TESIS
Oleh
SONDHA SARI
067012023/AKK
PA
K O L A
A S A R JA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Sondha Sari : Pengaruh Persepsi Dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada
Masyarakat Nelayan Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai, 2009
TESIS
Oleh
SONDHA SARI
067012023/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
Konsentrasi
:
:
:
:
Sondha Sari
067012023
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Direktur,
Anggota
PERNYATAAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan,
Februari 2009
SONDHA SARI
ABSTRAK
Salah satu bentuk perilaku kesehatan dalam masyarakat adalah Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS pada tatanan rumah tangga merupakan bentuk
perwujudan paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga yang
berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi
kesehatannya. Cakupan PHBS di Indonesia masih rendah yaitu hanya 24,38%,
demikian juga di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu 55,32%.
Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan pendekatan explanatory
research bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi dan dukungan sosial
terhadap PHBS pada masyarakat nelayan di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten
Serdang Bedagai. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat nelayan
di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai,
dengan sampel 95 orang. Analisis data menggunakan uji regresi linear berganda pada
taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat PHBS masyarakat Nelayan di Desa
Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin 49,5% termasuk Sehat I, 45,3% termasuk
Sehat II dan hanya 5,3% termasuk Sehat III. Hasil uji regresi linear berganda
menunjukkan keseluruhan variabel independen yaitu persepsi (p=0,026) dan
dukungan sosial (p=0,000) mempunyai pengaruh signifikan terhadap PHBS dan
variabel dukungan sosial merupakan variabel paling dominan mempengaruhi PHBS
pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin
Kabupaten Serdang Bedagai.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas Tanjung Beringin
untuk meningkatkan peran petugas kesehatan dalam aktivitas masyarakat nelayan.
Menggiatkan peran serta perangkat desa dalam setiap kegiatan-kegiatan penyuluhan
kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan serta
peningkatan frekuensi penyuluhan kesehatan pada masyarakat nelayan.
Kata Kunci: Persepsi, Dukungan Sosial, PHBS.
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan KaruniaNya
penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengaruh Pengetahuan,
Persepsi, Dukungan Sosial terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada
Masyarakat Nelayan di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada: Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
Selanjutnya kepada Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. selaku Direktur
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS
selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Terima penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Subhilhar, MA, PhD, Drs.
Zukifli Lubis, MA selaku Komisi Pembimbing yang telah banyak membantu dan
meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis
dalam penyusunan tesis ini.
Terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si dan Drs. Agustrisno,
M.Si selaku penguji yang telah banyak membantu dan memberikan masukan dan
bimbingan demi kesempurnaan tesis ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak dr. Edwin Effendi, M.Sc, selaku
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan serta memberikan bimbingan dan
arahan yang bermanfaat.
Tak terhingga terima kasih kepada anak-anak tercinta dan Ayahanda yang
telah mengizinkan dan memberi motivasi serta dukungan kepada penulis untuk
melanjutkan pendidikan. Dan terima kasih penulis kepada rekan-rekan mahasiswa
yang telah membantu penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam
penyusunan tesis ini dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis
ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sei Buluh, Serdang Bedagai 21 April 1970. Anak sulung dari
tiga bersaudara. Ibu dengan tiga anak, Milatul Aulia, Hakkam Abi Kautsar dan Sultan
Abi Azizi. Menamatkan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
tahun 1998. Sebelumnya alumnus Sekolah Menengah Atas Negeri II Medan, Sekolah
Menengah Pertama Negeri II Medan, Sekolah Dasar Negeri 060827 Medan.
Pada tahun 1998 - 2002 diangkat sebagai Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT)
di Puskemas Rawat Jalan Hinai Kiri Kabupaten Langkat. Tahun 2003 - 2007
mengabdi sebagai Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Rawat Jalan Tanjung Beringin
Kabupaten Serdang Bedagai. Tahun 2007 sampai tulisan ini diselesaikan bertugas
di Puskesmas Rawat Inap Dolok Masihul, Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten
Serdang Bedagai.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..............................................................................................................
i
ABSTRACT.............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ v
DAFTAR ISI........................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1. Latar Belakang .............................................................................
1.2. Permasalahan ...............................................................................
1.3. Tujuan Penelitian .........................................................................
1.4. Hipotesis Penelitian .....................................................................
1.5. Manfaat Penelitian .......................................................................
1
1
10
10
11
11
13
13
17
30
32
34
35
35
35
35
36
39
40
42
43
43
44
45
47
49
51
53
53
57
61
64
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
38
41
44
45
47
47
49
50
51
52
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
29
34
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
71
2.
80
3.
82
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku sehat, serta keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang bermutu.
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional.
Konsepnya adalah berwawasan kesehatan yaitu memperhitungkan dengan seksama
berbagai dampak positif dan negatif setiap kegiatan berkaitan dengan kesehatan
masyarakat.
Pembangunan
kesehatan
sendiri
diprioritaskan
kepada
upaya
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya perilaku
masyarakat yang proaktif memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan,
mencegah, melindungi diri dari penyakit serta berpartisipasi aktif dan berdaya
menolong dirinya sendiri serta mampu membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat di dalam keluarga dan masyarakat, dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
Pengertian PHBS dalam pusat promosi kesehatan Depkes RI 2006 adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga yang dapat menolong diri
sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya.
PHBS dalam tatanan rumah tangga meliputi 10 (sepuluh) indikator, yaitu:
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
2. Bayi diberi ASI Ekslusif.
3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
4. Ketersediaan air bersih.
5. Ketersediaan jamban sehat.
6. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni.2
7. Lantai rumah bukan lantai tanah.
8. Tidak merokok di dalam rumah.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10. Makan buah dan sayur setiap hari.
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 57,2%, target tahun 2010 (90%).
2.
hanya 42,9% dari 2.861 rumah tangga yang diperiksa. Sumber air bersih dari air
sumur terlindung 39%. Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
12,8%. Keadaan ini menunjukkan bahwa Kecamatan Tanjung Beringin masih
menjadi masalah utama dalam pencapaian program PHBS (Surkesda Serdang
Bedagai, 2006).
Berdasarkan sosio demografi dan budaya, Kecamatan Tanjung Beringin
berpenduduk 36.066 jiwa, dengan luas wilayah 74,170 km2 dan 8124 RT. Sejumlah
23.251 jiwa adalah warga miskin (64,46%) yang menjadi peserta Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Tanjung Beringin sebagian besar
adalah nelayan tradisionil (52,6%), petani 42,4%, pegawai instansi 3,5% dan lain-lain
sebesar 1,5%.
Perbandingan suku yaitu Melayu (61,21%), Jawa (16,89%), Banjar (11,58%)
dan suku Batak (10,32%).
Desa Bagan Kuala merupakan desa yang berada dibibir pantai. Transportasi
dianggap sulit bagi penduduk Desa Bagan Kuala. Jarak desa ke ibukota Kecamatan
Pekan Tanjung Beringin 10 kilometer, sarana jalan rusak karena pasang surut air dan
mahalnya ongkos transportasi. Kebanyakan anak usia sekolah memilih putus sekolah
karena alasan ekonomi.
Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah nelayan tradisionil (67.2%)
atau 122 KK dari 180 kepala keluarga. Sembilan puluh delapan persen bersuku
Melayu (Profil Puskesmas Tanjung Beringin, 2007).
Data laporan tahunan puskesmas pembantu Bagan Kuala tahun 2007 terjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) campak, keracunan makanan karena ubi beracun,
persalinan masih ada yang ditolong dukun beranak.
Wawancara peneliti kepada beberapa warga diketahui alasan mengapa tidak
perlu tenaga kesehatan adalah umumnya persalinan seorang ibu mereka anggap
normal sehingga tidak harus ke bidan desa.
Alasan yang lain karena menghormati pendapat orang tua, kebiasaan turun
temurun dan terakhir masalah ekonomi. Tidak aktifnya kegiatan posyandu berdampak
kepada masih rendahnya pencapaian target imunisasi dan tingginya angka drop out.
Data laporan gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai 2007,
dijumpai gizi kurang sebanyak 12 balita dari 188 balita, padahal nelayan selalu
membawa hasil tangkapan ikan segar dari laut untuk konsumsi keluarga. Tidak
dikenal ASI Eksklusif, apalagi pelaksanaannya.
Sepuluh besar penyakit di Desa Bagan Kuala ditemukan angka diare, ISPA,
penyakit kulit, bronchitis, malaria, hipertensi dan TB Paru, gastritis dan rematik.
Kehidupan nelayan di Desa Bagan Kuala secara sosial ekonomi hidup
bergantung dari hasil tangkapan ikan. Rata-rata nelayan berpendidikan rendah dan
berpenghasilan pas-pasan. Dalam hal menangkap ikan, walaupun menggunakan bot
bermesin, nelayan (masyarakat Melayu pesisir) lebih menyukai alat penangkap ikan
yang lebih bersifat menunggu ikan seperti jaring, tukah, pancing mengikuti sifat
kehidupan alam ikan, berbanding mengejar ikan seperti mana alat menangkap ikan
di laut dalam. Nelayan masih bergantung kepada alam pasang surut air, edaran bulan
dan tanda-tanda alam (Basyarsyah II, dkk, 2002).
Menurut Kusnadi 2003, masyarakat pesisir pantai secara umum merupakan
nelayan tradisional dengan penghasilan pas-pasan dan tergolong keluarga miskin
yang disebabkan faktor alamiah, yaitu semata-mata bergantung pada hasil tangkapan
dan musim. Faktor nonalamiah adalah keterbatasan teknologi alat penangkap ikan,
sehingga berpengaruh terhadap pendapatan keluarga.
Dalam profil kecamatan 2007 kategori keluarga menurut alasan ekonomi,
Desa Bagan Kuala terdiri dari 126 keluarga PraKS, 99 keluarga KS I, 6 keluarga KS
II, 3 keluarga KS III.
Berdasarkan hasil survei awal, di Desa Bagan Kuala, dari 30 rumah tangga
yang diobservasi, hanya 1 rumah tangga yang mempunyai jamban keluarga (3,33%).
Tidak mempunyai saluran pembuangan air limbah yang memadai (tidak ada septik
tank) sehingga belum dapat dikatakan jamban sehat.
Desa Bagan Kuala terdiri dari tiga dusun. Setiap dusun ada satu sumur bor
yang dibangun pemerintah. Warga menggunakannya secara bersama untuk sumber
air minum, mandi, mencuci, dan untuk persediaan air di rumah tangga masingmasing. Tiap KK tidak punya sumur/kamar mandi yang memadai. Secara umum
saluran pembuangan air limbah hanya berbentuk selokan dan tergenang, atau
mengalirkannya ke sungai kecil dan langsung ke laut. Tidak terlihat tempat
pembuangan sampah.
Konstruksi rumah sebagian besar masih beratap rumbia dan seng. Lantai
rumah dari papan (Rumah Panggung) 50%, berlantai tanah 43%, sedangkan lantai
bukan tanah adalah sisanya, serta tidak mempunyai ventilasi yang cukup.
Satu rumah tinggal dapat dihuni lebih dari satu kepala keluarga. Alasan tidak
tinggal menetap atau menumpang sementara karena tergantung musim ikan atau
datangnya angin barat. Sehingga kesesuaian lantai dengan jumlah penghuni
menjadikan ruangan tidak cukup pertukaran udara pada saat berkumpul untuk tidur
dan istirahat. Keadaan tersebut mencerminkan bahwa upaya perilaku hidup bersih dan
sehat masih sangat kurang di Desa Bagan Kuala.
Wawancara dengan penduduk mengenai peran petugas Puskesmas Tanjung
Beringin diketahui bahwa petugas (Kepala Puskesmas Pembantu dan satu orang
bidan desa) aktif di pelayanan kesehatan. Biaya pemeriksaan kehamilan, persalinan
dan pengobatan terjangkau. Dari wawancara dengan petugas kesehatan diketahui
bahwa petugas sesuai jadwal mengadakan penyuluhan tentang perilaku hidup bersih
dan sehat disela-sela mengadakan pelayanan pengobatan gratis bagi penduduk dalam
rangka Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKM).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan salah satu bentuk tindakan atau
kegiatan sehari-hari individu, keluarga dan masyarakat yang tercermin dalam pola
hidup dalam menjaga kesehatannya. Upaya promosi kesehatan tentang PHBS telah
dilakukan oleh petugas puskesmas. Hal ini menurut peneliti, masyarakat nelayan
menganggap bahwa PHBS bukan merupakan suatu kebutuhan utama bagi mereka,
dan persepsi masyarakat nelayan itu sendiri berbeda tentang konsep hidup sehat.
hidup
bersih
dan
sehat
dianggap
peneliti
kurang
mendukung
dilaksanakannya PHBS. Menurut petugas kesehatan sulit mengajak para ibu rumah
tangga untuk datang pada jadwal posyandu. Datang untuk menimbang balita
di kegiatan posyandu dianggap tidak ada artinya. Banyak menolak imunisasi dengan
alasan bayi atau balita menjadi demam setelah imunisasi. Akibatnya ibu menjadi
sasaran marah mertua, dan suaminya bila demam tersebut karena efek samping
imunisasi.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di desa pada saat posyandu hanya
menjadi semangat semu bagi para ibu untuk datang. Kebanyakan para ibu membawa
bayi dan balita hanya untuk penimbangan saja tetapi tetap menolak diimunisasi
dengan alasan takut sakit setelah imunisasi.
1.2.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh persepsi dan dukungan
sosial terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada masyarakat nelayan di Desa
Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai.
Seberapa besar pengaruh persepsi dan dukungan sosial membentuk Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat yang lebih baik bagi masyarakat nelayan di Desa Bagan
Kuala. Dukungan sosial yang bagaimana sebaiknya dapat mengubah perilaku
masyarakat Desa Bagan Kuala dari tahu menjadi mau dan mampu untuk
terlaksananya PHBS.
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh persepsi dan
dukungan sosial terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada masyarakat nelayan
Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.
Seberapa besar pengaruh persepsi dan dukungan sosial pada masyarakat nelayan
di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai
melaksanakan PHBS.
1.4.
Hipotesis Penelitian
Persepsi dan dukungan sosial berpengaruh terhadap Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung
Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.
1.5.
Manfaat Penelitian
1. Membantu memecahkan masalah dan mengantisipasi masalah tentang PHBS
masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala dan mudah-mudahan menjadi
masukan bagi Kepala Puskesmas Tanjung Beringin dalam merumuskan
strategi peningkatan PHBS bagi masyarakat nelayan melalui program Promosi
Kesehatan.
2. Memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai
dalam perencanaan peningkatan derajat kesehatan masyarakat nelayan
di wilayah kecamatan pantai khususnya. Melalui Program PHBS dan
pemberdayaan masyarakat nelayan merujuk kepada akar budaya dan sosial
masyarakat pantai.
3. Memberikan masukan, kontribusi yang positif, kepada Dinas Sosial
Kabupaten Serdang Bedagai dalam peningkatan kesejahteraan hidup
masyarakat nelayan khususnya dalam perencanaan pembangunan rumah layak
huni bagi masyarakat pesisir pantai dan membantu adanya wadah wirausaha
yang dapat menambah penghasilan bagi masyarakat pantai.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
PHBS dalam bidang gizi adalah makan dengan gizi seimbang, minum tablet
besi selama hamil, memberi bayi ASI eksklusif, mengkonsumsi garam beryodium,
memberi bayi dan balita kapsul vitamin A.
PHBS bidang KIA dan KB adalah memeriksa kehamilan, persalinan ditolong
tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi, ikut
Keluarga Berencana, makan makanan bergizi dan ibu hamil tidak merokok.
PHBS bidang kesehatan lingkungan misalnya cuci tangan dengan sabun dan
air setelah buang air besar, menghuni rumah sehat, memiliki akses dan menggunakan
jamban, memberantas jentik nyamuk, membuang sampah ditempat sampah dan
mencuci tangan.
PHBS bidang pemeliharaan kesehatan, misalnya: memiliki jaminan
pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM)/sebagai kader, memanfaatkan puskesmas/sarana kesehatan.
PHBS bidang gaya hidup sehat, misalnya: tidak merokok di dalam rumah,
melakukan aktivitas fisik/olah raga setiap hari, makan sayur dan buah-buahan setiap
hari.
PHBS bidang obat dan farmasi, misalnya: memiliki tanaman obat keluarga,
tidak menggunakan napza, menggunakan obat generik, jauhkan anak dari bahanbahan berbahaya/beracun, minum oralit jika diare (Depkes, 2006).
2.2.
Predisposisi
(predisposing
factors),
yaitu
faktor-faktor
yang
pemungkin
(enabling
factors),
yaitu
faktor-faktor
yang
Penguatan konsep mulai dari tahu menjadi mau dan mampu, akan
terlaksana apabila ada faktor eksternal yang turut mempengaruhi situasi di luar diri
individu seperti: dukungan sosial, fasilitas yang tersedia, sarana dan prasarana yang
mendukung.
Persepsi untuk proses perubahan perilaku menjadi Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat adalah penilaian suatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada
individu dan diharapkan untuk diterima dan diproses oleh individu tersebut sehingga
memunculkan sikap individu menerima dan memformulasikan ide tersebut menurut
versi dirinya sendiri.
Perilaku hidup bersih dan sehat bukan hal yang baru bagi masyarakat.
Di tengah kecanggihan teknologi pada masa sekarang, informasi dan pengetahuan
mudah diakses masyarakat. PHBS adalah semua perilaku yang dapat menjadikan kita
hidup sehat. Hidup sehat tidak terbatas dengan melaksanakan sepuluh indikator saja.
Tetapi indikator dengan sepuluh perilaku adalah yang dipilih sebagai
penilaian apakah masyarakat sudah berperilaku hidup bersih dan sehat dan perlu
dikembangkan di tengah masyarakat kita. Sepuluh indikator inilah yang dianggap hal
yang baru bagi masyarakat Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin.
Dari sepuluh Indikator PHBS yang dicanangkan Depkes RI, pentingnya
bersalin menggunakan tenaga kesehatan, program ASI Eksklusif apalagi Inisiasi
Menyusui Dini, jamban keluarga, kesesuaian lantai dengan jumlah penghuni dan
pentingnya olah raga serta makanan bervitamin dan berserat masih merupakan hal
baru bagi masyarakat nelayan Bagan Kuala.
kesimpulan
peneliti
bahwa
sebenarnya
keinginan
untuk
melaksanakan PHBS harus ada rasa akan kebutuhan tentang inovasi yang
disampaikan. Sementara selama ini saluran komunikasi yang menyangkut PHBS
sama sekali belum dapat dikatakan sumber pengetahuan yang memadai.
Informasi yang sampai tidak lengkap atau menurut mereka sulit dipahami.
Sebagian dari ibu rumah tangga mengatakan bahwa tidak mendapat manfaat dari apa
yang dikerjakan melalui kegiatan PHBS.
Sering
pula
hasil
dari
perilaku
imunisasi
membawa
rasa
tidak
Secara skematis, proses adopsi inovasi dapat dilihat pada Gambar 2.1:
Communication Channel
Knowledge
Persuasion
Characteristics of The
Decision Making
- Sociodeconomic
Characteristics
- Personality Variables
- Communication
Behavior
Decision
Perceived
Characteristics of
Innovation
Relative advantage
Compatibility
Complexity
Trialability
Observability
Implementation
Adoption
Confirmation
Continue
Adoption
Later
Adoption
Discontinuance
Rejection
Continue
Rejection
2.3.
anak, fungsinya sebagai suri rumah. Wanita lemah lembut sehingga bisa melayani
anak dan suami. Wanita lebih teliti dan cerewet, sehingga urusan rumah tangga
menjadi tanggung jawabnya.
Maka dalam proses sosialisasi anak-anak Melayu dalam komunitas Melayu
Pesisir Sumatera Timur telah dibedakan tugas dan kewajiban mengikut jenis kelamin
sejak kecil. Dalam hal menangkap ikan, walaupun menggunakan bot bermesin,
nelayan masyarakat Melayu Sumatera Timur masih bergantung kepada alam pasang
surut air, edaran bulan dan tanda-tanda alam.
Masyarakat Melayu Pesisir lebih menyukai alat menangkap ikan yang bersifat
menunggu ikan (alat penangkap ikan tradisionil). Menurut Chalida yang dikutip dari
Basyarsyah II, dkk, Masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur selalu menghindari
hal-hal yang cenderung kepada sikap yang radikal. Bagi mereka hidup bersifat
sementara, hidup yang kekal adalah akhirat. Segala kepastian adalah milik Allah
Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, bagi nelayan di dalam masyarakat Melayu
Pesisir Timur mencari ikan di laut bukanlah untuk kemewahan. Sesuatu yang
diperoleh mesti disyukuri dan tidak boleh tamak ataupun sombong, nafsu menguras
laut harus dikendalikan. Pandangan hidup yang seperti ini, dari positifnya menjadikan
masyarakat Melayu Sumatera Timur hidup damai, tetapi sebaliknya menimbulkan
kesan
apatis
yang
melahirkan
sifat
menyerah
kepada
keadaan
(Tarekat
Naksyabandiah).
Tarekat ini dibawa Abdul Wahab yang berasal dari Sumatera Timur dan
menuntut di Timur Tengah dan Mekkah, Saudi Arabia (Van Bruinessen, 1992: 107).
2.4.
Landasan Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut di atas, maka peneliti dapat
merumuskan beberapa landasan teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat merupakan bentuk dari perilaku setiap anggota rumah tangga
dalam meningkatkan derajad kesehatannya. Determinan perilaku kesehatan tersebut
2.5.
kerangka konsep penelitian serta variabel-variabel yang akan diteliti, seperti pada
gambar berikut:
Variabel Independen
Variabel Dependen
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei dengan tipe
3.2.
3.3.
mempunyai balita di Desa Bagan Kuala sebanyak 95 ibu RT, dan seluruhnya menjadi
sampel penelitian (total sampling). Sejumlah 180 KK penduduk Bagan Kuala, 121
3.4.
rumah tangga tentang persepsi mereka tentang PHBS, dan dukungan sosial yang telah
diberikan oleh suami, tokoh masyarakat, keluarga dan petugas kesehatan untuk
berPHBS. Observasi langsung rumah ke rumah berpedoman pada checklist tentang
kondisi rumah sehat. Kuesioner tersebut perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas
alat ukur dan diuji cobakan pada 20 nelayan di Kecamatan Teluk Mengkudu.
Validitas alat ukur adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat.
Uji validitas instrumen penelitian yang digunakan adalah validitas konstruk
dengan mengetahui nilai total setiap item pada analisis reability yang tercantum pada
nilai correlation corrected item total. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau
bermakna sebagai alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung (rhitung) lebih
besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel), pada taraf signifikansi yang dipilih
adalah 5% (Riduwan, 2005).
Uji Reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Apabila datanya memang benar dan sesuai kenyataan, maka berapa
kalipun diambil tetap akan sama. Teknik yang dipakai untuk menguji penelitian,
adalah adalah teknik Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba instrumen kepada
sekelompok responden pada satu kali pengukuran, juga pada taraf 5% (Riduwan,
2005). Nilai r-Tabel dalam penelitian ini untuk sampel pengujian 20 orang adalah
sebesar 0,423, maka ketentuan dikatakan valid, dan realibel jika:
1. Nilai r-Hitung variabel 0,423 dikatakan valid dan relialibel.
2. Nilai r-Hitung variabel <0,423 dikatakan tidak valid dan relialibel.
Guna mendukung penelitian, maka diambil data sekunder yaitu data yang
dikumpulkan dari catatan dokumen perencanaan Dinas Kesehatan Serdang Bedagai
2008, dan cakupan pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan Serdang Bedagai, dan
Puskesmas Rawat Jalan Tanjung Beringin. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas pada variabel persepsi secara
keseluruhan item pertanyaan variabel persepsi juga dikatakan valid karena nilai item
corrected correlation itemnya dibawah nilai r-Tabel (<0,396), dan juga dikatakan
realibel dengan nilai alpha cronbach= 0,9957 yaitu di bawah nilai r-Tabel (0,396).
Dilihat dari variabel dukungan sosial secara keseluruhan item pertanyaan juga
dikatakan valid karena nilai item corrected correlation itemnya di bawah nilai r-Tabel
(0,396), dan juga dikatakan realibel dengan nilai alpha cronbach= 0,9907 yaitu
di bawah nilai r-Tabel (0,396).
3.5.
3.6.
Metode Pengukuran
salah
diberi
skor
1,
kemudian
variabel
pengetahuan
Kategori
Skor
Tidak Sehat
Jlh
Indikator
1
Sehat 1
2-3
2-6
Sehat II
4-6
7-12
Sehat III
7-9
13-18
Sehat IV
7-9 +
Dana Sehat
20
3.7.
untuk menganalisis pengaruh persepsi dan dukungan sosial terhadap perilaku hidup
bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga di Desa Bagan Kuala Kecamatan
Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai pada taraf nyata 95% (=0,05).
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1.
lebih mudah dijangkau dengan transportasi dibandingkan dusun 3 yang terpisah dan
sulit tranportasi.
Puskesmas pembantu Bagan Kuala dan posyandu berada di dusun 1. Dusun 3
yang terletak lebih jauh, biasanya dikunjungi petugas kesehatan setiap hari dengan
sepeda motor. Petugas kesehatan berjumlah 2 orang. Satu orang perawat dan satu
orang bidan desa.
Berdasarkan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas pembantu desa
Bagan Kuala sesuai laporan tahunan puskesmas tahun 2007, kunjungan rawat jalan
sebanyak 201 kunjungan. Pasien umum sebanyak 20 orang (9,95%) dan 181 pasien
menggunakan Jamkesmas (90,04%).
Berdasarkan sepuluh penyakit terbesar tahun 2007, Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) sebanyak 20 kasus, disusul penyakit diare sebanyak 12 kasus yang
umumnya balita.
Usaha kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) di Desa Bagan Kuala hanya
terdapat satu posyandu Madya untuk tiga dusun yang dibuka sebulan sekali.
Lokasinya berada di Balai Desa Bagan Kuala.
4.2.
Karakteristik Responden
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
No
Karakteristik
1 Umur
24 - 32 tahun
33 - 41 tahun
42 - 50 tahun
Total
2 Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
3 Pendidikan
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat D-III/S1
Total
4 Jumlah Anggota Keluarga
2 anak
> 2 anak
Total
%
43
47
5
95
45.3
49.5
5.3
100.0
0
95
95
0
100,0
100.0
42
30
23
0
95
44.2
31.6
24.2
0.0
100.0
24
71
95
25.3
74.7
100.0
4.3.
tentang PHBS dan indikator-indikator yang termasuk dalam PHBS. Hasil penelitian
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
4.3.1. Indikator Persepsi Responden
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Persepsi tentang PHBS
Tidak
Setuju
N
%
61 64.2
42
44.2
34
35.8
19
20.0
95
100.0
Penolong Persalinan
62
65.3
7.4
26
27.4
95
100.0
54
56.8
17
17.9
24
25.3
95
100.0
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
51
49
51
52
50
47
52
59
48
46
49
51
51
61
53
54
50
53.7
51.6
53.7
54.7
52.6
49.5
54.7
62.1
50.5
48.4
51.6
53.7
53.7
64.2
55.8
56.8
52.6
19
22
20
24
28
31
24
19
24
34
17
30
19
23
30
21
27
20.0
23.2
21.1
25.3
29.5
32.6
25.3
20.0
25.3
35.8
17.9
31.6
20.0
24.2
31.6
22.1
28.4
25
24
24
19
17
17
19
17
23
15
29
14
25
11
12
20
18
26.3
25.3
25.3
20.0
17.9
17.9
20.0
17.9
24.2
15.8
30.5
14.7
26.3
11.6
12.6
21.1
18.9
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
41
43.2
36
37.9
18
18.9
95
100.0
57
64
48
60.0
67.4
50.5
13
12
31
13.7
12.6
32.6
25
19
16
26.3
20.0
16.8
95
95
95
100.0
100.0
100.0
No
22
23
24
25
Indikator Persepsi
Kurang
Setuju
n
%
30 31.6
n
4
%
4.2
n
95
%
100.0
Setuju
Jumlah
52
54.7
49
51.6
56
56
48
49
54
58.9
58.9
50.5
51.6
56.8
29
31
23
25
24
28
13
30.5
32.6
24.2
26.3
25.3
29.5
13.7
14
15
16
14
23
18
28
14.7
15.8
16.8
14.7
24.2
18.9
29.5
95
95
95
95
95
95
95
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
Persepsi
Baik
Sedang
Kurang
Total
%
9
57
29
95
9.5
60.0
30.5
100,0
4.4.
bentuk dukungan dan anjuran dari keluarga, dan masyarakat sekitar tentang PHBS.
Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4.
4.4.1. Indikator Dukungan Sosial
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Sosial
Tidak
n
%
61 64.2
Penyuluhan Kia
55
57.9
40
42.1
95
100,0
59
62.1
36
37.9
95
100,0
62
65.3
33
34.7
95
100,0
57
60.0
38
40.0
95
100,0
No
n
34
Ya
%
35.8
Jumlah
n
%
95 100,0
68
71.6
27
28.4
95
100,0
61
64.2
34
35.8
95
100,0
69
72.6
26
27.4
95
100,0
63
66.3
32
33.7
95
100,0
10
65
68.4
30
31.6
95
100,0
11
66
69.5
29
30.5
95
100,0
12
61
64.2
34
35.8
95
100,0
13
62
65.3
33
34.7
95
100,0
14
65
68.4
30
31.6
95
100,0
Dukungan Sosial
Baik
37
38.9
Kurang
58
61.1
Total
95
100,0
4.5.
ibu rumah tangga dan anggota keluarga berdasarkan 10 (sepuluh) indikator PHBS.
Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Indikator PHBS
Tidak
Ya
Jumlah
93
97.9
2.1
95
100,0
56
58.9
39
41.1
95
100,0
47
49.5
48
50.5
95
100,0
87
91.6
8.4
95
100,0
76
80.0
19
20.0
95
100,0
80
84.2
15
15.8
95
100,0
11
11.6
84
88.4
95
100,0
86
90.5
9.5
95
100,0
81
85.3
14
14.7
95
100,0
10
77
81.1
18
18.9
95
100,0
PHBS
Tidak Sehat
Sehat I
Sehat II
Sehat III
Sehat IV
Total
%
0
43
47
5
0
95
0.0
45.3
49.5
5.3
0.0
100,0
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, diketahui bahwa PHBS di Desa Bagan Kuala
Kecamatan Tanjung Beringin mayoritas termasuk kategori Rumah Sehat II yaitu
sebanyak 47 responden (49,5%), diikuti kategori Rumah Sehat I sebanyak 43
responden (45,3%), sedangkan kategori Rumah Sehat III hanya 5 responden (5,3%).
Dalam penelitian ini tidak ditemukan kategori Rumah Tidak Sehat, dan kategori
Rumah Sehat IV.
4.6.
dengan pertimbangan variabel independen melebihi dari satu variabel dengan sampel
penelitian lebih dari 30 responden dan skala ukur data yang digunakan adalah skala
ordinal, dengan tujuan untuk melihat pengaruh variabel independen yaitu variabel
persepsi dan dukungan sosial terhadap PHBS. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
No
1
2
3
4
Variabel
Persepsi
Dukungan Sosial
Nilai Adjusted R Square
Konstanta
0,203
0,482
0,629
0,126
0,026
0,000
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1.
Tanjung Beringin, diketahui PHBS pada masyarakat nelayan adalah kategori Rumah
Sehat I yaitu sebesar 49,5%, Kategori Rumah Sehat II sebesar 45,3%, hanya 5,3%
termasuk Kategori Rumah Sehat III. Tidak ditemukan kategori Rumah Sehat IV dan
Rumah Tidak Sehat dalam penelitian ini.
Kategori Sehat I tersebut dilihat dari 2-3 indikator, yaitu bayi termuda dalam
keluarga diberi ASI Eksklusif, dan keluarga mempunyai jaminan pemeliharaan
kesehatan. Kategori Sehat II dilihat dari terpenuhinya Indikator 4-6 yaitu ketersediaan
air bersih, jamban sehat dan kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni.
Keseluruhan indikator PHBS pada tatanan keluarga tersebut dilihat berdasarkan
wawancara dan observasi.
Hasil penelitian berdasarkan indikator PHBS menunjukkan bahwa secara
keseluruhan indikator PHBS tidak dilakukan oleh masyarakat. Responden yang
keseluruhannya adalah ibu-ibu tidak mencari pertolongan persalinan oleh bidan
sebesar (97,9%). Pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya tidak mereka lakukan
sebesar (58,9%). Tidak tersedia jamban di keluarga (91,6%). Tidak melakukan
aktivitas olah raga (90,5%) dan konsumsi sayur setiap hari tidak mereka lakukan
sebesar (81,1%). Merokok dalam ruangan umumnya dilakukan oleh anggota dalam
keluarga responden yaitu sebanyak 84 responden (88,4%). Sebanyak 48 responden
(50,5%) tidak punya sarana air bersih untuk kebutuhan keluarga sehari-hari.
Secara akumulasi data indikator PHBS yang didapat, menyebabkan rendahnya
PHBS pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin
Kabupaten Serdang Bedagai.
PHBS pada prinsipnya adalah wujud nyata dari perilaku kesehatan, maka
determinan PHBS dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Lawrence Green
(1991) menganalisis perilaku manusia dalam kesehatan. Perilaku individu
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok. Yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor
diluar perilaku (non behaviour causes). Faktor perilaku dalam penelitian ini adalah
persepsi yang didukung oleh pengetahuan tentang PHBS yang didapat individu.
Faktor di luar perilaku yang membentuk persepsi adalah dukungan sosial.
Rendahnya PHBS di Desa Bagan Kuala dapat disebabkan oleh faktor
karakteristik masyarakatnya yang umumnya merupakan nelayan tradisional. Hasil
penelitian menunjukkan 44,2% responden hanya menamatkan SD, sehingga
diasumsikan rendahnya pemahaman mereka terhadap PHBS.
Menurut Kusnadi (2003) masyarakat di pesisir pantai secara umum
merupakan nelayan tradisional dengan penghasilan pas-pasan. Tergolong keluarga
miskin yang disebabkan oleh faktor alamiah, yaitu semata-mata bergantung pada
hasil tangkapan dan bersifat musiman. Sedangkan faktor non alamiah berupa
Perilaku yang sesuai dengan sepuluh indikator PHBS menjadi sangat sulit
dilaksanakan. Tujuh indikator dasar yaitu persalinan ditolong tenaga kesehatan,
pemberian ASI Ekslusif, memiliki kartu Jamkesmas, tersedianya jamban dan air
bersih merupakan syarat mutlak harus terpenuhi. Membangun persepsi untuk
melaksanakan lima dari tujuh indikator dasar hanya bila individu terpapar dengan
pengetahuan dan rasa akan kebutuhan. Pengetahuan yang diberikan harus mampu
membangun pengertian dalam diri individu dari rasa ingin menjadi mendapatkan.
Karena pada dasarnya individu harus menyadari bahwa inovasi itu ada dan banyak
keuntungan bila mengadopsinya.
Hal ini menyebabkan PHBS adalah inovasi yang belum dapat diadopsi
sepenuhnya bagi masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala. Petugas kesehatan harus
dapat merencanakan pengembangan berbagai strategi program-program kesehatan.
Tujuan program yang dimaksud adalah perubahan perilaku dan peningkatan
derajat kesehatan kelompok sasaran (Desa Bagan Kuala) pada khususnya dan
masyarakat nelayan pada umumnya.
Indikator PHBS yaitu kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, lantai
yang bukan dari tanah, serta gaya hidup PHBS yang menjadikan konsumsi minimal
tiga porsi buah dan dua porsi sayur bagi anggota rumah tangga usia sepuluh tahun
berkaitan dengan kemampuan ekonomi keluarga. Kesulitan untuk mengadopsi
inovasi ini terkait dengan dana. Sehingga Inovasi individu rasakan sebagai kebutuhan
tetapi tidak dapat mengadopsi karena kondisi ekonomi.
5.2.
oleh individu itu sendiri. Persepsi sendiri tidak mengalami penguatan dalam bentuk
keputusan karena mengalami kesenjangan antara keuntungan mengadopsinya atau
tidak mengadopsinya.
Persepsi individu terhadap perilaku kesehatan akan terbentuk dengan baik,
jika kondisi kesehatan individu, kondisi kesehatan masyarakat secara keseluruhan dan
kondisi lingkungan sekitar mereka menjadi lebih baik setelah melaksanakan PHBS.
Ada tiga indikator PHBS gaya hidup sehat yaitu tidak merokok di dalam
rumah, melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap harinya dan makan buah
dan sayur setiap hari merupakan inovasi bagi individu. Secara umum belum dapat
dirasakan manfaatnya bagi individu. Sehingga adopsi juga mempunyai nilai
konsekuensi. Menurut penelitian Rogers dkk, ada nilai efisiensi, keamanan dan nilai
atau rasa suka.
Menurut Ewles, dkk, (1994) petugas kesehatan memilih strategi promosi
kesehatan dengan peningkatan kesadaran diri, penjelasan nilai dan pengubahan sikap.
Keterkaitan faktor budaya dalam membentuk persepsi juga sangat
berpengaruh, karena budaya masyarakat biasanya akan berlangsung secara turun
temurun yang akan membentuk sikap seseorang termasuk juga persepsinya terhadap
kesehatan.
Faktor budaya pada masyarakat nelayan Bagan Kuala juga terlihat
mempengaruhi persepsi mereka tentang PHBS.
Menurut Rogers, keberhasilan atau kegagalan terhadap poses diterimanya
inovasi adalah opini pemuka masyarakat (opinion leadership). Berkaitan bahwa
dapat
memberikan
suatu
masukan
bagi
pemerintah
daerah
agar
5.3.
dan gotong royong. Dalam pelaksanaan Jumat bersih dan gotong royong tidak juga
direspon dengan baik oleh masyarakat. Kesulitan dalam mengumpulkan warga karena
umumnya kepala keluarga melaut. Dukungan sosial dapat membentuk kemandirian
masyarakat untuk melaksanakan PHBS. Pemberdayaan masyarakat diarahkan untuk
mewujudkan peran serta masyarakat (berpartisipasi) dalam perilaku sehat, termasuk
PHBS.
Penelitian Sinaga dkk (2004) di Kabupaten Bantul, begitu pula penelitian
Safrizal (2002) di Kabupaten Bungo Jambi, bahwa penyebab rendahnya cakupan
PHBS antara lain karena rendahnya peran serta keluarga terhadap sanitasi lingkungan
perumahan, selain adanya pengaruh pengetahuan individu dan sikap dukungan
perangkat desa.
5.4.
Keterbatasan Penelitian
1. Aspek Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif,
determinan
PHBS
pada
masyarakat
nelayan,
namun
peneliti
2. Kualitas Data
Pada penelitian ini data mengenai persepsi dan dukungan sosial diperoleh
dengan mengandalkan daya ingat, maka akan terjadi recall bias. Dapat saja terjadi
karena responden lupa, dan item pertanyaan yang diberikan belum pernah mereka
dengar sebelumnya sehingga sangat menyulitkan peneliti untuk memberikan
penjelasan dan memperoleh informasi akurat.
Penggunaan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari catatan
puskesmas dan pihak kecamatan, sehingga data tidak terkini (up to date). Kualitas
data juga dipengaruhi oleh kemampuan responden mencerna pertanyaan dalam
kuesioner, dapat terjadi bias yang berasal dari pewawancara di mana pewawancara
meskipun sudah dilatih terlebih dahulu mengingat keterbatasan pengetahuan atau
pengalaman pewawancara.
3. Parameter
Parameter yang digunakan untuk mengukur berbagai variabel dalam
penelitian terbatas, sehingga tidak tertutup kemungkinan adanya parameter lain yang
lebih tepat untuk menggambarkan tiap-tiap variabel.
4. Aspek Peneliti
Penguasaan ilmu pengetahuan peneliti yang masih belum memadai terhadap
teknik penelitian ilmiah, maupun dalam teori-teori yang mendukung suatu penelitian,
di samping dana dan sarana yang dapat menyebabkan kurang sempurnanya
penelitian.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Tingkat PHBS masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung
Beringin 49,5% Kategori Sehat I, sebanyak 45,3% termasuk Sehat II dan
hanya 5,3% termasuk Sehat III.
2. Persepsi responden terhadap PHBS 60,0% adalah kategori sedang, 30,5%
kategori kurang, dan hanya 9,5% termasuk baik.
3. Dukungan sosial terhadap pelaksanaan PHBS mayoritas (61,1%) kategori
kurang, dibandingkan dukungan sosial kategori baik (38,9%).
4. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan keseluruhan variabel
independen persepsi (p=0,026) dan dukungan sosial (p=0,000) mempunyai
pengaruh signifikan terhadap PHBS.
5. Variabel dukungan sosial merupakan variabel paling dominan mempengaruhi
PHBS pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung
Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.
6.2.
Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka dapat disarankan beberapa hal berikut ini:
1. Perlu peningkatan dukungan sosial kepada masyarakat nelayan berkaitan
dengan peningkatan perilaku kesehatan melalui peningkatan peran petugas
kesehatan dalam aktivitas masyarakat nelayan seperti penambahan jadwal
posyandu dan penyuluhan di daerah pantai.
2. Petugas kesehatan agar dibekali kemampuan menjadi promotor kesehatan
yang kompeten, melengkapi sarana kesehatan (puskesmas pembantu dan
polindes) serta kelengkapan media komunikasi yang bersifat efektif dan
efisien. Seperti sebuah unit mobil yang dilengkapi media audio visual untuk
menyampaikan pesan terarah tentang kesehatan tidak hanya PHBS.
3. Perlu peningkatan peran serta perangkat desa dalam menyukseskan setiap
kegiatan-kegiatan penyuluhan kesehatan, dan kegiatan lain yang berkenaan
dengan kesehatan dan sosial, sehingga dapat meningkatkan partisipasi
masyarakat untuk berperilaku sehat. Peran serta perangkat desa ini untuk
menghindari penafsiran bahwa selama ini kesehatan berkaitan dengan berobat,
belum terbentuk bagaimana mencegah untuk tidak sakit. Menghindari juga
masih ditemukannya persepsi bahwa kesehatan adalah tanggung jawab
petugas kesehatan, bukan menjadi tanggung jawab pribadi dan masyarakat.
4. Perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang
kesehatan melalui peran serta masyarakat dalam perencanaan kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
Andriyan, A., 2005. Strategi Adaptasi dan Hubungan Sosial Nelayan Kampung
Pesisir Kelurahan Panjunan Kota Cirebon. Fakultas Pertanian. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Basyarsyah II,S,H, T,L,S, dkk. 2002. Kebudayaan Melayu Sumatera Timur.
Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
Depkes RI. 2005. Hasil Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS) tahun 2004. Jakarta.
________. 2006. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); Untuk Petugas
Puskesmas. Direktorat Promosi Kesehatan. Dirjen Kesehatan Masyarakat.
Jakarta.
Dinas Kesehatan Serdang Bedagai. 2005. Hasil Survei Kesehatan Daerah
(SURKESDA) Serdang Bedagai. Sei Rampah.
________. 2006 Profil Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai. Sei Rampah.
________. 2007. Laporan Bulanan Gizi Kabupaten Serdang Bedagai. Sei Rampah.
________. 2007. Profil Kesehatan Puskesmas Tanjung Beringin. Sei Rampah.
________. 2007. Laporan Tahunan Puskesmas Tanjung Beringin. Sei Rampah.
Ewles, L, dkk. 1992. Promoting Health, A Practical Guide. Second Edition.
Green, L & Kreuter, Marshall, W. 1991. Health Promotion Planning and Education
and Environtment Approach. Institue of Health Promotion Research
University of British Colombia.
Kusnadi. 2004. Polemik Kemiskinan Nelayan. Pustaka Yogya Mandiri. Yogyakarta.
Rachmad R,H,H. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Sarwono, Sarlito W. 2003. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi
Sosial. Refika Aditama. Jakarta.