokan kelapa butiran
c. Memenuhi kebutuhan bahan baku untuk agroindustri
a. Memperoleh bahan baku dengan harga yang layak
b. Melakukan proses produksi sesuai dengan kapasitas produksi
terpasang
c. Kontinyuitas bahan baku yang terjamin
d. Peningkatan efektifitas produksi
e. Ketepatan pemenuhan hasil produk
f. Keuntungan semaksimal mungkin dengan biaya yang
dikeluarkan seoptimal mungkin
a. Ketersediaan produk dengan harga yang sesuai dengan
kualitas produk
b. Kontinuitas kebutuhan pemenuhan produk terjamin
c. Terpenuhinya kepuasan konsumen
a. Penciptaan iklim kondusif untuk tumbuh kembangnya
agroindustri kelapa terpadu melalui kebijakan yang
menguntungkan bagi agroindustri dan petani
b. Mendorong peningkatan produksi dan kulaitas hasil
c. Menjamin kestabilan harga yang terjangkau oleh konsumen
dan masih menguntungkan bagi petani.

Diagram Lingkar Sebab Akibat (Causal Loop Diagram)


Diagram lingkar sebab akibat menggambarkan hubungan antar elemen
yang terlibat dalam kajian sistem. Diagram lingkar sebab akibat dapat digunakan
untuk menggambarkan sifat dinamik antar elemen. Menurut Hartrisari (2007),
diagram ini berguna untuk :

92

1. secara cepat memberikan gambaran sifat dinamik dari sistem yang dikaji
2. memberikan dasar untuk pembentukan persamaan pada model
3. mengidentifikasi faktor yang penting dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan
Diagram ini hanya terdiri dari variabel-variabel yang masing-masing
dihubungkan dengan tanda panah yang menggambarkan hubungan antar variabel
tersebut. Hubungan digambarkan dengan tanda positif atau negatif. Tanda ini
menunjukkan adanya perubahan pada variabel yang terikat bila variabel bebas
berubah.
Tanda hubungan yang positif menunjukkan adanya peningkatan jumlah
pada variabel terikat, sedangkan tanda negatif menyatakan penurunan jumlah pada
variabel terikat. Hubungan antar variabel pada diagram lingkar sebab akibat tidak
menunjukkan mekanisme sebenarnya yang terjadi dalam sistem. Hubungan antar
variabel hanya menunjukkan apa yang akan terjadi bila terjadi perubahan pada
variabel bebas. Hal ini disebabkan oleh :
1. Suatu variabel yang terikat memiliki lebih dari satu input variabel bebas.
2. Diagram lingkar sebab akibat tidak akan membedakan mana laju (rate)
dan akumulasi dari laju (stock).
Model rantai pasokan agroindustri kelapa terpadu terdiri dari keterkaitan
sub model pasokan kelapa butiran, sub model proses produksi, sub model
persediaan dan sub model distribusi produk. Pendeskripsian keterkaitan hubungan
dalam model rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu serta komponenkomponen digambarkan dalam diagram lingkar sebab akibat di bawah ini yaitu :

93

Produksi Buah Kelapa


Butiran
+
+

Ketersediaan pasokan
bahan baku agroindustri

Konsumsi Kelapa
Butiran
+

Total Biaya Rantai


Pasokan

Proses Produksi
dalam agroindustri
+
-

Ketersediaan pasokan
produk

Distribusi Produk
-

Gambar 20. Diagram Lingkar Sebab Akibat Model Rantai Pasokan


Agroindustri Kelapa Terpadu

94

Diagram lingkar sebab akibat untuk agroindustri kelapa terpadu ini


dimulai dari produksi kelapa butiran yang dihasilkan dari perkebunan kelapa
rakyat yang dipasok oleh pemasok yang terdiri dari petani atau pedagang pemasok
ke sejumlah konsumen baik konsumen industri, rumah tangga ataupun dijual
langsung ke pasar. Hasil produksi kelapa butiran merupakan bentuk penyediaan
kelapa butiran untuk memenuhi ketersediaan pasokan kelapa butiran yang dapat
dimanfaatkan oleh agroindustri pengolahan kelapa terpadu. Ketersediaan pasokan
ini dipengaruhi oleh konsumsi kelapa butiran untuk berbagai keperluan yaitu
untuk keperluan rumah tangga, industri dan yang dijual langsung. Jumlah
ketersediaan pasokan ke agroindustri dapat semakin meningkat apabila jumlah
konsumsi kelapa untuk rumah tangga dan yang dijual langsung menurun.
Kebutuhan kelapa butiran untuk unit agroindustri menyesuaikan dengan
kapasitas produksi. Unit pengolahan dalam agroindustri kelapa terpadu yang
membutuhkan pasokan bahan baku berupa kelapa butiran yaitu unit pengolahan
minyak kelapa. Kebutuhan kelapa butiran untuk produksi minyak kelapa yang
secara skematik terjadi hubungan yang saling mempengaruhi dari jumlah pasokan
kelapa butiran dari pemasok yang selanjutnya disimpan terlebih dahulu sebagai
persediaan. Banyaknya pasokan kelapa butiran akan mempengaruhi jumlah
persediaan kelapa butiran. Jumlah persediaan kelapa butiran ini dalam
penggunaan untuk proses produksi menyesuaikan dengan kapasitas produksi.
Semakin banyak persediaan minyak kelapa maka semakin berkurang persediaan
kelapa butiran, namun semakin meningkatkan biaya persediaan minyak kelapa
dan semakin menurunkan biaya persediaan kelapa butiran.
Diagram sebab akibat tersebut juga menunjukkan suatu aliran ketersediaan
bahan baku yang diperoleh dari hasil samping unit produksi dari agroindustri
kelapa terpadu. Aliran dimulai dari unit pengolahan minyak kelapa. Unit unit
pengolahan ini tidak tercantum langsung pada gambar diagram sebab akibat
namun tergambar langsung pada unit produksi agroindustri. Hasil samping dari
unit pengolahan minyak kelapa berupa air kelapa, sabut kelapa dan tempurung
kelapa. Hasil samping ini selanjutnya disimpan dalam bentuk persediaan air
kelapa, persediaan sabut kelapa dan tempurung kelapa. Persediaan berbagai hasil
samping ini, masing-masing akan diolah menjadi produk-produk lain yang juga

95

akan didistribusikan ke konsumen. Proses produksi masing-masing produk dari


olahan hasil samping ini juga tergantung pada kapasitas produksi masing-masing
unit pengolahan. Hal inilah yang selanjutnya menambah ketersediaan produk yang
dihasilkan. Semakin banyak produk yang dihasilkan maka ketersediaan pasokan
untuk produkproduk agroindustri yang akan didistribusikan juga semakin
meningkat demikian sebaliknya.
Peningkatan

ketersediaan

produk

yang

dihasilkan

oleh

unit-unit

pengolahan agroindustri ini akan menimbulkan peningkatan pada biaya rantai


pasokan. Demikian sebaliknya, apabila terjadi penurunan salah satu komponen
penyusun biaya rantai pasokan maka akan berdampak juga pada ketersediaan
produk.
Distribusi produk sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan produk
dan permintaan produk dari konsumen baik konsumen di pasar domestik maupun
konsumen di pasar ekspor. Permintaan konsumen untuk konsumen domestik
maupun untuk konsumen ekspor akan berpengaruh pada total biaya rantai
pasokan.

Peningkatan atau penurunan permintaan di pasar produk akan

menimbulkan penurunan atau peningkatan persediaan produk. Total peningkatan


biaya rantai pasokan juga dipengaruhi naik turunnya harga produk di pasar
domestik maupun ekspor.
Mekanisme Model Rantai Pasokan (Ideal)
Mekanisme model dikaji untuk memahami mekanisme yang terjadi dalam
sistem. Hal ini dimaksudkan untuk mengenali hubungan antara pernyataan
kebutuhan dan pernyataan masalah yang harus diselesaikan dalam rangka
memenuhi kebutuhan dalam analisis kebutuhan.
Unit pengolahan minyak kelapa berperan penting dalam sistem rantai
pasokan ini karena merupakan produk pilihan yang utama. Kemampuan produksi
unit pengolahan ini memiliki keterkaitan terhadap kemampuan produksi unit yang
lain

apabila

diusahakan

secara

terpadu.

Kemampuan

unit

pengolahan

menghasilkan minyak kelapa, terkait dengan kemampuan unit pengolahan lain


dalam berproduksi. Oleh sebab itu sistem pemasokan bahan baku merupakan

96

kunci dari rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu ini. Kebutuhan kelapa
butiran di suatu agroindustri kelapa terpadu dapat diperkirakan dengan suatu
simulasi dengan merancang modelnya terlebih dahulu.
Identifikasi terhadap skala produksi secara ekonomis dengan melibatkan
komponen biaya terkait dalam sistem rantai pasok. Biaya-biaya ini berupa biaya
persediaan dan biaya transportasi. Biaya persediaan merupakan biaya yang
dikeluarkan

untuk

menyimpan

produk

dan

biaya

transportasi

untuk

mendistribusikan produk hingga ke pasar domestik maupun pasar ekspor.


Asumsi yang dilakukan adalah :
1. Pemenuhan kebutuhan bahan baku dari kelapa rakyat dengan memanfaatkan
potensi pemenuhan bahan baku dari kemampuan produksi kelapa rakyat
2. Persediaan dipertimbangkan hanya pada persediaan bahan baku dan
persediaan produk sebelum didistribusikan
Model dinamik rantai pasokan agroindustri kelapa terpadu diterjemahkan
ke dalam diagram alir model simulasi yang terdiri dari stock flow. Akumulasi
atau stock merupakan keadaan sistem dan sebagai pembangkit informasi, di mana
aksi dan keputusan didasarkan pada stock tersebut.
Formulasi Model
Formulasi model dinamik rantai pasokan agroindustri kelapa terpadu ini
dimulai dari jaringan pemasok dalam sub model pasokan bahan baku berupa
kelapa butiran. Model ditunjukkan dengan performance berupa total biaya rantai
pasokan yang minimal. Abtraksi aliran bahan dari pemasok ke agroindustri
hingga ke konsumen untuk pasar domestik maupun pasar ekspor dapat dilihat
pada kerangka konseptual penelitian. Aliran pasokan bahan baku dimulai dari
kebun kelapa yang diidentifikasi sebagai kebun kelapa rakyat dengan pasokan
bahan baku berupa kelapa dalam. Pasokan buah kelapa butiran ini selanjutnya
didistribusikan ke agroindustri melalui transportasi sehingga menjadi persediaan
buah kelapa butiran. Abstraksi ini dilakukan pengendalian biaya persediaan dan
pasokan bahan baku, sebagai salah satu komponen penyusun biaya rantai
pasokan.

97

Abstraksi aliran pasokan bahan baku buah kelapa butiran dalam


agroindustri ditunjukkan dalam bentuk aliran persediaan buah kelapa butiran
yang didistribusikan ke unit pengolah dalam agroindustri kelapa terpadu untuk
unit pengolah daging buah kelapa butiran terlebih dahulu. Selanjutnya dari hasil
samping proses produksi tersebut untuk air kelapa dialirkan menuju unit
pengolahan air kelapa, untuk sabut kelapa dialirkan ke unit pengolahan sabut
kelapa dan untuk tempurung kelapa dialirkan menuju unit pengolahan tempurung
kelapa. Masing-masing unit pengolahan tersebut melakukan proses produksi
dengan karakteristik masing-masing sehingga menghasilkan produk-produk yang
terdiri dari minyak kelapa, nata de coco, serat sabut dan arang tempurung.
Produk-produk tersebut disimpan dalam bentuk persediaan produk akhir sebelum
didistribusikan ke konsumen. Abstraksi ini dilakukan pengendalian biaya
persediaan produk.
Abstraksi aliran pasokan untuk konsumen pasar domestik/ekspor
ditunjukkan dengan aliran persediaan produk yang ditransportasikan kepada
konsumen pasar domestik/ekspor. Aliran produk tersebut merupakan abstraksi
model dengan melakukan pengendalian biaya distribusi. Abstraksi aliran bahan
baku, menjadi produk yang didistribusikan ke konsumen tersebut selanjutnya
menunjukkan suatu model yang mempertimbangkan total biaya rantai pasokan.
Indikator dari model ini adalah total biaya rantai pasokan yang minimal.
Ketersediaan Pasokan Kelapa
Penyediaan kelapa butiran didasarkan pada perhitungan laju penyediaan
kelapa butiran sebanyak 25% dengan persediaan kelapa butiran 12.600.000 kg.
Jumlah penyediaan kelapa butiran ini didasarkan pada perhitungan hasil panen di
daerah sentra penghasil kelapa. Penyediaan kelapa dalam suatu periode (PKi)
dihitung berdasarkan jumlah total dari nilai produksi kelapa rakyat dengan laju
penyediaan 25%. Kebutuhan agroindustri kelapa terpadu didasarkan pada
konsumsi kelapa butiran untuk agroindustri. Laju konsumsi kelapa butiran ini
sebanyak 9%. Nilai ini didasari pertimbangan bahwa agroindustri kelapa terpadu
bertujuan untuk mengolah hasil panen petani kelapa terutama dalam suatu wilayah

98

sentra penghasil kelapa. Oleh sebab itu produksi kelapa ini dirumuskan dengan
persamaan :
PKi = 25% x PKTi

.......................................................................... (1)

Ketersediaan Kelapa Butiran


Ketersediaan kelapa butiran (KKBi) merupakan persentase penyediaan
kelapa butiran untuk keperluan produksi agroindustri kelapa terpadu. Prosentase
kebutuhan kelapa untuk industri dari jumlah produksi kelapa (a%)

yang

dihasilkan oleh petani di suatu wilayah observasi. Ketersediaan kelapa butiran ini
dirumuskan dengan persamaan:
KKBi = a% x PKi

.............................................................................. (2)

KKi = a% x 25% x PKTi

.................................................................. (3)

Kebutuhan daging buah kelapa


Daging buah kelapa merupakan bahan baku dalam unit pengolahan
minyak kelapa. Daging buah kelapa dalam memenuhi kebutuhan bahan baku
untuk unit pengolah ini dapat dipenuhi dari petani kelapa yang langsung memasok
bahan baku buah kelapa butiran ke unit pengolah. Kebutuhan kelapa untuk unit
pengolah minyak kelapa (KDi) merupakan konsumsi kelapa butiran berdasarkan
kapasitas produksi unit pengolah yang dirancang. Penentuan kapasitas unit
pengolah dilakukan berdasarkan dua hal yaitu :
1. pendugaan permintaan pasar
2. pertimbangan potensi kebun kelapa
Unit pengolahan minyak kelapa dengan kapasitas kecil, yang merupakan
usaha skala rumah tangga yaitu sekitar 200 kg setiap hari yang diperoleh dari
2000 butir kelapa setiap hari atau setara

dengan 700.000 butir per tahun.

Kebutuhan daging buah kelapa untuk unit pengolah minyak kelapa (KDi) ini
direpresentasikan dengan persamaan :
KDi = 28% x KKi .................................................................................. (4)
Dengan i periode dalam tahun yaitu 1, 2, 3....n.

Ketersediaan air kelapa untuk unit pengolah nata de coco (KAi)

99

Pemanfaatan keseluruhan bagian kelapa dengan mengacu pada konsep


zero waste, maka pemenuhan pasokan air kelapa pada unit pengolah air kelapa
dengan hasil berupa nata de coco terutama dipenuhi dari air kelapa yang
merupakan hasil sisa dari unit pengolah minyak kelapa. Kekurangan pasokan
apabila produksi meningkat baru dipenuhi dari air kelapa yang diperoleh dari
pemasok lain. Jumlah pasokan air kelapa yang tersedia dari unit pengolah daging
buah kelapa adalah (KAi). Ketersediaan air kelapa ini dihitung dari rata-rata
persentase komponen buah kelapa butiran yaitu dari satu butir kelapa yang terdiri
dari:
1. daging buah kelapa sebanyak

28%

2. air kelapa sebanyak

25%

3. sabut kelapa sebanyak

35%

4. tempurung sebanyak

12%

Oleh sebab itu formulasi untuk ketersediaan air kelapa ini yaitu sebagai berikut :
KAi = 25% x KKi x (2000 butir/700 liter)........................................ (5)
Ketersediaan sabut kelapa untuk unit pengolah serat sabut (KSi)
Ketersediaan sabut kelapa juga didasarkan pada persentase komponen tiap
butiran kelapa. Ketersediaan sabut kelapa ditunjukkan dengan persamaan:
KSi = 35% x KKi ............................................................................. (6)
Ketersediaan tempurung kelapa untuk unit pengolah Arang tempurung (KTi)
Ketersediaan tempurung kelapa juga didasarkan pada persentase
komposisi tiap butiran kelapa. Ketersediaan tempurung kelapa yaitu:
KTi = 12% x KKi ............................................................................. (7)
Identifikasi Variabel Keputusan
Keputusan dalam rantai pasokan ini meliputi keputusan-keputusan berupa:
1. Jumlah pasokan buah kelapa butiran yang akan disalurkan kepada unit
agroindustri kelapa terpadu (SKi)
2. Jumlah pasokan daging kelapa yang akan diolah (SDi)
3. Jumlah pasokan air kelapa yang akan diolah (SAi)
4. Jumlah pasokan sabut kelapa yang akan diolah ( SSi )
5. Jumlah pasokan tempurung kelapa yang akan diolah (STi)

100

6. Jumlah persediaan bahan baku buah kelapa butiran sebelum diproses yang
terdapat di unit pengolah (IKi)
7. Jumlah persediaan bahan baku air kelapa sebelum diproses yang terdapat di
unit pengolah (IAi)
8. Jumlah persediaan bahan baku sabut kelapa sebelum diproses yang terdapat di
unit pengolah (ISi)
9. Jumlah persediaan bahan baku tempurung kelapa sebelum diproses yang
terdapat di unit pengolah (ITi)
10. Jumlah persediaan produk minyak kelapa yang terdapat di unit pengolah
(IMKi)
11. Jumlah persediaan produk nata de coco yang terdapat di unit pengolah (INDi)
12. Jumlah persediaan produk serat sabut kelapa yang terdapat di unit pengolah
(ISSi)
13. Jumlah persediaan produk arang tempurung yang terdapat di unit pengolah
(IATi)
14. Jumlah produk minyak kelapa yang akan disalurkan dari unit pengolah ke
permintaan (XMKi)
15. Jumlah produk nata de coco yang akan disalurkan dari unit pengolah ke
permintaan (XNDi)
16. Jumlah produk serat sabut yang akan disalurkan dari unit pengolah ke
permintaan (XSSi)
17. Jumlah produk arang tempurung yang akan disalurkan dari unit pengolah ke
permintaan (XATi)
18. nilai i > 0
Penentuan Kapasitas Produksi
Kapasitas Produksi dari masing-masing unit produksi ini cukup kecil,
yaitu dengan kondisi sebagai berikut:
1. Unit pengolah minyak kelapa unit kecil dengan kapasitas produksi 200 kg
minyak kelapa per hari diperoleh dari 2.000 butir kelapa per hari atau setara
dengan 700.000 butir per tahun. Kapasitas produksi dalam satu tahun dengan
20 hari kerja akan menghasilkan minyak kelapa 48.000 kg. Penentuan

101

kapasitas ini didasarkan pada penilaian kelayakan investasi yang dilakukan


oleh Bank Indonesia. Oleh sebab itu dapat dirumuskan bahwa kapasitas
produksi minyak kelapa (Cap_MKi) yaitu :
Cap_MKi 48000 kg .................................................................................... (8)
Dengan i = periode 1,2,3, n
2. Unit pengolah nata de coco dengan kapasitas produksi maksimum 700-800
liter air kelapa setiap hari dari 2.000 butir kelapa per hari akan mampu
menghasilkan 50 kg nata de coco setiap hari dalam satu tahun dengan 20 hari
kerja akan menghasilkan 12.000 kg.
Kapasitas produksi nata de coco (Cap_NDi) ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Cap_NDi 12000 kg ..................................................................................... (9)
Dengan i = periode 1, 2, 3, , n
3. Unit pengolah serat sabut dengan kapasitas produksi 400-600 kg serat per hari
Hasil studi pada industri serat sabut kelapa di wilayah Kabupaten Ciamis,
tingkat produksi maksimum serat sabut kelapa terutama ditentukan oleh
kapasitas mesin pemisah serat dan mesin sortasi / pengayak serta jam kerja
mesin atau jumlah shift kerja. Industri manufaktur yang lain juga
menunjukkan bahwa kapasitas mesin pada setiap tahapan atau rangkaian
proses produksi harus seimbang. Unit usaha industri kecil serat sabut kelapa di
Kabupaten Ciamis menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas mesin maksimum
adalah berkisar 400 - 600 kg serat per hari (@ 8 jam/hari). Kondisi kapasitas
tersebut tidak menguntungkan dan tidak layak jika tingkat produksi
dilaksanakan di bawah 350 kg serat per hari. Semakin besar tingkat produksi
sampai batas maksimum kapasitas mesin, maka tingkat keuntungan dan
kelayakan usaha semakin baik. Oleh sebab itu, kapasitas produksi yang
digunakan untuk unit pengolah serat sabut ini dengan kapasitas produksi pada
kisaran 400-600 kg serat per hari. Kapasitas produksi serat sabut kelapa
(Cap_SSi) ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
96000 Cap_SSi 144000 kg ................................................................... (10)
Dengan i = periode 1, 2, 3, , n

102

4. Unit pengolah arang tempurung dengan kapasitas produksi 1,2 ton arang
tempurung sampai dengan 3 ton arang tempurung per hari.
Kapasitas produksi masing-masing unit tanur pengarangan adalah 1,2 ton
arang sampai dengan 3 ton arang tempurung per hari. Total produksi arang
tempurung kelapa yang dihasilkan oleh unit usaha ini adalah 1,2 ton setiap
hari. Tingkat produksi maksimum arang tempurung terutama ditentukan oleh
kapasitas tanur pembakaran. Rata-rata kapasitas tanur menghasilkan
maksimum 1.200 kg arang per hari dalam satu tahun diproduksi 374.400 kg
arang per tahun. Kapasitas produksi arang tempurung kelapa (Cap_ATi) ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Cap_ATi 374400 kg ................................................................................. (11)
Dengan i = periode 1, 2, 3, , n
Jika jumlah persediaan bahan baku kurang dari kapasitas produksi maka
langsung diproses menjadi produk akhir. Jumlah produk akhir yang diinginkan
sebanyak 4 macam dan semuanya diproses dari bahan baku yang ada. Permintaan
terhadap produk akhir berfluktuasi.

Nilai ekspektasi total permintaan untuk

semua produk setiap tahun.


Simbol-simbol variabel pada notasi numerik formulasi matematika di atas
akan diubah disesuaikan dengan notasi pada pembuatan simulasi dinamis dengan
software stella 9.14. Perubahan simbol dan penjelasan simbol dapat dilihat pada
lampiran.
Identifikasi kendala-kendala
Kendala dalam perancangan model rantai pasokan ini adalah ketersediaan
pasokan

bahan

baku,

kapasitas

pemasok

bahan

baku,

kapasitas

unit

pengolah/agroindustri, jumlah persediaan dan kebutuhan tiap permintaan.


Kendala-kendala ini diformulasikan sebagai berikut :
1. Kendala kapasitas pasokan bahan baku kelapa butiran
n

Kij Cap _ SKi ................................................................................ (12)


j 1

Untuk setiap i = 1, 2, 3, m

103

Di mana :
Kij

Jumlah pasokan bahan baku berupa kelapa butiran ke unit


pengolahan minyak kelapa j
Kapasitas pasokan kelapa butiran ke-i

Cap_SK=
i

2. Kendala kapasitas pasokan daging kelapa butiran


n

KDij Cap _ SDi ................................................................................... (13)


j 1

Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
KDij

Cap_SD=
i

Jumlah pasokan bahan baku berupa daging buah kelapa ke unit


pengolahan minyak kelapa j
Kapasitas pasokan daging buah kelapa ke-i

3. Kendala kapasitas bahan baku air kelapa


n

KAij Cap _ SAi


j 1

................................................................................... (14)

Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
KAij

Cap_SA=
i

Jumlah pasokan bahan baku berupa air kelapa ke unit pengolahan


nata de coco
Kapasitas pasokan air kelapa ke-i

4. Kendala kapasitas bahan baku sabut kelapa


n

KSij Cap _ SSi ..................................................................................... (15)


j 1

Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
KSij

Cap_SS=
i

Jumlah pasokan bahan baku berupa sabut kelapa ke unit


pengolahan serat sabut kelapa
Kapasitas pasokan sabut kelapa ke-i

104

5. Kendala kapasitas bahan baku tempurung kelapa


n

KTij Cap _ STi ..................................................................................... (16)


j 1

Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
KTij

Cap_ST=
i

Jumlah pasokan bahan baku berupa tempurung kelapa ke unit


pengolahan arang tempurung
Kapasitas pasokan tempurung kelapa ke-i

6. Kendala kapasitas produksi unit pengolahan minyak kelapa


n

XMKij Cap _ MKi 48000 ..................................................... (17)


j 1

Cap _ MKi 48000 ...................... ............................................................. (18)

Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
XMKij =
Cap_MK=
i

Jumlah produk minyak kelapa yang akan disalurkan dari unit


pengolah i ke permintaan j.
Kapasitas unit pengolahan minyak kelapa ke-i

7. Kendala kapasitas produksi unit pengolahan nata de coco


Cap _ NDi 600

..................................................... .............................. (19)

XNDij Cap _ NDi


j 1

................................................................ (20)

Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
XNDij =

Jumlah produk nata de coco yang akan disalurkan dari unit


pengolah i ke permintaan j.

105

Cap_ND=
i

Kapasitas unit pengolahan nata de coco ke-i

8. Kendala kapasitas produksi unit pengolahan serat sabut kelapa


96 Cap _ SSi 144

........................................................................... (21)

XSSij Cap _ SSi ............................................................................ (22)


j 1

Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
XSSij =

Jumlah produk serat sabut kelapa yang akan disalurkan dari unit
pengolah i ke permintaan j.
Kapasitas unit pengolahan serat sabut kelapa ke-i

Cap_SS=
i

9. Kendala kapasitas produksi unit pengolahan arang tempurung


Cap _ ATi 374.4

................................................................................. (23)

XATij Cap _ ATi


j 1

................................................................................. (24)

Untuk setiap i = 1, 2, 3, m
Di mana :
XATij =

Jumlah produk arang tempurung kelapa yang akan disalurkan dari


unit pengolah i ke permintaan j.
Kapasitas unit pengolahan arang tempurung kelapa ke-i

Cap_AT=
i

10. Kendala inventori unit pengolahan minyak kelapa


Persediaan minyak kelapa merupakan hasil produksi minyak kelapa yang
disimpan

di

dalam

gudang

sebelum

didistribusikan

dan

sesudah

didistribusikan. Kendala ini dirumuskan sebagai berikut :

106

IMKj

= Cap_MKj -

XMKjk

.....(25)

k 1

Dengan
IMKj
= Jumlah persediaan minyak kelapa
Cap_MKj = Kapasitas unit pengolahan minyak kelapa j (kg)
XMKjk
= Jumlah produk minyak kelapa j yang akan disalurkan
permintaan k (kg)
J
= 1, 2, 3, n
K
= 1, 2, 3, p
11. Kendala Inventori unit pengolahan nata de coco
Persediaan nata de coco merupakan hasil produksi nata de coco yang
disimpan

di

dalam

gudang

sebelum

didistribusikan

dan

sesudah

didistribusikan. Kendala ini dirumuskan sebagai berikut :


p

INDj

Cap_NDj -

XNDjk

k 1

(26)
Dengan
INDj
Cap_NDj
XNDjk

=
=
=

J
K

=
=

Jumlah persediaan nata de coco


Kapasitas unit pengolahan nata de coco j (kg)
Jumlah produk nata de coco j yang akan
disalurkan ke permintaan k (kg)
1, 2, 3, n
1, 2, 3, p

12. Kendala Inventori unit pengolahan serat sabut


Persediaan serat sabut merupakan hasil produksi serat sabut kelapa yang
disimpan

di

dalam

gudang

sebelum

didistribusikan

dan

sesudah

didistribusikan. Kendala ini dirumuskan sebagai berikut :


p

XSSjk (27)

ISSj

Cap_SSj -

Dengan
ISSj
Cap_SSj
XSSjk

=
=
=

J
K

=
=

Jumlah persediaan serat sabut kelapa


Kapasitas unit pengolahan serat sabut kelapa j (kg)
Jumlah produk serat sabut kelapa j yang akan
disalurkan ke permintaan k (kg)
1, 2, 3, n
1, 2, 3, p

k 1

13. Kendala inventori unit pengolahan arang tempurung

107

ke

Persediaan arang tempurung merupakan hasil produksi arang tempurung


yang disimpan di dalam gudang sebelum didistribusikan dan sesudah
didistribusikan. Kendala ini dirumuskan sebagai berikut :
p

XATjk .. (28)

IATj

Cap_ATj -

Dengan
IATj
Cap_ATj
XATjk

=
=
=

J
K

=
=

Jumlah persediaan arang tempurung


Kapasitas unit pengolahan arang tempurung j (kg)
Jumlah produk arang tempurung j yang akan
disalurkan ke permintaan k (kg)
1, 2, 3, n
1, 2, 3, p

k 1

14. Kendala kebutuhan permintaan produk berupa minyak kelapa


Permintaan produk akhir minyak kelapa merupakan total produk minyak
kelapa j yang akan disalurkan ke permintaan k (kg)
p

DMKj = XMKjk ..(29)


k 1

15. Kendala kebutuhan permintaan produk berupa nata de coco


Permintaan produk akhir nata de coco merupakan total produk nata de coco j
yang akan disalurkan ke permintaan k (kg)
p

DNDj = XNDjk .(30)


k 1

16. Kendala kebutuhan permintaan produk berupa serat sabut kelapa


Permintaan produk akhir serat sabut kelapa merupakan total produk serat
sabut kelapa j yang akan disalurkan ke permintaan k (kg)
p

DSSj

= XSSjk
k 1

(31)
17. Kendala kebutuhan permintaan produk berupa arang tempurung kelapa
Permintaan produk akhir arang tempurung kelapa merupakan total produk
arang tempurung kelapa j yang akan disalurkan ke permintaan k (kg)

108

DATj= XATjk ..
k 1

(32)
Perumusan Fungsi Tujuan
Tujuan perancangan model ini adalah untuk meminimalkan keseluruhan
biaya rantai pasokan agroindustri kelapa terpadu dari mulai pasokan bahan baku
berupa kelapa butiran hingga diolah dalam suatu unit pengolahan hingga
menghasilkan empat macam produk yang didistribusikan ke konsumen. Setiap
aliran material dari satu tempat ke tempat yang lain membutuhkan biaya demikian
halnya dalam unit pengolah. Total biaya rantai pasokan ini dirumuskan sebagai
berikut:

mn np nn

Minimisasi Z =

SijSC ij CXjk jk CIj j


i j 11 j k 11 j j 11

Di mana :
Z
CSij
Sij
CXjk

=
=
=
=

Xjk

CIj
Ij

=
=

Total biaya rantai pasokan


Biaya transportasi setiap unit bahan baku ke unit agroindustri j
Jumlah pasokan bahan baku ke agroindustri kelapa terpadu
Biaya transportasi tiap unit produk dari agroindustri j ke
permintaan k
Jumlah produk dari agroindustri j yang akan disalurkan ke
permintaan k
Biaya penyimpanan untuk tiap produk pada unit agroindustri j
Jumlah persediaan pada unit agroindustri j

109

Input-input dalam Pemodelan Sistem


Pemodelan sistem ini dilakukan dengan menggunakan software stella 9.14
dengan didasarkan pada kondisi mekanisme sistem ideal yang diinginkan dan
formulasi model yang dirumuskan. Model yang dirancang, diharapkan dapat
memberikan gambaran proses yang terjadi dalam sistem sehingga dapat
menyerupai sistem nyata. Tabel 15 di bawah ini adalah beberapa asumsi yang
digunakan sebagai input untuk stock flow diagram dalam pemodelan rantai
pasokan ini.
Tabel 15 Input dalam Pemodelan
No Input

Nilai Input

1
2
3
4
5

12.600.000 kg
28%
Kg
25%
35%
12%

6
7
8
9
10
11

Persediaan kelapa butiran


Konversi daging kelapa dari kelapa butiran
Konversi air kelapa dari kelapa butiran
Konversi sabut kelapa dari kelapa butiran
Konversi tempurung kelapa dari kelapa
butiran
Rerata berat butiran kelapa
Persentase distribusi domestik Minyak kelapa
Persentase distribusi domestik nata de coco
Persentase distribusi domestik serat sabut
Persentase distribusi domestik arang
Persentase distribusi ekspor Minyak kelapa

1,8
40%
80%
5%
90%
60%

kg/butir

No Input

Lanjutan
Lanjutan Tabel 15
Nilai Input

12
13
14
15
16
17
18

20%
95%
10%
12%
10%
30%
40%

Persentase distribusi ekspor nata de coco


Persentase distribusi ekspor serat sabut
Persentase distribusi ekspor arang
Rendemen minyak kelapa
Rendemen nata de coco
Rendemen serat sabut kelapa
Rendemen arang tempurung

Tabel 16 Asumsi-asumsi Biaya dalam Pemodelan


No

Asumsi

1 Biaya
Pembelian

Dasar asumsi
Didasarkan pada besarnya
besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk membeli
satu butir kelapa di tingkat

Besar biaya
Dasar Asumsi
per hari per
kg (rupiah)
750 Harga per butir kelapa

110

petani

2 Biaya Angkut

Didasarkan pada besarnya


besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk
mengangkut bahan baku
baik untuk pengangkutan
air kelapa, sabut kelapa,
maupun tempurung
Biaya angkut air kelapa

Biaya angkut sabut kelapa

2000

Biaya angkut tempurung


kelapa

250

250 Biaya yang dikeluarkan


selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk mengangkut
1 ton air kelapa sebesar
Rp 6.000.000
Biaya yang dikeluarkan
selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk mengangkut
1 ton sabut kelapa sebesar
Rp 48.000.000
Biaya yang dikeluarkan
selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk mengangkut
1 ton tempurung kelapa
sebesar Rp 6.000.000

Lanjutan .

No Asumsi

Dasar asumsi

Lanjutan Tabel 16
Besar biaya Dasar Asumsi
per hari
per kg
(rupiah)

3 Biaya
Didasarkan pada
Penyimpanan besarnya besarnya biaya
yang dikeluarkan untuk
menyimpan produk
akhir berupa minyak
kelapa, nata de coco,
serat sabut, dan arang
tempurung sebelum
didistribusikan ke
konsumen

111

Biaya penyimpanan
minyak kelapa

Biaya penyimpanan nata


de coco

Biaya penyimpanan serat


sabut

Biaya penyimpanan
arang tempurung

4 Biaya
Distribusi

No Asumsi

500 Biaya yang dikeluarkan


selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk
menyimpan minyak
kelapa sebesar Rp
1.200.000
100 Biaya yang dikeluarkan
selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk
menyimpan nata de
coco sebesar Rp
2.400.000
500 Biaya yang dikeluarkan
selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk
menyimpan 1 ton serat
sabut sebesar Rp
12.000.000
50 Biaya yang dikeluarkan
selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk
menyimpan arang
tempurung sebesar Rp
1.200.000

Didasarkan pada
besarnya besarnya biaya
yang dikeluarkan untuk
mendistribusikan produk
berupa minyak kelapa,
nata de coco, serat sabut
dan arang ke konsumen
domestik maupun ekspor
Dasar asumsi

Biaya distribusi domestik


minyak kelapa

Lanjutan..
Lanjutan Tabel 16
Dasar Asumsi

Besar
biaya per
hari per
kg
(rupiah)
2000 Biaya yang dikeluarkan
selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk
mendistribusikan 1 ton
minyak kelapa sebesar
Rp 48.000.000

112

Biaya distribusi domestik


nata de coco

Biaya distribusi domestik


serat sabut

Biaya distribusi domestik


arang

Biaya distribusi ekspor


minyak kelapa

Biaya distribusi ekspor


nata de coco

No Asumsi

Dasar asumsi

Biaya distribusi ekspor


serat sabut

500 Biaya yang dikeluarkan


selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk
mendistribusikan 1 ton
Nata de coco sebesar
Rp 12.000.000
2500 Biaya yang dikeluarkan
selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk
mendistribusikan 1 ton
serat sabut sebesar Rp
60.000.000
2000 Biaya yang dikeluarkan
selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk
mendistribusikan 1 ton
arang sebesar Rp
48.000.000
3000 Biaya yang dikeluarkan
selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk
mengekspor 1 ton
minyak kelapa sebesar
Rp 72.000.000
1000 Biaya yang dikeluarkan
selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk
mengekspor 1 ton nata
de coco sebesar Rp
24.000.000
Lanjutan..

Lanjutan Tabel 16
Besar
Dasar Asumsi
biaya per
hari per
kg
(rupiah)
3000 Biaya yang dikeluarkan
selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk
mengekspor 1 ton serat
sabut sebesar Rp
72.000.000

113

Biaya distribusi ekspor


arang

1000 Biaya yang dikeluarkan


selama 1 bulan (24 hari
kerja ) untuk
mengekspor 1 ton nata
de coco sebesar Rp
24.000.000

Simulasi Model dengan Software Stella


Model yang dirancang mengikuti menu-menu yang terdapat dalam
software stella. Stella yang digunakan adalah Stella 9.14. Pembuatan stock flow
diagram untuk model rantai pasokan dengan mensimulasikan beberapa kondisi
dan biaya agar diperoleh biaya total rantai pasokan yang optimal dapat
digambarkan seperti pada gambar stock flow diagram di bawah ini. Rancangan ini
cukup sederhana tanpa menggunakan aplikasi yang variatif namun setidaknya
cukup menjelaskan gambaran kondisi yang diinginkan. Output hasil simulasi
rancangan model dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Ketersediaan Kelapa Butiran

Lj Penyediaan

Pers Klp Btr

Peny Klp Btr

Lj Konsumsi

Konsumsi Klp Btr

Gambar 21. Stock Flow Diagram Sub Model Ketersediaan Kelapa Butiran
Desain model ini hanya diasumsikan untuk kelapa dalam saja. Hal ini
mengingat jenis kelapa dalam inilah yang banyak diusahakan oleh petani di
wilayah Kabupaten Ciamis. Jenis kelapa hibrida sangat jarang yang diusahakan
untuk pasokan industri, namun diusahakan untuk kebutuhan rumah tangga saja.
Output dari simulasi dengan menggunakan Stella dapat menggambarkan
suatu ketersediaan pasokan kelapa di tingkat petani di Kabupaten Ciamis. Secara
rata-rata kebutuhan bahan baku kelapa butiran cukup dengan mengandalkan
pasokan dari satu kabupaten saja.

114

1: Peny Klp Btr


1:
2:
3:

2: Pers Klp Btr

3: Konsumsi Klp Btr

18000000
80000000
7000000

3
1
1:
2:
3:

10575000
45000000
4000000

3
1

1
1:
2:
3:

3150000
10000000
1000000

2
1
0.00

3
3.00

6.00
Time

Page 1

9.00
12.00
9:05 AM Fri, Feb 04, 2011

Ketersediaan Bahan Baku

Gambar 22. Grafik Hasil Simulasi Ketersediaan Kelapa Butiran


Gambar 22 menunjukkan hasil simulasi ketersediaan bahan baku kelapa
butiran dengan input yang langsung dilakukan pada model yang dirancang melalui
stock flow diagram yang dibuat. Secara numerik akan menunjukkan hasil yang
cukup variatif dengan berbagai bilangan. Hasil ini seiring dengan nilai input
numerik yang dimasukkan sesuai dengan input untuk perancangan model. Grafik
hasil simulasi di atas menunjukkan nilai yang meningkat sejalan dengan laju
penyediaan dan laju konsumsi. Peningkatan tersebut terjadi karena ada cadangan
persediaan kelapa butiran sebanyak 12.600.000 kg untuk kebutuhan pasokan
sebagai inisiasi awal untuk input simulasi model.

Tabel 17. Ketersediaan Kelapa Butiran


Time
0
1
2
3
4
5
6
7
8

Penyediaan Kelapa Butir


3,150,000.00
3,654,000.00
4,238,640.00
4,916,822.40
5,703,513.98
6,616,076.22
7,674,648.42
8,902,592.16
10,327,006.91

Persediaan Kelapa Butir Konsumsi


12,600,000.00 1,134,000.00
14,616,000.00 1,315,440.00
16,954,560.00 1,525,910.40
19,667,289.60 1,770,056.06
22,814,055.94 2,053,265.03
26,464,304.89 2,381,787.44
30,698,593.67 2,762,873.43
35,610,368.65 3,204,933.18
41,308,027.64 3,717,722.49

115

9
11,979,328.02
10
13,896,020.50
11
16,119,383.78
Final
Sumber : olahan data hasil simulasi

47,917,312.06
55,584,081.99
64,477,535.11
74,793,940.73

4,312,558.09
5,002,567.38
5,802,978.16

Hasil simulasi menunjukkan dengan laju penyediaan kelapa butiran


sebesar 0.25% hingga tahun ke 12 akan terdapat total persediaan kelapa butiran
sebanyak 74.793.940,73 kg di wilayah Kabupaten Ciamis dengan laju konsumsi
kelapa butiran untuk kebutuhan industri sebanyak 0.9%. Prosentase konsumsi
kelapa butiran untuk kebutuhan industi ini ditunjukkan dengan gambar 28 di
bawah ini. Gambaran konsumsi kelapa butiran ini menunjukkan konsumsi kelapa
butiran terdistribusi untuk tiga pemanfaatan yaitu untuk dijual langsung ke pasarpasar tradisional sebanyak 89%, untuk konsumsi industri 9%, dan untuk
konsumen rumah tangga sebanyak 2%.
Data dari Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis menunjukkan sebagian besar
kelapa (89% ) dijual dalam bentuk kelapa butiran ke wilayah Bandung, Jakarta,
Cirebon dan beberapa wilayah di Jawa Tengah. Konsumsi lokal untuk rumah
tangga di Kabupaten Ciamis sebanyak 2%, dan yang diolah oleh petani dan
perusahaan sebanyak 9%. Hal ini ditunjukkan pada gambar di bawah ini ;

Gambar 23. Konsumsi Kelapa (Rinaldi 2008)


Asumsi persediaan kelapa butiran sebanyak 12.600.000 kg kelapa butir
tiap tahun. Oleh sebab itu secara-rata-rata setiap tahun terdapat persediaan kelapa
butir 6.232.828 kg butir kelapa yang dapat dimanfaatkan untuk diproses menjadi
aneka produk agroindustri kelapa terpadu. Hasil simulasi untuk konsumsi kelapa
butiran ini digunakan sebagai dasar nilai untuk menghitung kebutuhan pasokan
kelapa butiran yang akan dikonversi menjadi daging kelapa, air kelapa, sabut

116

kelapa, dan tempurung kelapa sebagai bahan baku agroindustri kelapa terpadu
dengan output produk berupa minyak kelapa, nata de coco, serat sabut kelapa dan
arang tempurung kelapa.
Hal ini apabila dibandingkan dengan data produksi kelapa butiran di
Kabupaten Ciamis tidak jauh berbeda. Data produksi kelapa butiran di Kabupaten
Ciamis ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 18. Produksi Kelapa Dalam Kabupaten Ciamis
Tahun Produksi Kelapa Dalam (kg)
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber : Disbun Jabar (2010)

19.480.000
32.207.000
36.771.000
74.265.000
74.678.000
70.057.000
64.325.000
78.193.000
77.606.553

Propinsi Jawa Barat memiliki luas areal pengusahaan tanaman kelapa


sebanyak 172.500,20 ha yang merupakan perkebunan rakyat. Perkebunan kelapa
ini merupakan areal perkebunan kelapa dalam. Adapun potensi areal perkebunan
kelapa dalam di wilayah Propinsi Jawa barat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 19 Potensi Areal Perkebunan Kelapa Dalam
No Kabupaten/Kotamadya Luas Areal Perkebunan
(Hektar)
1 Bogor
9,041
2 Sukabumi
19,970
3 Cianjur
17,404
4 Bekasi
3,500
5 Karawang
3,565
6 Purwakarta
1,383
7 Subang
4,776
8 Bandung
2,595
9 Sumedang
6,114
10 Garut
5,937
11 Tasikmalaya
34179
12 Ciamis
79,011
13 Majalengka
3,918
14 Cirebon
5,723
15 Kuningan
8,509
16 Indramayu
7,002
17 Kota Banjar
2,500

117

18 Kota Tasikmalaya
1,700
Sumber: www.disbun.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/458
Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan wilayah penghasil kelapa
terbanyak untuk propinsi Jawa Barat yaitu sebesar 79,011 ha dengan total
produksi buah kelapa butir sebanyak 35.028 ton. Potensi agroindustri pengolahan
kelapa di Kabupaten Ciamis ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 20 Potensi Agroindustri Pengolahan Kelapa
No Jenis
1
2
3
4
5
6

Gula kelapa
Kopra
Minyak kelapa
Nata de Coco
Serat sabut
Galendo

Unit
7933
92
53
23
8
7

Jumlah
Bahan Baku
Produksi
(ton/tahun)
27,560 137,800,000
1,435
7,175,000
3,899 38,990,000
969
581,400
1,490 13,244,000
11
220,000

liter nira
butir kelapa
butir kelapa
liter air kelapa
sabut
butir kelapa

Data di atas menunjukkan bahwa rata-rata kebutuhan kelapa butiran untuk


agroindustri kelapa terpadu di wilayah kabupaten Ciamis sejumlah 53723,33 ton.
Jumlah ini merupakan jumlah yang cukup banyak dalam upaya memacu
peningkatan produktivitas pertanian di wilayah tersebut.

Kebutuhan kelapa

butiran tersebut terutama untuk memenuhi permintaan unit pengolahan minyak


kelapa.
Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa di kabupaten Ciamis, selalu
terbentur pada masalah kontinyuitas bahan baku yang tidak terjamin untuk
agroindustri arang dan nata de coco serta serat sabut. Perilaku petani adalah selalu
menjual hasil buah kelapa butiran dalam bentuk buah kelapa segar dan dijual
keluar daerah. Hal ini dilakukan terutama pada saat harga kelapa meningkat
dengan tajam.

118

Bahan Baku Agroindustri

Konv Dgg Klp

Persediaan BB

Konsumsi Klp Btr

Dgg Klp

N Kon Dgg Klp

Pasokan Klp Butir

Proses Konversi Klp Btr


N Konv Sabut

Sabut

N Konv Air Klp


Air Klp

Konv Sabut
N Konv Temp rng

Tmp rng

Konv Air
Konv Tmp rng

Gambar 24. Stock Flow Diagram Bahan Baku Agroindustri


Stock flow diagram untuk bahan baku agroindustri menunjukkan aliran
pasokan bahan baku kelapa butir yang akan dikonversi menjadi daging kelapa
terlebih dahulu, selanjutnya by product yang dihasilkan akan dimanfaatkan
sebagai input bahan baku untuk agroindustri. Hasil samping dari proses konversi
kelapa butiran menjadi daging kelapa butiran ini berupa air kelapa, sabut dan
tempurung.
Hasil simulasi untuk bahan baku agroindustri yang dirancang dalam
periode 12 tahun ke depan menunjukkan apabila terdapat pasokan kelapa butiran
sebanyak 4.932.531,44 kg maka jumlah kelapa butiran yang akan dikonversi
sebanyak 4.346.052,35 kg dan akan diperoleh bahan baku berupa daging kelapa
butiran sebanyak 1.051.161,60 kg, air kelapa sebanyak 938.537,14 kg, sabut
kelapa sebanyak 1.313.952 kg, dan tempurung 450.497,83 kg. Hasil simulasi ini
dilakukan berdasarkan pasokan kelapa butiran sebanyak 85% dari nilai konsumsi
kelapa butiran untuk industri dan persediaan bahan baku kelapa butiran untuk unit
agroindustri sebanyak 730.000 kg dan proses konversi yang dilakukan dengan
persediaan kelapa butiran yang tidak ikut dalam proses sebanyak 25%.
Persediaan bahan baku ini agar proses produksi untuk unit agroindustri tetap
berlangsung.

119

Sub model agroindustri kelapa terpadu dirancang untuk menghasilkan


empat output produk yaitu berupa minyak kelapa, nata de coco, serat sabut kelapa
dan arang tempurung.

Masing-masing kerangka sektor yang dibuat sebagai

bagian dari sub model ini terdiri atas kerangka sektor agroindustri minyak kelapa,
agroindustri nata de coco, agroindustri serat sabut dan agroindustri arang
tempurung. Masing-masing kerangka sektor ini dirancang untuk memperoleh
nilai output masing-masing produk.
Agroindustri kelapa terpadu akan menghasilkan minyak kelapa sebanyak
633.128,46 kg pada rendemen minyak kelapa sebanyak 12%. Hal ini dapat dicapai
dalam simulasi dinamik dengan periode waktu selama 12 tahun. Output produk
minyak kelapa tersebut akan dapat dipenuhi oleh unit pengolahan minyak kelapa
dalam skala usaha kecil sebanyak 8 unit. Dengan rata-rata masing-masing unit
memiliki kemampuan menghasilkan sebanyak 72.000 kg per tahun. Gambar 30 di
bawah ini menunjukkan stock flow diagram untuk agroindustri minyak kelapa ini.
Daging kelapa sebagai hasil proses konversi merupakan input yang dapat
menghasilkan minyak kelapa ini.
Agroindustri M inyak Kelapa
Dgg Klp

Proses M y k Klp

M iny ak Klp
~

Input p roses

Output p roses

Rendemen M y k Klp

Gambar 25. Stock Flow Diagram Agroindustri Minyak Kelapa


Unit pengolahan nata de coco dengan input proses berupa air kelapa dari
hasil samping proses konversi kelapa butiran menjadi daging kelapa
menghasilkan nata de coco sebanyak 429.333,08 kg dengan rendemen nata de
coco 10%. Hal ini dapat dicapai dalam simulasi dinamik dengan periode waktu

120

selama 12 tahun. Output produk nata de coco tersebut akan dapat dipenuhi oleh
unit pengolahan nata de coco dalam skala usaha kecil sebanyak 36 unit. Dengan
rata-rata masing-masing unit memiliki kemampuan menghasilkan sebanyak
12.000 kg per tahun. Gambar 26 di bawah ini menunjukkan kerangka sektor untuk
agroindustri nata de coco. Secara mekanisme model yang dirancang menyerupai
rancangan model untuk agroindustri minyak kelapa.
Agroindustri Nat a de Coco
Air Klp

Nata de Coco

Proses NdC
~

Inp ut NdC

Outp ut NdC

Rendemen NdC

Gambar 26. Stock Flow Diagram Agroindustri Nata de Coco


Unit pengolahan serat sabut kelapa dengan input proses berupa sabut
kelapa dari hasil samping proses konversi kelapa butiran menjadi daging kelapa
menghasilkan serat sabut kelapa sebanyak 2.040.588,93 kg dengan rendemen
30%. Output produk serat sabut tersebut akan dapat dipenuhi oleh unit pengolahan
serat sabut dalam skala usaha kecil sebanyak 14 unit. Dengan rata-rata masingmasing unit memiliki kemampuan menghasilkan sebanyak 144.000 kg per tahun.
Gambar 27 di bawah ini menunjukkan kerangka sektor untuk agroindustri serat
sabut kelapa. Secara mekanisme model yang dirancang menyerupai rancangan
model untuk agroindustri minyak kelapa dan agroindustri nata de coco.

121

Agroindustri Serat Sabut Kelap a


Sabut
Serat Sabut

Proses Srt Sabut


~

Inp ut Srt Sabut

Outp ut Srt Sabut

Rendemen Srt Sabut

Gambar 28. Stock Flow Diagram Agroindustri Serat Sabut Kelapa


Unit pengolahan arang tempurung dengan input proses berupa tempurung
kelapa dari hasil samping proses konversi kelapa butiran menjadi daging kelapa
menghasilkan arang tempurung sebanyak 1.319.583,51 kg dengan rendemen 40%.
Output produk arang tempurung tersebut akan dapat dipenuhi oleh unit
pengolahan arang tempurung dalam skala usaha kecil sebanyak 4 unit. Dengan
rata-rata masing-masing unit memiliki kemampuan menghasilkan sebanyak
374.400 kg per tahun. Gambar 29 di bawah ini menunjukkan kerangka sektor
untuk agroindustri arang tempurung. Secara mekanisme model yang dirancang
menyerupai rancangan model untuk agroindustri minyak kelapa, agroindustri nata
de coco dan agroindustri serat sabut kelapa.
Agroindustri Arang Temp urung
Tmprng
Proses Arang Tmp rng

Arang Tmp rng


~

Inp ut Arang Tmp urung

Outp ut Arang Tmp rng

Rendemen Arang Tmp rng

Gambar 29. Stock Flow Diagram Agroindustri Arang Tempurung

122

Sub model ketersediaan produk dirancang agar dapat diketahui berapa


jumlah persediaan produk yang akan didistribusikan untuk memenuhi permintaan
domestik dan ekspor sehingga akan diketahui berapa banyak produk yang akan
didistribusikan. Hasil simulasi dinamik menunjukkan dengan permintaan
domestik sebanyak 40% dalam periode waktu 12 tahun yang akan datang
diperoleh persediaan domestik sebanyak 215.565,55 kg secara rata-rata yang
dapat didistribusikan. Hasil pasokan ini diperoleh dari input sub model berupa
output minyak kelapa dari unit pengolahan minyak kelapa sebanyak 633.128,46
kg. Persediaan minyak kelapa untuk permintaan domestik ini dapat dipenuhi dari
3 unit pengolahan minyak kelapa dalam skala usaha kecil. Gambar 30
menunjukkan stock flow diagram dari model rancangan untuk ketersediaan produk
minyak kelapa domestik.
Ketersediaan Produk M iny ak Kelap a Domestik
Minyak Klp

Inv Prod M yk Klp Dom

Pasokan Prod M yk Klp Dom

Pers Dom M y k Klp

Dist Prod M y k Klp Dom

Persen Dist Dom M yk Klp

Gambar 30. Stock Flow Diagram Ketersediaan Produk Minyak Kelapa Domestik
Hasil simulasi dinamik menunjukkan dengan permintaan ekspor minyak
kelapa sebanyak 60% dalam periode waktu 12 tahun yang akan datang diperoleh
persediaan ekspor sebanyak 323.348,32 kg secara rata-rata yang dapat
didistribusikan. Hasil pasokan ini diperoleh dari input sub model berupa output
minyak kelapa dari unit pengolahan minyak kelapa sebanyak 633.128,46 kg.
Persediaan minyak kelapa untuk permintaan domestik ini dapat dipenuhi dari 5
unit pengolahan minyak kelapa dalam skala usaha kecil. Gambar 31 menunjukkan
stock flow diagram dari model rancangan untuk ketersediaan produk minyak
kelapa ekspor.

123

Ketersediaan Produk M inyak Kelapa Ekspor

Inv Prod Myk Klp Eksp

Pasokan Prod M yk Klp EKsp

Minyak Klp

Pers Eksp M yk Klp

Dist Prod M yk Klp Eksp

Persen Dist Eksp M yk Klp

Gambar 31. Stock Flow Diagram Ketersediaan Produk Minyak Kelapa Ekspor
Hasil simulasi dinamik untuk nata de coco menunjukkan dengan
permintaan domestik sebanyak 80% dalam periode waktu 12 tahun yang akan
datang diperoleh persediaan domestik sebanyak 299.570,96 kg secara rata-rata
yang dapat didistribusikan. Hasil pasokan ini diperoleh dari input sub model
berupa output nata de coco dari unit pengolahan nata de coco sebanyak
429.333,08 kg. Persediaan nata de coco untuk permintaan domestik ini dapat
dipenuhi dari 25 unit pengolahan nata de coco dalam skala usaha kecil. Gambar
31 menunjukkan stock flow diagram dari model rancangan untuk ketersediaan
produk nata de coco domestik.
Hasil simulasi dinamik untuk nata de coco menunjukkan dengan
permintaan ekspor sebanyak 20% dalam periode waktu 12 tahun yang akan datang
diperoleh persediaan ekspor sebanyak 74.892,74 kg secara rata-rata yang dapat
didistribusikan. Hasil pasokan ini diperoleh dari input sub model berupa output
nata de coco dari unit pengolahan nata de coco sebanyak 429.333,08 kg.
Persediaan nata de coco untuk permintaan ekspor ini dapat dipenuhi dari 6 hingga
7 unit pengolahan nata de coco dalam skala usaha kecil. Gambar 32 menunjukkan
stock flow diagram dari model rancangan untuk ketersediaan produk nata de coco
ekspor.

124

Ketersediaan Produk Nata de Coco Domestik

Inv Prod NdC

Pers Dom NdC

Nata de Coco
Pasokan Prod NdC Dom

Dist Prod NdC Dom

Persen Dist Dom NdC

Gambar 32. Stock Flow Diagram Ketersediaan Produk Nata de Coco Domestik
Ketersediaan Produk Nata de Coco Ekspor

Nata de Coco

Inv Prod NdC Eksp

Pasokan Prod NdC

Pers Eksp NdC

Dist Prod NdC Eksp

Persen Dist Eksp NdC

Gambar 33. Stock Flow Diagram Ketersediaan Produk Nata de Coco Ekspor
Hasil simulasi dinamik untuk serat sabut menunjukkan dengan permintaan
domestik sebanyak 5% dalam periode waktu 12 tahun yang akan datang diperoleh
persediaan domestik sebanyak 87.308,42 kg secara rata-rata yang dapat
didistribusikan. Hasil pasokan ini diperoleh dari input sub model berupa output
serat sabut dari unit pengolahan serat sabut sebanyak 2.040.588,93 kg. Persediaan
serat sabut untuk permintaan domestik ini dapat dipenuhi cukup dari 1 unit
pengolahan serat sabut dalam skala usaha kecil. Gambar 34 menunjukkan stock
flow diagram dari model rancangan untuk ketersediaan produk serat sabut
domestik.

125

Ketersediaan Produk Serat Sabut Domestik

Inv Prod Srt Sbt Dom

Serat Sabut
Pasokan Prod Srt Sabut Dom

Pers Dom Srt Sabut

Dist Prod Srt Sabut Dom

Persen Dist Dom Srt Sabut

Gambar 34. Stock Flow Diagram Ketersediaan Produk Serat Sabut Domestik
Hasil simulasi dinamik untuk serat sabut menunjukkan dengan permintaan
ekspor sebanyak 95% dalam periode waktu 12 tahun yang akan datang diperoleh
persediaan ekspor sebanyak 1.659.859,51 kg secara rata-rata yang dapat
didistribusikan. Hasil pasokan ini diperoleh dari input sub model berupa output
serat sabut dari unit pengolahan serat sabut sebanyak 2.040.588,93 kg. Persediaan
serat sabut untuk permintaan ekspor ini dapat dipenuhi dari 11 hingga 12 unit
pengolahan serat sabut dalam skala usaha kecil. Gambar 35 menunjukkan stock
flow diagram dari model rancangan untuk ketersediaan produk serat sabut ekspor.
Ketersediaan Produk Serat Sabut Ekspor
Serat Sabut

Inv Prod Srt Sbt Eksp

Pasokan Prod Srt Sabut

Pers Eksp Srt Sabut

Dist Prod Srt Sabut Eksp

Persen Dist Eksp Srt Sabut

Gambar 35. Stock Flow Diagram Ketersediaan Produk Serat Sabut Ekspor
Hasil simulasi dinamik untuk arang tempurung menunjukkan dengan
permintaan domestik sebanyak 90% dalam periode waktu 12 tahun yang akan
datang diperoleh persediaan domestik sebanyak 1.092.810,88 kg secara rata-rata
yang dapat didistribusikan. Hasil pasokan ini diperoleh dari input sub model
berupa output arang tempurung dari unit pengolahan arang tempurung sebanyak

126

1.319.582,51 kg. Persediaan arang tempurung untuk permintaan domestik ini


dapat dipenuhi dari 3 unit pengolahan arang tempurung dalam skala usaha kecil.
Gambar 36 menunjukkan stock flow diagram dari model rancangan untuk
ketersediaan produk arang tempurung domestik.
Ketersediaan Produk Arang Temp urung Domestik

Inv Prod Arang Tmprng Dom

Pasokan Prod Arang Tmprng Dom

Arang Tmprng

Pers Dom Arang Tmprng

Dist Prod Arang Tmprng Dom

Persen Dist Dom Arang Tmprng

Gambar 36. Stock Flow Diagram Ketersediaan Produk Arang Tempurung


Domestik
Hasil simulasi dinamik untuk arang tempurung menunjukkan dengan
permintaan ekspor sebanyak 10% dalam periode waktu 12 tahun yang akan datang
diperoleh persediaan ekspor sebanyak 121.423,43 kg secara rata-rata yang dapat
didistribusikan. Hasil pasokan ini diperoleh dari input sub model berupa output
arang tempurung dari unit pengolahan arang tempurung sebanyak kg. Persediaan
arang tempurung untuk permintaan ekspor ini dapat dipenuhi cukup dari 1 unit
pengolahan arang tempurung dalam skala usaha kecil. Gambar 37 menunjukkan
stock flow diagram dari model rancangan untuk ketersediaan produk arang
tempurung ekspor.
Ketersediaan Produk Arang Tempurung Eksp or
Arang Tmprng

Inv Prod Arang Tmprng

Pasokan Prod Arang Tmprng

Pers Eksp Arang Tmprng

Dist Prod Arang Tmprng Eksp

Persen Dist Eksp Arang Tmprng

Gambar 37. Stock Flow Diagram Ketersediaan Produk Arang Tempurung Ekspor

127

Gambar 37 menunjukkan stock flow diagram untuk distribusi produk.


Hasil simulasi dinamik dari distribusi produk menunjukkan bahwa jumlah produk
yang didistribusikan untuk memenuhi permintaan domestik minyak kelapa
sebanyak 195.508,99 kg pada periode tahun ke 12. Hal ini dipenuhi dari 3 unit
pengolahan minyak kelapa. Jumlah produk yang didistribusikan untuk memenuhi
permintaan ekspor minyak kelapa sebanyak 330.513,49 kg. Hal ini dipenuhi dari 5
unit pengolahan minyak kelapa. Jumlah produk yang didistribusikan dari target
capaian persentase permintaan domestik minyak kelapa sebanyak 90,6% dan
untuk permintaan ekspor bahkan lebih dari 100%. Jumlah produk yang
didistribusikan dapat memenuhi target capaian persentase permintaan ekspor
minyak kelapa dipenuhi melalui penambahan 2% dari nilai persediaan produk
minyak kelapa.
Hasil simulasi dinamik untuk distribusi produk menunjukkan bahwa
jumlah produk yang didistribusikan untuk memenuhi permintaan domestik nata de
coco sebanyak 259.347,71 kg pada periode tahun ke 12. Hal ini dipenuhi dari 22
unit pengolahan nata de coco. Jumlah produk yang didistribusikan untuk
memenuhi permintaan ekspor nata de coco sebanyak 64.663,13 kg. Hal ini
dipenuhi dari 6 unit pengolahan nata de coco. Jumlah produk yang didistribusikan
dari target capaian persentase permintaan domestik nata de coco sebanyak 86,57%
dan untuk permintaan ekspor bahkan lebih dari 87,67%.
Hasil simulasi dinamik untuk distribusi produk menunjukkan bahwa
jumlah produk yang didistribusikan untuk memenuhi permintaan domestik serat
sabut sebanyak 236.732,72 kg pada periode tahun ke 12. Hal ini dipenuhi dari 1
unit pengolahan serat sabut. Jumlah produk yang didistribusikan untuk memenuhi
permintaan ekspor serat sabut sebanyak 110.149,21 kg. Hal ini dipenuhi dari 11
unit pengolahan serat sabut. Jumlah produk yang didistribusikan dari target
capaian persentase permintaan domestik serat sabut sebanyak 91,15% dan untuk
permintaan ekspor bahkan lebih dari 91,51%.
Hasil simulasi dinamik untuk distribusi produk menunjukkan bahwa
jumlah produk yang didistribusikan untuk memenuhi permintaan domestik arang
tempurung sebanyak 989.842,90 kg pada periode tahun ke 12. Hal ini dipenuhi
dari 3 unit pengolahan arang tempurung. Jumlah produk yang didistribusikan

128

untuk memenuhi permintaan ekspor arang tempurung sebanyak 1.517.973,92 kg.


Hal ini dipenuhi dari 1 unit pengolahan arang tempurung. Jumlah produk yang
didistribusikan dari target capaian persentase permintaan domestik arang
tempurung sebanyak 90,58% dan untuk permintaan ekspor bahkan lebih dari
90,71%.
Distribusi Produk
Pers Dom Myk Klp

Jml Spply Eksp Myk Klp

Pers Eksp Myk Klp

Tot Spply Myk Klp Demand Eksp Myk Klp


Jml Spply Dom Myk Klp

Demand Dom Myk Klp


~

Demand Dom NdC

Spply Kons Eksp Myk Klp

Pers Dom NdC

Spply Kons Dom Myk Klp

Jml Spply Dom NdC

Tot Spply NdC

Pers Eksp NdC

Jml Spply Eksp NdC


Demand Eksp NdC

Spply Kons Dom NdC

Pers Dom Srt Sabut

Pers Eksp Srt Sabut

Spply Kons Eksp NdC


Demand Eksp Srt Sabut

Demand Dom Srt Sabut


Jml Spply Dom Srt Sbt
Spply Kons Dom Srt Sabut

Tot Spply Srt Sabut Jml Spply Eksp Srt Sabut


Spply Kons Eksp Srt Sabut

Spply Kons Dom Arng Tmprng

Demand Dom Arng Tmprng

Spply Kons Eksp Arang Tmprng


Tot Spply Arng Tmprng
Jml Spply Eksp Arang Tmprg
Jml Spply Dom Arng Tmprng
Demand Eksp Arang Tmprng

Pers Dom Arang Tmprng


Pers Eksp Arang Tmprng

Gambar 38. Stock Flow Diagram Distribusi Produk


Gambar 39 menunjukkan stock flow Diagram Total Biaya Rantai Pasokan
agroindustri kelapa terpadu dengan berbagai input. Total biaya rantai pasokan ini
menunjukkan pada periode ke 12 akan diperlukan biaya total bahan baku
sebanyak Rp 5.220.623.130,00, biaya inventori total Rp 1.445.771.180,00 dan
biaya distribusi produk sebanyak Rp 6.935.830.575,00 serta biaya total rantai
pasokan sebanyak Rp 13.602.224.880,00.

129

Biaya ini adalah biaya yang ditanggung oleh 8 unit pengolahan minyak
kelapa, 36 unit pengolahan nata de coco, 14 unit pengolahan serat sabut dan 4
unit pengolahan arang tempurung. Perhitungan unit pengolahan didasarkan pada
asumsi kapasitas untuk usaha skala kecil.
Total Biaya Rantai Pasokan
Air Klp

Sabut

Minyak Klp

Tmprng

Proses Konversi Klp Btr

Input BB Klp Btr

B Klp Btr
Jml Spply Dom Myk Klp

B Inv Myk Klp

BB Air Klp

B Air Klp

BB Sabut

BB Tmprung

B Inv NdC
B Inv Total

B Sabut
B Tmprung

B Tot Bhn Baku

B Inv Srt Sbt

Nata de Coco

Serat Sabut

Arang Tmprng

B Inv Arng Tmprng


Jml Spply Eksp Arang Tmprg

Domestik Myk Klp


B Dist Dom Myk Klp B Total SC

Eksp Arng Tmprng


Jml Spply Eksp Srt Sabut
B Dist Eksp Arng Tmprng
Jml Spply Dom NdC
B Dist Dom NdC
B Dist Dom Total
Domestik NdC

B Dist Prod

B Dist Dom Srt Sbt


Jml Spply Dom Srt Sbt
Domestik Srt Sabut
B Dist Dom Arang Tmprng
Domestik Arng Tmprng

B Dist EkspTotal B Dist Eksp Srt Sbt

Eksp Srt Sbt

B Dist Ekspor NdCEkspor NdC Spply Kons Eksp NdC


B Dist Ekspor Myk Klp

Jml Spply Dom Arng Tmprng

Ekspor Myk Klp

Jml Spply Eksp Myk Klp

Gambar 39. Stock Flow Diagram Total Biaya Rantai Pasokan


Hasil tersebut menunjukkan bahwa apabila agroindustri kelapa terpadu ini
diusahakan di wilayah sentra penghasil yang lain dengan asumsi input masukan
kelapa butiran yang sama akan memperoleh hasil produk sejumlah hasil output
seperti yang nampak pada hasil simulasi. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar
pengambil kebijakan ataupun para penyusun strategi dalam mengembangkan

130

agroindustri kelapa terpadu. Produk prospektif yang dipilih dapat bervariasi


sejalan dengan keinginan para pakar dengan melihat berbagai potensi pasar dan
keterkaitan dengan produk hilir yang lain. Namun, dari sisi kemudahan aplikasi
teknologi di masyarakat, produk-produk olahan primer ini cukup untuk
dikembangkan lebih lanjut dalam agroindustri kelapa terpadu.
Agroindustri kelapa terpadu tidak hanya milik pengusaha besar namun
dapat dimiliki oleh petani yang terhimpun dalam suatu wadah kelembagaan
maupun kemitraan yang meungkin saja tidak terlibat dalam manajemen
pengusahaan namun keterlibatan dalam pengusahaan bahan baku.
Verfikasi dan Validasi Model Simulasi
Verifikasi dilakukan dengan menelusuri

keseluruhan stock flow yang

dirancang. Jika seluruh basis program dapat dijalankan sesuai dengan logika maka
desain model ini dianggap berhasil. Pemeriksaan terhadap desain model dilakukan
dengan melihat output keluaran. Jika keluaran mengindikasikan suatu kesalahan
logika maka perlu segera dilakukan perbaikan. Proses verifikasi dianggap telah
dilakukan, karena desain model rancangan sudah berjalan sesuai dengan asumsi
yang dilakukan. Verifikasi model juga dapat dilakukan dengan cara-cara yang
lain namun verifikasi dengan cara ini merupakan verifikasi dengan biaya yang
lebih sedikit dan relatif lebih mudah dilakukan. Model dianggap sahih karena
mengandung beberapa elemen dari model biaya rantai pasokan. Validasi bertujuan
untuk memperoleh kecocokan kondisi nyata dengan model yang dirancang.
Validasi model dicoba dilakukan dengan menggunakan analisis sensitivitas.
Hasil validasi menunjukkan bahwa dengan kenaikan jumlah produk
minyak kelapa yang dihasilkan sebesar 3,6% sebagai akibat dari kenaikan
rendemen minyak kelapa menjadi 13%. Jumlah produk yang dihasilkan juga
mengalami penurunan sebanyak 7,4% dengan penurunan rendemen menjadi 11%.
Kenaikan 1% rendemen minyak kelapa dan penurunan 1% rendemen minyak
kelapa cukup memberikan dampak pada hasil output produk minyak kelapa.
Kenaikan biaya total rantai pasokan juga cukup besar yaitu sebanyak 24%.
Analisis sensitivitas dilakukan pada unit pengolahan minyak kelapa karena
ketersediaan bahan baku untuk unit pengolahan yang lain tergantung pada

131

penyediaan bahan baku dari unit pengolahan ini. Hasil analisis sensitivitas ini
merupakan salah satu cara validasi untuk model yang dirancang. Kenaikan biaya
total rantai pasokan sebanyak 1% juga terjadi seiring dengan kenaikan rendemen
ini menunjukkan bahwa unit pengolahan minyak kelapa sangat besar pengaruhnya
dalam pengembangan agroindustri kelapa terpadu.
Faktor ketersediaan dan pasokan bahan baku secara kontinyu merupakan
faktor yang sangat dominan di dalam menentukan komoditas pertanian unggulan.
Dukungan pasokan bahan baku secara kontinyu ini dilakukan agar agroindustri
dapat bertahan hidup. Pengalaman menunjukkan banyak perusahaan agroindustri
yang tidak dapat bertahan karena kontinyuitas bahan baku yang tidak terjamin.
Faktor penyebaran lokasi komoditas kelapa menjadi suatu faktor penting.
Komoditas yang lebih terpusat akan memudahkan dalam hal pengumpulan bahan
baku sehingga akan menghemat ongkos transportasi, sedangkan komoditas yang
tersebar akan menyulitkan dalam pengumpulannya sehingga akan menyebabkan
biaya transportasisyang semakin besar. Tanaman kelapa di kabupaten Ciamis
meskipun lokasinya menyebar namun, sentra produksi lebih terfokus ke daerah
selatan (daerah-daerah pantai).
Pola pengadaan bahan baku untuk pabrik menunjukkan keterkaitan antara
usaha tani kecil dengan industri pengolahan kelapa. Pola umum pembelian atau
akumulasi bahan baku kelapa oleh pabrik dilakukan melalui pembelian langsung
ke petani dan melalui pedagang perantara. Jaminan pasokan bahan baku untuk
industri diperoleh dari petani dalam pola ikatan yang berbentuk hubungan
informal. Hubungan ini didasari rasa saling percaya antara kedua belah pihak.
Nilai uang panjar yang diberikan pihak pabrik tergantung pada kemampuan
petani, besarnya sekitar 50% dari nilai pasokan.
Bentuk lain pola ikatan yang dipakai oleh pihak pabrik terhadap petani
kelapa yaitu sistem kontrak. Perjanjian ini berlaku untuk masa beberapa tahun
atau beberapa kali jadwal panen. Ikatan kontrak ini juga umumnya tidak
dituangkan dalam bentuk surat perjanjian formal. Persaingan tidak sehat terjadi
karena adanya ikatan ke petani jauh sebelum panen dilakukan dengan modal yang
dimiliki oleh pedagang besar.

132

Konsep Penerapan Model


Usulan skenario untuk penerapan model meliputi beberapa hal terkait
dengan kondisi masyarakat di sentra penghasil kelapa. Usulan ini berupa konsep
perbaikan yang merupakan penerapan model yang dirancang. Hal ini diharapkan
sejalan dengan kondisi wilayah penghasil kelapa butiran.
Pemberdayaan petani/pekebun selaku pemasok utama bahan baku untuk
agroindustri kelapa terpadu di sentra-sentra penghasil kelapa merupakan hal yang
penting untuk dilakukan. Pemberdayaan merupakan suatu upaya dalam
membangun dan mengembangkan agroindustri kelapa terpadu. Hal ini didasari
suatu kondisi bahwa belum ada agroindustri kelapa yang benar-benar terpadu
yang diusahakan oleh petani/pekebun atau kelompokpetani/pekebun.
Pemberdayaan (empowerment) petani (kelompok tani) merupakan upaya
memfasilitasi petani untuk memanfaatkan potensi dan kreativitas sendiri dalam
upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Pemberdayaan ini
menjadi suatu instrumen inti yang dapat digunakan untuk pengembangan
masyarakat. Oleh sebab itu pemberdayaan petani atau kelompok tani tidak hanya
terbatas pada aspek teknik produksi atau pembudidayaan tanaman saja, namun
juga dalam peningkatan sumber daya manusia dan aspek usaha, baik usaha tani
maupun usaha agroindustri. Pemberdayaan petani kelapa bertujuan untuk:
1. mengembangkan kemampuan petani sehingga dapat mengakses permodalan,
teknologi, berbagai input agroindustri dan pemasaran hasil, termasuk
membuat rencana, memproduksi, mengelola, memasarkan serta melihat setiap
peluang yang ada,
2. memanfaatkan sumber daya secara efisien melalui pengembangan sistem
pertanian berkelanjutan dengan usaha pokok tanaman perkebunan,
3. meningkatkan diversifikasi sumber pendapatan sepanjang tahun,
4. menumbuhkembangkan kelembagaan ekonomi petani yang mampu mewakili
kepentingan petani sehingga dapat meningkatkan posisi tawar dan daya saing
hasil usaha tani, dan
5. meningkatkan daya saing hasil usaha tani dan olahannya
Keterlibatan petani dalam pengusahaan agroindustri kelapa terpadu dapat
berupa keterlibatan selaku pemasok maupun keterlibatan sebagai pemilik sebagian

133

andil dalam pengusahaan agroindustri kelapa terpadu. Keterlibatan seperti ini


lebih tepat agar manajemen agroindustri kelapa terpadu dapat dilakukan lebih
profesional.
Pemberdayaan petani agar model yang dirancang ini dapat diterapkan akan
menyentuh beberapa hal yang terkait dengan posisi petani selaku pemasok utama
bahan baku. Posisi dan peranan petani yang terutama adalah dalam penentuan
harga bahan baku. Petani diharapkan juga mampu melakukan bargaining position
dalam penentuan harga bahan baku, yang selama ini didominasi oleh pedagang
pengumpul. Harga bahan baku diharapkan lebih memadai agar petani dapat
mengembangkan usaha tani menjadi lebih produktif dan efisien sehingga mampu
menjamin kontinyuitas pasokan bahan baku. Petani/pekebun dituntut agar dapat
menghasilkan bahan baku yang memenuhi persyaratan mutu industri dan
konsumen sehingga produksi berkelanjutan.
Berbagai langkah strategis operasional dalam pemberdayaan petani selaku
pelaku dalam rantai pasokan agroindustri kelapa terpadu adalah meliputi:
1. peningkatan produktivitas,
2. diversifikasi/integrasi secara horizontal dan vertikal,
3. penguatan kelembagaan,
4. kemitraan
Langkah strategis operasional tersebut sejalan dengan model yang dirancang.
Upaya untuk minimisasi biaya total rantai pasokan erat kaitannya dengan
pemasokan bahan baku berupa kelapa butiran yang dilakukan oleh petani/pekebun
selaku pemasok utama. Petani/pekebun jangan hanya memasok ke pedagang
pengumpul namun harus berperan langsung dalam agroindustri kelapa terpadu.
Peningkatan produktivitas yang seharusnya dilakukan oleh petani
dimaksudkan agar dapat menjamin kontinyuitas sejalan dengan kebutuhan bahan
baku yang juga meningkat sebagai dampak produksi berbagai produk olehan
kelapa yang semakin diminati pasar. Diversifikasi/integrasi secara horizontal
berupa keberlangsungan jaringan pasokan dari bahan baku hingga menjadi produk
olahan

primer

dan

produk

olahan

turunan

lain

yang

lebih

hilir.

Diversifikasi/integrasi secara vertikal berupa jaringan keterkaitan pemasokan


bahan baku untuk produk-produk primer olahan kelapa. Penguatan kelembagaan

134

berupa kelembagaan petani selaku pemasok ataupun petani selaku pemilik usaha
agroindustri baik dalam bentuk koperasi ataupun bentuk-bentuk yang lain. Jalinan
kemitraan sebagai salah satu langkah strategis operasional dalam implementasi
model dimaksudkan berupa jalinan kemitraan dengan lembaga yang lain selaku
pemodal ataupun kemitraan dengan industri sejenis milik swasta dan industri lain
selaku pasar/pembeli hasil usaha atau hasil produksi.
Petani sudah selayaknya memperoleh beberapa hal yang terkait informasi
pasar untuk produk yang dihasilkan. Informasi pasar merupakan salah satu
kebutuhan penting petani maupun agroindustri pengolah kelapa. Jenis informasi
pasar yang dibutuhkan dapat mencakup :
1.

Waktu pemasaran yang tepat agar memperoleh harga yang tepat

2.

Jumlah yang tepat sesuai kebutuhan permintaan/pasar

3.

Kualitas sesuai permintaan pasar/konsumen


Pengembangan berbagai unit pengolahan dalam bentuk agroindustri

kelapa terpadu untuk Kabupaten Ciamis dapat berupa unit-unit pengolahan dalam
lingkup lokasi yang berdekatan namun masih terkoordinasi karena adanya
keterkaitan pasokan bahan baku dan jaringan pemasaran produk. Hal ini
mengingat bahan baku dari unit-unit pengolahan yang diusahakan berupa kelapa
butiran dengan keseluruhan bagian dari komponen-komponennya yang dapat
dimanfaatkan berdasarkan konsep zero waste.

135

Anda mungkin juga menyukai