PENDAHULUAN
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar. Gizi masih menjadi masalah yang belum terselesaikan
sampai saat ini. Gizi buruk banyak di alami oleh bayi di bawah 5 tahun (balita).
Banyak factor factor yang dianggap mempengaruhi gizi buruk. Nmun penyebab
dasar tejadinya gizi buruk ada 2 hal yaitu sebab langsung dan tidak langsung. Sebab
langsung adalah kurangnya asupa gizi dari makanan dan akibat terjadinya penyakit
bawaan yang mengakibatkan mudah terinfeksi penyakit DBD, Diare dan lain lain.
Sedangkan kemiskinan di duga menjadi penyebab utama terjadinya gizi buruk.
Kurangnya asupan gizi bias di sebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang di
konsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang di butuhkan oleh tubuh.
Page | 1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
2.1.1
Gizi buruk adalah keadaan kurag gizi yang di sebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebabkan oleh
gangguan penyakit tertentu, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi
(depkes RI, 1999). Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun (Nency, 2005).
Jadi, Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi,
atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata.
Nutrisi yangdimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia,
kasus KEP (Kurang EnergiProtein) adalah salah satu masalah gizi utama yang
banyak dijumpai pada balita. Gizi buruk atau lebih dikenal dengan gizi di bawah
garis merah adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam
waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secaragaris besar dapat
dibedakan
marasmus,
kwashiorkor
atau
marasmic-kwashiorkor
(RI
dan
WHO,Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001 2005, Jakarta, Agustus 2000).
Klasifikasi KEP:
1. KEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB
2. KEP sedang : > 70-80% BB ideal terhadap TB
3. KEP berat : 70% BB ideal terhadap TB
Menurut departemen kesehatan RI (1999) dalam tata buku tata laksana KEP
pada anakdi pukesmas dan di rumah tangga, KEP berdasarkan gejala klinis ada tiga
yaitu KEP ringan, sedang, dan berat (gizi buruk). Untuk KEP ringan dan sedang,
gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat atau
Page | 2
gizi buruk secara garis besar dapat di bedakan sebagai marasmus, kwashiorkor, dan
marasmus-kwashiorkor.
2.1.2
1. Kwashiokor
a. Edema umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki ( dorsumpedis)
b. Wajah membulat dan sembab
c. Otot-otot mengecil,lebih mengecil,lebih nyata apabila diperiksa pada posisi
berdiri dan duduk,anak berbaring terus menerus.
d. Perubahan status menta; cengeng.rewel,kadang apatis
e. Anak sering menolak segala jenis makanan (Anoreksia)
f. Pembesaran hati
g. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
h. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi
hitam terkelupas ( crazy pavement dermatosis)
i. Pandangan mata anak nampak sayu
2. Marasmus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
3.
kronik.
j. Tekanan darah,detak jantung dan pernafasan berkurang
Marasmus-Kwashiokor
Merupakan campuran dari beberapa ciri-ciri kwashiorkor dan marasmus.
2.3
2.3.1
Marasmus
Mereka derita wasting yang parah dan sering juga mengalami hambatan
pertumbuhan linear. Kulit mereka kering, tanpa tugor, dan
berkerut karena hilangnya lemak subkubis. , klasik wajah cekung atu berkeriput yan
g mirip orang tua,terjadi akibat hilannya banantalan lemak temporal dan bukal.
2.3.2
Kwasiorkor
Kwasiorkor
Kwasior Marasmus
terjadi pada
malnutrisi kronik saat saat jaringan subkutis, massa otot, dan simpanan lemak
menghilang. Gambaran utama tanpa lesi kulit, kekaksia marasmus.
2.3
Epidemiologi
Masalah kesehatan yang menimbulkan perhatian masyarakat cukup besar
akhir-akhir ini adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Walaupun sejak tahun
1989 telah terjadi penurunan prevalensi gizi kurang yang relatif tajam, mulai tahun
1999 penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada balita relatif lamban dan
cenderung tidak berubah. Saat ini terdapat 10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang
di atas 30, dan bahkan ada yang di atas 40 persen, yaitu di Provinsi Gorontalo, Nusa
Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua.
Kurang energi dan protein pada tingkat parah atau lebih populer disebut
busung lapar, dapat menimbulkan permasalahan kesehatan yang besar dan bahkan
dapat menyebabkan kematian pada anak. Menurut data Susenas 2003, diperkirakan
sekitar 5 juta (27,5 persen) anak balita menderita gizi kurang, termasuk 1,5 juta (8,3
persen) di antaranya
menunjukkan bahwa pada tahun 2004 masih terdapat 3,15 juta anak (16 persen)
menderita gizi kurang dan 664 ribu anak (3,8 persen) menderita gizi buruk. Pada
tahun 2005 dilaporkan adanya kasus gizi buruk tingkat parah atau busung lapar di
Provinsi NTB dan NTT, serta beberapa provinsi lainnya. Penderita kasus gizi buruk
Page | 4
terbesar yang dilaporkan terjadi di Provinsi NTB, yaitu terdapat 51 kasus yang
dirawat di rumah sakit sejak Januari sampai dengan Mei 2005. Jumlah kasus di
sembilan provinsi sampai Juni 2005 dilaporkan sebanyak 3.413 kasus gizi buruk dan
49 di antaranya meninggal dunia.
Munculnya kejadian gizi buruk ini merupakan fenomena gunung es yang
menunjukkan bahwa masalah gizi buruk yang muncul hanyalah sebagian kecil dari
masalah gizi buruk yang sebenarnya terjadi. Di Provinsi NTB, misalnya, berdasarkan
hasil pencatatan dan pelaporan sejak Januari-Juni 2005 hanya ditemukan sekitar
900 kasus. Namun, diperkirakan terdapat 2.200 balita marasmus kwashiorkor.
Masalah busung lapar terutama dialami oleh anak balita yang berasal dari keluarga
miskin.
Dua faktor penyebab utama terjadinya gizi buruk tersebut adalah rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan terjadi dalam kurun
waktu yang lama. Penyebab kedua adalah terjadinya serangan penyakit infeksi yang
berulang. Kedua faktor ini disebabkan oleh tiga hal secara tidak langsung, yaitu (1)
ketersediaan pangan yang rendah pada tingkat keluarga; (2) pola asuh ibu dalam
perawatan anak yang kurang memadai; dan (3) ketersediaan air bersih, sarana
sanitasi, dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terbatas. Penyebab tidak
langsung tersebut merupakan konsekuensi dari pokok masalah dalam masyarakat,
yaitu tingginya pengangguran, tingginya kemiskinan, dan kurangnya pangan.
Gizi buruk ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan berkembang di
Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti
Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka. Berdasarkan
SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita
menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor).
Pada umumnya masyarakat indonesia telah mampu mengkonsumsi makanan
yang cukup secara kuantitatif. Namun dari segi kualitatif masih cukup banyak yang
belum mampu mencukupi kebutuhan gizi minimum. Departemen Kesehatan juga
telah melakukan pemetaan, dan hasilnya menunjukan bahwa penderita gizi kurang
ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia. Indikasinya 2 4 dari 10 balita di
Indonesia menderita gizi kurang.
Page | 5
Sesuai dengan survai di lapangan, insiden gizi buruk dan gizi kurang pada
anak balita yang dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi. 935 (38%) penderita
malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan. Mereka
terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk. Penderita gizi buruk yang paling
banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif di RS. Dr. Sutomo Surabaya
mendapatkan 47% dan Barus di RS Dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini
dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan
penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun
dan
2.4
serta
terjadinya
krisis
ekonomi
di
ludonesia.
Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :
1) Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah
makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang
dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.
2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan
oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap
zat-zat makanan secara baik.
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu :
1) Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat.
2) Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak.
3) Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk
pada balita, yaitu :
1) Keluarga miskin.
2) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak.
3) Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran
pernapasan dan diare.
Page | 6
2.5
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia bisa
terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan,
pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan
kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena keempat elemen ini
merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga mengalami rabun senja.
Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan protein. Pada retina ada sel
batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya terang
dan gelap. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein.
Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel
tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi
rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau
kemunduran adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek
patella negatif
daerah
sekitarnya
karena
tidak
terfiksasi
oleh
membran
sel
dan
mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat.
Edema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya
gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik (Sadewa, 2008).
Page | 7
i.
Urbanisasi
mempengaruhi
dan
merupakan
predisposisi
untuk
timbulnya
Seorang anak bisa menjadi gizi buruk bisa berada dalam 3 tahap :
1. Status Gizi Normal
1. Ibu tidak mengetahui makanan yang tepat untuk diberikan pada balita.
2. Anak balita terpajan dengan iklan panganan ringan yang tidak bergizi.
3. Asupan buat anak tidak diistimewakan sebagaimana yang
dipersiapkan untuk ayah atau ibunya.
4. Tidak rutin datang ke Posyandu.
Pada saat seperti ini anak masih berada dalam keadaan status gizi
normal, namun berpotensi mendapatkan gangguan gizi. Pada usia < 6
bulan sebagian besar bayi (> 80%) masih disusui ibu. Dengan
menetek, anak mendapatkan gizi yg seimbang & zat kebal dari asi
anak jarang sakit pertumbuhan anak masih baik.
Pada saat ini status anak makin memburuk dan sudah menampakkan
gejala-gejala penyakit. Anak sudah terlihat kurus sampai dengan sangat
kurus. Pada saat ini anak rentan terhadap hawa dingin, khususnya pada bayi
bisa berakibat kematian. Anak juga mengalami kekurangan energi (glukosa
darah menurun) dan kekurangan protein. Pada beberapa kasus yang severe
tidak hanya pembentukan otot yang gagal bahkan sampai dengan
pembentukan otak bisa tidak terjadi (microcephali). Kematian bisa terjadi di
tahap ini, bisa karena berbagai sebab.
Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal
ini bisa diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang
tidak tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang
menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk
ditandai dengan asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak
mencukupi ataupun berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan.
KEP berat secara klinis terdapat 3 tipe yaitu kwashiorkor, marasmus, dan
marasmik- kwashiorkor. KEP ringan atau sedang disertai edema yang bukan karena
penyakit lain disebut KEP berat TIPE Kwashiorkor.
2.6.1. Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari marasmus
1.
2.
3.
4.
5.
Page | 10
2.
2.7
Page | 12
Tengkurap :
bulan
Duduk
bulan
Berdiri
bulan
Berjalan:
bulan
Bicara:
bulan
j.Imunisasi Lengkap
Jenis imunisasi:BCG,campak,folio,DPT,Hepatitis
k.Apakah ditimbang setiap bulan
l.Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)
2.7.3.Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Mata : agak menonjol
Wajah : membulat dan sembab
Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan
Abdomen : perut terlihat buncit
kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit,odema
b) Palpasi
c) Auskultasi
d) Peristaltic usus abnormal
e) Apakah anak tampak sangat kurus/ odema/ pembengkakan kedua kaki
f) Tanda-tanda terjadinya syok (rejatan) : tangan dan kaki dingin, nadi lemah,
dan kesadaran menurun
g) Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung
h) Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati
menentukan status dehidrasi pada gizi buruk).
i) Frekuensi pernafasan dan tipe pernafasan: gejala pneumonia atau gejala
gagal jantung
j) Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB.
Page | 13
k) Pembesaran hati dan adanya kekuningan (ikterus) pada bagian putih mata
(conjunktiva)
l) Adanya perut kembung, suara usus, suara usus, dan adanya suara seperti
pukulan pada permukaan air (abdominal splash)
m) Pucat yang sangat berat
- Kulit: tanda infeksi atau purpura
- pemeriksaan tanda utama pasien di mulai dari frekuensi nadi,frekuensi
nafas,pengukuran suhu tubuh.
n) Penilaian status gizi pada pasien dimulai dengan pengukuran berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas.Dengan menggunakan
pengukuran status gizi berdasarkan CDC maka BB/TB x 100% =memberikan
hasil bahwa status gizi pasien gizi kurang.
o) Pemeriksaan pasien dilanjutkan dengan pemeriksaan khusus, Dimulai
dengan pemeriksaan kulit, pemeriksaan kepala, pemeriksaan mulut,
pemeriksaan leher, Pemeriksaan thoraks, Pemeriksaan dilanjutkandengan
pemeriksaan paru, Pemeriksaan abdomen, pemeriksaan genitalia, Lalu
pemeriksaan anak ini dilanjutkan pada daerah ekstremitas,
2.8
sering disebabkan oleh infeksi sering tidak dapat dibedakan kematian karena infeksi
atau karena gizi buruk itu sendiri. Prognosis tergantung dari stadium saat
pengobatan mulai dilaksanakan. Pada penderita gizi buruk pemberian diet tinggi
kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan penderita gizi buruk tanpa
komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan tentang pemberian makanan
yg baik, sedangkan penderita yang komplikasi serta dehidrasi , syok dan lain-lain
perlu mendapat perawatan dirumah sakit.
Lebih dari 40% anak menderita gizi buruk meninggal. Kematian ini terjadi mulai dari
hari pertama pengobatan biasanya disebabkan oleh
Gangguan elektrolit
Infeksi
Hipotermia (suhu tubuh yang sangat rendah)
Page | 14
Kegagalan jantung
penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya status gizi
anak tersebut terus diperbaiki hingga sembuh. Memulihkan keadaan gizinya dengan
cara mengobati penyakit penyerta, peningkatan taraf gizi dan mencegah gejala dan
kekambuhan dari gizi buruk.
2.9
memberikan makanan yang bergizi pada anak berupa sayur mayur, buah-buahan,
makanan yang mengandung karbohidrat (seperti nasi, kentang, jagung), makanan
yang mengandung protein (telur, ikan ,daging) melakukan posyiandu secara rutin
seperti(imunisasi) , dan berikanlah ASI bagi anak usia 0 2 tahun.
Page | 15
endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
2. Kwashiorkor
Kwashiorkor merupakan syndrome klinis akibat dari defisiensi berat dan
masukan kalori tidak cukup.
Cara Pencegahan :
a. Pencegahannya dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah yang tepat
dari protein (12 % dari total kalori). Sentiasa mengamalkan konsumsi diet
yang
seimbang
dengan
cukup
karbohidrat,
cukup
lemak.
Protein
mengalami
perjalanan
serius
dan
sering
mematikan
tetapi
sering
hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang
dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan
kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan
untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
Pemeriksaan ini meliputi kaidah pemeriksaan laboratorium klinis secara
umum. Berupa pemeriksaan metabolit abnormal, perubahan aktivitas enzim,
komponen darah atau fungsi fisiologis yang tergantung dari zat gizi tertentu
(Gibson,2005), yaitu :
Page | 17
1.
2.
3.
4.
HDL),
fungsi
ginjal
(ureum,
kreatinin),
fungsi
hati
(sgot,sgpt,
bilirubin,gama gt dan alkalin fosfatase), fungsi tulang, otot dan sendi (asam
urat, ASTO,CRP dan Rematic Factor)
Pemeriksaan penunjang status gizi lainnya dengan foto rontgen, CT scan,
MRI dan USG.
Diagnosa kerja pada kelainan nutrisi yaitu Status Gizi Antropometrik :
obesitas,pre-obes,marasmus, kwarshiorkor, chronic energy deficiency
Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh
yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot .
Uji
biokimiawi
yang
penting
ialah
pemeriksaan
kadar
hemoglobin,
pemeriksaan apusan darah untuk malaria, pemeriksaan protein. Ada dua jenis
protein, viseral dan somatik, yang layak dijadikan parameter penentu status gizi.
Pemeriksaan tinja cukup hanya pemeriksaan occult blood dan telur cacing saja.
2.10.2 Pemeriksaan Antropometris
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh
(Supariasa, 2002).
Penilaian antropometris yang penting dilakukan ialah penimbangan berat dan
pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini
penting, terutama pada anak yang berkelas ekonomi dan sosial rendah.
Pengamatan anak dipusatkan terutama pada percepatan tumbuh.
Page | 18
Gizi baik
60-80%
edema.
< 60%
Gizi buruk
Penilaian:
5-10%
kehilangan BB ringan
15-25%
kehilangan BB sedang
> 25%
kehilangan BB berat
stunting atau perawakan pendek. Indeks pada anak perempuan hanya sampai 135
cm dan anak laki-laki sampai TB 145 cm dan setelah itu rasio BB/TB tidak begitu
banyak berarti karena adanya percepatan tumbuh. Indeks ini tidak memerlukan
faktor umur.
BB/TB (%) = [BB aktual/BB menurut TB aktual] x 100%
Interpretasi:
1. Jika BB/TB (%):
> 120%
Obesitas
110-120%
Overweight
90-110%
Normal
70-90%
Gizi kurang
<70%
Gizi buruk
2. Nilai BB/TB di sekitar persentil 50 menunjukkan normal. Makin jauh deviasi yang
terjadi makin besar pula kelebihan atau kekurangan gizi pada individu tersebut.
11,5-12,5 cm
>12,5 cm
Interpretasi LLA/U:
85-10%
Gizi baik/normal
70-85%
Gizi kurang
< 70%
Gizi buruk
Interpretasi LLA/TB:
>85% Gizi baik/normal
80-85%
Borderline / KKP-I
75-80%
< 75%
d. jika berat badan tetap dibanding bulan lalu sehingga garis pertumbuhan
mendatar disebut T2 (tidak tumbuh)
e. jika berat badan dibanding bulan lalu turun sehingga garis pertumbuhan
turun disebut T3 ( tumbuh negatif)
4. Melakukan pemeriksaan adanya tanda bahaya, yang meliputi : adanya
renjatan atau syok, keadaan tidak sadar atau letargis serta adanya
muntah/diare/dehidrasi
5. Melakukan pemeriksaan fisik
6. Merujuk anak apabila
a. ditemukan 2 kali T berturut-turut meskipun BB di KMS masih diatas
garis merah
b. BB dibawah garis merah di KMS (kartu menuju sehat)
Kasih sayang
Lingkungan yang ceria
Terapi bermain selama 15-30 menit setiap hari, contohnya bermaincilukba
Aktifitas fisik segera setelah sembuh
Keterlibatan ibu dalam memberi makan, memandikan, bermain danlainlain.
infeksi (seperti Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena
gangguan jantung mendadak. Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering
mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi
atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang lebih berat hingga
mengancam jiwa (Nelson, 2007).
Selain itu ada juga komplikasi yang lain,yaitu:
1. Hipotemi
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu
kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai
suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 C.Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada
zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk
mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas
dalam tubuh.Gejala hipotermia ringan adalah penderita berbicara melantur, kulit
menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun,
dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas. Pada
penderita hipotermia moderat, detak jantung dan respirasi melemah hingga mencapai
hanya 3-4 kali bernapas dalam satu menit. Pada penderita hipotermia parah, pasien
tidak sadar diri, badan menjadi sangat kaku, pupil mengalami dilatasi, terjadi hipotensi
akut, dan pernapasan sangat lambat hingga tidak kentara (kelihatan).
2. Hipoglikemi
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah hingga dibawah 60
mg/dl. Padahal kinerja tubuh,terutam otak dan sistem syaraf,membutuhkan glukosa
dalam darah yang berasal dari makanan berkarbohidrat dalam kadar yang cukup.
Kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dl pada kondisi puasa,100-180 mg/dl pada
kondisi setelah makan
3. Infeksi
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme
inang, dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau
patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri,
yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan
dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan
kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum,
patogen
umumnya
dikategorikan
sebagai
organisme
mikroskopik,
walaupun
Page | 27
sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan
viroid.
4. Diare dan Dehidrasi
Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air
besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air
berlebihan.
5. Syok
Syok adalah suatu keadaan dimana pasokan darah tidak mencukupi
untuk kebutuhan organ-organ di dalam tubuh. Shock juga didefinisikan sebagai
gangguan sirkulasi yang mengakibatkan penurunan kritis perfusi jaringan vital
atau menurunnya volume darah yang bersirkulasi secara efektif.
6. ISPA
Infeksi saluran napas akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring.
7. Cacingan
Cacingan adalah kumpulan gejala gangguan kesehatan akibat adanya cacing
parasit di dalam tubuh.Penyebab kecacingan yang populer adalah cacing pita,
cacing kremi, dan cacing tambang.
8. Tuberkulosis
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosi.
9. Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit
ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh
manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian
menginfeksi sel darah merah.
Page | 28
Kesimpulan Akhir
kasus skenario di atas anak tersebut mengalami Marasmus-Kwarshiorkor.
Anak/bayi yang menderita marasmic-kwashiorkor mempunyai gejala (sindroma)
gabungan antara marasmus dan kwarshiorkor.Seorang bayi yang menderita
marasmus lalu berlanjut menjadi kwashiorkor atau sebaliknya tergantung dari
makanan/gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari lemak dan protein akan
berkurang/habis terpakai
Apabila masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi/anak
akan jatuh menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai untuk
energi, gejala kwashiorkor akan menyertai. Hal ini dapat terjadi pada anak yang
dietnya hanya mengandung karbohidrat saja seperti beras, jagung atau singkong
yang miskin akan protein
Page | 29
DAFTAR PUSTAKA
BUKU AJAR PEDIATRI RUDOLPH VOLUME 2 EDISI 20
www.bappenas.go.id/get-file-server/node/3349/
http://www.infogue.com/viewstory/2011/06/29/penyakit_gizi_buruk/?
url=http://www.penyakitplus.com/kesehatan/penyakit-gizi-buruk/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20564/3/Chapter%20II.pdf
http://puskesmas.info/gizi-buruk/perjalanan-penyakit-gizi-buruk/
KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN edisi Ketiga Jilid 2
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1975164-kenali-tanda-dan-gejalagizi/#ixzz1lKZ9ADIr
Page | 30
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=Diagnosis+dan+penilaian+Awal+Gizi+Buruk
http://www.scribd.com/doc/56806266/2/II-2-Pemeriksaan-Fisik
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_PenatalaksanaanBusungLaparPadaBalita.pd
f/06_PenatalaksanaanBusungLaparPadaBalita.html
http://medicastore.com/penyakit/628/Giziburuk
http://www.scribd.com/doc/49532197/makalah-Gizi-Buruk
http://dinkes.banyuasinkab.go.id/index.php/artikel-kesehatan/164-morbili-penyakittropik-infeksi-anak.html
NELSON VOL 1, EDISI 15,ILMU KESEHATAN ANAK,PENERBIT BUKU
KEDOKTERAN (EGC)
Benjamin W. Van Voorhees, MD, MPH, Assistant Professor of Medicine and
Pediatrics, Article on Kwashiorkor, University of Chicago, Verimed Healthcare
Network, http//www.medlineplus.com
http://www.scribd.com/doc/33878820/Penerapan-Ilmu-Gizi-Klinik
http://www.infokeperawatan.com/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-marasmikkwashiorkor.html
http://www.tanyadokteranda.com/kesehatan/2011/12/mengenal-elektrokardiogramekg/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20564/3/Chapter%20II.pdf
http://fajarari.lecture.ub.ac.id/files/2011/10/Sistem-Pelayanan-dan-Rujukan-GiziBuruk-17-10-2011.pdf
Page | 31