Anda di halaman 1dari 3

Siamang

Belum Diperiksa

Siamang

Status konservasi
Terancam
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:

Animalia
Chordata
Mammalia
Primates
Hylobatidae
Symphalangus
Gloger, 1841

Spesies:

S. syndactylus
Nama binomial

Symphalangus syndactylus
(Raffles, 1821)

Siamang adalah kera hitam yang berlengan panjang, dan hidup pada pohon-pohon.[1]Pada
umumnya, siamang sangat tangkas saat bergerak di atas pohon, sehingga tidak ada predator
yang bisa menangkap mereka. Siamang merupakan spesies terancam,
karena deforestasi habitatnya cepat.[1] Siamang tidak memliki ekor dan memiliki postur tubuh
yang kurang tegak.[2] Siamang juga memiliki perkembangan otak yang tinggi.[1]Siamang
berwarna hitam agak cokelat kemerahan.[1] Kera ini memiliki anyaman antara jari kedua dan
ketiga.[1]

Anatomi

Rambut
Siamang ditutupi oleh rambut yang lebat di sebagian besar tubuhnya, kecuali wajah, jari, telapak
tangan, ketiak, dan telapak kaki mereka.[1] Beberapa spesies siamang memiliki wajah berbentuk
cicin dan berwarna putih.[1]

Indera
Siamang memiliki indera yang sangat mirip dengan manusia, seperti pendengaran, penglihatan
(melihat warna), bau, rasa, dan sentuhan.[1]

Wajah
Siamang memiliki wajah berbulu dengan mata gelap dan hidung kecil. [1]

Tangan dan Kaki


Siamang memiliki tangan dengan empat jari panjang ditambah jempol yang lebih kecil. Mereka
memiliki kaki dengan lima jari, ditambah jempol kaki. [1] Siamang bisa memegang dan membawa
barang-barang dengan kedua tangan dan kaki mereka. [1] Ketika mereka melakukan ayunan di
pohon (disebut brachiating), mereka menggunakan empat jari-jari tangan mereka seperti kail,
tetapi mereka tidak menggunakan jempol.[1]

Ukuran
Siamang merupakan kera yang hidupnya berkelompok.

Siamang jantan memiliki ukuran yang sama dengan siamang betina, yaitu sekitar 30-35 inci dan
berat 7 kilogram.[1]

Habitat
Siamang banyak hidup di Asia Tenggara.[2] Mereka juga banyak ditemukan di beberapa tempat,
seperti Semenanjung Malaysia dan Sumatera.[2]

Perilaku

Siamang mengeluarkan suara yang sangat nyaring, karena terdapat kantung gular pada
tenggorokannya.

Siamang merupakan hewan yang lebih aktif pada siang hari. [3] Mereka bersosialisasi dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua sampai tiga ekor siamang. [3]Berbeda dengan kera
lainnya, siamang tidak mempunyai tempat khusus untuk tidur.[3]Mereka hanya tidur sendiri atau
dengan beberapa ekor siamang di celah antar cabang pada pepohoan. [3] Mereka tidur dengan
posisi tegak, bersandar pada bantalan keras yang terletak di ujung belakang mereka. [3] Bantalan
ini disebut ischial callosities.[3]Selain itu, siamang memiliki kantung tenggorokan yang biasa
disebut kantung gular.[3]Kantung ini dapat mengembang menjadi besar seperti kepala mereka
yang berfungsi membuat pita suara lebih keras.[3] Pada waktu dalam keadaan bahaya, siamang

betina akan mengeluarkan suara yang nyaring dan diikuti oleh siamang jantan selama tiga
hingga lima belas menit.[3] Suara mereka dapat terdengar dari jarak sekitar 6,5 km. [3] Siamang
tidak dapat berenang dan takut air.[3] Siamang dapat bertahan hidup sekitar 35-40 tahun.[3]

Makanan
Siamang merupakan hewan omnivora. Sektar 75% makanan mereka adalah buah, sisanya
daun, bunga, biji-bijian, dan kulit kayu.[1] Mereka juga memakanserangga, labalaba, telur burung, dan burung kecil.[1] Karena takut air, siamang akan mencelupkan kaki
depannya ke dalam air atau menggosok tangan pada daun yang basah dan menghisap air pada
bulu kakinya sebagai minuman.[3]

Reproduksi dan pertumbuhan


Siamang mulai berkembang biak pada usia 5-7 tahun. [4] Siamang betina melahirkan anaknya
pada usia 8 bulan.[4]Siamang yang lahir memiliki rambut yang sedikit dari siamang dewasa dan
memiliki berat sekitar 6 ons.[4] Induk siamang memelihara bayi mereka yang masih muda.[4] Pada
saat lahir, siamang muda menempel pada perut induknya untuk mendapatkan kehangatan.
[4]
Mereka disapih sekitar 1 tahun. Siamang muda hidup bersama induk mereka sekitar 5-7
tahun.[4]

Status
Siamang merupakan hewan yang terancam punah. [5] Hal ini disebabkan karena banyaknya
penangkapan siamang yang dijadikan pasaran penjualan hewan pemeliharaan. [5] Untuk
mencegah punahnya siamang, diperlukan campur tangan pemerintah dalam menjadikan
keberadaan siamang sebagai objek wisata dan riset sehingga mendatangkan manfaat bagi
daerah tanpa harus mengganggu atau menangkap satwa tersebut. [5]

Anda mungkin juga menyukai