Anda di halaman 1dari 10

membaca

caramenulisbuku.com

elles

Cara Menulis Opini dan Menembus Koran


Banyak penulis ingin melihat tulisan opini mereka terbit di
media masa tertentu. Hanya saja tidak semua opini yang
mereka kirimkan diterima. Saking seringnya ditolak, banyak
penulis (penulis pemula khususnya) putus asa lalu
memutuskan untuk tidak mengirimkan tulisan mereka lagi.
Lalu muncullah anggapan bahwa menulis opini itu susah.
Benarkan demikian? Lalu bagaimana cara menulis opini
dengan baik sehingga bisa menembus koran?
Beropini Itu Mudah
Sebenarnya menulis opini itu tidak susah. Anda bisa
menyelesaikannya dengan mudah dan sangat cepat. Tidak
percaya! Teruslah membaca.
Kita yang bernama manusia adalah makhluk pembicara. Kita
sangat suka bicara dan tentu juga sudah sangat sering
beropini, bahkan hampir tiap hari. Coba perhatikan
kebiasaan kita sehari-hari. Ketika nonton berita, kita sering
berkomentar terhadap perilaku orang yang ada di dalam
berita itu. Misalnya kita sering geram dengan ulah pemimpin
yang tidak adil, kita spontan mengkritiknya, Gimana sih si
(pejabat) ini, marah-marah melulu. Padahal banyak cara
yang bisa diselesaikan dengan tidak marah-marah.
Kita juga biasa sebel dengan siaran televisi kita yang banyak
menayangkan program tak bermutu, lalu kita mengkritisinya,
Siaran nggak mutu, dangdutan, cinta-cintaan, ngakakngakak, bikin rusak generasi.
Atau kita juga sering kesal sama teman kita yang curang
dalam bisnis, lalu kita tulis isi hati kita di Facebook , Teman
jangan makan teman, yang dimakan itu nasi biar perut
kenyang.

Kita sering sekali memberi reaksi atau kritisi atau sikap


diri terhadap setiap apa yang kita lihat, dengar dan
rasa. Sebab kita manusia memang begitu, senang
sekali mengritik. Nah, sebenarnya hobi mengritik kita
itu adalah modal awal untuk menulis opini. Tinggal
ditindak lebih serius dalam bentuk tulisan.
Saatnya Menulis
Daripada kritikan hanya kita teriakkan di dalam hati saja
atau untuk sekedar melampiaskan emosi atau kita
obrolkan untuk teman dekat saja, itu kurang dahysat
dampaknya. Agar kita bisa berbagi lebih banyak
manfaat kepada banyak orang, tulis dan kirimkan ke
koran. Ketika tulisan kita akan kita jadikan konsumsi
umum, maka kita harus menyiapkannya dengan baik.
Dan ada tiga point penting dalam menulis opini, dengan
memahaminya dengan baik kita bisa menulis opini
dengan mudah.
1. Sudut Pandang. Sudut pandang dalam opini
biasanya bicara tentang nilai-nilai yang kita jadikan
pegangan untuk membahas sesuatu dan atau pisau
bedah yang kita pakai untuk menganalisa sesuatu.
Lain orang lain pula sudut pandangnya. Kita memiliki
sudut pandang yang berbeda-beda tergantung posisi
dan kondisi kita; keyakinan dan ilmu kita; pengalaman
dan pergaulan kita. Perhatikan gambar rombongan
pengendara onta di bawah ini, dilihat dari depan gagah
sekali, tapi bila dilihat dari belakang-bawah, (maaf)
menjijikkan. Itulah sudut pandang, lain sudut pandang
lain pula penilaian.

Orang yang pro Obama akan menganggap obama sebagai


pahlawan karena telah memerangi teroris. Tapi sebaliknya
orang yang benci sama Obama akan menganggap
Obamalah teroris dan penjahat perang karena telah banyak
nyawa yang melayang karena invasinya di banyak negara.

Orang yang anti kenaikan BBM akan menuduh penguasa


yang zalim karena dengan kenaikan BBM semua harga naik
dan mereka semakin tercekik. Tapi bagi mereka yang pro
kenaikan BBM akan membuat seribu bujukan untuk
membela keputusan yang mereka anggap sebagai
keputusan yang logis di tengah melemahnya keuangan
negara.
Tiap kita punya sudut pandang yang unik, dan itu adalah alat
kita membangun sebuah opini. Gunakan keunikan kita agar
opini kita juga unik, khas.Lalu bagaimana cara kita
menggunakan sudut pandang kita dalam menulis opini?
Jawabnya: gunakan kemampuan (ilmu, pengalaman,
keyakinan) yang anda miliki.

Misalnya anda adalah anak SMA (yang ilmunya masih


belum setinggi bintang di langit). Dan anda ingin protes
tentang kenaikan BBM. Maka, sebelum menulis opini, hal
pertama yang perlu anda lakukan adalah mendudukkan diri
anda semestinya, secara wajar: seorang pelajar (bukan
sebagai seorang ahli).
Sebagai seorang pelajar, cukup ambil sudut pandang diri
dan lingkungan anda sendiri, jadilah diri anda sendiri:
sebagai siswa yang kena dampak negatif kenaikan BBM,
misalnya. Setelah mendudukkan sudut pandang anda, tahap
berikutnya adalah menentukan ruang lingkup pembahasan.
2. Ruang Lingkup yang Sempit. Opini adalah tulisan
pendek siap saji, ia seperti cerpen, pembaca sangat suka
membacanya karena mereka bisa melumatnya sekali duduk.
Jadi buatlah skup yang sempit dan jelas agar pembaca bisa
mengambil benang merahnya. Bahkan kita bisa
membahasnya berdasarkan pengalaman yang kita rasakan
sendiri.
Bila anda adalah anak SMA tadi, maka anda bisa
membahas opini anda dalam lingkup yang anda kuasai,
misalnya anda batasi bahasan anda hanya pada lingkup
sekolah anda saja. Ya, semakin sempit linkupnya semakin
baik. Kemudian kemukakan argumen anda dan dukung ia
dengan fakta.
3. Argumen yang Kokoh. Untuk mendukung argumen kita,
ada baiknya kita gunakan data dan fakta yang memadai.
Argumen yang kuat harus mengakar pada sumber yang
kuat. Sumber argumen itu bisa berasal dari fakta atau dari
teori atau hukum.Masih permisalan anda sebagai anak SMA
di atas, ketika hendak memperkuat argumen kenaikan BBM
menyengsarakan rakyat, anda bisa mengangkat (sedikit)
fakta berupa perbandingan kondisi uang jajan teman
sekolah anda ketika sebelum kenaikan BBM dan setelah
kenaikan BBM.

Atau misalnya anda bisa angkat bukti kondisi jumlah


transaksi di kantin sekolah anda sebelum dan setelah
kenaikan BBM, misalnya. Mungkin ada di antar pemilik
kantin itu yang gulung tikar. Anda angkat itu sebagai
pendukung argumen anda untuk menolak kenaikan harga
BBM.
Ya, ini adalah opini yang unik!
Dalam menembus opini koran, terkadang pihak koran tidak
hanya menuntut kekuatan argumen tapi juga keunikan
bahasan. Pembahasan seperti di atas tentu menarik. Sebab
anak SMA jarang berani mengirimkan opininya ke koran,
dan anda juga membahasnya dengan unik, tentang kondisi
perekonomian yang seret di sekolah anda karena kenaikan
BBM. Dengan keunikan dan logisnya bahasan, mudahmudahan opini anda bisa diterima nalar pembaca, terutama
pihak koran, sehingga opini anda diterbitkan.
Yap, demikian tiga poin penting dalam menulis opini.
Berikutnya, kegiatan kita adalah menyusun opini kita dalam
bentuk struktur tulisan yang runut dan logis.
Struktur Opini
Biasanya opini itu terdiri dari pembukaan, isi dan penutup.
Menulis opini lebih mirip dengan Menulis Artikel, terutama
artikel argumentasi. Silakan baca disini tentang cara menulis
artikel secara umum (termasuk artikel argumentasi).
Menembus Koran
Keunikan bukanlah satu-satunya bahan pertimbangan pihak
koran menerima opini kita. Ada banyak pertimbangan, tiga
hal yang paling penting adalah: (1) up to date alias kekinian,
(2) kecepatan kita mengirimnya ke pihak koran dan (3)
kerapian tulisan.

Opini yang kita tulis harus membahas keadaan terbaru,


khususnya kejadian yang paling hangat (kalau bisa yang
paling heboh). Sebab itulah inti koran, membahas kejadian
setiap harinya. Dan ini harus kita barengi dengan kecepatan
kita mengirimkan opini kita ke koran, sebab kalau telat nanti
sudah diserobot sama yang lain yang lebih dulu. Dari itu,
kecepatan juga dibutuhkan selain kebaruan dan keunikan.
Dan sebelum kita kirim, kita harus merapikan dulu tulisan
kita, perlu ada sedikit pekerjaan edit-mengedit kata yang
salah ketik. Sebab pihak penyeleksi sangat malas mengedit,
sebab ada ratusan opini baru yang masuk ke mereka tiap
harinya. Bila mereka milihat ada kata-kata yang salah ketik,
akan sangat mungkin tulisan kita disingkirkan.
Tidak Tembus Koran Bukan Berarti Kiamat
Kebanyakan penulis pemula (termasuk saya dulunya)
memanfaatkan koran sebagai wadah uji coba kualitas tulisan
mereka. Bila tulisan mereka terbit berarti kualitas tulisan
mereka sudah baik dan bila tidak terbit, berarti kualitas
tulisan mereka tidak baik. Sebenarnya ini adalah anggapan
yang salah.
Sebab banyak tulisan yang bagus yang dikirmkan ke koran
tapi ditolak sebab, mungkin, kurang kontekstual, atau ide
anda tidak satu ideologi dengan koran, kurang menarik
dibaca, banyak kata-kata yang salah ketik, terlalu panjang
atau terlalu pendek, atau karena telat ngirimnya, atau juga
salah alamat kirim atau bahkan juga bisa jadi karena pihak
yang bertugas mengecek email lupa membuka email opini
kiriman anda. Dari itu, ketika anda mengirimkan opini anda
ke koran ternyata ditolak, maka jangan berkecil hati, mungkin
kesalahan bukan pada diri anda. Lagi pula banyak penulis
yang telah menerbitkan banyak karya tulis, bahkan ada yang
bukunya menjadi best seller tidak pernah menembus media
koran. Jadi bagi anda yang karyanya selalu ditolak jangan
merasa rendah diri. Anda tetap bisa menciptakan tulisan
yang bagus.

Tulisan yang bagus tidak tergantung pada tembus koran


atau tidak. Tulisan yang bagus adalah tulisan yang alur
berpikirnya logis, yang bermanfaat untuk orang banyak,
yang orang butuh, yang bisa memberi nilai tambah untuk
hidup orang, yang bisa memotivasi, yang bisa mencerahkan,
yang bermutu.
Yap, demikian tulisan pendek seputar cara menulis opini.
Semoga bermanfaat. Terima kasih telah sudi mampir :)

Anda mungkin juga menyukai