Laporan Praktikum Kimia Fisika II Kesetgyyugtyyt6tyyy6y87y76i
Laporan Praktikum Kimia Fisika II Kesetgyyugtyyt6tyyy6y87y76i
KIMIA FISIKA II
KESETIMBANGAN FASA
Selasa, 15 April 2014
Disusun Oleh :
Yeni Setiartini
1112016200050
Kelompok : 4
Widya Fitriani
Widya Mulyana Putri
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan kesetimbangan fasa dengan menggunakan 3 zat yakni H2O,
asam asetat gracial, dan klorofom sebanyak 3ml, 4ml, dan 7 ml dengan menggunakan
metode titrasi dimana sebagai larutan penitrasi adalah asam glacialsampai fasa zat
campuran air dan klorofom menjadi satu fasa. Dari percobaan yang dilakukan maka
dihasilkan diagram fasa terner terhadap fraksi mol dengan persen fraksimol sebagai
berikut air, kloroform 3 ml, dan asam asetat glacial 62.6%, 6,6%,30%,, pada 4 ml
kloroform 56.6%, 8.4%, 34,9%, serta pada klorofom 7 ml yakni 51%, 13%, dan 35,8%.
PENDAHULUAN
Suatu fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen diantara
keadaan submakroskopisnya, tetapi tidak benar-benar terpisah dari bagian sistem yang
lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak
dapat bercampur dapat membentuk fase terpisah, sedangkan campuran gas-gas adalah
satu fase karena sistemnya yang homogen.
Komponen, jumlah komponen-komponen dalam suatu sistem didefinisikan sebagai
jumlah minimum dari variabel bebas pilihan yang dibutuhkan untuk menggambarkan
komposisi tiap fase dari suatu sistem (SK Dogra dan S Dogra. 2009: 454)
Derajat kebebasan didefinisikan sebagai jumlah minimum variable intensif yang harus
dipilih agar keberadaan variable intensif dapat ditetapkan. Jumlah minimum variable
intensif dapat berupa temperature, tekanan, konsentrasi. Simbol untuk derajat kebebasan
yaitu F dan invariant bila F=0, univarian bila F=1, bivarian bila F=2 dan seterusnya
(SK Dogra dan S Dogra. 2009 : 455)
Untuk sistem tiga komponen, derajat kebebasan, f=3-p+2=5-p. Untuk p=1, ada 4 derajat
kebebasan. Tak mungkin menyatakan sistem seperti ini dalam bentuk grafik yang
lengkap dalam tiga dimensi, apalagi dalam dua dimensi. Oleh karena itu biasanya
sistem dinyatakan pada suhu dan tekanan yang tetap, dan derajat kebebasannya menjadi
f=3-p; jadi derajat kebebasannya paling banyak adalah dua, dan dapat dinyatakan dalam
suatu bidang. Pada suhu dan tekanan tetap variable yang dapat digunakan untuk
menyatakan keadaan sistem tinggal komposisi yakni XA, XB, XC yang dihubungkan
melalui XA, XB, XC= 1. Komposisi salah satu komponen sudah tertentu jika dua
komponen lainnya diketahui. Untuk menyatakannya dalm suatu grafik, Gibbs dan
Rozenboom menggunakan suatu segitiga sama sisi. Titik A, B, C pada setiap sudut
segitiga masing-masing menyatakan 100% A, 100% B, 100% C. setiap titik dalam
segitiga tersebut jika dihubungkan secara tegak lurus ke sisi-sisinya akan diperoleh
penjumlahan ketiga garis ini selalu konstan, sama dengan tinggi segitiga tersebut, h
(Ijang Rohman & Sri Mulyani: 203)
Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa, maka V = 2. Berarti, untuk menyatakan
keadaan sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua komponennya.
Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan V = 1; berarti hanya
satu komponen yang harus ditentukan konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang
lain sudah tentu berdasarkan diagram fasa untuk sistem tersebut. Oleh karena itu, sistem
tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat kebebasan
maksimum = 2 (jumlah fasa minimum = 1), maka diagram fasa ini dapat digambarkan
dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga sama sisi yang disebut diagram terner. Tiap
sudut segitiga tersebut menggambarkan suatu komponen murni. Prinsip penggambaran
komposisi dalam diagram terner dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
C
XC
XA
A
XB
BC
AC
a1
a2
a3
a4
b4
b3
b2
b1
II larutan B dalam C
4. mengulangi kegiatan diatas dengan mengganti air dengan kloroform dan asam
asetat glasial.
b. Sistem tiga komponen
1. menyediakan bure yang masih bersih dan mongering 1 buah, mengisi masingmasing dengan asam asetat glasial yang murni
2. menyediakan labu Erlenmeyer 3 buah, masing-masing diisi dengan 3 ml, 4ml,
dan 7ml kloroform mengerjaakan satu persatu mengingat kloroform menguap
dan toksik
3. menambahkan masing-masing 5 ml akuades, mengocok sebentar, campuran
akan membentuk dua lapisan
4. menitrasi dengan asam asetat glasial sampai ke-2 lapisan membentuk satu fasa,
mencatat volume asam asetat glasial yang ditambahkan menitrasi sebanyak
3x (triplo)
5. mengulangi untuk labu Erlenmeyer kedua dan seterusnya
6. membuat diagram fasa terner
HASIL DAN PEMBAHASAN
Volume kloroform (ml)
8.3
7.9
9.6
10.4
11.4
11.8
22.00 gram
42.3 gram
54.1 gram
Perhitungan:
43.34
24.9
= 1.74 g/ml
ni =
Mol
Vi . i
Mri
nair =
5 1.69/
18/
nCHI3 =
3 2.17 /
119.5 /
nCH3COOH =
Xi
= 0.47
= 0.05
8.1 1.74 /
60 /
= 0.23
Fraksi mol
ni
x 100 %
nA nB nC
0.47
43.4 gram
0.23
ni =
Mol
Vi . i
Mri
nair =
5 1.69/
18/
nCHI3 =
4 2.17 /
119.5 /
nCH3COOH =
= 0.47
= 0.07
10 1.74 /
60 /
= 0.29
Fraksi mol
Xi
ni
x 100 %
nA nB nC
0.47
ni =
Mol
Vi . i
Mri
nair =
5 1.69/
nCHI3 =
18/
= 0.47
7 2.17 /
119.5 /
= 0.12
nCH3COOH =
Xi
11.6 1.74 /
60 /
= 0.33
Fraksi mol
ni
x 100 %
nA nB nC
0.47
10
90
20
80
30
70
40
60
XC
XA
50
50
40
60
30
70
20
80
10
90
A
(CH3COOH)
10
20
30
40
50
XB
60
70
800
90
B
(H2O)
Ket :
: air
: CHCl3
: CHCOOH
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menggambar diagram fase sistem terner. Sistem
yang dimaksud adalah sistem yang membentuk sepasang zat cair yang bercampur
sebagian yaitu campuran kloroform air dan asam asetat. Serta memperhatikan
menentukan letak letak plaint poit atau titik jalin pada diagram fasenya.
Tahap yang pertama dilakukan pengukuran pengukuran massa jenis dengan piknometer
didapat massa jenis air, asam asetat glasial dan kloroform berturut turut 1.69 g/ml,1.74
g/ml, 2.17 g/ml. kemudian dilakukan penitrasian dengan asam glasial sebagai penitrasi
dan campuran kloform yakni pada 3 ml, 4ml, dan 7ml dengan air sebanyak 5 ml. data
pencampuran terlihat pada air dan kloroform yang membentuk dua fasa ditandai dengan
tidak bercampurnya kedua zat dimana terdapat lapisan seperti batas diantara keduanya
hal ini disebabkan karena air yang sifatnya polar pada bagian atas karena memiliki
massa jenis yang lebih rendah sedangkan kloroform yang bersifat nonpolar berada pada
bagian bawah karena massa jenisnya lebih besar dari air . kemudian campuran dititrasi
dengan asam glasial sampai larutan campuran tersebut menjadi satu fasa namun
awalnya terbentuk larutan keruh yang kemudian menjadi bening kembali dan tidak
terlihat adanya lapisan pemisah antara kedua zat. Kekeruhan pada akhir titrasi terjadi
karena air dapat campur seluruhnya dengan asam asetat, sedangkan kloroform dan air
hanya campur sebagian. Campur sebagian antara air dan kloroform ini akan membentuk
suatu lapisan yang menyebabkan timbulnya kekeruhan (Ummu hani. 2008), dengan
tercampurnya zat dapat dilihat dari batas larutan yang menghilang. Titrasi kedua zat
tersebut dapat dihentikan ketika campuran zat menjadi satu fasa, penyeb kloroform larut
menjadi satu fasa dengan air karena asam asetat glassial bersifat semipolar sehingga
dapat mencampurkan dua jenis larutan yang berbeda sifat menjadi satu fasa.
Pada diagram dapat dilihat bahwa petemuan garis antara zat tercampur dan penitrasian
terdapat pada peremuan garis dimana terbentuk segitiga di mana masingmasing titik
menggambarkan komposisikomposisi masingmasing zat pada tiap campuran.
Perbedaan persentase pada setiap zat disebabkan oleh volum komponen berbeda,
sehingga terjadi perubahan daya saling larut antara komponen-komponen larutan
tersebut. Setiap penambahan aquadest pada campuran tersebut menyebabkan perubahan
daya larut antara larutan, hal ini kemudian digambarkan dalam diagram terner.
KESIMPULAN
Asam asetat,kloroform, dan air merupakan sistem 3 komponen yang dapat campur
sebagian dan dapat digambarkan dalam diagram terner
Titik akhir titrasi asam asetat (CH3COOH) dan kloroform (CHCl3) dengan
aquadest (H2O) di tandai dengan timbulnya kekeruhan
REFERENSI
Dogra, SK dan Dogra, S. 2009. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI Press
Rohman, Ijang dan Mulyani, sri. 2004. JICA: Kimia Fisika I. Bandung; UPI PRESS
Ummu hani. 2008 Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam Banjarmasin, DIAGRAM
TERNER diakses dari http://www.coursehero.com/file/8523868/percobaan-iiidiagram-terner/ pada tanggal 20 April 2014