yang tidak dapat dikendalikan, yaitu antara lain : 1. Faktor Risiko Tidak Terkendali
a) Usia Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah berusia
55 tahun, risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua
pertiga dari semua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65
tahun. Tetapi, itu tidak berarti bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia
karena stroke dapat menyerang semua kelompok umur. b) Jenis kelamin Pria
lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi penelitian menyimpulkan
bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke. Risiko stroke
pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita, tetapi serangan stroke pada pria terjadi di
usia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan hidup juga lebih tinggi. Dengan
perkataan lain, walau lebih jarang terkena stroke, pada umumnya wanita
terserang pada usia lebih tua, sehingga kemungkinan meninggal lebih besar. c)
Keturunan-sejarah stroke dalam keluarga Nampaknya, stroke terkait dengan
keturunan. Faktor genetik yang sangat berperan antara lain adalah tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh darah.
Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga dapat mendukung risiko stroke. Cacat
pada bentuk pembuluh darah (cadasil) mungkin merupakan faktor genetik yang
paling berpengaruh dibandingkan faktor risiko stroke yang lain. d) Ras dan etnik
2. Faktor Risiko Terkendali a) Hipertensi Hipertensi (tekanan darah tinggi)
merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan pengerasan dan
penyumbatan arteri. Penderita hipertensi memiliki faktor risiko stroke empat
hingga enam kali lipat dibandingkan orang yang tanpa hipertensi dan sekitar 40
hingga 90 persen pasien stroke ternyata menderita hipertensi sebelum terkena
stroke. Secara medis, tekanan darah di atas 14090 tergolong dalam penyakit
hipertensi. Oleh karena dampak hipertensi pada keseluruhan risiko stroke
menurun seiring dengan pertambahan umur, pada orang lanjut usia, faktorfaktor lain di luar hipertensi berperan lebih besar terhadap risiko stroke. Pada
orang yang tidak menderita hipertensi, risiko stroke meningkat terus hingga usia
90, menyamai risiko stroke pada orang yang menderita hipertensi. Sejumlah
penelitian menunjukkan obat-obatan anti hipertensi dapat mengurangi risiko
stroke sebesar 38 persen dan pengurangan angka kematian karena stroke
sebesar 40 persen. b) Penyakit Jantung Setelah hipertensi, faktor risiko
berikutnya adalah penyakit jantung, terutama penyakit yang disebut atrial
fibrilation, yakni penyakit jantung dengan denyut jantung yang tidak teratur di
bilik kiri atas. Denyut jantung di atrium kiri ini mencapai empat kali lebih cepat
dibandingkan di bagian-bagian lain jantung. Ini menyebabkan aliran darah
menjadi tidak teratur dan secara insidentil terjadi pembentukan gumpalan darah.
Gumpalangumpalan inilah yang kemudian dapat mencapai otak dan
menyebabkan stroke. Pada orang-orang berusia di atas 80 tahun, atrial fibrilation
merupakan penyebab utama kematian pada satu di antara empat kasus stroke.
Faktor lain dapat terjadi pada pelaksanaan operasi jantung yang berupaya
memperbaiki cacat bentuk jantung atau penyakit jantung. Tanpa diduga, plak
dapat terlepas dari dinding aorta (batang nadi jantung), lalu hanyut mengikuti
aliran darah ke leher dan ke otak yang kemudian menyebabkan stroke. c)
Diabetes Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke dan
mencapai tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko tersebut
akan menurun. Namun, ada faktor penyebab lain yang dapat memperbesar risiko
risiko lain, seperti hipertensi dan merokok, akan menyebabkan tekanan darah
naik turun dengan cepat. Keadaan ini pun punya potensi merusak pembuluh
darah. h) Cedera kepala dan leher Cedera pada kepala atau cedera otak
traumatik dapat menyebabkan pendarahan di dalam otak dan menyebabkan
kerusakan yang sama seperti pada stroke hemoragik. Cedera pada leher, bila
terkait dengan robeknya tulang punggung atau pembuluh karotid akibat
peregangan atau pemutaran leher secara berlebihan atau adanya tekanan pada
pembuluh merupakan penyebab stroke yang cukup berperan, terutama pada
orang dewasa usia muda. i) Infeksi Infeksi virus maupun bakteri dapat
bergabung dengan faktor risiko lain dan membentuk risiko terjadinya stroke.
Secara alami, sistem kekebalan tubuh biasanya melakukan perlawananan
terhadap infeksi dalam bentuk meningkatkan peradangan dan sifat penangkalan
infeksi pada darah. Sayangnya, reaksi kekebalan ini juga meningkatkan faktor
penggumpalan dalam darah yang memicu risiko stroke embolik-iskemik ( Yuli
Saraswati, 2008 ). 6. Penatalaksanaan a. Stroke embolik dapat diterapi dengan
antikoagulan b. Stroke hemoragik diobati dengan penekanan pada penghentian
perdarahan dan pencegahan kekambuhan mungkin diperlukan tindakan bedah.
c. Semua stroke diterapi dengan tirah baring dan penurunan rangsangan
eksternal/untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebrum, dapat di lakukan
tindakan-tindakan untuk menurunkan tekanan dan edema intraktanium. 7. Terapi
Diet Penyakit stroke berhubungan dengan jenis makanan yang dikonsumsi
sehari-hari. Walaupun sebagian orang merasa khawatir akan kadar kolesterol
penderita, namun permasalahan utama yang dihadapi seseorang dengan cacat
jasmaniah adalah peningkatan berat badan akibat kurang gerak. Disini terjadi
suatu lingkaran setan, dimana kenaikan berat badan membuat penderita akan
semakin tidak dapat bergerak dan menaikkan berat badan lagi akan membuat
penderita semakin tidak dapat bergerak lagi dan seterusnya ( Utami P, 2009 ).
Untuk mencegah hal-hal diatas maka terapi diit yang tepat perlu diberikan.
Adapun terapi diit yang diberikan adalah sebagai berikut : Tujuan : 1.
Memberikan makanan yang cukup nilai gizi untuk mencegah timbulnya stroke
ulang. 2. Memberikan makanan yang cukup nilai gizi untuk membantu
mempercepat pemulihan kondisi. 3. Memberikan makanan yang disesuaikan
dengan faktor resiko penyebab stroke. 4. Membantu menurunkan tekanan darah.
5. Membatasi kolesterol dan lemak, untuk menurunkan kandungan
kolesterol/lemak dalam darah. 6. Mencegah atau memperlambat komplikasi lebih
lanjut. Syarat diit : 1. Energi : diberikan cukup sesuai umur, tinggi badan, berat
badan, jenis kelamin, dan aktivitas. 2. Protein : diberikan cukup 0,8 1 gr/kg
BB/hr. 3. Lemak : diberikan 20-25% dari total energi. 4. Karbohidrat : diberikan
60-65% dari total energi. 5. Vitamin : diberikan cukup terutama vit C, vit B6, vit
E, dan vit B12. 6. Mineral : diberikan cukup terutama kalium, Zn, Ca, dan
magnesium. 7. Natrium : diberikan 600-800 mg/hari atau disesuaikan dengan
tekanan darah pasien. 8. Serat : diberikan cukup untuk menurunkan kolesterol,
darah, dan mencegah konstipasi. 9. Cairan : diberikan cukup 6-8 gelas/hr. B.
ASUPAN SUMBER LEMAK 1. Pengertian Lemak Lemak adalah kelompok ikatan
organik yang terdiri atas unsurunsur Carbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O),
yang mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu, seperti
petroleum benzene, ether. Lemak yang mempunyai titik lebur rendah bersifat
oleh darah. Karena sifatnya yang tidak larut air, maka kolesterol harus diangkut
secara kombinasi oleh protein yang larut dalam air, yaitu lipoprotein. Lipoprotein
dibedakan menurut berat jenisnya yaitu HDL, LDL, dan VLDL. ( Sediaoetama,
1987 ) Jenis LDL dan VLDL dikenal sebagai kolesterol jahat karena dapat
menimbulkan endapan dalam pembuluh darah. Sementara HDL sikenal sebagai
kolesterol baik, karena justru menggusur kolesterol ke dalam hati untuk
dipecah dalam empedu dan dibuang oleh tubuh. Para penderita stroke biasanya
mempunyai kadar HDL dibawah normal dan LDL maupun VLDL diatas normal. C.
SERAT 1. Serat Makanan Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi seharihari berperan penting dalam mempengaruhi kadar kolesterol darah. Semakin
baik pola makan dan kualitas makanan sehari-hari, tentu makin terjaga pula
keseimbangan kolesterol dan kesehatan secara keseluruhan. Bagi seseorang
yang ingin terhindar dari masalah kolesterol ada baiknya mulai
mempertimbangkan makanan sehat antikolesterol. Selain itu, diet yang
seimbang juga dapat membantu mengurangi kolesterol tinggi, penyakit jantung,
stroke, dan penyakit terkait lainnya. Makanan yang baik bukanlah makanan yang
siap saji. Makanan yang baik adalah makanan yang alami bergizi dan melindungi
tubuh terhadap penyakit. Di dalam makanan, serat yang tidak dapat dicerna
adalah bagian yang sangat penting untuk pola makanan yang sehat. Serat
menjaga agar buang air tetap lancar dan membantu menurunkan kolesterol. Diet
yang rendah lemak dan tinggi serat dapat menolong menurunkan risiko terkena
kanker tertentu, terutama kanker usus besar ( Elsanti S, 2009 ). 2. Definisi dan
Jenis Serat Serat adalah jenis karbohidrat yang tidak terlarut. Serat dalam
pencernaan manusia tidak dapat dicerna karena manusia tidak memiliki enzim.
Meskipun demikian, dalam usus besar manusia terdapat beberapa bakteri yang
dapat mencerna serat menjadi komponen serat sehingga produk yang dilepas
dapat diserap ke dalam tubuh dan dapat digunakan sebagai sumber energi
( Syafiq Ahmad, 2007 ). Jenis serat digolongkan : 1) Serat tidak larut air a.
Selulosa Selulosa merupakan serat-serat panjang yang terbentuk dari
homopolimer glukosa rantai linier.rantai molekul pembentuk selulosa akan
semakin panjang seiring dengan meningkatnya umur tanaman . di dalam
tanaman, fungsi seluosa adalah memperkuat dinding sel tanaman . Sedangkan
di dalam pencernaan, berperan sebagai pengikat air, namun jenis serat ini tidak
larut dalam air. Di dalam kolon, selulosa akan mempengaruhi masa feces.
Sayursayuran dan buah-buahan paling banyak mengandung selulosa dan akan
mengalami perubahan tekstur pada proses penyimpanan dan pengolahan. b.
Hemiseluslosa Hemiselulosa memliki rantai molekul lebih pendek di banding
selulosa. Unit monomer pembentuk hemiselulosa tidak sama dengan unit
penyusun heteromer. Unit ini terdiri dari heksosa dan pentosa. Hemiselulosa
berfungsi memperkuat makanan dinding sel tanaman dan sebagai cadangan
makanan bagi tanaman. Sifatnya sama dengan selulosa, yaitu mampuberikatan
dengan air. Jenis ini banyak ditemukan pada makanan serealia, sayur-sayuran,
dan buah-buahan selama proses penyimpanan dan pengolahan, kandungan
hemiselulosa yang terdapat dalam bahan makanan mudah mengalami
perubahan tekstur. c. Lignin Lignin termasuk senyawa aromatik yang tersusun
dari polimer fenil propan. Lignin bersama-sama dengan holoselulosa (merupakan
gabungan antara selulosa) berfungsi membentuk jaringan tanaman, terutama
memperkuat sel-sel kayu. Ikatan dengan jenis serat lain menyebabkan lignin
agak sukar difermentasi oleh bakteri kolon. Kandungan lignin yang terdapat pada
tanaman tidak sama, tergantung jenis dan umur tanaman. Serealia dan kacangkacanan merupakan bahan makanan sumber serat lignin. 2) Serat Larut Air a.
Pektin Pektin merupakan polimer dari glukosa dan asam galaktorunat (turunan
dari galaktosa) dengan jumlah asam galaktorunat lebih banyak. Sifatnya yang
membentuk gel dapat mempengaruhi metabolism zat gizi. Kandungan pektin
pada buah, selain memberikan ketebalan pada kulit juga dapat mempertahankan
kadar air pada buah. Semakin matang buah, maka kandungan pektin dan
kemampuan membentuk gel semakin berkurang. b. Musilase Ditemukan dalam
lapisan endosperma biji tanaman. Strukturnya menyerupai hemiselulosa, tetapi
tidak termasuk dalam golongan tersebut karena letak dan fungsinya berbeda.
Musilase mampu mengikat air sehingga kadar air dalam biji tanaman tetap
bertahan. Selain itu, musilase juga mampu membentuk gel yang mempengaruhi
metabolisme dalam tubuh. Serat jenis ini banyak ditemukanpada serealia dan
kacang-kacangan. c. Gum Gum terdapat pada bagian lalela tengah atau di
antara dinding sel tanaman. Komposisinya lebih sedikit dibandingkan dengan
jenis serat yang lain. Namun, kegunaannya amat penting, yaitu sebagai penutup
dan pelindung bagian tanaman yang terluka. Gum juga ada yang terbentuk dari
turunan pati dan selulosa. Jenis gum semacam ini banyak ditemukan pada
kacang-kacangan, sayuran, dan buah-buahan. (Sulistijani, 1998) 3. Sumber Serat
a) Serat yang dapat larut : Oat bran (kulit gandum oat), havermut (bubur
gandum), kacangkacangan, polong-polongan, buah-buahan yang kaya pektin
(apel dan aneka jeruk). b) Serat yang tidak dapat larut : Wheat bran (kulit
gandum wheat), serat wheat bran, makanan dari serealia utuh (gandum dan
beras merah), rey bread (roti gandum hitam), sayuran dan buah-buahan, jika
dimakan beserta kulitnya. (Elsanti S, 2009) 4. Beberapa Keuntungan dari Serat
Makanan yang mengandung pati mempunyai keuntungan tambahan karena
serat pada umumnya menyertai pati sebagaimana di alam. Sementara itu, serat
atau fiber bagi kesehatan mempunyai keuntungan sebagai berikut : 1. Membuat
kenyang karena menyerap air dan mengembang; 2. Menurunkan konsumsi
energi dengan cara mencuci konsentrasi lemak dan gula dalam diet yang
menyumbangkan sedikit energi; 3. Membantu mencegah bakteri penyebab
terjadinya infeksi pada bagian appendix (appendicitis); 4. Membantu mencegah
terjadinya konstipasi; 5. Kemungkinan menurunkan risiko penyakit jantung dan
arteri karena rendahnya konsentarasi kolesterol dalam batas yang normal.
(Syafiq Ahmad, 2007) 5. Konsumsi Serat Konsumsi serat makanan di Inggris
hanya sekitar 32-40 gram/hari per orang, untuk penduduk Asia dan Afrika ratarata 55-125 gram/hari per orang. (F.G Winarno, 1993). Dan di Amerika
disarankan untuk mengkonsumsi serat antara 40-51 gram/hari, serta di
Indonesia dianjurkan mengkonsumsi serat antara 20-35 gram/hari. Penambahan
konsumsi harus bertahap karena penambahan yang mendadak dapat
menyebabkan flatus, kram yang mungkin biasa, pengaruh ini biasanya hanya
beberapa hari sampai terjadi adaptasi. Dan perlu diingat bila mengkonsumsi
banyak serat harus cukup minum. 6. Anjuran Penggunaan Serat Fiber atau serat
membantu memelihara kesehatan terutama sistem pencernaan dan mencegah
atau mengontrol kejadian penyakit. Umumnya orang membutuhkan serat 27
sampai 40 gram serat setiap hari. Serat yang terbaik biasanya menyertai
makanan secara keseluruhan. Serat murni dalam jumlah banyak bisa
mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan (Syafiq Ahmad, 2007). 7. Serat dan
Stroke Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Leveille tahun 1977, bahwa
serat makanan yang diberikan pada pria dan wanita dewasa berusia 70-79 tahun
dapat mencegah terjadinya risiko stroke. Selain itu, Leveille juga menyatakan
bahwa serat makanan mampu mengikat asam empedu, dengan demikian dapat
mencegah penyerapannya kembali dari usus, disamping itu juga meningkatkan
konversi kolesterol dari darah menjadi asam empedu. Produk akhir pencernaan
lemak dalam usus adalah monogliserida, asam lemak, kolesterol, fosfolipid,
trigliserida berantai pendek dan medium. Dalam lumen usus halus senyawa
tersebut bergantung dengan cairan empedu membentuk agregat yang disebut
misel. Lignin dan pektin sebagai penyusun serat makanan mempunyai gugus
penukar kation yang mampu mengikat asam empedu dan berfungsi sebagai
emulsifier. Dengan demikian kolesterol yang berikatan dengan asam empedu
dan lignin/pektin tidak dapat diserap usus, tetapi akan keluar bersama feces.
(Murray K, 1997) D. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi merupakan
gambaran keseimbangan antara kebutuhan akan zat-zat gizi dan
penggunaannya dalam tubuh. Status gizi dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu
konsumsi makanan dan keadaan kesehatan tubuh. Keduanya berkaitan dengan
faktor lingkungan sosial atau ekonomi dan budaya (Soekirman, 2000). Makanan
yang memenuhi kebutuhan zat gizi untuk tubuh akan menghasilkan status gizi
yang baik. Malnutrisi (gizi kurang) merupakan istilah untuk menyatakan keadaan
patologis akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi. 2. Faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi : a. Faktor langsung Pada umumnya para ahli
berpendapat bahwa status gizi secara langsung ditentukan oleh asupan
makanan dan khususnya penyakit infeksi. b. Faktor tidak langsung Banyak faktor
tidak langsung yang mempengaruhi status gizi diantaranya adalah faktor
ekonomi, pertanian, budaya, pendidikan, dan pekerjaan, kebersihan lingkungan
serta fasilitas pelayanan kesehatan. c. Penilaian Status gizi Penilaian status gizi
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu penilaian status gizi secara
langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat
dikerjakan dengan pemeriksaan klinis, antropometri, uji biokimia dan uji biofisika.
Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung pada prinsipnya adalah
bahwa malnutrisi dapat mempengaruhi morbiditas maupun mortalitas beberapa
jenis penyakit pada berbagai golongan umur, sehingga angka statistik yang
diperoleh dari berbagai jenis penyakit dapat menggambarkan keadaan status
gizi golongan tersebut, misalnya tuberkulosis, mortalitas ibu dan bayi lahir,
angka harapan hidup dan lain-1ain. Cara penentuan status gizi yang lain adalah
dengan menggunakan rumus. Cara ini digunakan misalnya kalau baku yang ada
tidak dapat dipakal misalnya baku WHO-NCHS hanya berlaku sampai usia 18
tahun, sehingga untuk menentukan status gizi orang dewasa diatas 18 tahun
digunakan rumus. Langkahnya ialah dengan melakukan pengukuran
antropometri yang meliputi berat badan dan tinggi badan, kemudian dihitung
dengan menggunakan rumus lain dikategorikan berdasarkan klasifikasi yang
ada. Cara ini dikenal rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu : BB (kg) IMT = TB
(m)2 Untuk klasifikasi dipakai batas ambang sebagai berikut.: TABEL 1 BATAS