Anda di halaman 1dari 4

PRIMITIVE MIND VS.

BEAUTIFUL MIND
Berikut ini bukan hal mengada-ada, sering terjadi di berbagai tempat di seluruh dunia, oleh
siapapun, dari company lokal yang kecil sampai company besar internasional.
Pada sebuah penampang seismik seperti terlampir nampak daerah rendah - low area (sebelah
kanan) dan daerah tinggi- high area (sebelah kiri). Penampang seismik ini sudah diinterpretasi,
anggaplah interpretasinya benar. Anggaplah sekuens antara horizon kuning tua dan kuning
merupakan batuan induk (source rocks). Anggaplah sekuens antara horizon ungu dan biru
merupakan reservoir.
Para geosaintis eksplorer cenderung berpikir low area itu kitchen, tempat hidrokarbon
digenerasikan, sementara high area itu tempat pemerangkapan hidrokarbon itu, lereng antara
high ke low area merupakan jalan migrasi, pun sesar-sesar yang nampak pada penampang
seismik itu.
Untuk memperkuat pikiran itu dilakukanlah analisis termal pada low area menggunakan software
basin modeling, 1 dimensi (1D), 2D, atau makin canggih dengan 3D. Parameter-parameter dan
asumsi-asumsi digunakan dalam pemodelan itu. Hasilnya katakanlah sekuens batuan induk itu
sudah matang, dan software 2D serta 3D bisa menunjukkan jalur-jalur migrasi hidrokarbon
mengarah ke daerah tinggian, dari kanan ke kiri.
Karena semua positif, lalu diusulkan sumur eksplorasi di high area, tinggian yang dianggap
perangkap itu. Sumur menembus batuan reservoir yang baik, namun...tak ada hidrokarbonnya,
jejak-jejak pun tak ada. Lalu orang umumnya menyalahkan sesar-sesar yang dianggapnya
membocorkan perangkap.
Saya mengatakan kegagalan itu akibat primitive mind, maaf saja.
--------------------------------------------Ketika menemukan low area di penampang seismik, menurut hemat saya yang harus dilakukan
adalah seperti di bawah ini, dalam urutan. Ini katakan saja urutan evaluasi menggunakan
beautiful mind.
1. Buang jauh-jauh pikiran bahwa low area itu kitchen. Itu hanya low area berumur Resen sebab
data seismik hanya merekam kondisi terakhir (Resen).
2. Lakukan rekonstruksi/flattening semua horizon secara berurut dari atas ke bawah, sampai
horizon-horizon yang membatasi sekuens yang dianggap batuan induk.
3. Lihat setelah sekuens batuan induk direkonstruksi ke umur pengendapannya apakah masih
sebagai low area atau justru high area. 3a. Bila low area berarti ia area geologi yang anoxic,
bagus buat preservasi zat organik. 3b. Bila high area berarti ia area geologi yang oxic, buruk
buat preservasi zat organik.
4. Lanjutkan evaluasi bila 3a dijumpai. Hentikan evaluasi bila 3b yang terjadi, cari area lain.
5. Anggap 3a yang dijumpai, lakukan analisis fasies seismik sekuens batuan induk berdasarkan
karakter internal reflektor seismik. Wilayah anoxic akan dicirikan oleh low energy regime,

biasanya akan ditunjukkan oleh amplitude reflektor seismik yang lemah, dimming, bukan yang
strong amplitude.
6. Berdasarkan data sumur terdahulu (bila ada) di dekat low area itu, atau menggunakan data
geologi dan pengetahuan geologi regional di wilayah tersebut tentukan source fasies/ fasies
batuan induk sekuens tersebut, apakah sebagai lakustrin, delta, laguna, laut dangkal, dan yang
lainnya.
7. Berdasarkan rekonstruksi tadi, lihat evolusi low area source itu dari pegendapannya sampai
Resen. Pasti ia akan semakin tenggelam, dan harus diketahui mulai kapan ia terpendam cukup
dalam sampai menggenerasikan hidrokarbon. Pada saat yang sama lihat pula evolusi high area
yang potensial untuk pembentukan perangkap. Perangkap harus sudah ada sebelum generasimigrasi hidrokarbon terjadi.
8. Lakukan analisis termal low area itu menggunakan basin modeling 1D atau 2D/ 3D. Gunakan
parameter-parameter dan asumsi yang valid dan masuk akal. Catat kapan waktu optimum
generasi hidrokarbonnya.
9. Waktu optimum generasi hidrokarbon dari low area yang sekarang boleh disebut kitchen itu
adalah juga waktu optimum buat migrasi hidrokarbon masuk ke perangkap.
10. Tentukan sekuens batuan mana yang nampak pada penampak seismik yang akan menjadi
carrier beds atau media migrasi.
11. Sesuai waktu optimum generasi-migrasi hidrokarbon itu, flattening horizon carrier bed
dengan datum time optimum generasi-migrasi hidrokarbon, lalu ploting jalur-jalur migrasinya,
baik pada restored seismic section maupun pada peta paleostruktur (time isopach map antara
datum time generasi-migrasi hidrokarbon dengan top carrier bed). Inilah peta paleo-migrasi pada
saat optimumnya.
12. Lihat charging hidrokarbonnya ke perangkap yang akan menjadi sasaran.
13. Secara tepisah analisis reservoir dalam perangkap berdasarkan atribut seismik.
14. Secara terpisah analisis geometri dan integrasi perangkap berdasarkan data seismik.
15. Kapan akumulasi maksimum terjadi, lihat apakah perangkap itu tetap utuh di tempat sampai
Resen, atau ia tenggelam lagi, atau terangkat lagi, dan lihat geologi regional sekitarnya akibat
penenggelaman atau pengangkatan tersebut. Ini masalah preservasi akumulasi hidrokarbon.
Pekerjaan-pekerjaan di atas dilakukan atas penampang dan/atau peta.
Bor perangkap setelah melakukan langkah-langkah 1-15 dan bila positif.
Itu adalah 15 langkah minimum yang mestinya dilakukan oleh para geosaintis eksplorer dalam
eksplorasi hidrokarbon. Susah? Tentu saja, dan memakan waktu. Tetapi begitulah yang
sebenarnya harus dilakukan dalam analisis petroleum system secara evolutif mementingkan
hubungan ruang dan waktu untuk semua elemen dan proses petroleum system.
Orang kebanyakan hanya melakukan nomor 8, 13, dan 14 lalu bor eksplorasi. Kalau sumurnya
tak menemukan hidrokarbon karena evaluasinya minimum saja. Kalau ternyata dengan itu saja
sumur menemukan hidrokarbon, itu berarti lucky sebab areanya bagus.
Melakukan langkah 1-15secara lengkap akan menghindarkan banyak sumur kering. Apakah
akan menambah banyak sumur penemuan? Ya, bila langkah-langkah itu positif.

--------------------------------------------Namun ada beberapa faktor subsurface yang tak selalu bisa kita dekati dengan sains dan
teknologi saat ini juga mungkin sampai beberapa tahun ke depan, padahal faktor-faktor itu bisa
saja kritikal untuk generasi, ekspulsi, migrasi, dan akumulasi hidrokarbon. Dalam hal begitu,
memang faktor-faktor X yang bisa menambah esensi... (lucky, instinct, doa barangkali).
Saya hanya ingin mengingatkan, eksplorasi hidrokarbon itu pekerjaan yang sulit - sangat sulit,
siapkan diri dengan penguasaan berbagai ilmu dan teknologi terkait dan banyaklah bekerja agar
pengalaman bertambah.
Dan jangan lagi melakukan eksplorasi dengan primitive mind, melainkan dengan beautiful
mind.***

Dyah Kusuma Noted Suhu


Like Reply 1 6 hrs

Gozali Rahman Btw yang closurenya besar di kiri dibor juga pak? Sebab kalopun dapat minyak di posisi
sumur di penampang diaas tidak serta merta membuktikan yang closurenya besar di kiri grin emoticon
Like Reply 5 hrs Edited

Awang Satyana Gozali Rahman, saya tak tahu apakah ada sumur di closure kiri itu, ini contoh penampang
seismik dari internet. Posisi sumur di lereng itu mungkin tujuannya pesimis dulu, bila itu menemukan
harapannya ke bagian atasnya, updip, besar.
Like Reply 5 hrs

Finsa Pamungkas Ahmad Ilham Kamal


Like Reply 5 hrs

Gozali Rahman Terimakasih pak Awang Satyana, mas Minarwan Yapsepertinya thailand punya ya mas?
Mungkin playnya fluvial sand pocket enclosed by source rock (horizon kuning?) grin emoticon
Like Reply 4 hrs

Bayu Sapta Fitriana Pak Awang, step2 yg sangat bermanfaat, Terima Kasih. Untuk Step no.11 mungkin
maksudnya membuat isopach map dr carrier bed thdp waktu optimum, bukan flattening di carrier bed nya?
Like Reply 4 hrs

Awang Satyana Bayu Sapta Fitriana, iya maksudnya begitu, datum di time optimum gen-mig HC, yang
direkonstruksi yang dianggap top carrier bed, sehingga ini menjadi peta paleostruktur carrier bed pada time
optimum. Migrasi akan mengikuti struktur pada top carrier bed pada time optimum.

Like Reply 1 4 hrs

Alwie Muhammad Mp Mantap Pak!


Like Reply 3 hrs

Franciscus Boetje Sinartio Pak Awang, mau bertanya tentang point 5 (akhir nya ketahuan juga saya suka
menyimak tulisan2 Pak Awang sembunyi2), kalau yang Banuwati, Sangkarewang dan Pematang (atau apa
yah namanya yg di south sumatra basin) yang source rock nya koq bisa malah ser...See More
Like Reply 1 3 hrs

Awang Satyana Pak Franciscus Boetje Sinartio mesti dipancing dulu dengan seismic facies analysis baru
keluar he2... Menarik Pak, fakta yang dikemukakan. Talang Akar Bawah atau Lemat barangkali yang di
South Sumatra Basin ya. Yang Pak Franc tulis dengan ciri bright amplitude itu harus didekati dengan analisis
termal dan pressure-nya karena kebetulan yang disebutkan semuanya deep SR yang ada di graben2
Indonesia Barat. Barangkali efek tekanan/ compressed membuat bright amplitude. Juga harus dicek
kematangannya bila ada sumur di dekatnya (extrapolated). Kalau source yang rata-rata ia akan low energy
yang biasanya di data seismik menunjukkan dimming amplitude.
Like Reply 3 hrs

Ahsanulkhair Rusin Pak Awang Satyana, bright atau dimnya amplitude sering di asumsikan hanya krn
geologi dan atau fluida, padahal dalam prakteknya bisa krn faktor akusisi, perbedaan source dan receiver
dalam satu survey (3d) yg belum optimal di koreksi,statik jga noise noise lainnya. processing juga
memainkan peran memunculkan bright dan dim bukan krn geologi. sehingga akhirnya DHI consosium
berkesimpulan bright dan dim ini bisa di percaya antara 30 % sampai 70% saja mewakili geologi atau fluida.
Like Reply 3 hrs Edited

Awang Satyana Terima kasih info menarik Ahsanulkhair Rusin, ya begitulah atribut seismik masih ada
pengaruh akuisis dan processing. Jadi saya biasa menggunakan multiple parameters bila terjadi penyulit
seperti yang diceritakan itu bisa diatasi dengan parameter lainnya.
Unlike Reply 1 2 hrs

Abdurrachman Aswan Noted Pak


Unlike Reply 1 1 hr

Anda mungkin juga menyukai