Anda di halaman 1dari 63

PRODIP 1 KEPABEANAN DAN CUKAI

TAHUN AKADEMI 2011 - 2012

Mata Pelajaran

ETIKA DAN PENGEMBANGAN


KEPRIBADIAN
Disampaikan oleh :
Sumaryo, S.E.,M.M
Widyaiswara Madya
BDK Palembang

PALEMBANG, APRIL 2012

POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE-1
KONSEP DASAR
ETIKA
SUB POKOK BAHASAN :

a. Pengertian Etika
b. Profesi dan Etika

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Setelah mengikuti mata kuliah Etika dan
Pengembangan Kepribadian, mahasiswa
diharapkan mampu :
Meningkatkan kesadaran dan kepekaan
terhadap etika profesi PNS dan konsepkonsep yang menyertainya, meningkatkan kemampuan dalam memecahkan
dilema etis di tempat kerja dan di luar
tempat kerja, serta mampu meningkatkan
kesadaran untuk mempraktekkan kode
etik yang berlaku di tempat kerja.

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah mengikuti mata kuliah Pengadaan
Barang dan Jasa ini, mahasiswa
diharapkan dapat :

Memahami Etika,
hubungan antara Profesi
dan Etika (Kode etik)

Keberhasilan sebuah bangsa bukan


hanya disebabkan karena kepandaian
IPTEK-nya, tapi terutama- disebabkan
karena karakter bangsa tersebut yang
menjunjung tinggi nilai- nilai
moral (etika).

MENGAPA MAHASISWA
STAN PERLU
MEMPELAJARI ETIKA?

LATAR BELAKANG.1
a. Sebagai sebuah profesi, PNS (Pegawai
Negeri Sipil) memiliki berbagai etika yang
perlu diketahui oleh para mahasiswa STAN
sebagai calon PNS, khususnya di
Kementerian Keuangan.
b. Bahwa saat ini, pemerintah sedang
gencar-gencarnya melakukan reformasi
birokrasi, dan peranan etika profesi PNS
menjadi sangat penting dalam rangka
mengawal reformasi birokrasi yang
berlandaskan pada kesadaran etika.

LATAR BELAKANG.2
c.

Mahasiswa STAN bukan saja harus terampil dalam


teknis operasional pekerjaan, tapi juga harus
terampil dalam membangun karakter yang
beretika.
Tanpa etika, seseorang yang kelak akan menjadi
PNS / CPNS yang akan bekerja tanpa nurani,
sehingga rentan untuk menghalalkan segala cara
dan mengesampingkan kewajibannya sebagai abdi
masyarakat.
Dengan etika diharapkan akan muncul orangorang (dalam hal ini mahasiswa-mahasiswa STAN)
yang kelak akan bekerja secara jujur, bernurani
dan fokus pada kepuasan stakeholders, menuju
masyarakat yang sejahtera.

LATAR BELAKANG.3
e. Menurut K. Bertens, ada 3 tujuan yang ingin dicapai
dalam pengajaran etika bisnis, yaitu :
1). Menanamkan atau meningkakan kesadaran akan
adanya dimensi etis dalam bisnis, menanamkan
jika sebelumnya kesadaran itu tidak ada, dan
meningkatkan bila kesadaran itu sudah ada
tapi
masih lemah dan ragu.
2). Memperkenalkan argumentasi moral khususnya
dibidang ekonomi dan bisnis, serta membantu
pebisnis/calon pebisnis dalam menyusun
argumentasi moral yang tepat.
3. Membantu pebisnis/calon pebisnis, untuk
menentukan sikap moral yang tepat didalam
profesinya (kelak).

REFORMASI BIROKRASI ?
1.

Reformasi Birokrasi pada hakikatnya merupakan


upaya untuk melakukan pembaruan dan perubahan
mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan, terutama menyangkut 3 (tiga) aspek,
yaitu :
a. Kelembagaan (organisasi)
b. Ketatalaksanaan (business process)
c. sumber daya manusia aparatur

2.

Reformasi Birokrasi dilaksanakan dalam rangka


mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance).
Dengan kata lain, Reformasi Birokrasi adalah
langkah strategis untuk membangun aparatur negara
agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam
mengemban tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional.

KONDISI BIROKRASI PEMERINTAHAN


Saat ini kondisi birokrasi pemerintahan masih
belum seperti yang dicita-citakan, indikasinya
antara lain :
a. Praktek KKN masih berlangsung hingga saat ini;
b. Tingkat kualitas pelayanan publik yang belum
mampu memenuhi harapan publik;
c. Tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas
dari birokrasi pemerintahan belum Optimal;
d. Tingkat transparansi dan akuntabilitas birokrasi
pemerintahan yang masih rendah;
e. Tingkat disiplin dan etos kerja pegawai yang
masih rendah;
f. Tingkat efektifitas pengawasan fungsional dan
pengawasan internal dari birokrasi pemerintahan
belum dapat berjalan secara optimal.

Transparansi dan
Akuntabilitas
Transparan,
Adanya kejelasan dan kepastian mengenai
prosedur, persyaratan, dan pejabat yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan suatu
kegiatan, dan dapat diketahui secara terbuka
dan menyeluruh oleh masyarakat
Akuntabel,
Dapat mempertanggungjawabkan proses dan
hasil pelaksanaan kegiatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, dengan
memperhatikan kaidah-kaidah yang baik (best
practice) dalam pelaksanaan kegiatan tsb.

KONSEP PENGUJIAN ATAS TAGIHAN


TERHADAP APBN DALAM RANGKA
PENGAWASAN INTERNAL
1.

PENGUJIAN SECARA WETMATIGHEID

2.

PENGUJIAN SECARA
RECHMATIGHEID

3.

PENGUJIAN SECARA
DOELMATIGHEID

PENJELASAN TENTANG PENGUJIAN

1. Wetmatigheid
(kebenaran menurut peraturan)

Pengujian wetmatigheid dilakukan untuk


mencari tahu terhadap jawaban atas
pertanyaan :
> Apakah tagihan atas beban anggaran
belanja negara itu sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang
berlaku atau tidak, dan
> Apakah dana yang digunakan untuk
membayar tagihan atas beban anggaran
belanja negara itu tersedia dalam DIPA
atau tidak.

PENJELASAN TENTANG PENGUJIAN


2. Rechmatigheid
(Kebenaran menurut hak)
Pengujian rechmatigheid dilakukan untuk mencari
tahu terhadap jawaban atas pertanyaan :
Apakah para pihak yang mengajukan tagihan atas
beban anggaran belanja negara itu secara formal
adalah sah dan berhak menerima pembayaran.
Untuk keperluan pengujian rechmatigheid ini,
kepada para pihak penagih diminta untuk
menunjukkan adanya surat-surat bukti, sehingga
tagihan dapat dipertanggungjawabkan.
Surat-surat bukti dimaksud antara lain : SPK, Surat
Perjanjian/Kontrak, Kuitansi, Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan dan lain sebagainya.

PENJELASAN TENTANG PENGUJIAN


3. Doelmatigheid
(kebenaran menurut tujuan)

Pengujian Doelmatigheid dilakukan untuk mencari tahu


terhadap jawaban atas pertanyaan :
Apakah maksud/tujuan (output) dari suatu pekerjaan
sebagai pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan itu sesuai
dengan sasaran/keluaran kegiatan dan indikator keluaran
Sub Kegiatan yang tertuang dalam DIPA atau tidak.
Sebagai contoh :
Apabila ada pekerjaan pengadaan barang/jasa, maka hasil
pengadaan berupa sejumlah (satuan) barang/jasa memang
nyata-nyata ada sesuai dengan spesifikasi yang diminta
dalam SPK/Kontrak.
Termasuk juga pengujian adanya pemborosan atau tidak,
contohnya :
Untuk perjalanan dinas yang tidak terlalu prioritas, dan atau
pembelian/penggantian ban kendaraan yang masih baru/
layak digunakan.

KONSEP DASAR ETIKA

KONSEP DASAR ETIKA


a. Konsep etika adalah sejumlah asumsi dasar
yang melandasi hampir semua hubungan dan
transaksi di dalam masyarakat.
b. Asumsi-asumsi dasar tersebut meliputi
asumsi-asumsi tentang :
- bagaimana kita memperlakukan orang lain;
- apa hak kita dan apa hak orang lain;
- kapan hak individual kita berakhir dan
kapan hak individual orang lain bermula;
- bagaimana
harta
milik individu dan
masyarakat seharusnya diperlakukan, dan
- apa yang merupakan perlakuan yang wajar
dan adil bagi semua orang

PENGERTIAN ETIKA

PENGERTIAN ETIKA
Etika berasal dari bahasa yunani
yaitu ethos yang berarti adat
istiadat atau kebiasaan.
Atau, ethikos, berarti timbul dari
kebiasaan ;
Etika dapat diartikan secara luas sebagai keseluruhan norma dan penilaian
yang dipergunakan oleh masyarakat
untuk mengetahui bagaimana seharusnya menjalankan kehidupannya.

DEFINISI ETIKA
Menurut Ahmad Amin, etika adalah ilmu
pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia, menyatakan tujuan yang harus dicapai
oleh manusia dalam perbuatan mereka, dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat oleh manusia
Menurut Soegarda Poerbakawatja, etika
adalah filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai,
ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan
keburukan di dalam hidup manusia semuanya,
terutama mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa,
sampai mengenai tujuannya

BEBERAPA MAKNA DARI ETIKA


1. Semangat khas kelompok tertentu, misalnya
ethos kerja, kode etik kelompok profesi.
2. Norma-norma yang dianut oleh kelompok,
golongan masyarakat tertentu mengenai
perbuatan yang baik dan benar.
3. Studi tentang prinsip-prinsip perilaku baik
dan benar sebagai falsafat moral. Etika
sebagai refleksi kritis dan rasional tentang
norma-norma yang terwujud dalam perilaku
hidup manusia
4. Ilmu yang membahas perbuatan baik dan
perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat
dipahami oleh pikiran manusia.

PENGERTIAN ETIKA DILIHAT


DARI SISI PENGGUNA

PENGERTIAN ETIKA DILIHAT DARI


SISI PENGGUNA.1
1. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian
formal tentang moralitas.
2. Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan
perilaku orang-orang dari lingkungan budaya
tertentu.
3. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan
tenaga kesehatan lainnya :

- Etika berarti kewajiban dan tanggung jawab


memenuhi
harapan (ekspektasi) profesi dan
masyarakat, serta bertindak dengan cara-cara
yang profesional.
- Etika adalah salah satu kaidah yang menjaga
terjalinnya interaksi antara pemberi dan
penerima jasa profesi secara wajar, jujur, adil,
profesional, dan terhormat.

PENGERTIAN ETIKA DILIHAT


DARI SISI PENGGUNA.2
4. Bagi eksekutif puncak rumah sakit,
Etika berarti kewajiban dan tanggung jawab
khusus terhadap : pasien dan klien lain ;
organisasi dan staff ; diri sendiri dan
profesi ; pemerintah, dan ; secara tidak
langsung terhadap masyarakat.
5. Bagi asosiasi profesi,
Etika adalah kesepakatan bersama dan
pedoman untuk diterapkan dan dipatuhi
semua anggota asosiasi tentang apa yang
dinilai baik dan buruk dalam pelaksanaan
dan pelayanan profesi itu.

ETIKA, ETHOS, DAN


ETIKET

ETIKA, ETHOS, DAN


ETIKET
a.

ETIKA berkaitan dengan adat istiadat atau


kebiasaan hidup yang dianggap baik oleh kalangan
masyarakat tertentu ;

b.

Dalam bahasa Inggris ETHOS berarti : ciri-ciri


atau sikap dari individu, masyarakat, atau budaya
terhadap kegiatan tertentu.

c.

ETIKET berasal dari kata bahasa Prancis


ETIQUETTE yang berarti aturan untuk hubungan
formal atau sopan santun.
Pemakaian kata Etiket, tampak pada kombinasi
kata misalnya : Etiket Pergaulan, Etiket makan dsb.

ETOS KERJA
Etos Kerja adalah sikap dasar
seseorang dan sekelompok orang
dalam melakukan pekerjaan.
Etos adalah sikap dasar seseorang dalam melakukan kegiatan
tertentu.
Etos akan kelihatan dalam cara dan semangat (gairah) orang
melakukan kegiatan itu.
Etos itu apakah kuat atau lemah, positif atau negatif, akan kelihatan
apabila ia mengalami hambatan dan tantangan.

beberapa unsur dalam etos kerja


birokrasi yang dianggap memadai :
a.
b.
c.
d.

e.
f.
g.

Dedikasi. Pekerjaan tidak dilihat semata-mata


sebagai cara memperoleh nafkah hidup,
melainkan sebagai palayanan kepada masyarakat.
Jujur. Tidak melakukan tindakan korupsi, kolusi,
nepotisme (KKN).
Taat pada tuntutan khas etika birokrasi.
Bekerja secara bertanggung jawab. Bertanggung
jawab atas hasil pekerjaannya. Tidak
melemparkan tanggung jawab atas suatu
kesalahan pada orang lain, apalagi kepada
bawahan.
Senantiasa meningkatkan kompetensi dan
kecakapannya.
Mampu menghadapi setiap masalah dan mencari
alternatif solusinya.
Menghormati hak semua pihak (adil).

HUBUNGAN ETOS KERJA DAN


LINGKUNGAN KERJA

HUBUNGAN ETOS KERJA DAN


LINGKUNGAN KERJA
1. Lingkungan kerja dapat mendukung ataupun
merusak watak moral seseorang, karena Etos
kerja seseorang/individu sangat ditentukan
oleh etos kelompok.
2. Etos kerja hanya dapat berkembang dalam
lingkungan dimana orang mengalami bahwa
sikap-sikap moralnya yang positif didukung,
dihargai, dan diharapkan.
3. lingkungan tidak mendukung, teledor, tidak
bersemangat, korup, malas, orang yang
berwatak baikpun akan segera ketularan.

DAMPAK LINGKUNGAN KERJA YANG


BURUK (TIDAK MENUNJANG)
a. Di dalam lingkungan yang tidak
menunjang, Orang yang berwatak kuat
sekalipun akan sulit untuk
mempertahan-kan etos kerjanya, karena
secara perlahan ia akan terkena erosi
moral ;
b. kalau etos sebuah kelompok sudah
merosot, maka sangat sulit untuk
dikembalikan.

Etika
Berarti falsafah
moral dan
merupakan cara
hidup yang benar
dilihat dari sudut
budaya, susila dan
agama.
Berasal dari
bahasa Latin

Etiket
Berarti tata cara
pergaulan yang
baik antara
sesama manusia,
Berasal dari Bahasa
Perancis :
ETIQUETTE

HUBUNGAN ANTARA
ETIKA
DAN ETIKET
a. Kaitan antara Etiket dan Etika adalah samasama mengacu pada norma atau aturan.
b. ETIKA mengacu pada norma moral,
sedangkan ETIKET mengacu pada norma
kelaziman.
Kita tidak dapat memastikan bahwa orang yang memiliki etiket secara
otomatis menunjukkan perilaku etis. Contoh : tidak jarang kita melihat
orang yang tampaknya sopan ternyata ia seorang penipu.

PERBEDAAN ETIKA DAN ETIKET


Menurut K Bertens (dalam Etika, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta 2000 : 8-11)

1. ETIKET menunjukkan cara (yang dianggap


tepat atau diterima) suatu tindakan harus
dilakukan dalam suatu kalangan tertentu.
Misal dalam budaya Jawa jika menyampaikan suatu benda dengan tangan kiri dianggap melanggar Etiket.
Sebaliknya ETIKA berkaitan dengan apakah
suatu tindakan boleh dilakukan atau tidak.
Etika disini memberi norma moral pada
tindakan itu, misalnya : jangan mencontek,
jangan berdusta, jangan korupsi.

PERBEDAAN ETIKA DAN ETIKET


Menurut K Bertens (dalam Etika, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta 2000 : 8-11)
LANJUTAN :

2. ETIKET hanya berlaku ketika ada orang atau pihak


lain yang menyaksikan suatu tindakan. Contoh :
dalam etiket pergaulan antara lain dikehendaki agar
orang berbusana yang sesuai dengan situasi.
Seseorang dianggap tidak sesuai dengan etiket
apabila ia mengenaian busana santai (casual) pada
acara formal, dan sebaliknya.
Sedangkan ETIKA berlaku baik ketika ada orang
atau pihak lain yang menyaksikan maupun tidak.
Contoh : larangan korupsi, mencuri, mencontek
dan sebagainya berlaku kapan saja dan apakah
disaksikan orang lain atau tidak.

PERBEDAAN ETIKA DAN ETIKET


Menurut K Bertens (dalam Etika, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta 2000 : 8-11)
LANJUTAN :

3. ETIKET lebih bersifat relatif.


Etiket sangat tergantung pada PERSEPSI kalangan
atau Budaya yang memberlakukan etiket. Contoh :
di desa atau kota kecil, adalah tidak sopan bagi
wanita pulang larut malam. Berbeda dengan di Kota
besar, pulang larut malam bagi wanita masih
dianggap wajar karena ada beberapa pekerjaan di
kota besar yang memungkinkan wanita pulang larut
malam.
Sebaliknya, ETIKA lebih bersifat Universal.
Contoh : larangan korupsi, mencuri,mencontek, dan
sebagainya berlaku pada semua kalangan dan
budaya.

KEPRIBADIAN DAN HASIL KERJA

KEPRIBADIAN

HASIL KERJA

Unsur-unsur :
Bakat
Ketrampilan
Menjadi
Minat
Sifat
Gairah, dan
Nilai-nilai

SIKAP

PROSES

Menjadi

PRILAKU

Akan mencapai kualitas


Tinggi atau memuaskan

Unsur-unsur :
Semangat
Disiplin
Rajin
Jujur
Tanggungjawab
Hemat
Integritas

PERUBAHAN SIKAP DAN


PERILAKU SDM
PERTANYAAN, BAGAIMANA
PERUBAHAN SIKAP DAN
PERILAKU SDM TERJADI ?
Agar perubahan sikap dan perilaku SDM tersebut
terlaksana diperlukan langkah-langkah kegiatan
yang berupa mencari nilai-nilai baru , kemudian
dimasyarakatkan atau dilatihkan, dilaksanakan,
disempurnakan terus, menjadi kebiasaan kerja,
dan akhirnya menjadi budaya baru yang dimiliki,

TEORI-TEORI ETIKA

TEORI-TEORI ETIKA
Sonny Keraf (dalam Menumbuhkan
dan mengembangkan Etika Birokrasi :
Kertas kerja pada Top Management
Seminar I, Pusdiklat Pegawai BPPK,
Jakarta, 2002), mengemukakan 3 (tiga)
teori tentang Etika, yaitu :
A. ETIKA DEONTOLOGI
B. ETIKA TELEOLOGI
C. ETIKA KEUTAMAAN

ETIKA DEONTOLOGI1
1. Deontologi berasal dari kata
Yunani Deon yang artinya :
KEWAJIBAN ;
2. Etika Deontologi memberikan
Pedoman Moral agar Manusia
melakukan apa yang menjadi
kewajiban sesuai dengan NilaiNilai atau Norma yang ada.

ETIKA DEONTOLOGI2
3. Etika Deontologi tidak membahas apa akibat atau
konsekwensi dari suatu perilaku.
Suatu perilaku dibenarkan bukan karena perilaku
itu berakibat baik, tetapi karena perilaku itu
memang baik dan perilaku itu didasarkan pada
kewajiban yang memang harus dijalankan.
Contoh :
- Berderma dan membantu orang lain yang sedang
mengalami kesusahan adalah tindakan baik;
- Korupsi, pelecehan seksual adalah tindakan
buruk, sehingga kewajiban manusia untuk
menghindarinya.

ETIKA TELEOLOGI1
a. Berasal dari kata Yunani TELOS yang
berarti TUJUAN ;
b. Etika Teleologi menilai perilaku atas dasar
Tujuan atau akibat dari suatu perilaku ;
c. Menurut Etika Teleologi : perilaku dinilai
baik apabila Bertujuan atau Berakibat baik,
sebaliknya perilaku dinilai buruk apabila
bertujuan atau berakibat buruk ;
d. Pertanyaannya adalah : Kata bertujuan baik
dimaksud baik bagi siapa ?

ETIKA TELEOLOGI2
e. Berkaitan dengan pertanyaan
bertujuan baik untuk siapa, Etika
Teleologi dapat dikelompokkan
menjadi 2 (dua), yaitu :
1). EGOISME ETIS ;
2). UTILITARIANISME ;

ETIKA TELEOLOGI3
EGOISME ETIS ;
a. Teori ini memandang bahwa : suatu
perilaku dianggap baik apabila bertujuan
atau berakibat baik bagi diri sendiri.
b. Walaupun perilaku dalam pandangan
Egoisme Etis bersifat Egoistis, perilaku
tersebut dipandang baik secara moral,
dengan alasan bahwa : Setiap orang boleh
memperoleh kebahagiaan atau memaksimumkan kesejahteraannya.

ETIKA TELEOLOGI4
UTILITARIANISME ;
a. Teori ini melihat bahwa : suatu perilaku
dianggap baik apabila berakibat baik bagi
banyak orang.
b. Etika Utilitarianisme dikembangkan pertama
kali oleh JEREMY BENTAM (1748 1832).
Permasalahan yang dihadapi oleh Bentam
dan orang-orang sezamannya adalah :
BAGAIMANA MENGEVALUASI BAIK
BURUKNYA KEBIJAKAN SECARA MORAL.
Misalnya : menilai kebijakan publik.

ETIKA TELEOLOGI5
UTILITARIANISME (Lanjutan) ;
c. Dalam menilai Kebijakan Publik, maka permasalahannya adalah : Kriteria obyektif apa yang dapat
dipakai sebagai dasar penilaian, karena kebijakan
publik sangat mungkin dapat diterima oleh suatu
kelompok karena dianggap menguntungkan tetapi
ditolak oleh kelompok lain karena dianggap
merugikan.
d. Dalam mencari kriteria obyektif, BENTAM
berkesimpulan : BAHWA KRITERIA OBYEKTIF
DAPAT DIPEROLEH DENGAN MELIHAT APAKAH
SUATU KEBIJAKAN ATAU TINDAKAN PUBLIK
BERMANFAAT ATAU SEBALIKNYA MERUGIKAN
BAGI ORANG-ORANG TERKAIT.

ETIKA TELEOLOGI6
UTILITARIANISME (Lanjutan) ;
e. Dalam menilai Kebijakan Publik, Etika

Utilitarianisme tidak menilai baik atau


buruknya kualitas kebijakan atau
tindakan itu sendiri, yang menjadi
kriteria obyektif adalah : MANFAAT
YANG DIAKIBATKAN OLEH
KEBIJAKAN ATAU TINDAKAN PUBLIK.

ETIKA TELEOLOGI7
UTILITARIANISME (lanjutan) ;
f. Dalam menilai Kebijakan Publik, kriteria
obyektif yang digunakan ada 3 (tiga), yaitu :
1. MANFAAT
2. MANFAAT YANG LEBIH BESAR ATAU
TERBESAR
3. MANFAAT YANG LEBIH BESAR ATAU
TERBESAR BAGI SEBANYAK MUNGKIN
ORANG.

ETIKA TELEOLOGI8
UTILITARIANISME (Lanjutan) ;
g. Tegasnya Prinsip yang dianut oleh Utilitarianisme
adalah : BERTINDAKLAH SEDEMIKIAN RUPA
AGAR TINDAKAN ITU MENDATANGKAN MANFAAT
LEBIH BESAR ATAU TERBESAR BAGI SEBANYAK
MUNGKIN ORANG, TIDAK PERLU MENCARI
NORMA DAN NILAI MORAL YANG MENJADI
KEWAJIBAN KITA, YANG PERLU DILAKUKAN
HANYALAH MEMPERTIMBANGKAN APA AKIBAT
DARI TINDAKAN KITA AGAR DAPAT DILIHAT
APAKAH BERMANFAAT ATAU MERUGIKAN.

ETIKA KEUTAMAAN1
1. Etika ini tidak mempermasalahkan kewajiban
dan akibat dari suatu tindakan, dan juga
tidak mengacu kepada norma-norma dan
nilai-nilai universal untuk menilai moral.
2. Etika Keutamaan lebih memfokuskan pada
pengembangan watak moral pada diri setiap
orang. Nilai moral muncul dari pengalaman
hidup teladan, dan contoh hidup yang diperlihatkan oleh tokoh besar dalam suatu
masyarakat dalam menghadapi permasalahan hidup.

ETIKA KEUTAMAAN.2
3. Norma dan nilai-nilai moral bukan tumbuh
dalam bentuk aturan, larangan, atau
perintah, tetapi dalam bentuk teladan moral
yang dipraktekkan oleh tokoh-tokoh
tertentu dalam masyarakat.
Dari teladan moral itu orang belajar
keutamaan moral, seperti : kesetiaan, saling
percaya, kejujuran, kesabaran, ketulusan,
kemurahan, kasih sayang, dsb.

ETIKA KEUTAMAAN3
4. Menurut teori Etika Keutamaan : Bahwa
orang yang bermoral tidak ditentukan oleh
fakta bahwa dia melakukan tindakan
bermoral.
Orang bermoral ditentukan oleh fakta
keseluruhan hidupnya, yaitu bagaimana ia
sehari-hari berprilaku baik sebagai manusia.
Ia adalah orang yang berprinsip,orang yang
mempunyai integritas moral yang tinggi,
sebagaimana dipelajarinya dari tokoh-tokoh
besar yang ia kagumi atau sejarah atau
cerita yang dikenalnya.

ETIKA KEUTAMAAN4
5. Lebih lanjut menurut teori Etika Keutamaan :
Bahwa Pribadi bermoral adalah orang yang
telah berhasil mengembangkan suatu
kecenderungan moral melalui kebiasaan
yang baik, dan perilaku serta perbuatannya
yang selalu bermoral.
Ia tidak sekedar melakukan sesuatu yang
adil, tetapi dia adalah orang yang adil
sepanjang hidupnya
Dia bukan hanya sekedar orang yang
melakukan tindakan yang baik, dia sehariharinya memang orang baik.

KEUNGGULAN ETIKA KEUTAMAAN


1. Moralitas dalam suatu masyarakat dibangun melalui sejarah
atau cerita ;
2. Melalui sejarah atau cerita disampaikan pesan-pesan, nilainilai, dan berbagai keutamaan moral agar ditiru dan dihayati
oleh semua anggota masyarakat ;
3. Orang dapat belajar moralitas melalui keteladanan nyata dari
tokoh, pemimpin, orang, atau orang yang dihormati
dalammasyarakat ;
4. Keutamaan moral tidak diajarkan melalui indoktrinasi,perintah,
dan larangan, tetapi melalui keteladanan dan contoh nyata.
5. Menghargai kebebasan dan rasionalitas manusia, karena
pesan moral hanya dismpaikan melalui cerita lalu setiap orang
dibiarkan untuk menangkap sendiri pesan moral itu,
karenanya pesan moral menjadi sangat kaya dengan berbagai
pengertian.

KELEMAHAN ETIKA KEUTAMAAN


1. Moralitas dapat kehilangan relevansinya ketika berbagai
kelompok masyarakat memunculkan berbagai keutamaan
moral yang berbeda-beda sesuai dengan persepsi masingmasing, khususnya dalam masyarakat modern dimana
cerita dan dongeng tidak lagi memperoleh tempat ;
2. Moralitas dalam masyarakat akan hilang ketika dalam
masyarakat sulit diketemukan tokoh-tokoh publik yang bisa
memberikan keteladanan moral ;
3. Dalam masyarakat sekarang sangat sulit menemukan keteladanan moral dari tokoh-tokoh tertentu, yang kita peroleh adalah keteladanan semu, seperti : bagaimana menjadi kaya
melalui cara-cara yang tidak halal, atau berbisnis dengan
keuntungan besar tetapi dengan tindakan-tindakan curang.

PROFESI DAN ETIKA


(KODE ETIK)

P R O F E S I
1. Profesi dirumuskan sebagai : pekerjaan
yang dilakukan sebagai nafkah hidup dan
mengandalkan keahlian dan ketrampilan
yang tinggi dan melibatkan komitmen
pribadi (moral) yang mendalam (Keraf 1998 :
35).
2. Profesi dapat dipandang secara lebih luas,
sebagai kelompok moral yang memiliki ciriciri dan nilai-nilai bersama yang harus
dijunjung tinggi (Cominish 1983 : 48).

P R O F E S I
3. Orang atau kelompok Profesional adalah : orang yang secara
khusus bekerja penuh (purna waktu) dan hidup dari pekerjaan
itu dengan mengandalkan keahlian dan ketrampilannya yang
tinggi dan memiliki komitmen pribadi yang menjunjung tinggi
pekerjaannya.
4. Bekerja penuh (purna waktu) berarti : orang atau kelompok
profesional bekerja secara formal (dalam jam-jam kerja) dan
informal (diluar jam kerja) demi pelayanannya kepada
masyarakat luas dan keluhuran profesinya.
5. Hidup dari pekerjaannya berarti : orang atau masyarakat
profesional harus memperoleh imbalan yang memadai
sehingga dapat hidup layak dari pekerjaannya.

P R O F E S I
6. Mengandalkan Keahlian dan Ketrampilannya
berarti : orang atau kelompok profesional dalam
bekerja dituntut agar senantiasa memelihara dan
mengembangkan ketrampilannya melalui
pendidikan, pelatihan, magang, praktek kerja,
sertifikasi dsb.
7. Memiliki komitmen pribadi dan menjunjung tinggi
pekerjaannya berarti : orang atau kelompok
profesional dalam bekerja mengutamakan
terwujudnya nilai-nilai seperti : ketekunan,
kerajinan, keseriusan, disiplin, kejujuran, dan
sebagainya.

6 (ENAM) CIRI-CIRI PROFESI


1. Keahlian dan Ketrampilan khusus ;
2. Komitmen moral yang tinggi ;
3. Penghasilan yang memadai ;
4. Pengabdian kepada masyarakat ;
5. Izin khusus untuk menjalankan
Profesi ;
6. Anggota organisasi Profesi ;

OK

Lets

Continue
>>>>>>HAK, KEADILAN, DAN
KEPEDULIAN>>>>>>>

Anda mungkin juga menyukai