Anda di halaman 1dari 35

PENGERTIAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)

3GPP Long Term Evolution atau yang biasa disingkat LTE adalah sebuah standar
komunikasi akses data nirkabel tingkat tinggi yang berbasis pada jaringan GSM/EDGE dan
UMTS/HSPA. Jaringan antarmuka-nya tidak cocok dengan jaringan 2G dan 3G, sehingga
harus dioperasikan melalui spektrum nirkabel yang terpisah. Teknologi ini mampu download
sampai dengan tingkat 300mbps dan upload 75mbps. Layanan LTE pertama kali diadopsi
oleh operator seluler TeliaSonera di Stockholm dan Oslo pada tanggal 14 desember 2009.
Perkembangan telekomunikasi menurut standar 3GPP (third generation partnership
project) terlihat pada Gambar 3

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa LTE merupakan evolusi dari jaringan seluler yang
dipersiapkan untuk teknologi 4G. Adapun tujuan pengembangan teknologi pada 3GPP adalah
sebagai berikut:
1. Kebutuhan akan pengembangan jaringan 3G dalam waktu yang akan datang.
2. Kebutuhan pelanggan akan kecepatan data yang tinggi dan quality of service (QOS).
3. Pengembangan teknologi packet switching.
4. Mengurangi biaya operasional karena arsitektur jaringan yang sederhana.

Sejarah Perkembangan Sebelum Jaringan 4G di Indonesia

Jaringan terbaru untuk saat ini adalah jaringan 4G, yaitu generasi keempat dari teknologi
telepon seluler. Jaringan 4G sendiri hadir di Indonesia pertama kali tahun 2010 yang
diluncurkan oleh PT. FirstMedia dengan merek Sitra WiMAX.
Sebelum adanya jaringan 4G di Indonesia, terdapat berbagai macam jaringan yaitu generasi
pertama yaitu 1G. Pada generasi ini masih menggunakan sistem analog dengan kecepatan
rendah dan suara sebagai objek utama.
Setelah generasi pertama, munculah generasi kedua yaitu 2G. Teknologi 2G merupakan
telekomunikasi selular yang diluncurkan secara komersial pada jaringan GSM standar di
Finlandia pada tahun 1991. Berbeda dengan generasi pertama, pada 2G sudah menggunakan
sistem digital.
Pada generasi kedua mempunyai 2 macam standar suara digital, yaitu GSM dan CDMA.
Untuk GSM menggunakan sistem TDMA (Time Division Multiple Access) yang mampu
mengirimkan panggilan sampai 8 saluran di pita 900 dan 1800 MHz.
Untuk CDMA sendiri adalah singkatan dari (Code Division Multiple Access) yang mampu
mengirimkan sinyal panggilan sampai 16 saluran di pita frekuensi 800 MHz. Setelah itu
muncul teknologi generasi ketiga atau 3G. Teknologi 3G sering disebut dengan Mobile
Broadband karena keunggulannya bisa digunakan sebagai modem untuk internet.

Generasi 3G terbagi menjadi 2 standar yaitu W-CDMA atau biasa dikenal dengan UMTS dan
CDMA 2000 (1x dan EV-DO). Tekonologi 3G adalah suatu terobosan dalam pengiriman
paket data yang memungkinkan para pengguna menerapkan berbagai aplikasi jaringan.
Karena teknologi 3G dianggap belum sempurna, maka teknologi 3,5 G muncul. Teknologi ini
merupakan penyempurnaan dari teknologi 3G yang memiliki keterbatasan. Teknologi 3,5G
mengalapi peningkatan transfer daya yang lebih tinggi dibandingkan teknologi 3G.
Dengan menggunakan teknologi 3,5G ini para pengguna dapat mengakses internet dan
bertukar data video. Teknologi 3,5G berbasis HSDPA (High-Speed Downlink Packet Access).
Teknologi ini mampu mengirim data hinggi berkecapatan sepuluh kali lipat dari kecepatan
3G.
Setelah jaringan 4G pertama kali muncul di Indonesia yang diusung oleh PT. FirstMedia
dengan merek Sitra WiMAX, tepatnya tanggal 1 April 2014 Telkomsel
mengimplementasikan teknologi 4G LTE.
Pada layanan 4G LTE menawarkan theoretical download speed antara 75 100 Mbps dan
typical download speed yang berkisar antara 3 12 Mbps. Dengan kecepatan seperti
ini, akses mobile internet akan lebih cepat tiga kali lipat dibandingkan layanan 3G. Apa
Anda sudah tidak sabar ingin menggunakan layanan 4G LTE?

Arsitektur Long Term Evolution


Arsitektur jaringan LTE dirancang untuk tujuan mendukung trafik packet switching
dengan mobilitas tinggi, quality of service(QOS), dan latency yang kecil. Pendekatan packet
switching ini memperbolehkan semua layanan termasuk layanan voice menggunakan koneksi
paket. Oleh karena itu pada arsitektur jaringan LTE dirancang sesederhana mungkin, yaitu
hanya terdiri dari dua node yaitu eNodeB dan mobility management entity/gateway
(MME/GW). Hal ini sangat berbeda dengan arsitektur teknologi GSM dan UMTS yang
memiliki struktur lebih kompleks dengan adanya radio network controller (RNC). Beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh dengan hanya adanya single node pada jaringan akses
adalah pengurangan latency dan distribusi beban proses RNC untuk beberapa eNodeB.
Pengeliminasian RNC pada jaringan akses memungkinkan karena LTE tidak mendukung soft
handover. Arsitektur dasar jaringan LTE dapat dilihat pada Gambar 4.

Arsitektur jaringan LTE

Semua interface jaringan pada LTE adalah berbasis internet protocol (IP). eNodeB
saling terkoneksi dengan interface X2 dan terhubung dengan MME/SGW melalui interface
S1 seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4. Pada LTE terdapat 2 logical gateway, yaitu
serving gateway (S-GW) dan packet data network gateway (P-GW). S-GW bertugas untuk
melanjutkan dan menerima paket ke dan dari eNodeB yang melayani user equipment (UE).
P-GW menyediakan interface dengan jaringan packet data network (PDN), seperti internet
dan IMS. Selain itu PGW juga melakukan beberapa fungsi lainnya, seperti alokasi alamat,
packet filtering, dan routing. Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa E-UTRAN sangat
fleksibel. Satu eNodeB dapat berhubungan dengan MME/UPE yang manapun, tidak seperti
NodeB yang hanya dapat berhubungan dengan satu RNC. Sedangkan arsitektur lengkap LTE
ada pada dibawah ini:
a. eNodeB
Jaringan akses pada LTE terdiri dari satu elemen, yaitu eNodeB. eNodeB (eNB) merupakan
interface dengan UE (User Equipment). eNodeB berfungsi untuk Radio Resurce Management
(RRM) dan sebagai transceiver. Sebagai RRM, fungsi eNodeB adalah untuk mengontrol dan
mengawasi pengiriman sinyal yang dibawa oleh sinyal radio, berperan dalam autentikasi atau
mengontrol kelayakan data yang akan melewati eNodeB, dan untuk mengatur scheduling.

b. Mobility Management Entity (MME)


MME dapat dianalogikan sebagai MSC pada jaringan GSM. MME adalah node-kontrol
utama pada jaringan akses LTE. Ia bertanggung jawab untuk prosedur paging untuk idlemode
UE termasuk retransmisi. MME juga bertanggung jawab dalam prosesaktivasi/deaktivasi dan
autentikasi user (dengan bantuan HSS). MME juga berfungsi untuk mengatur handover, yaitu
memilih MME lain untuk handover dengan MME lain, atau memilih SGSN untuk handover
dengan jaringan akses 2G/3G

c. Serving Gateway (SGW)


SGW terdiri dari dua bagian, yaitu 3GPP Anchor dan SAE Anchor. 3GPP Anchor berfungsi
sebagai gateway paket data yang berasal dari jaringan 3GPP, sedangkan SAE Anchor
berfungsi sebagai gateway jaringan non-3GPP. SGW merutekan dan memforward paket
datauser, sambil juga berfungsi sebagai mobility anchor saat handover antar eNodeB dan
untuk menghubungkan LTE dengan jaringan lain yang sudah ada.
d. Home Subscriber Server (HSS)
HSS adalah database utama yang ada pada jaringan LTE. HSS adalah sebuah super HLR
yang mengkombinasikan fungsi HLR sebagai database dan AuC sebagai autentikasi.
Teknik Akses
Pada LTE teknik akses yang digunakan pada transmisi dalam arah downlink
dan uplink berbeda. Arah downlink adalah arah komunikasi dari eNodeB ke
UE, sementara arah uplink adalah arah dari UE menuju eNodeB seperti yang
ditunjukkan pada Gambar Pada arah downlink teknik akses yang digunakan
adalah orthogonal frequency division modulation access (OFDMA) dan pada
arah uplink teknik akses yang digunakan adalah single carrier frequency
division multiple access (SC-FDMA). OFDMA adalah variasi dari orthogonal
frequency division modulation (OFDM).

Pada teknik OFDM setiap subcarrier adalah orthogonal sehingga akan


menghemat spektrum frekuensi dan setiap subcarrier tidak akan saling,

mempengaruhi . Akan tetapi salah satu kelemahan teknik akses ini adalah
tingginya peak average power ratio (PAPR) yang dibutuhkan. Tingginya PAPR
dalam OFDM membuat 3GPP melihat skema teknik akses yang berbeda pada
arah uplink karena akan sangat mempengaruhi konsumsi daya pada UE
sehingga pada arah uplink LTE menggunakan teknik SC-FDMA. SC-FDMA
dipilih karena teknik ini mengkombinasikan keunggulan PAPR yang rendah
dengan daya tahan terhadap gangguan lintasan jamak dan alokasi frekuensi
yang fleksibel dari OFDMA [2][20].
Mode Akses Radio
Pada komunikasi seluler sangat penting untuk mempertimbangkan
kemampuan jaringan untuk melakukan komunikasi dalam dua arah secara
simultan atau dikenal dengan istilah komunikasi full duplex. Oleh karena itu
untuk dapat melakukan komunikasi dua arah secara simultan, maka
dibutuhkan suatu teknik duplex. Pada umumnya terdapat dua teknik duplex
yang biasanya digunakan, yaitu frequency division duplex (FDD) dan time
division duplex (TDD). FDD merupakan teknik duplex yang menggunakan dua
frekuensi yang berbeda untuk melakukan komunikasi dalam dua arah.
Dengan menggunakan FDD dimungkinkan untuk mengirim dan menerima
sinyal secara simultan dengan frekuensi yang berbeda-beda. Dengan teknik
ini dibutuhkan guard frequency untuk memisahkan frekuensi pengiriman dan
penerimaan secara simultan, serta dibutuhkan proses filtering frekuensi yang
harus akurat. Sedangkan TDD menggunakan frekuensi tunggal dan frekuensi
tersebut digunakan oleh semua kanal untuk melakukan pengiriman dan
penerimaan data. Setiap kanal tersebut di-multiplexing dengan
menggunakan basis waktu sehingga setiap kanal memiliki time slot yang
berbeda [24]. Perbedaan teknik FDD dan TDD dapat dilihat pada Gambar

Pada Gambar dapat dilihat bahwa dalam teknik FDD lebih banyak menggunakan spektrum
frekuensi yang tersedia. FDD lebih unggul dalam menangani latency dibandingkan TDD karena
kanal harus lebih lama menunggu waktu pemprosesan dalam multiplexing.
Interface radio LTE mendukung frequency divison duplex dan time divison
duplex (TDD), yang masing-masing memiliki struktur frame yang berbedabeda. Pada LTE terdapat 15 band operasi FDD dan 8 band operasi TDD pada
LTE. LTE juga dapat menggunakan fasilitas half-duplex FDD yang mengizinkan
sharing hardware di antara uplink dan downlink dimana koneksi uplink dan
downlink tidak digunakan secara simultan. LTE dapat menggunakan kembali
semua band frekuensi yang digunakan pada UMTS.
Konfigurasi Antena Pada LTE
Pada LTE terdapat beberapa konfigurasi antena yang digunakan untuk
mengoptimasikan kinerja pada arah downlink dalam kondisi link radio yang
bervariasi. Konfigurasi ini mengkombinasikan jumlah antenna, baik dibagian
pengirim maupun di penerima sesuai dengan tujuan sistem jaringan yang
diinginkan, seperti untuk memperbaiki kinerja penerimaan sinyal pada
kondisi link radio yang buruk [3][21].
Single Input Multiple Output (SIMO)
Pada konfigurasi ini hanya digunakan satu buah antena pada ENodeB dan
user equipment (UE) harus memiliki minimal dua antena penerima seperti
yang ditunjukkan pada Gambar Konfigurasi ini disebut single input multiple
output (SIMO) atau receive diversity. Konfigurasi ini diimplementasikan
menggunakan teknik maximum ratio combining (MRC) pada aliran data yang
diterima untuk memperbaiki SNR pada kondisi propagasi yang buruk,

sehingga sinyal yang akan diproses selanjutnya adalah sinyal dengan kualitas
SNR terbaik.

Multiple Input Single Ouput (MISO)


Pada mode ini jumlah antena yang digunakan pada sisi penerima lebih dari
satu seperti yang ditunjukkan pada Gambar. Konfigurasi Antena ini digunakan
untuk skema transmit diversity dan tipe beam forming yang berbeda. Tujuan
utama beam forming adalah untuk memperbaiki SNR dan tentunya
memperbaiki kapasitas sistem dan daerah layanan

Multiple Input Multiple Output (MIMO)


Teknik ini menggunakan antena lebih dari satu, baik di penerima maupun di
pengirim. Teknik ini dapat digunakan untuk meningkatkan bit rate dan
perbaikan BER. Transmisi dengan teknik MIMO mendukung konfigurasi dua
atau empat antena pengirim dan dua atau empat antena penerima.
Konfigurasi MIMO yang mungkin pada arah downlink adalah MIMO 2x2,
MIMO2x4, MIMO 4x2, dan MIMO 4x4. Akan tetapi UE dengan 4 antena
penerima yang dibutuhkan untuk konfigurasi MIMO 4x4 hingga saat ini masih
belum diimplementasikan

Pada umumnya teknik MIMO terdiri atas teknik spatial multiplexing dan
transmit diversity seperti yang ditunjukkan pada Gambar. Teknik spatial
multiplexing mengirimkan data yang berbeda pada masing-masing antena
pemancar, seperti yang ditunjukkan pada Gambar (a), sedangkan teknik
transmit diversity mengirimkan data yang sama pada masing-masing antena
pemancar seperti yang ditunjukkan pada Gambar (b). Masing-masing teknik
ini memiliki keuntungan tersendiri tergantung dari skenario yang ada.
Misalnya, pada beban jaringan yang tinggi atau pada tepi sel, teknik spatial
multiplexing keuntungan yang terbatas karena pada kondisi ini kondisi SNR
cukup buruk. Sebaliknya teknik transmit diversity seharusnya digunakan
untuk memperbaiki SNR dengan beamforming. Selanjutnya pada skenario
dimana kondisi SNR tinggi, misalnya pada sel yang kecil, maka spatial
multiplexing lebih baik digunakan untuk memberikan bit rate yang tinggi.
Adaptive Modulation coding (AMC)
LTE menggunakan modulasi dan pengkodean adaptif AMC untuk memperbaiki
throughput. Teknik ini memvariasikan teknik modulasi dan pengkodean yang digunakan sesuai

dengan kondisi kanal dari masing-masing user. Apabila kondisi link baik, LTE akan
menggunakan teknik modulasi tingkat tinggi (lebih banyak bit/simbol), dimana akan
meningkatkan kapasitas dan bit rate jaringan. Sebaliknya ketika kondisi kanal buruk misalnya
akibat fading, maka LTE dapat merubahnya ke teknik modulasi tingkat lebih rendah untuk
menjaga link margin radio yang sudah ditetapkan. Pada LTE digunakan 3 jenis modulasi, yaitu
QPSK, 16- QAM, dan 64- QAM.
Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM)
OFDM atau singkatan dari orthogonal frequency division multiplexing merupakan metode
modulasi multicarrier yang telah berhasil dikembangkan pada teknologi wireline, seperti digital
subscriber line (DSL). OFDM adalah teknologi yang sangat tepat digunakan untuk lingkungan
komunikasi mobile untuk bit rate yang tinggi. OFDM membagi aliran data seri dengan laju yang
tinggi menjadi aliran data paralel dengan laju data yang rendah dan masing-masing laju data
tersebut dimodulasi dengan carrier yang berbeda-beda. Durasi simbol sumber dari suatu data
serial akan dikonversikan ke bentuk paralel menjadi durasi simbol OFDM yang dinyatakan
seperti pada persamaan

Dimana N adalah jumlah subcarrier, Ts adalah periode simbol OFDM, dan Td periode simbol
sumber.
OFDM merupakan teknik pengembangan dari frequency division multiplexing (FDM).
Pada teknik FDM, subcarrier ini dibuat tidak saling overlapping seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.8. Sedangkan pada OFDM setiap subcarrier memiliki frekuensi orthogonal sehingga
memungkinkan kedua subcarrier saling overlap dan sangat menghemat spektrum frekuensi
seperti yang ditunjukkan pada Gambar

Pada Gambar dapat dilihat bahwa OFDM menghindari rugi-rugi atau


efisiensi bandwidth karena tidak ada jarak bandwidth di antara subcarrier dan
hal ini memberikan keuntungan yang besar untuk teknik OFDM dibandingkan

dengan teknik lainnya.

Pada Gambar dapat dilihat bahwa jarak setiap frekuensi subcarrier agar
orthogonal minimal harus dipisahkan sejauh 1/Ts dan dapat dinyatakan pada
persamaan

Orthogonal
matematis

antara

mengandung
frekuensi

subcarrier.

Hubungan

arti

hubungan

matematis

dari

orthogonalitas

dari

subcarrier

dituliskan seperti

pada

persamaan

berikut

Misalkan terdapat dua buah subcarrier yang diwakilkan


dengan persamaan maka subcarrier tersebut dikatakan orthogonal jika
perkalian dari periode dasar bersama mereka adalah nol seperti pada
persamaan

Sinyal yang ditransmisikan Xk dapat diterima kembali pada receiver dengan


menggunakan teknik korelasi sesuai dengan persamaan

Salah satu masalah pada komunikasi bergerak adalah adanya intersymbol interference
(ISI) akibat adanya peristiwa multipath. Keuntungan utama dari OFDM adalah periode simbol
OFDM lebih besar karena kecepatan transmisi di tiap subcarrier lebih rendah, sehingga
kesensitifan terhadap peristiwa delay spread (Penyebaran sinyal yang tertunda) menjadi sangat
berkurang. Hal ini akan menjadikan teknik OFDM dapat mengurangi pengaruh ISI. Selain itu
Guard interval juga dapat disisipkan di antara simbol-simbol OFDM. Apabila guard interval
lebih besar dari lebar waktu tunda multipath maka ISI akan dapat dihilangkan.
Pada umumnya kanal multipath memiliki suatu bandwidth, dimana variasi kanalnya yang
relatif sama. Bandwidth ini dinamakan coherence bandwidth. Ketika sinyal-sinyal ditransmisikan
melalui suatu kanal, apabila coherence bandwidth lebih kecil dibandingkan dengan bandwidth
sinyal yang ditransmisikan, kanal tersebut disebut frequency selective channel. Pada kasus ini,
sinyal tersebut akan terdistorsi atau mengalami pelemahan daya secara tidak seragam pada
beberapa frekuensi tertentu. Sebaliknya jika coherence bandwidth lebih besar dibandingkan
dengan bandwidth sinyal yang ditransmisikan, kanal tersebut disebut frequency non selective atau
flat channel. Kanal ini akan mengakibatkan pelemahan daya secara seragam. Pelemahan daya
akibat flat channel lebih mudah dikendalikan, sehingga kinerja sistem dapat ditingkatkan.
Teknologi OFDM dapat mengubah frequency selective menjadi flat channel, karena transmisi
menggunakan subcarrier dengan jumlah yang banyak sehingga kecepatan di setiap subcarrier
sangat rendah dan bandwidth di setiap subcarrier sangat sempit dan lebih kecil dari coherence
bandwidth

Sistem Tranceiver OFDM

Prinsip kerja teknik OFDM adalah membagi deretan data serial laju yang tinggi ke dalam
sejumlah deretan data paralel dengan laju yang lebih rendah dan kemudian ditransmisikan

menggunakan subcarrier yang saling orthogonal. Adapun diagram blok dari tranceiver OFDM
ditunjukkan oleh Gambar ini
Sistem Transceiver OFDM

Pada Gambar dapat dilihat bahwa proses yang terjadi pada tranceiver meliputi proses serial to
parallel converter, modulasi, IFFT, penambahan cyclic prefix (CP), serta proses parallel to serial
converter, pemindahan cyclic prefix (CP), serial to parallel converter, FFT, demodulator, dan
parallel to serial converter.
Transmiter OFDM
Gambar dibawah menunjukkan blok transmiter OFDM. Dari Gambar tersebut dapat dilihat
bahwa proses yang terjadi pada transmitter, yaitu serial to parallel converter, modulasi, inverse
fast fourier transform (IFFT), penambahan cyclic prefix (CP), serta proses parallel to serial
converter

Transmitter OFDM
Data yang masuk dengan kecepatan R pada serial to parallel converter akan memiliki kecepatan
R / Nc pada setiap jalur paralel, dimana Nc adalah jumlah jalur paralel atau subcarrier. Misalkan
data yang masuk adalah [ X(0), X(1),....,X(N-1) ], maka data tersebut akan dipisahkan menjadi
beberapa bagian, yaitu X(0), X(1),...., X(N-1). Kemudian data tersebut dimodulasi dengan

subcarrier yang berbeda-beda dengan masing-masing subcarrier dipisahkan sejauh f, maka


sinyal termodulasi dinyatakan pada persamaan

Dimana
yang

X(k)

adalah simbol paralel

dikirim

pada subcarrier ke-k

yang dimodulasi dengan seperti yang ditunjukkan pada Gambar

Proses konversi serial to parallel dan modulasi


Setiap subcarrier memiliki frekuensi seperti pada persamaan

Kemudian sinyal hasil modulasi dimasukkan dalam blok IFFT untuk mengubah sinyal dalam
domain frekuensi ke dalam sinyal domain waktu yang menghasilkan sinyal keluaran IFFT. Hal
ini dilakukan dengan melakukan sampling pada persamaan S(t) dengan menggunakan kecepatan
sampling

1/Td

seperti

pada

persamaan

Selanjutnya sinyal ini dikonversikan kembali ke serial dengan menggunakan parallel to serial
converter

Receiver OFDM

Gambar dibawah ini menunjukkan diagram blok receiver OFDM. Dari Gambar tersebut dapat
dilihat bahwa proses yang terjadi pada receiver, meliputi pembuangan cyclic prefix (CP), serial to
paralel converter, fast fourier transform (FFT), demodulasi, serta proses parallel to serial
converter.

Sistem receiver OFDM


Sinyal keluaran dari FFT dan demodulator dapat ditulis seperti pada persamaan

dimana N0 adalah noise dan N adalah jumlah subcarrier. Apabila tidak ada noise pada kanal, maka
persamaan menjadi seperti pada persamaan

Kanal AWGN
Kanal AWGN merupakan kanal ideal yang memiliki bandwidth tidak terbatas dan respon
frekuensinya tetap untuk segala frekuensi sehingga tidak menimbulkan distorsi atau perubahan
sinyal yang dikirimkan. Kanal ini memiliki white noise dengan kerapatan spektrum yang tetap
dan amplitudo terdistribusi Gaussian. Kanal ini tidak melibatkan pengaruh fading, interferensi,
ketidaklineran kanal atau dispersi . White noise ini berasal dari berbagai sumber, seperti thermal
noise atom dalam konduktor, shot noise, radiasi bumi atau objek lainnya, serta panas matahari .
Apabila sinyal s(t) dikirimkan melewati kanal AWGN n(t), maka sinyal yang tiba di
penerima r(t) dapat dituliskan seperti pada persamaan

White noise memiliki kerapatan noise yang sama untuk setiap frekuensi seperti Gambar 2.14 dan
dapat dituliskan seperti pada persamaan

Dimana No adalah konstanta dan sering disebut kerapatan daya noise

Fungsi kerapatan daya AWGN

Pola kemunculan noise AWGN dianggap terdistribusi Gaussian dengan nilai rata-rata ()
adalah nol dan variansi tergantung dari rapat daya yang diperkirakan dari noise tersebut seperti
pada Gambar 2.14. Fungsi kerapatan probabilitas dapat ditunjukkan persamaan

2 = N0/2 dan No= kTB , sehingga 2 = kTB/2 .


Dimana : f(x) = Fungsi kepadatan probabilitas
2 = Variansi
= rataan (mean), nilainya 0
x = variabel (tegangan atau daya sinyal)
k = konstanta Boltzman (1,38 x 10-23 JK-1)
T = Temperatur (Kelvin)
B = Bandwidth (Hz)

Modulasi dan Teknik Modulasi Adaptif


Pada LTE dengan Teknik modulasi Adaptif yang mampu menyesuaikan jenis modulasi sesuai
dengan kondisi link saat itu. Modulasi yang dapat digunakan, yaitu QPSK, 16-QAM, dan 64QAM
Modulasi
Modulasi adalah proses pengkodean informasi dari sumber pesan dengan cara yang sesuai dengan
proses transmisi. Pada modulasi digunakan sinyal carrier yang yang memiliki nilai frekuensi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai frekuensi sinyal pesan. Sinyal pesan disebut sebagai
sinyal pemodulasi dan sinyal carrier disebut sinyal termodulasi. Pada umumnya modulasi dapat
dilakukan dengan mengubah-ubah amplitudo, fasa, atau frekuensi dari sinyal carrier sesuai
dengan amplitudo sinyal pesan [10]. Akan tetapi pada perkembangannya teknik modulasi sudah
dapat mengkombinasikan perubahan amplitudo, fasa, dan frekuensi dalam suatu teknik modulasi.
Adapun jenis-jenis modulasi yang digunakan pada teknologi LTE dalam arah downlink adalah
QPSK, 16-QAM, dan 64-QAM. Perbedaan bit rate dan jumlah bit per simbol modulasi pada LTE
ditunjukkan pada Tabel

Pada Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa modulasi 64-QAM memiliki jumlah bit untuk
membentuk satu simbol dibandingkan dengan modulasi lainnya sehingga memiliki bitrate tiga
kali lebih cepat dibandingkan dengan bit rate QPSK dan dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan bitrate 16-QAM.
Quadrature Phase Shift Keying (QPSK)
Teknik modulasi QPSK merupakan teknik modulasi pemetaan fasa yang mentransmisikan
2 bit pada setiap simbolnya sehingga teknik modulasi ini memiliki esifiensi bandwidth dua kali
lebih baik dibandingkan BPSK. Sinyal QPSK untuk keadaan setiap simbol ditunjukkan oleh
persamaan

Dimana Ts adalah durasi dari simbol dan nilainya dua kali periode bit dan adalah energi sinyal.
Dengan menggunakan rumus trigonometri, persamaan di atas dapat dituliskan seperti persamaan

Karena sinyal QPSK dihasilkan oleh dua sinyal sinyal BPSK, maka untuk membedakan kedua
sinyal tersebut digunakan dua sinyal carrier yang saling orthogonal, yaitu gelombang sinus dan
cosinus dan dirumuskan pada persamaan 2.16 dan persamaan

Kemudian subtitusi persamaan 2.16 dan 2.17 ke persamaan 2.15, sehingga persamaan sinyal
QPSK dengan 4 keadaan dapat dinyatakan dengan persamaan

Modulator QPSK
Pada Gambar ditunjukkan skema modulator QPSK dan dapat dilihat bahwa sinyal input data
terlebih dahulu dikonversikan ke bentuk paralel dengan masing-masing terdiri atas 2 bit,
kemudian sinyal tersebut melalui low pass filter (LPF) dan selanjutnya melalui osilator lokal
dengan frekuensi sinyal carrier berbeda fasa 90 .
Karena dalam satu simbol terdapat 2 bit, maka kemungkinan terdiri 4 kombinasi bit yang
membentuk 1 simbol, yaitu 00, 01, 10, 11. Adapun Pemetaan bit tersebut ditunjukkan pada Tabel

Pemetaan bit pada modulasi QPSK

Secara konstelasi sinyal QPSK dapat direpresentasikan menggunakan dua dimensi diagram
kontelasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar

Konstelasi sinyal QPSK


Quadratute Amplitude Modulation (QAM)
Pada modulasi M-QAM, amplitudo dari sinyal yang ditransmisikan dijaga tetap konstan. Dengan
membuat amplitudo dan fasa berubah-ubah, suatu teknik modulasi quadrature amplitude
modulation (QAM) diperoleh. Bentuk umum sinyal M-QAM ditunjukkan oleh persamaan

Dimana Emin adalah energi dari sinyal pada amplitudo terendah dan ai,bi adalah bilangan integer
yang dipilih sesuai dengan letak titik sinyal. Nilai (a i, bi ) minimum adalah (1,1), dimana i =
1,2, , M. ai, bi adalah elemen dari matriks L x L dengan L = seperti yang ditunjukkan pada
persamaan

Misalkan untuk 16-QAM (M = 4), maka matriks L x L dapat dituliskan seperti pada persamaan

Konstelasi sinyal 16-QAM dan 64-QAM

Konstelasi sinyal 16-QAM (a) dan 64-QAM (b)

Pada Gambar dapat dilihat bahwa pada modulasi 16-QAM terdapat 16 simbol yang berbeda
dengan masing-masing simbol terdiri atas 4 bit. Sementara untuk 64-QAM terdapat 64 simbol
yang berbeda dengan masing-masing simbol terdiri atas 6 bit. Pada modulasi M- QAM, alphabet

yang digunakan memenuhi persamaan

dimana m { 1, ..., }. Maka dapat ditentukan besar alphabet

dari modulasi 16-QAM dan 64-

QAM dinyatakan seperti pada persamaan 2.23 dan persamaan 2.24

Jadi total energi pada konstelasi M-QAM dapat dirumuskan seperti pada persamaan

Masing masing alphabet digunakan kali pada konstelasi sehingga untuk mendapatkan energi ratarata dari konstelasi simbol dapat dituliskan seperti pada persamaan

Teknik Modulasi Adaptif

Sistem modulasi adaptif melakukan perubahan jenis modulasi sesuai dengan kondisi link
radio saat itu. Misalkan, saat kondisi link radio baik, maka akan meningkatkan nilai SNR
sehingga dapat digunakan teknik modulasi yang menghasilkan bit rate tertinggi dengan BER

yang rendah. Saat link radio buruk akan menurunkan nilai SNR sehingga memaksa penggunaan
teknik modulasi dengan bit rate yang lebih rendah untuk mempertahankan reabilitas link. Ketika
kondisi link baik maka modulasi 64-QAM akan dipilih untuk digunakan daripada modulasi
QPSK karena memiliki bit rate lebih cepat. Kondisi ini diperlihatkan pada Gambar 2.18. Pada
Gambar tersebut dapat dilihat bahwa semakin dekat daerah layanan dengan antena pengirim,
maka digunakan modulasi dengan level lebih tinggi sehingga digunakan bit rate yang lebih
tinggi. Modulasi adaptif memungkinkan adanya efisiensi spektrum dan kekebalan transmisi pada
kondisi kanal yang bervariasi terhadap waktu

Penggunaa

modulasi adaptif pada

kondisi link radio

yang berbeda

Pada

teknik modulasi adaptif

receiver akan mengirimkan channel quality indicator (CQI) berisi level SNR kepada transmitter
dan nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai threshold SNR dan standar BER yang
ditetapkan sebelumnya sehingga pengirim akan memutuskan untuk mengubah jenis modulasi
pada transmisi berikutnya sesuai dengan informasi yang diterimanya dari penerima.
Teknik Transmisi Antena MIMO

MIMO adalah antena cerdas yang menggunakan antena lebih dari satu, baik pada sisi
transmitter ataupun receiver untuk memperbaiki kinerja komunikasi link radio seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.19. Teknologi MIMO sudah diimplementasikan pada standar
teknologi komunikasi wireless seperti 3GPP LTE atau wimax karena teknologi ini menawarkan
peningkatan throughput data secara signifikan dan jangkauan link tanpa penambahan bandwidth
atau daya pancar. Teknologi ini memberikan efisiensi spektrum dan reabilitas link yang tinggi
karena dapat mengurangi pengaruh fading [7]. Dengan Antena MIMO, maka interferensi yang

sering mengganggu pada komunikasi seluler dapat ditekan sehingga dapat menaikkan signal to
noise ratio (SNR). Selain itu kombinasi teknik OFDM dan MIMO atau MIMO-OFDM telah
memberikan efisiensi spektrum yang tinggi karena OFDM membagi data serial dengan frekuensi
tinggi menjadi data paralel dengan laju rendah yang dimodulasi menggunakan subcarriersubcarrier dengan frekuensi yang orthogonal.

Antenna MIMO 3x3

MIMO dapat
dua

bagian,

yaitu

diversity dan spatial

dibagi kedalam
teknik transmit
multiplexing

dan pemilihan ini tergantung pada kondisi kanal. Transmit diversity meningkatkan coverage dan
quality of service (QOS) karena mengirimkan aliran data yang sama ke penerima, sedangkan
spatial multiplexing meningkatkan efisiensi spektrum karena mengirimkan aliran data secara
independen dan terpisah pada masing-masing antena .
Mode Operasi MIMO terdiri atas dua jenis, yaitu open loop dan closed loop. Pada
MIMO-open loop system hanya mengetahui channel state information (CSI) pada sisi penerima,
sedangkan MIMO-closed loop sudah mengetahui CSI pada sisi transmitter yang dapat digunakan
untuk memperbaiki throughput dan reabilitas dari sistem. Teknik open loop pada spatial
multiplexing menerapkan strategi pendeteksian pada sisi penerima secara linear, seperti zero
forcing (ZF) dan minimum mean square error (MMSE), atau secara nonlinear, misalnya
maximum likehood (ML), successive interference cancellation (SIC) atau parallel interference
cancellation (PIC). Sementara Untuk teknik transmit diversity, misalnya space time block coding
(STBC) dan space frequency block coding (SFBC). Teknik STBC yang cukup popular saat ini
adalah teknik yang diperkenalkan alamouti dan selanjutnya dikembangkan menjadi teknik
orthogonal space time block coding (OSTBC) untuk jumlah antena pemancar di transmitter lebih
dari dua

Space Frequency Block Coding (SFBC)


Teknik transmit diversity dimplementasikan dengan menggunakan space frequency block
coding (SFBC) dan space time block coding (STBC). SFBC hampir memiliki kesamaan dengan
teknik space time block coding (STBC) yang dikenal dengan alamouti code. Akan tetapi
perbedaannya terletak pada domainnya, dimana SFBC berada pada domain frekuensi, sedangkan
STBC berada dalam domain waktu . STBC digunakan pada UMTS, tetapi pada LTE jumlah
simbol OFDM pada suatu subframe selalu berjumlah ganjil, sementara STBC menggunakan
pasangan-pasangan simbol yang berpasangan pada domain waktu. Oleh karena itu teknik STBC
tidak digunakan pada teknologi LTE .
Simbol-simbol yang ditransmisikan dari dua antena pengirim pada subcarrier yang
berdekatan pada teknik SFBC dapat dituliskan sebagai berikut :

Proses pengkodean SFBC dengan dua antenna pengirim

Pada Gambar 2.20 dapat dilihat bahwa sinyal yang sama dikirimkan pada kedua antena
kemudian dipancarkan melewati antena yang berbeda. Sinyal yang dipancarkan oleh kedua
antena tersebut melewati lintasan yang berbeda dan diasumsikan terdapat bahwa kanal adalah
kanal fading, maka persamaan matematis dapat dituliskan seperti pada persamaan 2.27 dan 2.28

Sinyal yang diterima pada penerima dinyatakan seperti pada persamaan 2.29

Subtitusikan persamaan 2.27 dan 2.28 ke persamaan 2.29

Dimana N0 dan N1 adalah noise AWGN, H adalah matriks kanal MIMO, dan Y0 ,Y1
merupakan sinyal yang diterima pada frekuensi yang berbeda. Kemudian kedua sinyal tersebut
masuk ke bagian combiner dan hasil sinyal yang dikombinasikan dinyatakan seperti pada
persamaan

Dimana S0r dan S1r merupakan hasil akhir sinyal yang diterima di receiver pada proses
pengiriman simbol S0 dan S1

Layanan-Layanan LTE
Melalui kombinasi downlink dan kecepatan transmisi (uplink) yang sangat tinggi,
lebih fleksibel, efisien dalam penggunaan spektrum dan dapat mengurangi paket latensi, LTE
menjanjikan untuk peningkatan pada layanan mobile broadband serta menambahkan layanan
value-added baru yang menarik. Manfaat besar bagi pengguna antara lain streaming skala
besar, download dan berbagi video, musik dan konten multimedia yang semakin lengkap
Untuk pelanggan bisnis LTE dapat memberikan transfer file besar dengan kecepatan tinggi,
video conference berkualitas tinggi dan nomadic access yang aman ke jaringan korporat.

Semua layanan ini memerlukan throughput yang signifikan lebih besar untuk dapat
memberikan quality of service. Tabel 1 berikut menggambarkan beberapa layanan dan
aplikasi LTE :

KELEBIHAN DAN KEKURNGAN 4G LTE


KelebihanLTE
Jaringan LTE bisa mendownload film definisi tinggi dengan waktu sekitar 15 menit
saja. Bandingkan dengan HSPA yang butuh waktu sampai 6 jam. Selain download video
kualitas tinggi, LTE dengan mulus bisa menjalankan televisi on demand, game online kualitas
tinggi sampai iklan berbasis video. Ini karena kecepatan aksesnya yang besar. Selain itu LTE
bisa mencapai peak kecepatan sampai 150Mbps. Sebagai perbandingan, jaringan EDGE
hanya mencapai 256kbps, UMTS 384kbps, HSPA 14,4Mbps dan HSPA+ 42Mbps.
Untuk urusan akses web dan download konten pun LTE memiliki keunggulan besar.
Misalnya mendownload musik berukuran 5MB hanya butuh waktu sekitar 5 detik.
Bandingkan dengan EDGE yang butuh sampai 1 jam atau HSPA+ yang perlu 40 detik.
Dengan segenap keunggulannya itu, agaknya 4G LTE akan menguntungkan konsumen.
Telkomsel sendiri mengklaim sudah siap menerapkan 4G LTE secara komersial, dan tinggal
menunggu regulasi dari pemegang kebijakan.
Keuntungan utama dengan LTE adalah throughput yang tinggi, latency rendah, plug
and play, FDD dan TDD pada platform yang sama, peningkatan pengalaman pengguna akhir
dan arsitektur sederhana yang mengakibatkan biaya operasional yang rendah. LTE akan juga
mendukung sel menara dengan teknologi jaringan yang lebih tua seperti GSM, cdmaOne, WCDMA (UMTS), dan CDMA2000.

KekuranganLTE
Teknologi LTE sangat berguna saat menjelajah internet dengan layanan 4G. Tetapi, LTE
bukanlah teknologi yang kebal terhadap cuaca buruk. Performa terbaiknya akan segera hilang

ketika cuaca buruk datang menyerang.


Ketika diuji, bandwith downlink menggunakan TDD atau Time Division Duplex pada
frekuensi 2.3GHz mencapai 80MHz. Sedangkan uplink yang dicapai menyentuh 20 MHz.
Hasil yang diperoleh tersebut dicapai dengan kondisi jaringan yang sepi trafiknya. Uji coba
tersebut hanya dilakukan pada koneksi video streaming tanpa putus ke server erricson di
Swedia, jadi uji coba masih sangat terbatas.
Penggunaan Jaringan LTE masih cukup memuaskan meskipun digunakan banyak orang
dan trafik yang padat pada penggunaan sehari-hari nanti. Beliau menyampaikan, Jaringan
LTE bisa melayani 1000 pengguna per node B. Nanti speed 80 Mbps downlink ini akan
dishare. Aplikasi pada umumnya masih lancar. Namun untuk video streaming belum tentu
tanpa putus, kecuali pakai end to end QoS (quality of services).

Perbandingan LTE dan WiMax

WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) atau LTE (Long Term
Evolution) pada prinsipnya kedua teknologi tersebut dirancang untuk mendukung layanan
multimedia broadband serta mendukung mobilitas yang tinggi serta dengan basis jaringan
berbasis IP. Secara teknologi keduanya menggunakan OFDM/OFDMA, AMC serta MIMO
guna untuk meningkatkan kapasitas, efisiensi spektrum serta kualitasnya. Jadi kedua
teknologi ini hampir dapat dikatakan sebanding serta telah memiliki kemampuan dalam
menjamin kualitas layanan (QOS) yang baik, yang membedakan hanya dalam
implementasinya diusung oleh kelompok yang berbeda. WiMAX dikembangkan oleh
WiMAX forum sedangkan LTE dikembangkan oleh 3GPP. WiMAX berkembang dari
operator komunikasi data sedangkan LTE merupakan evolusi dari operator seluler 3G yang
mengusung komunikasi berbasis voice dan data. Pada awalnya WiMAX dirancang untuk
memenuhi akses wireless untuk komunikasi data kecepatan tinggi dengan jangkuan yang
luas, tetapi kini WiMAX juga dapat untuk komunikasi VOIP dan multimedia.
Dari Segi Teknologi, LTE hadir dengan ternologi terkini, baik dari sisi transmisi
antena maupun jaringan inti berbasis IP. Mirip dengan WiMax untuk transmisi LTE
menggunakan teknologi OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access) pada
downlink dan SC-FDMA (Single Carier Frequency Division Multiple Access) pada uplink,
teknologi ini dipercaya lebih efisien dalam efisien dalam hal penggunaan energi.

Untuk antena, LTE menggunakan konsep MIMO (Multiple Input Multiple Output) yang
memungkinkan antena untuk melewatkan data berukuran besar setelah sebelumnya dipecah
dan dikirimkan secara terpisah.
Secara kecepatan LTE lebih unggul dibandingkan dengan WiMax yang sekarang (IEEE
802.16e) LTE mampu menghadirkan kecepatan hingga 100Mbps untuk downlink dan
50Mbps pada uplink. Akan tetapi hal ini akan berubah setelah adanya generasi WiMax
selanjutnya (IEEE 802.16m)

Untuk lebih jelasnya berikut adalah perbandingan antara LTE dan WiMax secara umum :

Pengembang
Bit Rates
Radio Tech

LTE
3GPP
100Mbps
OFDMA/MIMO/SCFDMA

WiMax
WiMax Forum
75Mbps
MIMO/SOFDMA

Anda mungkin juga menyukai