Buku Program Ceril
Buku Program Ceril
KETUA PANITIA
Salam sejahtera,
Kami sampaikan selamat datang pada CERIL tanggal 7 Desember 2013 yang
diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah
Mada yang Ke-66. Dengan bekerjasama dengan Majalah Kedokteran Gigi dan The
Indonesian Journal of Dental Research, kami mengundang 2 pakar bidang Konservasi dan
Penyakit Dalam untuk membagi pengetahuan dan pengalaman mereka mengenai pasien
lansia. Pembangunan kesehatan yang selalu menjadi perhatian dari tahun ke tahun, baik di
tingkat nasional maupun internasional, memperluas informasi dan meningkatkan
kesadaran kesehatan di segala lapisan masyarakat. Konsekuensi penting dari situasi ini
adalah peningkatan kualitas dan harapan hidup. Dengan demikian, peningkatan jumlah
populasi lansia merupakan dampak logis yang tidak dapat dihindari. Sebagai bagian dari
masyarakat kesehatan, klinisi, dan akademisi kedokteran gigi perlu memperluas khasanah
pengetahuannya mengenai situasi kesehatan dan perawatan pada populasi lansia.
Di samping pembicara utama, CERIL pada 7 Desember 2013 ini memberikan kesempatan
kepada 36 akademisi dan peneliti bidang Kedokteran Gigi untuk mempresentasikan
makalah, baik berupa laporan kasus maupun laporan penelitian, sekaligus membuka
kesempatan untuk mempublikasikan karya ilmiah ke Majalah Kedokteran Gigi dan The
Indonesian Journal of Dental Research. Besar harapan kami untuk dapat menjadikan CERIL
sebagai media komunikasi yang efektif bagi peneliti dan akademisi dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan gigi bagi masyarakat. Selamat berbagi ilmu.
DAFTAR ISI
PROGRAM
07. 00
07.4508.00
WAKTU
08.00-08.15
08.15-08.30
08.30-08.45
08.45-09.00
Kegiatan
CERAMAH ILMIAH FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UGM PERIODE
Desember 2013
Registrasi
Peserta mendapat co card, seminar kit, buku program
Pembicara menuju area editing untuk entry data bagi yang belum atau
ingin mengedit
PEMBUKAAN : DRG SRI SUPARWITRI, SU, SP ORT(K)
AUDITORIUM
LANTAI DASAR
MODERATOR SESI I
DRG SRI SUPARWITRI, SU, SP ORT(K)
08. 00-09. 30
Aditya Gungga K (UGM, Lapsus):
Perawatan Crossbite Posterior Unilateral
Menggunakan Alat Ortodontik Cekat
Teknik Begg
MODERATOR SESI I
DRG. HARSINI, M. S.
08. 00-09. 30
Andi Dahniar (UGM, Lapsus):
Perawatan Crown Lengthening Molar
Dua Kiri Mandibula Pasca Perawatan
Saluran Akar disertai Fraktur
Mahkota Distobulak Setinggi dengan
Puncak Gingiva Dilanjutkan
Pembuatan Mahkota Metal dengan
Penguat Pasak
Andina Novita Sari (UGM, Lapsus):
Root Canal Retreatment of Maxillary
Left Central Incisor Using
Chlorexidine
Intan Dhamayanti (UGM, Lapsus):
Restorasi Menggunakan Fiber
Reinforced Composite pada Gigi
Premolar Pertama Kanan Mandibula
Pasca Perawatan Saluran Akar
Lisna Mirna Kuntari (UGM,
Lapsus):Apexification Using Mineral
Trioxide Agregate in Central
Maxillary Left Incisor
COFFEE BREAK
09.00-09.15
09.30-09.45
09.45-10.00
10.0010.45
10.45-11.00
11.00-11.15
11.15-11.30
11.30-11.45
11.45-12.00
PEMBICARA UTAMA:
DRG. R. TRI ENDRO UNTARA, M. KES ., SP. KG
Tindakan Opdent pada Pasien Lansia
MODERATOR : DR. DRG SITI SUNARINTYAS, MKES
MODERATOR SESI I
MODERATOR SESI II
DR. DRG SITI SUNARINTYAS, MKES
DRG CENDRAWASIH
(10. 30-12. 00)
(10. 00-12. 00)
Culia Rahayu (Politeknik Kesehatan
Irene Sulistio (UGM, Lapsus):
Tasikmalaya, Lappel): Hubungan Antara Penatalaksanaan Lesi Endo-Perio
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
dengan Perawatan Endodontik Non
Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut
Bedah
dengan Status Kesehatan Periodontal Pra
Lansia
Applonia Leu (Politeknik Kesehatan
Kupang, Lappel): Factors Affecting Oral
and Denta Hygiene Maintaining Behaviour
of The Pregnant Women in Public Helath
Centre Kupang Regency
Fatma Yuza (UGM, Lappel): Efek
Pemberian Ekstrak Lidah Buaya (Aloe
Barbadensis Miller) pada Soket Gigi
terhadap Kepadatan Serabut Kolagen
Pasca Ekstraksi Gigi marmot (Cavia
Porcellus)
Malida Magista (UGM, Lappel):
Pengaruh Lama Perendaman dan Jenis
Minuman Beralkohol Bird an Tuak
terhadap Kekerasan Email Gigi Manusia
(In Vitro)
Rendra Chriestedy Prasetya (UNEJ,
Lappel): Penurunan Infiltrasi Sel
Neutrofil pada Tikus yang Diinduksi
Periodontitis setelah Pemberian Ekstrak
12.00-13.00
13.00-13.45
13.45-14.00
14.00-14.15
14.15-14.30
14.30-14.45
14.45-15.00
15.00-15.15
PEMBICARA UTAMA:
dr. Probosuseno, Sp. PD ., K-Ger
Manifestasi Penyakit dalam Rongga Mulut pada Pasien Lansia
MODERATOR :DRG. ENDANG WAHYUNINGTYAS, M. S ., SP. PROS. (K)
MODERATOR SESI III
MODERATOR SESI III
DRG. ENDANG WAHYUNINGTYAS, M. S .,
DRG. HENDRAWATI, M. KES
SP. PROS. (K)
(13. 45-15. 15)
(13. 00-15. 15)
Marlindayanti (Politeknik Kesehatan
Renni Kurniasari (UGM, Lapsus):
Palembang, Lappel): Prediksi Risiko
Perawatan Ortodontik pada
Terjadinya Karies Baru Berdasarkan
Maloklusi Klas II Divisi 1 dengan
Konsumsi Pempek pada Anak Usia 11-12
Overjet Besar dan Palatal Bite
Tahun di Palembang
Menggunakan Alat Cekat Teknik
Begg
Endah Kusumastuti (Bakti Wiyata
Darmayanti Dian Suryani (UGM,
Kediri, Lappel): Ekspresi COX-2 dan
Lapsus): Perawatan Maloklusi
Jumlah Neutrofil Fase Inflamasi pada
Angle Kelas I dengan Impaksi
Proses Penyembuhan Luka Setelah
Kaninus Maksila Menggunakan
Pemberian Sistemik Ekstrak Etanolik
Alat Cekat Begg
Rosela (Hibiscus sabdariffa) (Studi In Vivo
pada Tikus Wistar)
Pambudi Santoso T (UGM,
Nur Rachmawati (UGM, Lapsus):
Lapsus):Overdenture dengan Pegangan
Perawatan Teknik Begg pada Kasus
Telescopic Crown
Keberjejalan disertai Pergeseran
dengan Pencabutan Asimetri
Demmy Wijaya (UGM, Lapsus):
Rully Utami (UGM, Lapsus):
Pembuatan Andhesive Bridge dengan
Compromised Treatment of Class III
Fiber Reinforced Composite untuk
Malocclusion with Mandibular
Perawatan Kehilangan dan Kegoyahan
Shifting, Posterior Openbite and
Gigi Anterior Rahang Bawah
Clicking Using Edgewise Technique
and Trainer in Adult
A. A. Ayu Agung Subiantari (UGM,
Siti Solekah (UGM, Lapsus):
Lapsus): Rehabilitasi Prostetik Protesa
Koreksi Gigi Premolar Rotasi
Jari dengan Bahan Silikon RTV untuk
dengan Aplikasi Kopel pada
Mengembalikan Bentuk dan Estetik
Perawatan Ortodontik Cekat
Teknik Straightwire
Pedro Bernado (UGM, Lapsus):
Devi
Yuliastanti
(UGM,
Penatalaksanaan Fraktur Kompleks
Lappel):Hubungan
Antara
Zygomatomaksilaris Sinistra dengan Plat
Perubahan
Overbite
Osteosintesis
TerhadapPerubahan Tinggi Wajah
Anterior Pada Maloklusi Angle Klas
Ii
Divisi
1
Setelah
PerawatanOrtodonsi
Dengan
Teknik Begg
15.1515.30
INFORMASI UMUM
Waktu Pelaksanaan
Sabtu, 7 Desember 2013
Lokasi
Gedung Margono Suradji
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
Jl. Denta Sekip Utara, Yogyakarta
Kontak Panitia:
drg. Harsini, M. S. (informasi, pendaftaran, peserta pameran)
Telepon
: 0817 9424 780
Fax
: 0274 547 130
E-mail
:fkgugmceril@gmail.com
Biaya registrasi :
Rp250.000 sebelum 30 November 2013 dan Rp300.000,- setelah 30 November 2013
Fasilitas:
Seminar kit, snack, lunch box, sertifikat SKP
Pendaftaran:
Transfer biaya pendaftaran ke No. Rek. Bank Mandiri 1370098168087 a/n drg.
Hendrawati M. Kes. (bukti transfer harap dibawa saat registrasi)
Konfirmasi via sms dengan mengetik Peserta/Pembicara, Nama Lengkap dengan
Gelar, Tanggal dan Jam Transfer ke drg. Harsini, M. S. 0817 9424 780
KUMPULAN ABSTRAK
-Pembicara Utama-
Volume pulpa
berkurang, bahkan pada usia 75 tahun ruang pulpa dapat menghilang secara total. Atrisi
menjadikan rasa ngilu pada gigi yang disebabkan email yang terkelupas. Selain itu pada
pasien usia lanjut cenderung memerlukan penanganan lebih cepat karena ketahanan fisik
yang sudah menurun. Teknik pendekatan emosional khusus, kecepatan kerja operator ,
teknik dan pemilihan bahan restorasi yang tepat diperlukan dalam merestorasi gigi pasien
usia lanjut.
10
PENDAHULUAN
Alhamdulillah dengan kemajuan dibidang ilmu kedokteran, farmasi, dll telah banyak
berperan dalam memperpanjang harapan hidup manusia, dengan bukti makin banyak jumlah dan
proporsi lanjut usia (lansia) di seluruh dunia terutama di negara yang sedang berkembang. World
Health Organization (WHO), pada tahun 1998 menyatakan ada 390 juta penduduk berusia lebih
dari 65 tahun, dan diperkirakan meningkat dua kalinya pada tahun 2025. Di beberapa negara
berkembang terutama Amerika Latin dan Asia, diperkirakan terjadi peningkatan populasi lansia
sampai 300% pada tahun 2025. Pada tahun 2050 diperkirakan terdapat 2 milyar penduduk berusia
lebih dari 60 tahun, dan sebanyak 80% tinggal di negara yang sedang berkembang (Petersen &
Yamamoto, 2005; WHO, 2007). Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan penduduk
lansia sebesar 414% dalam jangka waktu 35 tahun (1990-2025). Pada tahun 2020 diperkirakan
jumlah lansia mencapai 25,5 juta jiwa. Peningkatan populasi lansia akan diikuti oleh peningkatan
prevalensi penyakit sistemik serta perubahan yang amat besar dan cepat dalam kesehatan oral.
11
Penyakit pada lansia beragam, karena merupakan akumulasi penyakit yang bersifat kronis
yang disandang (dibawa) sejak masa pra lansia. Macamnya antara lain Kelompok penyakit
reumatik, hipertensi, sakit mag, DM, bronchitis, kanker, stroke, sakit jantung koroner, gigi ompong,
makan terganggu karena slilit dll. Peningkatan populasi lansia akan diikuti oleh peningkatan
prevalensi penyakit sistemik serta perubahan yang amat besar dan cepat dalam kesehatan oral.
Dengan meningkatnya usia, kerentanan terhadap penyakit kronik dan penyakit yang mengancam
jiwa seperti infeksi akut meningkat, yang diperberat oleh sistem imun yang menurun. Dampak
negatif penyakit dan kondisi oral yang buruk cukup bermakna karena bisa menyebabkan
disabilitas, mortalitas dan penurunan kualitas hidup lansia, sehingga merupakan problem
kesehatan masyarakat yang penting. Penampilan penyakit pada lansia sering tidak jelas, kronik,
banyak bersifat endogen, tersembunyi, multipel, progresif, tidak memberikan kekebalan bahkan
justru lebih rentan terhadap penyakit, menyebabkan cacat lama sebelum terjadinya kematian . .
12
alveolar. Pada lansia jaringan penyangga gigi mengalami kemunduran sehingga gigi goyang dan
mudah tanggal. Secara makroskopik, gigi mengalami perubahan dalam bentuk dan warnanya
3. Otot, Lapisan mukosa rongga mulut , Lidah dan Kelenjar ludah massa otot mengalami
penurunan sampai kurang lebih 33% pada seseorang usia 80 tahun. Penurunan kurang lebih
40% dijumpai pada otot rahang, maseter dan pterigoid medial, sehingga terjadi penurunan
kekuatan dan efisiensi dalam mengunyah makanan, gerakan yang tidak terkontrol dari bibir,
lidah dan rahang. Lapisan mukosa atrofi menjadi lebih tipis, halus, dan lebih kering, hilangnya
elastisitas dan melambatnya proses penyembuhan. Lidah sering atrofi papil lidah dan
terjadinya fisura-fisura, akibatnya terjadi perubahan persepsi terhadap pengecapan. Lidah
biasanya membesar akibat hilangnya sebagian besar gigi.
4. Gangguan kesehatan gilut dapat membatasi interaksi sosial, kepercayaan diri, dan penampilan
diri serta mempunyai efek dramatis terhadap kualitas hidup. Pada populasi termasuk lansia,
gigi tanggal dan karies dental digunakan sebagai ukuran status kesehatan oral.
a. Gigi ompong jumlah lansia Indonesia yang berusia 65 tahun atau lebih dengan gigi
ompong sebanyak 24%. Edentulisme sangat berhubungan dengan status sosial ekonomi. Lansia
tanpa gigi cenderung menghindari makanan berserat dan memilih yang kaya lemak jenuh dan
kolesterol
b. Problem berkaitan dengan pemakaian gigi tiruan Pemakaian dental prostese dapat
memperbaiki defisiensi mengunyah memperbaiki nutrisi, fungsi bicara dan kesehatan
penderita. Stomatitis dapat terjadi akibat gigi tiruan, prevalensi stomatitis dilaporkan sebesar
11 67% pada pemakai gigi tiruan komplit. Kejadian stomatitis akibat gigi tiruan berkorelasi
kuat dengan kebersihan gigi atau banyaknya plak gigi.
c. Karies dental koronal dan akar Hampir sepertiga lansia berusia 65 tahun atau lebih
mempunyai karies dental koronal dan akar yang tidak diterapi.
d. Penyakit periodontal Prevalensi penyakit periodontal (gingivitis, periodontitis)
meningkat dengan usia, dari 6% pada usia 25-34 tahun menjadi 41% diantara lansia 65 tahun
atau lebih.
e. Nyeri orafasial7% lansia mengalami nyeri gigi minimal 2 kali selama 6 bulan,l meliputi
neuralgia trigeminal, neuralgia post herpetika, sakit kepala, dan arteritis.
13
f. Xerostomia 30% pada populasi 65 tahun atau lebih. Penyebabnya: penyakit, umur, atau
penggunaan obat-obatan. Obat paling sering antidepresan trisiklik, antipsikotik, antikolinergik,
beta bloker, antihistamin, antispasmodik saluran kemih, diuretik, bronkodilator, agen
gastrointestinal, dan agen anti-Parkinsons disease, dll (pasien hipertensi, psikiatrik, problem
saluran kemih, dan perokok).
g. Prekanker dan kanker daerah gilut jumlah meningkat secara progresif seiring umur.
Penggunaan tembakau dan konsumsi alkohol adalah faktor risiko terpenting dari kanker oral
dan lesi premalignan termasuk leukoplakia. Asupan buah-buahan, sayur-sayuran merupakan
faktor protektif karena tingginya kandungan karotenoid dan vitamin C.
h. Nutrisi gigi tanggal, prostese yang tidak sesuai, nyeri orofasial akibat infeksi, trauma,
karies, penyakit periodontal, disfungsi kelenjar saliva, mempengaruhi asupan makanan dan
cairan.
14
2. Infeksi gilut dan infeksi paru (pneumonia aspirasi) 48% dari seluruh infeksi pada
lansia. Sumber infeksi berasal dari plak gigiyg terakumulasi pada gigi dan gigi tiruan yang
tidak bersih.
3. Penyakit periodontal dan diabetes ada hubungan langsung dua arah.
4. Infeksi gilut dengan penyakit jantung dan stroke bakteri memasuki darah saat
jaringan yang sakit menjadi lebih rapuh selama proses pengunyahan, menggosok gigi, atau
prosedur dental. Bakteriemia ini menyebabkan efek kardiovaskuler sistemik.
5. Penyakit sistemik &atau efek samping pengobatan risiko penyakit gilut seperti: mulut
kering mempengaruhi sensasi rasa dan bau. Banyak pengobatan untuk mengatasi kondisi
sistemik (hipertensi, diabetes melitus, osteoartritis, dll) yang dapat mempengaruhi kavitas
oral dan fungsinya. Polifarmasi memperburuk pengaruhnya terhadap kesehatan dan
perawatan gilut
6. Kesehatan Gilut dan Kualitas Hidup Terdapat bukti bahwa kesehatan oral yang baik
berperan terhadap peningkatan kualitas hidup lansia. Jumlah gigi mempunyai pengaruh
khusus terhadap kualitas hidup. Terdapat hubungan penting antara retensi gigi dengan
kualitas hidup; jumlah gigi natural yang lebih banyak memberikan kualitas hidup yang lebih
baik. Lebih dari 40 % lansia dengan gigi tiruan merasa malu karena lamanya waktu makan,
sehingga cenderung menghindari makan bersama dengan orang lain, dan menyebabkan
isolasi sosial.
7. Beberapa kondisi sistemik dan pengobatan penyakit yang bermanifestasi oral
Pembesaran gingiva dapat disebabkan beberapa penyakit sistemik antara lain multiple
myeloma, sarkoma Kaposi, Wegeners granulomatosis. Chrons disease, leukemia, anemaia
aplastik, defisiensi vitamin C, efek samping obat fenitoin, calsium antagonis (nifedipin, dkk).
Ulcus
oral
dapat
disebabkan
syndroma
Behcet,
penyakit
Lupus,
Wegwnwrs
granulomatosis, HIV, leukemia, anemia, penyakit Crohn, sifilis, virus herpes, tbc, obat
(allopurinol, alendronat, captopril, carbamazepin, clarithromycin, diclofenac, indometasin,
interferon, ketorolac, losartan, naproxen, phenylbutazone, phenytoin, KCl, vancomycin).
15
Kondisi sistemik
Gangguan koagulasi
Imunosupresi
Sekuele radiasi
Kategori obat
Analgesik
Antibiotik
Antikoagulan
Antihipertensi
Antiparkinson
Ansiolitik
Vasodilator
Psikoterapetik
Kortikosteroid
Oftalmik
Penyebab
Terapi antikoagulan
Kemoterapi, Sirosis hati
Penyakit renal
Sirosis alkoholik
Kemoterapi, Diabetes
Pengobatan (steroid, agen
imunosupresif), Terapi
transplantasi organ
Penyakit renal
Radiasi kepala dan leher
Manifestasi oral
Peningkatan risiko perdarahan
Obat
Aspirin
NSAID
Barbiturat, kodein
Semua
Eritromisin
Penisilin
Semua
Semua CCB, ACE inhibitor,
Diuretik thiazide, Captopril,
diazoxide
Semua
Benzodiazepine
Nitrogliserin patch
Semua Glutethimide,
meprobomat, Fenotiazin
Semua
Pilokarpin
Problem oral
Perdarahan, eritema multiformis
Perdarahan
Eritema multiformis
Kandidiasis oral
Reaksi hipersensitif, stomatitis vesikuloulseratif
Infeksi mikrobial
Perdarahan
Disfungsi saliva, Pembesaran ginggiva
Stomatitis vesikuloulseratif, pemfigus vulgaris
Reaksi likhenoid mukosa, Gangguan citarasa
Disfungsi saliva
Disfungsi saliva
Gangguan citarasa
Disfungsi saliva, Eritema multiformis
Pigmentasi oral, diskinesia tardive
Kandidiasis oral, infeksi viral oral berulang
Xerostomia
16
gigi. Sikat gigi elektrik sama efektifnya dengan sikat manual, dan
direkomendasikan jika pasien mempunyai kesulitan dengan koordinasi tangan.
7. Dental floss mungkin sulit dipakai oleh lansia, pembersih interdental elektrik
bisa digunakan.
8. Lansia pemakai gigi tiruan, terdapat sikat gigi khusus dan produk pembersih gigi
tiruan.
9. Lanjut usia disarankan untuk tidak tidur dengan menggunakan gigi tiruan, dan
gigi tiruan harus direndam dalam air atau cairan pembersih semalaman. Jika gigi
tiruan tidak sesuai, atau jika terdapat daerah kemerahan di bawah gigi tiruan,
pasien harus segera mengunjungi dokter gigi
10. Kesehatan oral pada lansia yang tinggal di panti perawatan biasanya sangat
buruk, dan pembersihan plak yang tidak adekuat memegang peranan terhadap
luaran kesehatan oral yang buruk pada populasi ini. Membersihkan plak dan
mencuci gigi tiruan secara teratur setiap hari, secara dramatis akan
memperbaiki status kesehatan oral pada pasien.
11. Promosi kesehatan masyarakat meliputi: penghentian pemakaian tembakau dan
promosi program kesehatan oral yang lain; kolaborasi dokter dan praktisi
dental; pelatihan untuk pengenalan tanda dan gejala umum kondisi oral yang
memerlukan rujukan ke dokter gigi; dan kerjasama pemberi pelayanan
kesehatan medik dan oral dengan pembuat kebijakan politik.
17
-Presentasi Oral-
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
OVERDENTURE DENGAN
PEGANGAN TELESCOPIC CROWN
(LAPORAN KASUS)
Pambudi Santoso T* Heriyanti Amalia K. ** M. Th. Esti Tjahjanti**
*Residen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
** Bagian Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
ABSTRACT
Precision attachments are small interlocking devices to connect abutment or abutments
with prosthesis which aims to increase retention and/or stabilization. Precision
attachments have wide applications, used in fixed removable bridge, removable partial
dentures, overdentures, implant retained overdentures, and maxillofacial prosthesis.
Attachment retained overdentures helps in distribution of masticatory forces, minimizes
trauma to abutments and soft tissues, attenuate ridge resorption, improves the esthetics
and retains proprioception. One type of precision attachment retained overdenture is a
telescopic crown. Telescopic dental crown consists of two parts. Primary crowns are
cemented over prepped teeth for permanent placement. Secondary crowns attached
to prothesis.
A 45 years old female came to Prosthodontic clinic at Prof Soedomo Hospital with
mastication and aesthetic problems. She had missing teeth as in 11 12 15 16 17 21 22
24 25 26 and 27, which indicated to be made one of removable partial denture. In the
upper jaw, the remaining tooth 13 and 14, were fabricated as telescopic crowns combined
with metal framework denture.
Fabrication of telescopic crown began by making of study model with preliminary bite
record. As in preliminary treatment, root canal treatment was done on 13, proceeded with
the cementation of fiber post and rewalling of missing buccal wall. Full crown preparation
was done on 13 and 14, and impression was made with double impression technique.
Laboratorium procedures for making the primary crowns, secondary crowns and
metalwork denture base were finished and the primary crowns were cemented on the
abutment teeth. Secondary crowns soldered with metalwork denture base were tried in the
patient, bite registration was done, proceeded with impression taking which bite
registration embedded inside of the impression. Artificial teeth were arranged and tried to
the patient, continued with processing and insertion of the denture.
Metal framework removable partial denture with telescopic crown is chosen for this case
to improve retention and to preserve the healthy remaining tooth.
Keywords: overdenture, precision atttachment, telescopic crown
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
COMPROMISED TREATMENT OF
CLASS III MALOCCLUSION WITH MANDIBULAR SHIFTING,
POSTERIOR OPENBITE AND CLICKING
USING EDGEWISE TECHNIQUE AND TRAINER IN ADULT
(CASE REPORT)
Rully Utami*, Wayan Ardhana**, Christnawati**
*Resident of Orthodontic, Faculty of Dentistry UGM
**Department of Orthodontic, Faculty of Dentistry UGM
ABSTRACT
This case report the treatment of an adult female 22 years old who complained that her
mandibula and chin shift to the right, posterior openbite and clicking. The patient
diagnosed class III molar relationship, skeletal class III malocclusion, mandibular midline
and chin shift to the right, posterior openbite and clicking on temporomandibular join.
Treatment was conducted using combination between Edgewise Technique and trainer.
Leveling and unraveling are achieved by round stainless steel archwire 0,014 mm with
multiloop. Trainer used to corrected the mandibular shifting. Result after 1 years treatment
showed that the right molar relationship became class I, overjet increased from 0,1 mm to
2,57 mm, overbite increased from 0,2 mm to 2,53 mm, mandibular midline shifting
decresed from 4,38 mm to 2,2 mm, posterior openbite and clicking have been corected.
Key words: class III malocclusion, mandibular shifting, clicking, Edgewise technique,
orthodonthic trainer
51
52
53
54
INDEKS PENULIS
A
Aditya Gungga K
Afini Putri Luthfianty
Agus Suprapto
AndiDahniar
Andina Novita Sari
Anna Julianti
Applonia Leu
A. A Ayu Agung Subiantari
19
22
44
37
38
42
36
34
C
Culia Rahayu
D
Darmayanti Sian Suryani
Demmy Wijaya
Devi Yuliastanti
Dwi Agustina
E
Emi Murniyanti
Endah Kusumastuti
F
Fatma Yuza
M
Malida Magista
Maria Santiniaratri
Marlindayanti
28
41
30
N
Nolista Indah Rasyid
Nur Rachmawati
20
50
25
P
Pambudi Santoso T
Pedro Bernado
32
35
49
33
53
46
R
Ragil Irawan
Rendra Chriestedy Prasetya
Renni Kurniasari
Rudy Wijayanto
Rully Utami
21
29
48
36
51
24
31
S
Shella Indri Novianty
Siti Solekah
Sri Wahyuningsih
47
52
54
T
Taufik Nur Alamsyah
45
V
Vega Mandala
23
27
I
Intan Dhamayanti
IreneSulistio
39
43
L
Lisna Mirna Kuntari
40
55
56