Anda di halaman 1dari 85

PENGARUH PERSEPSI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA MASYARAKAT


NELAYAN DESA BAGAN KUALA KECAMATAN TANJUNG
BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Oleh
SONDHA SARI
067012023/AKK

PA

K O L A

A S A R JA

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Sondha Sari : Pengaruh Persepsi Dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada
Masyarakat Nelayan Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai, 2009

PENGARUH PERSEPSI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP


PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA MASYARAKAT
NELAYAN DESA BAGAN KUALA KECAMATAN TANJUNG
BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Progam Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh
SONDHA SARI
067012023/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Judul Tesis

: PENGARUH PERSEPSI DAN DUKUNGAN SOSIAL


TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
PADA MASYARAKAT NELAYAN DESA BAGAN KUALA
KECAMATAN TANJUNG BERINGIN KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
Konsentrasi

:
:
:
:

Sondha Sari
067012023
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof. Drs. Subhilhar, MA, PhD)


Ketua

(Drs. Zulkifli Lubis, MA)


Anggota

Ketua Program Studi,

Direktur,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS)

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

Tanggal lulus : 24 Maret 2009

Telah diuji pada


Tanggal : 24 Maret 2009

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua

: Prof. Drs. Subhilhar, MA, PhD

Anggota

: 1. Drs. Zulkifli Lubis, MA


2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si
3. Drs. Agustrisno, M.Si

PERNYATAAN

PENGARUH PERSEPSI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP


PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA MASYARAKAT
NELAYAN DESA BAGAN KUALA KECAMATAN TANJUNG
BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan,

Februari 2009

SONDHA SARI

ABSTRAK

Salah satu bentuk perilaku kesehatan dalam masyarakat adalah Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS pada tatanan rumah tangga merupakan bentuk
perwujudan paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga yang
berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi
kesehatannya. Cakupan PHBS di Indonesia masih rendah yaitu hanya 24,38%,
demikian juga di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu 55,32%.
Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan pendekatan explanatory
research bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi dan dukungan sosial
terhadap PHBS pada masyarakat nelayan di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten
Serdang Bedagai. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat nelayan
di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai,
dengan sampel 95 orang. Analisis data menggunakan uji regresi linear berganda pada
taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat PHBS masyarakat Nelayan di Desa
Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin 49,5% termasuk Sehat I, 45,3% termasuk
Sehat II dan hanya 5,3% termasuk Sehat III. Hasil uji regresi linear berganda
menunjukkan keseluruhan variabel independen yaitu persepsi (p=0,026) dan
dukungan sosial (p=0,000) mempunyai pengaruh signifikan terhadap PHBS dan
variabel dukungan sosial merupakan variabel paling dominan mempengaruhi PHBS
pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin
Kabupaten Serdang Bedagai.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas Tanjung Beringin
untuk meningkatkan peran petugas kesehatan dalam aktivitas masyarakat nelayan.
Menggiatkan peran serta perangkat desa dalam setiap kegiatan-kegiatan penyuluhan
kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan serta
peningkatan frekuensi penyuluhan kesehatan pada masyarakat nelayan.
Kata Kunci: Persepsi, Dukungan Sosial, PHBS.

ABSTRACT

One of the health behaviours in society is a Behaviour of Clean and Healthy


Life (BCHL). The Behaviour of Clean and Healthy Life in household is a realization
of health paradigm in individual living culture, a health-oriented family intended to
improve, maintain and keep his/her health status, The coverage of BCHL in
Indonesia is still low namely of 24,38%,similarly,in Serdang Bedagai district, it is
55,32%.
This survey study with explanatory research approach is aimed to analyze the
influence of perception about Behavior of Clean and Healthy Life and social support
at fisherman community of Subdistric Tanjung Beringin Serdang Bedagai. The
population of this samples is the whole of the fisherman community at Bagan Kuala
Village of Tanjung Beringin Subdistrict of Serdang Bedagai District, with 95
samples. Data analysis is done by using multiple linear regression test at confidence
interval 95%.
The result of the study shows the grade of BCHL fisherman community of
Bagan Kuala Village of Tanjung Beringin Subdistrict was 49,5% belonged to Healty
I, 45,3% to Healthy II and only 5,3% belonged to Healthy III. The result of multiple
linier regression showed all the variable independent of perception (p=0,026) and
social support (p=0,000) is the most dominant variables to influence BCHL of
fisherman community at Bagan Kuala Village of Tanjung Beringin Subdistrict of
Serdang Bedagai District.
It is suggested to The Health District and The Head of Health Subdistric
Tanjung Beringin of Serdang Bedagai District to improved performance of the health
workers in the activity of fisherman community, persuade the rural officials in
successing the health promotion activities, empowerment society especially healty
field.

Key words: Perception, Social Support, BCHL.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan KaruniaNya
penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengaruh Pengetahuan,
Persepsi, Dukungan Sosial terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada
Masyarakat Nelayan di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada: Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
Selanjutnya kepada Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. selaku Direktur
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS
selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Terima penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Subhilhar, MA, PhD, Drs.
Zukifli Lubis, MA selaku Komisi Pembimbing yang telah banyak membantu dan
meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis
dalam penyusunan tesis ini.
Terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si dan Drs. Agustrisno,
M.Si selaku penguji yang telah banyak membantu dan memberikan masukan dan
bimbingan demi kesempurnaan tesis ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak dr. Edwin Effendi, M.Sc, selaku
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan serta memberikan bimbingan dan
arahan yang bermanfaat.
Tak terhingga terima kasih kepada anak-anak tercinta dan Ayahanda yang
telah mengizinkan dan memberi motivasi serta dukungan kepada penulis untuk
melanjutkan pendidikan. Dan terima kasih penulis kepada rekan-rekan mahasiswa

yang telah membantu penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam
penyusunan tesis ini dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis
ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Januari 2009

Penulis

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sei Buluh, Serdang Bedagai 21 April 1970. Anak sulung dari
tiga bersaudara. Ibu dengan tiga anak, Milatul Aulia, Hakkam Abi Kautsar dan Sultan
Abi Azizi. Menamatkan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
tahun 1998. Sebelumnya alumnus Sekolah Menengah Atas Negeri II Medan, Sekolah
Menengah Pertama Negeri II Medan, Sekolah Dasar Negeri 060827 Medan.
Pada tahun 1998 - 2002 diangkat sebagai Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT)
di Puskemas Rawat Jalan Hinai Kiri Kabupaten Langkat. Tahun 2003 - 2007
mengabdi sebagai Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Rawat Jalan Tanjung Beringin
Kabupaten Serdang Bedagai. Tahun 2007 sampai tulisan ini diselesaikan bertugas
di Puskesmas Rawat Inap Dolok Masihul, Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten
Serdang Bedagai.

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ..............................................................................................................
i
ABSTRACT.............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ v
DAFTAR ISI........................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1. Latar Belakang .............................................................................
1.2. Permasalahan ...............................................................................
1.3. Tujuan Penelitian .........................................................................
1.4. Hipotesis Penelitian .....................................................................
1.5. Manfaat Penelitian .......................................................................

1
1
10
10
11
11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................


2.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)......................................
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PHBS .....................................
2.3. Karakteristik Masyarakat Nelayan ................................................
2.4. Landasan Teori...............................................................................
2.5. Kerangka Konsep Penelitian ..........................................................

13
13
17
30
32
34

BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................


3.1. Jenis Penelitian .............................................................................
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ........................................
3.3. Populasi dan Sampel......................................................................
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................
3.5. Variabel dan Definisi Operasional .................................................
3.6. Metode Pengukuran .......................................................................
3.7. Metode Analisis Data.....................................................................

35
35
35
35
36
39
40
42

BAB 4 HASIL PENELITIAN .............................................................................


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..............................................
4.2. Karakteristik Responden ................................................................
4.3. Persepsi Responden tentang PHBS................................................
4.4. Dukungan Sosial terhadap PHBS...................................................
4.5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ...................................................
4.6. Analisis Statistik dengan Uji Regresi Berganda ............................

43
43
44
45
47
49
51

BAB 5 PEMBAHASAN ......................................................................................


5.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Desa Bagan Kuala
Kecamatan Tanjung Beringin ........................................................
5.2. Pengaruh Persepsi terhadap PHBS.................................................
5.4. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap PHBS ..................................
5.5. Keterbatasan Penelitian..................................................................

53
53
57
61
64

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 66


6.1. Kesimpulan ................................................................................... 66
6.2. Saran ............................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 69

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................

38

3.2. Indikator PHBS ...........................................................................................

41

4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik ......................

44

4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Prepsesi tentang PHBS .......

45

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Persepsi Responden tentang


PHBS...........................................................................................................

47

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Sosial .................

47

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Dukungan Sosial..................

49

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator PHBS ..................................

50

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel PHBS ...................................

51

4.8. Hasil Uji Regresi Linear Berganda .............................................................

52

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

2.1 Model Proses Adopsi-Inovasi ....................................................................

29

2.2. Kerangka Konsep Penelitian ......................................................................

34

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul

Halaman

Kuesioner Penelitian ...................................................................................

71

2.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas.............................................................

80

3.

Hasil Pengolahan Data Penelitian ...............................................................

82

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui

pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku sehat, serta keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang bermutu.
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional.
Konsepnya adalah berwawasan kesehatan yaitu memperhitungkan dengan seksama
berbagai dampak positif dan negatif setiap kegiatan berkaitan dengan kesehatan
masyarakat.

Pembangunan

kesehatan

sendiri

diprioritaskan

kepada

upaya

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit di samping penyembuhan dan


pemulihan.
Arah kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan salah satunya
adalah peningkatan upaya kesehatan yang lebih ditujukan atau diprioritaskan kepada
upaya mewujudkan produktivitas kerja yang tinggi, melalui berbagai upaya
pelayanan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan kebugaran jasmani,
lingkungan pemukiman, terutama penduduk yang tinggal di daerah kumuh (R.
Hapsara H.R, 2004).
Upaya pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam program-program yang
pelaksanaannya terpadu dengan lintas sektoral serta dengan dukungan masyarakat.

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya perilaku
masyarakat yang proaktif memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan,
mencegah, melindungi diri dari penyakit serta berpartisipasi aktif dan berdaya
menolong dirinya sendiri serta mampu membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat di dalam keluarga dan masyarakat, dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
Pengertian PHBS dalam pusat promosi kesehatan Depkes RI 2006 adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga yang dapat menolong diri
sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya.
PHBS dalam tatanan rumah tangga meliputi 10 (sepuluh) indikator, yaitu:
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
2. Bayi diberi ASI Ekslusif.
3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
4. Ketersediaan air bersih.
5. Ketersediaan jamban sehat.
6. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni.2
7. Lantai rumah bukan lantai tanah.
8. Tidak merokok di dalam rumah.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10. Makan buah dan sayur setiap hari.

Cakupan indikator PHBS di Indonesia bervariasi setiap indikatornya. Hasil


Survei Kesehatan Nasional (2004), pencapaian rumah tangga sehat berkisar 24,38%,
masih jauh dari target minimal yaitu 65% pada tahun 2010. Cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan masih sebesar 64% sedangkan target nasional adalah 90%. Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) sangat rendah yaitu sebesar 19%,
sedangkan target nasional sebesar 80%. Jenis sumber air sehat yang paling banyak
digunakan adalah air sumur terlindung (35%), rumah tangga yang menggunakan dan
memiliki jamban hanya sebesar 27% sedangkan target yang harus dicapai ditahun
2010 adalah 85%. Untuk ASI Eksklusif yang dikenal dengan Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) baru mencapai 30%. Ditinjau gaya hidup sehat di masyarakat, perokok usia
belia 5-9 tahun meningkat secara signifikan dari 0,4% tahun 2001 menjadi 1,8% pada
tahun 2004.
Departemen Kesehatan memperkirakan total perokok aktif Indonesia telah
mencapai 70% atau berjumlah 141,44 juta dari total jumlah penduduk secara
keseluruhan. Melakukan aktivitas fisik serta mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan
hanya 60%. Indikator PHBS secara nasional masih belum menunjukkan angka yang
diharapkan (Depkes RI, 2005).
Propinsi Sumatera Utara tahun 2007 untuk cakupan PHBS dalam rumah
tangga masih sebesar 55,32%, masih di bawah target cakupan 65% yang harus
dicapai tahun 2010.
Data Survei Kesehatan Daerah (Surkesda) Kabupaten Serdang Bedagai tahun
2006, yaitu:

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 57,2%, target tahun 2010 (90%).
2.

ASI Eksklusif 42,31%, (80%).

3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat 31,6%, (80%).


4. Ketersediaan air bersih 63,2%, (85%).
5. Ketersediaan jamban sehat 68,2%, (85%).
6. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 43,21%, (65%).
7. Lantai rumah bukan tanah 94,2%, (65%).
8. Tidak merokok di dalam rumah 7,32%, (65%).
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari 26,5%, (65%).
10. Kebiasaan makan buah dan sayur setiap hari 15,2%, (65%).
Kesimpulannya cakupan indikator PHBS Kabupaten Serdang Bedagai belum
mencapai target Standar Pelayanan Minimal yang harus dipenuhi tahun 2010 sesuai
Kepmenkes Nomor 1091/MENKES/SK/X/2004.
Salah satu dari tujuh belas Kecamatan di Serdang Bedagai, lima diantaranya
adalah kecamatan wilayah pantai yang umumnya rendah kesehatan lingkungan,
kesulitan air bersih, jarang menggunakan jamban karena lebih mudah menjangkau
pinggir pantai. Fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu mencukupi dan mudah diakses, tetapi tidak termanfaatkan secara optimal.
Masyarakat sangat kurang partisipatif dalam program kesehatan dan tidak
memanfaatkan pelayanan posyandu.
Kecamatan Tanjung Beringin merupakan kecamatan paling rendah cakupan
PHBS sesuai data Surkesda tahun 2006 yaitu 10,8%. Cakupan rumah tangga sehat

hanya 42,9% dari 2.861 rumah tangga yang diperiksa. Sumber air bersih dari air
sumur terlindung 39%. Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
12,8%. Keadaan ini menunjukkan bahwa Kecamatan Tanjung Beringin masih
menjadi masalah utama dalam pencapaian program PHBS (Surkesda Serdang
Bedagai, 2006).
Berdasarkan sosio demografi dan budaya, Kecamatan Tanjung Beringin
berpenduduk 36.066 jiwa, dengan luas wilayah 74,170 km2 dan 8124 RT. Sejumlah
23.251 jiwa adalah warga miskin (64,46%) yang menjadi peserta Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Tanjung Beringin sebagian besar
adalah nelayan tradisionil (52,6%), petani 42,4%, pegawai instansi 3,5% dan lain-lain
sebesar 1,5%.
Perbandingan suku yaitu Melayu (61,21%), Jawa (16,89%), Banjar (11,58%)
dan suku Batak (10,32%).
Desa Bagan Kuala merupakan desa yang berada dibibir pantai. Transportasi
dianggap sulit bagi penduduk Desa Bagan Kuala. Jarak desa ke ibukota Kecamatan
Pekan Tanjung Beringin 10 kilometer, sarana jalan rusak karena pasang surut air dan
mahalnya ongkos transportasi. Kebanyakan anak usia sekolah memilih putus sekolah
karena alasan ekonomi.
Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah nelayan tradisionil (67.2%)
atau 122 KK dari 180 kepala keluarga. Sembilan puluh delapan persen bersuku
Melayu (Profil Puskesmas Tanjung Beringin, 2007).

Data laporan tahunan puskesmas pembantu Bagan Kuala tahun 2007 terjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) campak, keracunan makanan karena ubi beracun,
persalinan masih ada yang ditolong dukun beranak.
Wawancara peneliti kepada beberapa warga diketahui alasan mengapa tidak
perlu tenaga kesehatan adalah umumnya persalinan seorang ibu mereka anggap
normal sehingga tidak harus ke bidan desa.
Alasan yang lain karena menghormati pendapat orang tua, kebiasaan turun
temurun dan terakhir masalah ekonomi. Tidak aktifnya kegiatan posyandu berdampak
kepada masih rendahnya pencapaian target imunisasi dan tingginya angka drop out.
Data laporan gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai 2007,
dijumpai gizi kurang sebanyak 12 balita dari 188 balita, padahal nelayan selalu
membawa hasil tangkapan ikan segar dari laut untuk konsumsi keluarga. Tidak
dikenal ASI Eksklusif, apalagi pelaksanaannya.
Sepuluh besar penyakit di Desa Bagan Kuala ditemukan angka diare, ISPA,
penyakit kulit, bronchitis, malaria, hipertensi dan TB Paru, gastritis dan rematik.
Kehidupan nelayan di Desa Bagan Kuala secara sosial ekonomi hidup
bergantung dari hasil tangkapan ikan. Rata-rata nelayan berpendidikan rendah dan
berpenghasilan pas-pasan. Dalam hal menangkap ikan, walaupun menggunakan bot
bermesin, nelayan (masyarakat Melayu pesisir) lebih menyukai alat penangkap ikan
yang lebih bersifat menunggu ikan seperti jaring, tukah, pancing mengikuti sifat
kehidupan alam ikan, berbanding mengejar ikan seperti mana alat menangkap ikan

di laut dalam. Nelayan masih bergantung kepada alam pasang surut air, edaran bulan
dan tanda-tanda alam (Basyarsyah II, dkk, 2002).
Menurut Kusnadi 2003, masyarakat pesisir pantai secara umum merupakan
nelayan tradisional dengan penghasilan pas-pasan dan tergolong keluarga miskin
yang disebabkan faktor alamiah, yaitu semata-mata bergantung pada hasil tangkapan
dan musim. Faktor nonalamiah adalah keterbatasan teknologi alat penangkap ikan,
sehingga berpengaruh terhadap pendapatan keluarga.
Dalam profil kecamatan 2007 kategori keluarga menurut alasan ekonomi,
Desa Bagan Kuala terdiri dari 126 keluarga PraKS, 99 keluarga KS I, 6 keluarga KS
II, 3 keluarga KS III.
Berdasarkan hasil survei awal, di Desa Bagan Kuala, dari 30 rumah tangga
yang diobservasi, hanya 1 rumah tangga yang mempunyai jamban keluarga (3,33%).
Tidak mempunyai saluran pembuangan air limbah yang memadai (tidak ada septik
tank) sehingga belum dapat dikatakan jamban sehat.
Desa Bagan Kuala terdiri dari tiga dusun. Setiap dusun ada satu sumur bor
yang dibangun pemerintah. Warga menggunakannya secara bersama untuk sumber
air minum, mandi, mencuci, dan untuk persediaan air di rumah tangga masingmasing. Tiap KK tidak punya sumur/kamar mandi yang memadai. Secara umum
saluran pembuangan air limbah hanya berbentuk selokan dan tergenang, atau
mengalirkannya ke sungai kecil dan langsung ke laut. Tidak terlihat tempat
pembuangan sampah.

Konstruksi rumah sebagian besar masih beratap rumbia dan seng. Lantai
rumah dari papan (Rumah Panggung) 50%, berlantai tanah 43%, sedangkan lantai
bukan tanah adalah sisanya, serta tidak mempunyai ventilasi yang cukup.
Satu rumah tinggal dapat dihuni lebih dari satu kepala keluarga. Alasan tidak
tinggal menetap atau menumpang sementara karena tergantung musim ikan atau
datangnya angin barat. Sehingga kesesuaian lantai dengan jumlah penghuni
menjadikan ruangan tidak cukup pertukaran udara pada saat berkumpul untuk tidur
dan istirahat. Keadaan tersebut mencerminkan bahwa upaya perilaku hidup bersih dan
sehat masih sangat kurang di Desa Bagan Kuala.
Wawancara dengan penduduk mengenai peran petugas Puskesmas Tanjung
Beringin diketahui bahwa petugas (Kepala Puskesmas Pembantu dan satu orang
bidan desa) aktif di pelayanan kesehatan. Biaya pemeriksaan kehamilan, persalinan
dan pengobatan terjangkau. Dari wawancara dengan petugas kesehatan diketahui
bahwa petugas sesuai jadwal mengadakan penyuluhan tentang perilaku hidup bersih
dan sehat disela-sela mengadakan pelayanan pengobatan gratis bagi penduduk dalam
rangka Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKM).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan salah satu bentuk tindakan atau
kegiatan sehari-hari individu, keluarga dan masyarakat yang tercermin dalam pola
hidup dalam menjaga kesehatannya. Upaya promosi kesehatan tentang PHBS telah
dilakukan oleh petugas puskesmas. Hal ini menurut peneliti, masyarakat nelayan
menganggap bahwa PHBS bukan merupakan suatu kebutuhan utama bagi mereka,
dan persepsi masyarakat nelayan itu sendiri berbeda tentang konsep hidup sehat.

Terlihat seolah-olah mereka cenderung tidak peduli terhadap kondisi rumah


sebagai tempat tinggal yang tidak sehat, kesehatan ibu dan bayinya, kesehatan balita,
sanitasi lingkungan dan kebersihan diri (personal hygiene). Mereka cenderung lebih
memikirkan kebutuhan ekonomi, memenuhi kebutuhan sandang dan pangan keluarga.
Anak-anak usia sekolah banyak yang putus sekolah dasar dan umumnya jarang
menamatkan Sekolah Menengah Pertama, karena alasan ekonomi.
Peran dukungan sosial dari kepala keluarga dan tokoh masyarakat tentang
perilaku

hidup

bersih

dan

sehat

dianggap

peneliti

kurang

mendukung

dilaksanakannya PHBS. Menurut petugas kesehatan sulit mengajak para ibu rumah
tangga untuk datang pada jadwal posyandu. Datang untuk menimbang balita
di kegiatan posyandu dianggap tidak ada artinya. Banyak menolak imunisasi dengan
alasan bayi atau balita menjadi demam setelah imunisasi. Akibatnya ibu menjadi
sasaran marah mertua, dan suaminya bila demam tersebut karena efek samping
imunisasi.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di desa pada saat posyandu hanya
menjadi semangat semu bagi para ibu untuk datang. Kebanyakan para ibu membawa
bayi dan balita hanya untuk penimbangan saja tetapi tetap menolak diimunisasi
dengan alasan takut sakit setelah imunisasi.

1.2.

Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh persepsi dan dukungan
sosial terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada masyarakat nelayan di Desa
Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai.
Seberapa besar pengaruh persepsi dan dukungan sosial membentuk Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat yang lebih baik bagi masyarakat nelayan di Desa Bagan
Kuala. Dukungan sosial yang bagaimana sebaiknya dapat mengubah perilaku
masyarakat Desa Bagan Kuala dari tahu menjadi mau dan mampu untuk
terlaksananya PHBS.

1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh persepsi dan

dukungan sosial terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada masyarakat nelayan
Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.
Seberapa besar pengaruh persepsi dan dukungan sosial pada masyarakat nelayan
di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai
melaksanakan PHBS.

1.4.

Hipotesis Penelitian
Persepsi dan dukungan sosial berpengaruh terhadap Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung
Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.

1.5.

Manfaat Penelitian
1. Membantu memecahkan masalah dan mengantisipasi masalah tentang PHBS
masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala dan mudah-mudahan menjadi
masukan bagi Kepala Puskesmas Tanjung Beringin dalam merumuskan
strategi peningkatan PHBS bagi masyarakat nelayan melalui program Promosi
Kesehatan.
2. Memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai
dalam perencanaan peningkatan derajat kesehatan masyarakat nelayan
di wilayah kecamatan pantai khususnya. Melalui Program PHBS dan
pemberdayaan masyarakat nelayan merujuk kepada akar budaya dan sosial
masyarakat pantai.
3. Memberikan masukan, kontribusi yang positif, kepada Dinas Sosial
Kabupaten Serdang Bedagai dalam peningkatan kesejahteraan hidup
masyarakat nelayan khususnya dalam perencanaan pembangunan rumah layak
huni bagi masyarakat pesisir pantai dan membantu adanya wadah wirausaha
yang dapat menambah penghasilan bagi masyarakat pantai.

4. Bagi Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan


Universitas Sumatera Utara merupakan tambahan kekayaan penelitian, untuk
dapat dipergunakan dan dikembangkan.
5. Bagi peneliti sendiri sesungguhnya bermanfaat meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman dalam pelaksanaan suatu kebijakan kesehatan yang
ditetapkan dan bagaimana suatu kebijakan dalam bidang kesehatan dalam
pelaksanaannya mendapat kendala dikaji dari teori yang ada.
6. Mudah-mudahan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang
berminat mengadakan penelitian yang berkaitan dengan bidang administrasi
kebijakan kesehatan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,

keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,


memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku, melalui pendekatan Advokasi, Bina Suasana (Social Support) dan
Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup
sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat
(Depkes RI 2006).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dalam bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan pribadi dan keluarga.
Adapun sasaran program PHBS tersebut mencakup lima tatanan, yaitu:
tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan sarana
kesehatan (Depkes RI, 2006).
Jenis kegiatan PHBS mencakup enam bidang yaitu: Bidang gizi, KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana), kesehatan lingkungan,
jaminan pemeliharaan kesehatan, gaya hidup sehat dan bidang obat dan farmasi.

PHBS dalam bidang gizi adalah makan dengan gizi seimbang, minum tablet
besi selama hamil, memberi bayi ASI eksklusif, mengkonsumsi garam beryodium,
memberi bayi dan balita kapsul vitamin A.
PHBS bidang KIA dan KB adalah memeriksa kehamilan, persalinan ditolong
tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi, ikut
Keluarga Berencana, makan makanan bergizi dan ibu hamil tidak merokok.
PHBS bidang kesehatan lingkungan misalnya cuci tangan dengan sabun dan
air setelah buang air besar, menghuni rumah sehat, memiliki akses dan menggunakan
jamban, memberantas jentik nyamuk, membuang sampah ditempat sampah dan
mencuci tangan.
PHBS bidang pemeliharaan kesehatan, misalnya: memiliki jaminan
pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM)/sebagai kader, memanfaatkan puskesmas/sarana kesehatan.
PHBS bidang gaya hidup sehat, misalnya: tidak merokok di dalam rumah,
melakukan aktivitas fisik/olah raga setiap hari, makan sayur dan buah-buahan setiap
hari.
PHBS bidang obat dan farmasi, misalnya: memiliki tanaman obat keluarga,
tidak menggunakan napza, menggunakan obat generik, jauhkan anak dari bahanbahan berbahaya/beracun, minum oralit jika diare (Depkes, 2006).

Tujuan PHBS di rumah tangga adalah:


1. Meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas
sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim
penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah tangga.
2. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS dan berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Sasaran PHBS dalam tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga,
yaitu: pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui, anak dan remaja, usia
lanjut dan pengasuh anak (Depkes RI, 2006). Penilaian rumah tangga sehat digunakan
sepuluh alat ukur (indikator) PHBS yang terdiri dari tujuh indikator PHBS dan tiga
indikator Gerakan Hidup Sehat (GHS).
Indikator PHBS tatanan rumah tangga:
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Pertolongan pertama pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga
dilakukan oleh tenaga kesehatan yaitu dokter, bidan dan paramedis lainnya.
2. Bayi diberi ASI Eksklusif.
Adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6
bulan.

3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.


Anggota-anggota rumah tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan
seperti Askes, kartu sehat, dana sehat, Jamsostek, asuransi perusahaan dan lainlain.
4. Ketersediaan air bersih.
Rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih dan menggunakannya
untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air dalam kemasan, air leding, air
pompa, sumur terlindung, mata air terlindung dan penampungan air hujan.
Sumber air pompa, sumur gali dan mata air terlindung berjarak minimal sepuluh
meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.
5. Ketersediaan jamban sehat.
Rumah tangga yang memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan
tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir.
6. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni.
Rumah tangga yang mempunyai luas lantai rumah yang ditempati dan
digunakan untuk keperluan sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni (9m2 per
orang).
7. Lantai rumah bukan tanah.
Tangga yang mempunyai rumah dengan bagian bawah/dasar/alas terbuat dari
semen, papan, ubin dan kayu.

8. Tidak merokok di dalam rumah.


Penduduk/anggota rumah tangga umur sepuluh tahun keatas tidak merokok
di dalam rumah selama ketika berada bersama anggota keluarga lainnya selama
satu bulan terakhir.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari, adalah penduduk/anggota keluarga umur
sepuluh tahun keatas dalam satu minggu terakhir melakukan aktivitas fisik
(sedang maupun berat) minimal tiga puluh menit setiap hari.
10. Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun
keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau
sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir.
Indikator dari nomor satu sampai nomor tujuh adalah tujuh indikator dan
definisi operasional PHBS, sedangkan nomor delapan sampai dengan sepuluh
adalah indikator Gerakan Hidup Sehat (GHS).

2.2.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi PHBS


Perilaku kesehatan, ada tiga teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-

penelitian kesehatan masyarakat. Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmojo


(2005), perilaku manusia dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok
yaitu faktor perilaku (behavioral factors) dan faktor non-perilaku (non behavioral
factors).

Lawrence Green menganalisis bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh


tiga faktor utama, yaitu:
a. Faktor

Predisposisi

(predisposing

factors),

yaitu

faktor-faktor

yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain


pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.
b. Faktor-faktor

pemungkin

(enabling

factors),

yaitu

faktor-faktor

yang

memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud


dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong
dan memperkuat terjadinya perilaku.
Pada saat promosi kesehatan digencarkan aksinya melalui pemberdayaan
masyarakat bahwa petugas kesehatan membekali sasaran kesehatan (masyarakat)
dengan pengetahuan/informasi yang bermanfaat bagaimana untuk sehat, dan walau
ketersediaan sarana kesehatan memadai, tetapi tetap diperlukan dukungan dari
masyarakat itu sendiri.
Snehandu B. Karr dalam Notoatmojo (2005), mengidentifikasi adanya lima
determinan perilaku, yaitu:
1. Adanya niat, (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan objek atau
stimulus diluar dirinya.
2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). Di dalam
kehidupan di masyarakat, perilaku seseorang cenderung memerlukan

legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan


atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan merasa
kurang atau tidak nyaman, paling tidak untuk berperilaku kesehatan tidak
menjadi gunjingan atau bahan pembicaraan masyarakat.
3. Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya
informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil seseorang.
4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personnal outonomi) untuk
mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya
masih terbatas, terutama lagi di pedesaan. Seorang istri dalam mengambil
keputusan masih sangat bergantung kepada suami.
5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk
bertindak apapun memang diperlukan kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi
dan situasi yang tepat mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang
tersedia serta kemampuan yang ada.
Untuk membangun rumah sehat misalnya, jelas sangat tergantung kepada
kondisi ekonomi dari orang yang bersangkutan. Meskipun faktor yang lain tidak ada
masalah, tetapi apabila kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku
tersebut tidak akan terjadi.
WHO yang merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana. Dikatakan
mengapa seseorang berperilaku, karena ada empat alasan pokok (determinan), yaitu:

1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)


Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang atau lebih tepat
diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus,
merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. Didasarkan
pertimbangan untung ruginya, manfaatnya dan sumber daya atau uang yang
tersedia dan sebagainya.
2. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
(personnal references). Di dalam masyarakat, di mana sikap paternalistik
masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat bergantung acuan kepada
tokoh masyarakat setempat.
3. Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung terjadinya
perubahan perilaku. Dalam teori Green, sumber daya ini adalah sama dengan
faktor enabling (sarana, prasarana, fasilitas).
4. Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap
etnis berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya
yang berbeda yang khas.
Dari uraian ketiga teori di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang
atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang
diterima. Kemudian timbul persepsi dari individu dan memunculkan sikap, niat,
keyakinan/kepercayaan, yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi
suatu perbuatan.

Penguatan konsep mulai dari tahu menjadi mau dan mampu, akan
terlaksana apabila ada faktor eksternal yang turut mempengaruhi situasi di luar diri
individu seperti: dukungan sosial, fasilitas yang tersedia, sarana dan prasarana yang
mendukung.
Persepsi untuk proses perubahan perilaku menjadi Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat adalah penilaian suatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada
individu dan diharapkan untuk diterima dan diproses oleh individu tersebut sehingga
memunculkan sikap individu menerima dan memformulasikan ide tersebut menurut
versi dirinya sendiri.
Perilaku hidup bersih dan sehat bukan hal yang baru bagi masyarakat.
Di tengah kecanggihan teknologi pada masa sekarang, informasi dan pengetahuan
mudah diakses masyarakat. PHBS adalah semua perilaku yang dapat menjadikan kita
hidup sehat. Hidup sehat tidak terbatas dengan melaksanakan sepuluh indikator saja.
Tetapi indikator dengan sepuluh perilaku adalah yang dipilih sebagai
penilaian apakah masyarakat sudah berperilaku hidup bersih dan sehat dan perlu
dikembangkan di tengah masyarakat kita. Sepuluh indikator inilah yang dianggap hal
yang baru bagi masyarakat Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin.
Dari sepuluh Indikator PHBS yang dicanangkan Depkes RI, pentingnya
bersalin menggunakan tenaga kesehatan, program ASI Eksklusif apalagi Inisiasi
Menyusui Dini, jamban keluarga, kesesuaian lantai dengan jumlah penghuni dan
pentingnya olah raga serta makanan bervitamin dan berserat masih merupakan hal
baru bagi masyarakat nelayan Bagan Kuala.

Teori Rogers tentang difusi inovasi (1983), banyak dipergunakan dalam


penelitian bidang edukasi, antropologi, medikal sosiologi, marketing, geografi, dan
rural sosiologi. Dalam bidang Medikal sosiologi mulai digunakan tahun 1950an.
Studi inovasi mencakup penemuan obat-obat baru (new drugs), beberapa penemuan
kesehatan dan metode keluarga berencana (family planning) atau inovasi bidang
kesehatan seperti merebus air yang akan dikonsumsi (boiling water), memerangi
penggunaan susu botol pada bayi agar memilih air susu ibu (breast feeding) dan lainlain.
Alasan menggunakan teori Adopsi Inovasi adalah mengapa individu sudah
mendapatkan ide baru, gencar disemarakkan, tetapi justru sulit dilaksanakan atau
diberdayakan. Muncul kesenjangan tentang apa yang diketahui dengan pelaksanaan
(tindakan), dan butuh waktu yang lama bahwa inovasi akan diadopsi individu.
Pendidikan berupa informasi kesehatan yang seharusnya membawa perubahan gaya
hidup dan perilaku sehat menjadikan kehidupan lebih baik, terlihat diabaikan.
Arti inovasi sendiri adalah penemuan/ide yang membawa kemajuan,
perbaikan dalam suatu bidang.
Difusi adalah proses di mana inovasi disampaikan melalui komunikasi baik
melalui media khusus, yang sifatnya berulang-ulang kepada masyarakat.
Komunikasi adalah suatu proses di mana partisipan menerima dan
mengembangkan informasi kepada yang lain (bersifat dua arah). Dapat disimpulkan,
difusi adalah suatu bentuk yang spesial/komunikasi khusus menyampaikan pesan
kepada orang lain menjadi suatu ide baru.

Ada empat elemen difus, yaitu:


1. Inovasi (the innovation)
Sebuah inovasi adalah sebuah ide, praktik atau objek yang akan diterima oleh
individu bersifat masih baru. Penerimaan ide baru bagi individu akan
menimbulkan reaksi pada dirinya dan memang dianggap ide tersebut memang
baru didengar dan diketahui. Ini yang disebut inovasi.
2. Media komunikasi (Communication Channels)
Komunikasi adalah proses di mana partisipan berkreasi dan mengembangkan
atau berbagi informasi satu sama lain agar tercapai pengertian yang memadai.
Media komunikasi sendiri juga bisa diartikan sampainya pesan dari seseorang
ke orang lainnya (Interpersonal Channels). Dapat juga menggunakan media
seperti media massa, radio, televisi, dan lain-lain, yang jangkauannya luas.
Tetapi interpersonal chanel umumnya akan lebih efektif.
3. Waktu (Time)
Sebuah proses yang berjalan selama adopsi. Waktu adalah elemen terpenting
dalam difusi inovasi.
4. Sistem sosial (Social System)
Didefinisikan sebagai suatu bentuk unit interelasi yang berkaitan dan ikut
menyelesaikan masalah berkaitan dengan tujuan umum. Yang termasuk
sistem sosial adalah sekumpulan individu (masyarakat), kelompok informal,
organisasi/atau subsistemnya.

Innovation Decision Process, sebagai proses yang dialami oleh seorang


individu, sejak menerima pengetahuan tentang suatu hal yang baru, membentuk sikap
(attitude) terhadap ide/inovasi, memutuskan menerima atau menolak ide baru itu,
kemudian mengimplementasikan ide baru, dan mengkonfirmasi keputusan tersebut.
Penduduk Desa Bagan Kuala rata-rata berpendidikan rendah. Wawancara
peneliti dengan beberapa ibu rumah tangga diketahui bahwa mereka menghabiskan
waktu tanpa ada kegiatan yang bermanfaat selain kegiatan rutin sebagai ibu rumah
tangga. Setiap sore selepas Ashar beberapa ibu rumah tangga sering berkumpul
sambil menunggu suami pulang dari laut.
Pada saat penyampaian informasi tentang PHBS oleh petugas kesehatan yang
didampingi oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa inovasi berupa ide baru seperti
sepuluh indikator PHBS sangat sulit diterima. Umumnya mereka baru mendengar
adanya sepuluh indikator yang isinya merupakan perilaku yang membawa mereka
hidup lebih sehat. Sementara anggapan mereka tanpa sepuluh indikator, mereka juga
sudah merasa sehat.
Menurut

kesimpulan

peneliti

bahwa

sebenarnya

keinginan

untuk

melaksanakan PHBS harus ada rasa akan kebutuhan tentang inovasi yang
disampaikan. Sementara selama ini saluran komunikasi yang menyangkut PHBS
sama sekali belum dapat dikatakan sumber pengetahuan yang memadai.
Informasi yang sampai tidak lengkap atau menurut mereka sulit dipahami.
Sebagian dari ibu rumah tangga mengatakan bahwa tidak mendapat manfaat dari apa
yang dikerjakan melalui kegiatan PHBS.

Sering

pula

hasil

dari

perilaku

imunisasi

membawa

rasa

tidak

menyenangkan bagi balitanya karena demam dan rewel. Akibatnya menimbulkan


pertentangan terhadap manfaat yang dirasakan.
Peran komunikasi/promosi kesehatan melalui petugas kesehatan pada situasi
ini diharapkan mampu mengatasi ketidakpuasan individu. Komunikasi harus
berkesinambungan dan terarah. Yaitu untuk memberikan informasi, motivasi, dan
edukasi kepada individu.
Proses pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi lima tahap:
1. Individu menerima informasi dan pengetahuan berkaitan dengan suatu ide
baru (tahap knowledge).
Pengetahuan timbul ketika individu dipaparkan sebuah inovasi, baik
keberadaannya dan fungsinya sehingga menimbulkan minat individu ntuk
mengenal lebih jauh tentang objek tersebut.
Beberapa peneliti berkesimpulan bahwa individu memainkan peran pasif
dalam hal kesiapan pengetahuan tentang suatu inovasi. Kebanyakan
didapatkan dari faktor tak sengaja.
Keadaan yang dianggapnya tidak ada, tetapi sebenarnya ada suatu inovasi
di sana. Peran petugas, pesan-pesan yang disampaikan dan saluran
komunikasi merupakan media informasi.
2. Persuasion (persuasif), yaitu tahap di mana individu membentuk suatu sikap
merasa nyaman atau tidak nyaman terhadap inovasi. Pada tahap persuasif,
individu secara psikologis terkait dengan inovasi, akan secara aktif mencari

tahu ide-ide baru. Terjadi perilaku-perilaku penting dimana (where) mencari


informasi?, Apakah (what) sebenarnya pesan-pesan yang diterima atau
disampaikan? dan bagaimana (how) menginterpretasikannya.
Semua inovasi bersifat membawa rasa ketidakpastian bagi individu, yang
menurutnya hasilnya belum tentu sama seperti apa yang disampaikan.
Tahap ini dibutuhkan dukungan-dukungan sosial untuk membentuk sikapsikap mengarah kepada ide baru. Media massa merupakan sumber yang
sifatnya terlalu umum untuk sebuah informasi dalam membentuk tanggapan,
belum dapat membentuk kepercayaan terhadap inovasi.
Pada tahap persuasif dan khususnya tahap keputusan (decision), individu
termotivasi mencari informasi inovasi-evaluasi dengan maksud mengurangi
rasa ketidakpastian. Munculnya rasa ingin menjawab sendiri pertanyaan Apa
konsekwensi dari inovasi? dan Apa untung ruginya bagi diri saya?. Dalam
keadaan ini peran seseorang yang statusnya sama (dari kalangan status sosial
yang sama) dan pernah mencoba inovasi serta menyampaikan keuntungan dari
inovasi, akan lebih memotivasi membentuk keputusan bagi individu untuk
mengadopsi. Tahap persuasif membentuk sikap adopsi atau menolak.
3. Tahap Decision (keputusan), yaitu tahap di mana individu mengambil
keputusan berkaitan dengan aktivitas mengadopsi atau menolak. Pada saat
individu berada pada tahap melewati innovationdecision process, maka
individu akan termotivasi mencari informasi baru untuk mengurangi rasa

ketidakpastian tentang apa yang diperolehnya dari inovasi yang diterimanya


(lebih bersifat aktif).
Potensial adopter dalam hal ini dimaksudkan bagi individu yang berminat
dengan pertimbangan apakah ide/inovasi ini lebih baik dari pada inovasi
sebelumnya. Di sini muncul rasa menerima (adoption) atau justru
menolak (rejection). Peran komunikasi berpengaruh penting pada tahap ini.
Media massa merupakan sumber dasar pembentukan pengetahuan, tetapi tidak
sebaik hasilnya dibanding pendekatan interpersonal.
Dapat dikatakan pendekatan interpersonal dicontohkan dengan anjuran kepala
keluarga, tetangga, teman dekat, petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan
lain-lain. Dukungan ditambah pengetahuan yang dianggap pasti dan
bermanfaat akan menjadi motivasi bagi individu untuk menerima inovasi.
Menurut Eveland, (1979) dalam kutipan Rogers, membagi penolakan
(rejection) menjadi dua tipe. Penolakan aktif dan Penolakan pasif. Penolakan
aktif (Active rejection) terdiri dari individu yang dikategorikan mencoba
memakai inovasi tetapi memutuskan tidak mengadopsi lagi. Penolakan pasif
(Passive rejection) adalah individu yang sama sekali tidak pernah
menggunakan inovasi.
4. Tahap Implementation (implementasi) yaitu tahap penggunaan atau tahap
perwujutan, yaitu individu menempatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan
atau digunakan/dipraktikkan. Implementasi adalah suatu tahap yang harus
dilewati individu setelah tahap keputusan (decision). Individu pada tahap ini

akan memunculkan pertanyaan Dimana (Where) saya gunakan inovasi ini?,


Bagaimana (How) saya menggunakannya dan Apakah (What) masalahmasalah yang muncul selama saya gunakan dan bagaimana mengatasinya?.
Pada tahap ini individu bersifat aktif mencari informasi dan melakukan apa
yang menjadikannya dalam bentuk tindakan.
5. Tahap Confirmation (konfirmasi), yaitu tahap penguatan, di mana individu
telah memanfaatkan dan menggunakan inovasi, tetapi masih dapat berubah
jika terjadi masalah dalam penyampaian pesan, tidak puas akan hasil yang
diterima atau lebih digantikan dengan ide baru lainnya (inovasi terbaru).
Selama tahap konfirmasi, individu masih tetap membutuhkan pengukuhan
atau ketetapan untuk terus mengadopsi inovasi. Individu akan terus belajar
dan menghindari keadaan kesenjangan (dissonance).
Bila keadaan dissonance muncul, akan membuat individu tidak nyaman dan
berusaha mengurangi atau menghilangkan keadaan ini dengan cara menambah
pengetahuannya, menentukan sikap atau attitude, atau tindakannya.

Secara skematis, proses adopsi inovasi dapat dilihat pada Gambar 2.1:
Communication Channel

Knowledge

Persuasion

Characteristics of The
Decision Making
- Sociodeconomic
Characteristics
- Personality Variables
- Communication
Behavior

Decision

Perceived
Characteristics of
Innovation
Relative advantage
Compatibility
Complexity
Trialability
Observability

Implementation

Adoption

Confirmation

Continue
Adoption
Later
Adoption

Discontinuance

Rejection
Continue
Rejection

Sumber: Rogers, M, E, 1992

Gambar 2.1. Model Proses Adopsi-Inovasi


Karakteristik masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung
Beringin diharapkan berperilaku hidup bersih dan sehat dengan sepuluh indikatornya.
Sepuluh indikator PHBS merupakan konsep baru bagi mereka. Hal tersebut tentunya
membutuhkan waktu yang relatif lama untuk merubah perilaku masyarakat nelayan,
karena mereka harus terlebih dahulu mengetahui tentang pentingnya PHBS, syaratsyarat PHBS, sampai kepada perilaku melaksanakan PHBS agar menjadi kebutuhan
hidup sehari-hari pada masyarakat nelayan Desa Bagan Kuala.
Proses tersebut tidak terlepas dari persepsi mereka tentang PHBS dengan
sepuluh indikatornya, persepsi terhadap pentingnya PHBS, dengan faktor eksternal

berupa pengalaman, interaksi keluarga, interaksi sosial, penjelasan petugas kesehatan


dan sejauh apa minat individu mengadopsi.
Penerimaan (adopsi) seseorang terhadap hidup dengan melaksanakan PHBS
akan mendorong berpikir individu agar mengatasi kesenjangan yang ada. Sensitifitas
seseorang dalam mengenali pentingnya PHBS tidak sama, sehingga dalam
pengambilan keputusan untuk mengadopsinya menjadi bervariasi.

2.3.

Karakteristik Masyarakat Nelayan


Karakteristik masyarakat nelayan secara geografis merupakan masyarakat

yang berdomisili di pesisir pantai, dan umumnya mempunyai plurarisme budaya.


Dilihat dari aspek demografi, umumnya merupakan penduduk yang mempunyai
pekerjaan sebagai pelaut (Kusnadi, 2002).
Dalam kebudayaan Melayu Sumatera Timur (Basyarsyah, dkk, 2002), Bagan
Kuala adalah termasuk pantai Sumatera Timur. Merupakan masyarakat Melayu yang
kuat memegang adat istiadat. Justru itu, masyarakat Melayu Sumatera Timur dalam
menjalani hidup mengikuti peraturan yang telah digariskan atau ketentuan alaminya.
Misalnya orang lelaki kewajibannya mencari nafkah memenuhi keperluan asas
keluarganya. Itu karena orang lelaki sesuai dengan kodrat mempunyai fisik yang kuat.
Bekerja mencari nafkah mesti bertenaga apalagi bekerja sebagai nelayan.
Oleh karena itu lelaki bertanggung jawab sebagai ketua keluarga bukan wanita.
Perkara tersebut sesuai dengan ajaran agama Islam, orang lelaki sebagai imam dan
yang memimpin keluarga, sedangkan wanita fisiknya lemah, mereka melahirkan

anak, fungsinya sebagai suri rumah. Wanita lemah lembut sehingga bisa melayani
anak dan suami. Wanita lebih teliti dan cerewet, sehingga urusan rumah tangga
menjadi tanggung jawabnya.
Maka dalam proses sosialisasi anak-anak Melayu dalam komunitas Melayu
Pesisir Sumatera Timur telah dibedakan tugas dan kewajiban mengikut jenis kelamin
sejak kecil. Dalam hal menangkap ikan, walaupun menggunakan bot bermesin,
nelayan masyarakat Melayu Sumatera Timur masih bergantung kepada alam pasang
surut air, edaran bulan dan tanda-tanda alam.
Masyarakat Melayu Pesisir lebih menyukai alat menangkap ikan yang bersifat
menunggu ikan (alat penangkap ikan tradisionil). Menurut Chalida yang dikutip dari
Basyarsyah II, dkk, Masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur selalu menghindari
hal-hal yang cenderung kepada sikap yang radikal. Bagi mereka hidup bersifat
sementara, hidup yang kekal adalah akhirat. Segala kepastian adalah milik Allah
Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, bagi nelayan di dalam masyarakat Melayu
Pesisir Timur mencari ikan di laut bukanlah untuk kemewahan. Sesuatu yang
diperoleh mesti disyukuri dan tidak boleh tamak ataupun sombong, nafsu menguras
laut harus dikendalikan. Pandangan hidup yang seperti ini, dari positifnya menjadikan
masyarakat Melayu Sumatera Timur hidup damai, tetapi sebaliknya menimbulkan
kesan

apatis

yang

melahirkan

sifat

menyerah

kepada

keadaan

(Tarekat

Naksyabandiah).
Tarekat ini dibawa Abdul Wahab yang berasal dari Sumatera Timur dan
menuntut di Timur Tengah dan Mekkah, Saudi Arabia (Van Bruinessen, 1992: 107).

Walaupun orang Melayu Pesisir yang di kawasan nelayan pada umumnya


tidak menjadi ahli tarekat tersebut, tetapi sedikit banyak pengaruh Tarekat
Naksyabandiah jelas dalam sikap masyarakat yang menyerah kepada keadaan. Magis
(ilmu ghaib) dalam kehidupan Melayu Sumatera Timur mengenal adanya White
Magic. Mereka mengkategorikannya kepada magis putih yang bersifat produktif,
memberi faedah dan perlindungan dan kebahagiaan. Yaitu mengobati penyakit,
menolong orang bersalin dan mengurut.
Menurut Andiyan (2005) yang mengutip pendapat Satria (2002), bahwa
hubungan sosial masyarakat nelayan terkait dengan karakteristik sosial nelayan
tersebut. Karakteristik masyarakat nelayan dan petani berbeda secara sosiologi.
Masyarakat petani menghadapi sumberdaya terkontrol, yaitu lahan untuk produksi
suatu komoditas. Nelayan menghadapi sumberdaya yang bersifat terbuka dan
menyebabkan nelayan harus berpindah-pindah untuk memperoleh hasil maksimal.
Resiko pekerjaan yang relatif besar menyebabkan masyarakat nelayan memiliki
karakter keras, tegas, dan terbuka.

2.4.

Landasan Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut di atas, maka peneliti dapat

merumuskan beberapa landasan teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat merupakan bentuk dari perilaku setiap anggota rumah tangga
dalam meningkatkan derajad kesehatannya. Determinan perilaku kesehatan tersebut

dipengaruhi oleh persepsi, serta konsekuensi terhadap perubahan-perubahan sosial


dan inovasi.
Menurut Rogers (1983) decission-innovation process merupakan perwujudan
dari serangkaian proses sebelumnya yaitu diawali dari pengetahuan, kemudian
dilakukan persuasi (pendekatan) terhadap inovasi tersebut, kemudian diputuskan
untuk menggunakan inovasi tersebut, dan mulai diimplementasikan dalam
kehidupannya, dan masih terus disertai penambahan-penambahan informasi,
kegunaan, untung rugi dan pembaharuan inovasi akan berpengaruh pada tahap
(konfimasi).
Berkaitan dengan proses Perilaku Hidup Bersih dan Sehat juga merupakan
suatu inovasi yang dilalui oleh proses waktu yang panjang, selama ini konsep hidup
sehat telah dipropagandakan oleh petugas kesehatan melalui media massa,
penyuluhan di posyandu (promosi kesehatan), kemudian diterima oleh masyarakat
nelayan sebagai informasi yang benar-benar baru bagi mereka.
Masyarakat mengambil keputusan untuk mengadopsi konsep PHBS yang
tercermin dari indikator-indikator PHBS seperti hidup di dalam rumah yang sehat,
dengan memenuhi syarat-syarat rumah sehat, melakukan pemberian ASI secara
eksklusif, merubah perilaku buang air besar yang biasanya dilakukan di pinggir
pantai, menjadi buang air besar dalam jamban keluarga atau jamban umum,
menyediakan saluran pembuangan air limbah meskipun secara sederhana, serta
beberapa indikator PHBS lainnya.

2.5.

Kerangka Konsep Penelitian


Berdasarkan rumusan teori tersebut, maka peneliti dapat merumuskan

kerangka konsep penelitian serta variabel-variabel yang akan diteliti, seperti pada
gambar berikut:
Variabel Independen

Variabel Dependen

Persepsi terhadap PHBS


Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
Dukungan Sosial

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei dengan tipe

explanatory research untuk menjelaskan pengaruh persepsi dan dukungan sosial


terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat nelayan di Desa Bagan
Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2.

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Beringin, tepatnya di Desa

Bagan Kuala, berjarak 10 kilometer dari ibukota kecamatan. Merupakan daerah


pantai dan didominasi oleh nelayan tradisionil, dan berdasarkan hasil observasi
merupakan daerah dengan proporsi rumah sehat paling rendah, dan sanitasi
lingkungannya tidak memenuhi syarat kesehatan.
Penelitian ini membutuhkan waktu 11 (sebelas) bulan terhitung Maret 2008
sampai Januari 2009.

3.3.

Populasi dan Sampel


Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga yang

mempunyai balita di Desa Bagan Kuala sebanyak 95 ibu RT, dan seluruhnya menjadi
sampel penelitian (total sampling). Sejumlah 180 KK penduduk Bagan Kuala, 121

KK adalah nelayan. Sebanyak 105 KK mempunyai balita. Hanya 95 KK yang


dianggap penduduk menetap, sedangkan 10 KK merupakan penduduk yang
berpindah-pindah dari kecamatan ke kecamatan lain sesuai musim turun ke laut.

3.4.

Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:
Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara wawancara dengan ibu

rumah tangga tentang persepsi mereka tentang PHBS, dan dukungan sosial yang telah
diberikan oleh suami, tokoh masyarakat, keluarga dan petugas kesehatan untuk
berPHBS. Observasi langsung rumah ke rumah berpedoman pada checklist tentang
kondisi rumah sehat. Kuesioner tersebut perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas
alat ukur dan diuji cobakan pada 20 nelayan di Kecamatan Teluk Mengkudu.
Validitas alat ukur adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat.
Uji validitas instrumen penelitian yang digunakan adalah validitas konstruk
dengan mengetahui nilai total setiap item pada analisis reability yang tercantum pada
nilai correlation corrected item total. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau
bermakna sebagai alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung (rhitung) lebih
besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel), pada taraf signifikansi yang dipilih
adalah 5% (Riduwan, 2005).

Uji Reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Apabila datanya memang benar dan sesuai kenyataan, maka berapa
kalipun diambil tetap akan sama. Teknik yang dipakai untuk menguji penelitian,
adalah adalah teknik Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba instrumen kepada
sekelompok responden pada satu kali pengukuran, juga pada taraf 5% (Riduwan,
2005). Nilai r-Tabel dalam penelitian ini untuk sampel pengujian 20 orang adalah
sebesar 0,423, maka ketentuan dikatakan valid, dan realibel jika:
1. Nilai r-Hitung variabel 0,423 dikatakan valid dan relialibel.
2. Nilai r-Hitung variabel <0,423 dikatakan tidak valid dan relialibel.
Guna mendukung penelitian, maka diambil data sekunder yaitu data yang
dikumpulkan dari catatan dokumen perencanaan Dinas Kesehatan Serdang Bedagai
2008, dan cakupan pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan Serdang Bedagai, dan
Puskesmas Rawat Jalan Tanjung Beringin. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


Item Pertanyaan
Persepsi 1
Persepsi 2
Persepsi 3
Persepsi 4
Persepsi 5
Persepsi 6
Persepsi 7
Persepsi 8
Persepsi 9
Persepsi 10
Persepsi 11
Persepsi 12
Persepsi 13
Persepsi 14
Persepsi 15
Persepsi 16
Persepsi 17
Persepsi 18
Persepsi 19
Persepsi 20
Persepsi 21
Persepsi 22
Persepsi 23
Persepsi 24
Persepsi 25
Persepsi 26
Persepsi 27
Persepsi 28
Persepsi 29
Persepsi 30
Persepsi 31
Persepsi 32
Nilai Alpha Cronbach
Dukungan Sosial 1
Dukungan Sosial 2
Dukungan Sosial 3
Dukungan Sosial 4
Dukungan Sosial 5
Dukungan Sosial 6
Dukungan Sosial 7
Dukungan Sosial 8
Dukungan Sosial 9
Dukungan Sosial 10
Dukungan Sosial 11
Dukungan Sosial 12
Dukungan Sosial 13
Dukungan Sosial 14
Nilai Alpha Cronbach

Nilai Corrected Item Total


0,9959
0,9958
0,8599
0,9958
0,8069
0,9958
0,8599
0,8599
0,9958
0,9657
0,8240
0,9958
0,9958
0,9657
0,9657
0,9958
0,9958
0,9958
0,9958
0,6876
0,9213
0,8599
0,9657
0,9657
0,9334
0,9958
0,9589
0,9958
0,9958
0,9958
0,9958
0,9958
0,9957
0,8881
0,9750
0,9750
0,8881
0,9084
0,7076
0,9084
0,9084
0,9084
0,8678
0,9084
0,9084
0,8195
0,7266
0,9907

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas pada variabel persepsi secara
keseluruhan item pertanyaan variabel persepsi juga dikatakan valid karena nilai item
corrected correlation itemnya dibawah nilai r-Tabel (<0,396), dan juga dikatakan
realibel dengan nilai alpha cronbach= 0,9957 yaitu di bawah nilai r-Tabel (0,396).

Dilihat dari variabel dukungan sosial secara keseluruhan item pertanyaan juga
dikatakan valid karena nilai item corrected correlation itemnya di bawah nilai r-Tabel
(0,396), dan juga dikatakan realibel dengan nilai alpha cronbach= 0,9907 yaitu
di bawah nilai r-Tabel (0,396).

3.5.

Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Independen


1. Persepsi adalah penilaian atau tanggapan responden terhadap pentingnya
PHBS.
2. Dukungan sosial adalah adanya interaksi sosial dalam bentuk dukungan dan
anjuran pentingnya PHBS dari kepala keluarga (suami), anggota keluarga dan
tokoh masyarakat di Desa Bagan Kuala.
3.5.2. Variabel Dependen
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah PHBS adalah suatu bentuk tindakan
dari ibu rumah tangga dan anggota keluarga berdasarkan indikator PHBS, yaitu:
a) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
b) Bayi diberi ASI eksklusif.
c) Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
d) Ketersediaan air bersih.
e) Ketersediaan jamban keluarga.
f) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni (9 m2 per orang).
g) Lantai rumah bukan tanah.

h) Tidak merokok di dalam rumah.


i) Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
j) Makan buah dan sayur setiap hari.

3.6.

Metode Pengukuran

3.6.1. Variabel Independen


1. Variabel Persepsi
Pengukuran variabel persepsi dilakukan dengan memberikan 32 (tiga puluh
dua) pertanyaan dalam kuesioner berdasarkan skala ordinal dengan alternatif
jawaban a, b dan c, dengan ketentuan jika responden menjawab a
dikatakan benar diberi skor 3, dan jika responden menjawab b dan c
dikatakan

salah

diberi

skor

1,

kemudian

variabel

pengetahuan

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:


a. Baik, jika responden menjawab dengan benar >75% dari total skor.
b. Sedang, jika responden menjawab dengan benar 45-75% dari total skor.
c. Kurang, jika responden menjawab dengan benar <45% dari total skor.
2. Variabel Dukungan Sosial
Untuk mengetahui pengetahuan responden dilakukan dengan memberikan 14
(empat belas) pertanyaan dalam kuesioner tertutup berdasarkan skala ordinal
dengan alternatif jawaban ya dan tidak, masing-masing diberi skor 2 jika
responden menjawab ya dan skor 1 jika responden menjawab tidak
kemudian variabel pengetahuan dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

a. Baik, jika responden menjawab sejumlah 7-14 jawaban (skor 13 28).


b. Kurang, jika responden menjawab sejumlah 1-6 jawaban (skor 1 12).
3.6.2. Variabel Independen
Pengukuran perilaku hidup bersih dan sehat responden dilakukan dengan
memberikan 10 (sepuluh) pertanyaan berdasarkan skala interval, dengan alternatif
jawaban ya, dan tidak, dan kemudian variabel PHBS dikategorikan menjadi tiga
kategori:
1. Tidak Sehat, jika responden menjawab Ya hanya 1 pertanyaan, dengan skor
= 1.
2. Sehat I, jika responden menjawab Ya 1-3 pertanyaan, dengan skor = 2-6.
3. Sehat II, jika responden menjawab Ya 4-6 pertanyaan, dengan skor = 7-12.
4. Sehat III, jika responden menjawab Ya 7-9 pertanyaan, dengan skor = 13-18.
5. Sehat IV, jika responden menjawab Ya 10 pertanyaan, dengan skor = 20.
Dengan perincian indikator pada tabel berikut:
Tabel 3.2. Indikator PHBS
Variabel PHBS:
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan
2. Bayi diberi ASI ekslusif
3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
4. Ketersediaan air bersih
5. Ketersediaan jamban sehat
6. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah
penghuni
7. Lantai rumah bukan tanah
8. Tidak merokok di dalam rumah
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Makan buah dan sayur setiap hari

Kategori

Skor

Tidak Sehat

Jlh
Indikator
1

Sehat 1

2-3

2-6

Sehat II

4-6

7-12

Sehat III

7-9

13-18

Sehat IV

7-9 +
Dana Sehat

20

3.7.

Metode Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear berganda

untuk menganalisis pengaruh persepsi dan dukungan sosial terhadap perilaku hidup
bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga di Desa Bagan Kuala Kecamatan
Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai pada taraf nyata 95% (=0,05).

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Desa Bagan Kuala terdiri dari tiga dusun. Dusun 1 dan 2 lebih berdekatan dan

lebih mudah dijangkau dengan transportasi dibandingkan dusun 3 yang terpisah dan
sulit tranportasi.
Puskesmas pembantu Bagan Kuala dan posyandu berada di dusun 1. Dusun 3
yang terletak lebih jauh, biasanya dikunjungi petugas kesehatan setiap hari dengan
sepeda motor. Petugas kesehatan berjumlah 2 orang. Satu orang perawat dan satu
orang bidan desa.
Berdasarkan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas pembantu desa
Bagan Kuala sesuai laporan tahunan puskesmas tahun 2007, kunjungan rawat jalan
sebanyak 201 kunjungan. Pasien umum sebanyak 20 orang (9,95%) dan 181 pasien
menggunakan Jamkesmas (90,04%).
Berdasarkan sepuluh penyakit terbesar tahun 2007, Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) sebanyak 20 kasus, disusul penyakit diare sebanyak 12 kasus yang
umumnya balita.
Usaha kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) di Desa Bagan Kuala hanya
terdapat satu posyandu Madya untuk tiga dusun yang dibuka sebulan sekali.
Lokasinya berada di Balai Desa Bagan Kuala.

4.2.

Karakteristik Responden
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik

No
Karakteristik
1 Umur
24 - 32 tahun
33 - 41 tahun
42 - 50 tahun
Total
2 Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
3 Pendidikan
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat D-III/S1
Total
4 Jumlah Anggota Keluarga
2 anak
> 2 anak
Total

%
43
47
5
95

45.3
49.5
5.3
100.0

0
95
95

0
100,0
100.0

42
30
23
0
95

44.2
31.6
24.2
0.0
100.0

24
71
95

25.3
74.7
100.0

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, menurut kelompok umur, mayoritas responden


berumur 33-41 tahun yaitu sebanyak 47 orang (49,5%). Mayoritas pendidikan
responden adalah hanya menamatkan Sekolah Dasar sebanyak 42 orang (44,2%) dari
95 responden. Berdasarkan jumlah tanggungan dalam keluarga ternyata sebanyak 71
responden (74,7%) adalah jumlah anggota keluarga lebih dari 2 anak.

4.3.

Persepsi Responden tentang PHBS


Persepsi dalam penelitian ini adalah penilaian atau pandangan responden

tentang PHBS dan indikator-indikator yang termasuk dalam PHBS. Hasil penelitian
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
4.3.1. Indikator Persepsi Responden
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Persepsi tentang PHBS

Usia Normal Melahirkan

Tidak
Setuju
N
%
61 64.2

Pengertian Persalinan Normal

42

44.2

34

35.8

19

20.0

95

100.0

Penolong Persalinan

62

65.3

7.4

26

27.4

95

100.0

Tempat Persalinan yang Baik

54

56.8

17

17.9

24

25.3

95

100.0

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Persalinan dengan Komplikasi


Pencegahan Persalinan Tidak Normal
Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan
Pencegahan Selama Hamil
Penyebab Lahir Prematur
Penyebab Lahir BBLR
Kadar Hb Normal
Jumlah Konsumsi Fe
Umur Bayi diberi ASI
Maksud ASI Eksklusif
Waktu PMT ASI
Manfaat ASI Eksklusif
Menu Sehat Seimbang
Manfaat Makan Sayur
Maksud Pola Hidup Sehat
Kerugian Merokok
Kewajiban Memiliki Kartu Sehat
Manfaat menggunakan kartu sehat
Dalam setiap pelayanan kesehatan
Kriteria Air Minum Keluarga
Sumber Air yang Sehat
Kepemilikan Jamban

51
49
51
52
50
47
52
59
48
46
49
51
51
61
53
54
50

53.7
51.6
53.7
54.7
52.6
49.5
54.7
62.1
50.5
48.4
51.6
53.7
53.7
64.2
55.8
56.8
52.6

19
22
20
24
28
31
24
19
24
34
17
30
19
23
30
21
27

20.0
23.2
21.1
25.3
29.5
32.6
25.3
20.0
25.3
35.8
17.9
31.6
20.0
24.2
31.6
22.1
28.4

25
24
24
19
17
17
19
17
23
15
29
14
25
11
12
20
18

26.3
25.3
25.3
20.0
17.9
17.9
20.0
17.9
24.2
15.8
30.5
14.7
26.3
11.6
12.6
21.1
18.9

95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95

100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0

41

43.2

36

37.9

18

18.9

95

100.0

57
64
48

60.0
67.4
50.5

13
12
31

13.7
12.6
32.6

25
19
16

26.3
20.0
16.8

95
95
95

100.0
100.0
100.0

No

22
23
24
25

Indikator Persepsi

Kurang
Setuju
n
%
30 31.6

n
4

%
4.2

n
95

%
100.0

Setuju

Jumlah

Lanjutan Tabel 4.2.


26
27
28
29
30
31
32

Bentuk Jamban Sehat


Kepemilikan Saluran Buang Air
Limbah
Kriteria Lantai Rumah Sehat
Kepemilikan Ventilasi Udara
Lantai Rumah dengan Penghuni
Luas Ventilasi Kamar
Pentingnya Cerobong Asap

52

54.7

49

51.6

56
56
48
49
54

58.9
58.9
50.5
51.6
56.8

29
31
23
25
24
28
13

30.5
32.6
24.2
26.3
25.3
29.5
13.7

14
15
16
14
23
18
28

14.7
15.8
16.8
14.7
24.2
18.9
29.5

95
95
95
95
95
95
95

100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0

Berdasarkan Tabel 4.2 Indikator persepsi responden tentang PHBS, mayoritas


menyatakan tidak setuju. Terlihat dari indikator kesehatan ibu dan anak, rumah
sehat, perilaku sehat serta jaminan pemeliharaan kesehatan (4 indikator). Persepsi
responden terhadap penolong persalinan umumnya menyatakan tidak setuju jika
penolongan persalinan dilakukan oleh tenaga medis atau bidan terlatih. Yaitu
sebanyak (65,3%) responden, hanya 4,2% saja yang menyatakan setuju.
Selain itu berdasarkan persepsi terhadap sumber air yang sehat, sebanyak
(60,7%) responden menyatakan tidak setuju jika sumber air yang sehat berasal dari
sumur bor, PAM atau air terlindung lainnya.
4.3.2. Variabel Persepsi Responden
Berdasarkan akumulasi skor pada indikator persepsi responden, maka dapat
dikategorikan variabel persepsi responden seperti pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Persepsi Responden


tentang PHBS
No
1
2
3

Persepsi

Baik
Sedang
Kurang
Total

%
9
57
29
95

9.5
60.0
30.5
100,0

Berdasarkan Tabel 4.3. di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden


mempunyai persepsi terhadap PHBS dengan kategori sedang sebanyak 57 responden
(60,0%). Persepsi kategori kurang yaitu sebanyak 29 responden (30,5%), dan hanya 9
responden punya persepsi baik yaitu sebanyak (9,5%).

4.4.

Dukungan Sosial terhadap PHBS


Dukungan sosial dalam penelitian ini adalah adanya interaksi sosial dalam

bentuk dukungan dan anjuran dari keluarga, dan masyarakat sekitar tentang PHBS.
Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4.
4.4.1. Indikator Dukungan Sosial
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Sosial

Sosialisasi PHBS oleh Petugas

Tidak
n
%
61 64.2

Penyuluhan Kia

55

57.9

40

42.1

95

100,0

Anjuran Memanfaatkan Bidan

59

62.1

36

37.9

95

100,0

Keikutsertaan Suami Saat Periksa Kehamilan

62

65.3

33

34.7

95

100,0

Anjuran Pemberian ASI Eksklusif oleh Suami

57

60.0

38

40.0

95

100,0

No

Indikator Dukungan Sosial

n
34

Ya
%
35.8

Jumlah
n
%
95 100,0

Lanjutan Tabel 4.4.


6

Himbauan Perangkat Desa untuk Jaga Sanitasi

68

71.6

27

28.4

95

100,0

Penyuluhan Petugas Kesehatan untuk Jaga Sanitasi

61

64.2

34

35.8

95

100,0

Mendapatkan Penyuluhan Rumah Sehat

69

72.6

26

27.4

95

100,0

Mendapatkan Penyuluhan Dana Sehat

63

66.3

32

33.7

95

100,0

10

Ikut Lomba Balita Sehat

65

68.4

30

31.6

95

100,0

11

Larangan Merokok bagi Anggota Keluarga

66

69.5

29

30.5

95

100,0

12

Penyuluhan Petugas tentang bahaya merokok

61

64.2

34

35.8

95

100,0

13

Penyuluhan Petugas tentang konsumsi sayur

62

65.3

33

34.7

95

100,0

14

Dukungan suami terhadap menu sayur

65

68.4

30

31.6

95

100,0

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, bahwa secara keseluruhan indikator dukungan


sosial terhadap PHBS diketahui tidak mendapatkan dukungan. Dukungan sosial untuk
melakukan perilaku hidup yang sehat dari petugas kesehatan seperti sosialisasi PHBS
ternyata responden menjawab tidak mendapat dukungan sebanyak (64,2%), begitu
juga penyuluhan KIA (57,9%), sanitasi (64,2%), tentang bahaya merokok (69,5%)
dan konsumsi sayur dalam menu makanan (65,3%). Umumnya responden tidak
mendapat dukungan dari petugas kesehatan. Dukungan suami juga tidak didapatkan
oleh responden, seperti keikutsertaan suami dalam pemeriksaan kehamilan, ternyata
responden tidak pernah didampingi oleh suami sebanyak (65,3%). Suami tidak
memberikan anjuran pemberian ASI Eksklusif sebanyak (60,0%).
Dukungan perangkat desa umumnya juga tidak didapatkan oleh responden
seperti pada indikator himbauan untuk menjaga sanitasi lingkungan. Responden
menjawab tidak pernah sebesar (71,6%).

4.4.2. Variabel Dukungan Sosial


Berdasarkan skor pada indikator dukungan sosial, maka dapat diakumulasikan
menjadi variabel dukungan sosial terhadap PHBS seperti pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Dukungan Sosial
No
1
2

Dukungan Sosial

Baik

37

38.9

Kurang

58

61.1

Total

95

100,0

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa sebagian besar dukungan


sosial terhadap PHBS termasuk kategori Kurang sesuai jawaban sebanyak 58
responden (61,1%). Sedangkan 37 responden menjawab mendapat dukungan sosial
dengan kategori baik (38,9%).

4.5.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah suatu bentuk tindakan dari

ibu rumah tangga dan anggota keluarga berdasarkan 10 (sepuluh) indikator PHBS.
Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6.

4.5.1. Indikator PHBS


Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator PHBS
No

Indikator PHBS

Tidak

Ya

Jumlah

Penolong Persalinan oleh Bidan

93

97.9

2.1

95

100,0

Pemberian ASI sampai 6 bulan

56

58.9

39

41.1

95

100,0

Mempunyai Sarana Air Minum Sehat

47

49.5

48

50.5

95

100,0

Mempunyai Jamban Keluarga

87

91.6

8.4

95

100,0

Luas lantai yang memenuhi syarat kesehatan

76

80.0

19

20.0

95

100,0

Kepemilikan Kartu Sehat

80

84.2

15

15.8

95

100,0

Tidak ada Anggota Keluarga yang merokok

11

11.6

84

88.4

95

100,0

Kamar Yang Memenuhi Syarat Kesehatan

86

90.5

9.5

95

100,0

Anggota keluarga olah raga minimal 30 menit/hari

81

85.3

14

14.7

95

100,0

10

Anggota keluarga mengkonsumsi sayur setiap hari

77

81.1

18

18.9

95

100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa secara keseluruhan indikator


PHBS tidak dilakukan oleh masyarakat. Indikator penolongan persalinan oleh bidan
(97,9%) menjawab tidak, begitu juga pemberian ASI Eksklusif, tidak dilakukan
oleh (58,9%) respoden. Ketersediaan jamban keluarga sebesar (91,6%) responden
tidak punya. Melakukan kegiatan olah raga (90,5%) responden tidak melakukannya.
Konsumsi sayur setiap hari tidak dilakukan responden sebesar (81,1%).
Indikator merokok dalam ruangan, umumnya dilakukan oleh anggota dalam
keluarga responden. Sebesar 84 responden atau (88,4%) melakukannya didalam
rumah dan ditengah anggota keluarga lainya. Kepemilikan sarana air bersih untuk
keluarga hanya 48 responden (50,5%) punya sarana air bersih dan 47 responden tidak
punya sarana air bersih untuk digunakan sehari-hari.

4.5.2. Variabel PHBS


Berdasarkan akumulasi skor pada indikator PHBS, maka dapat dikategorikan
PHBS seperti pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel PHBS
No
1
2
3
4
5

PHBS
Tidak Sehat
Sehat I
Sehat II
Sehat III
Sehat IV
Total

%
0
43
47
5
0
95

0.0
45.3
49.5
5.3
0.0
100,0

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, diketahui bahwa PHBS di Desa Bagan Kuala
Kecamatan Tanjung Beringin mayoritas termasuk kategori Rumah Sehat II yaitu
sebanyak 47 responden (49,5%), diikuti kategori Rumah Sehat I sebanyak 43
responden (45,3%), sedangkan kategori Rumah Sehat III hanya 5 responden (5,3%).
Dalam penelitian ini tidak ditemukan kategori Rumah Tidak Sehat, dan kategori
Rumah Sehat IV.

4.6.

Analisis Statistik dengan Uji Regresi Berganda


Analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan uji regresi berganda

dengan pertimbangan variabel independen melebihi dari satu variabel dengan sampel
penelitian lebih dari 30 responden dan skala ukur data yang digunakan adalah skala
ordinal, dengan tujuan untuk melihat pengaruh variabel independen yaitu variabel

persepsi dan dukungan sosial terhadap PHBS. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
No
1
2
3
4

Variabel
Persepsi
Dukungan Sosial
Nilai Adjusted R Square
Konstanta

0,203
0,482
0,629
0,126

0,026
0,000

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, menunjukkan bahwa pada taraf kepercayaan


95% (p<0,05) ketiga variabel mempunyai pengaruh signifikan terhadap PHBS
masing-masing variabel persepsi (0,026), dan dukungan sosial (0,000). Berdasarkan
nilai Adjusted R Square, diketahui bahwa variabel dukungan sosial mempunyai
pengaruh 62,9% terhadap PHBS.

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Desa Bagan Kuala Kecamatan


Tanjung Beringin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PHBS di Desa Bagan Kuala Kecamatan

Tanjung Beringin, diketahui PHBS pada masyarakat nelayan adalah kategori Rumah
Sehat I yaitu sebesar 49,5%, Kategori Rumah Sehat II sebesar 45,3%, hanya 5,3%
termasuk Kategori Rumah Sehat III. Tidak ditemukan kategori Rumah Sehat IV dan
Rumah Tidak Sehat dalam penelitian ini.
Kategori Sehat I tersebut dilihat dari 2-3 indikator, yaitu bayi termuda dalam
keluarga diberi ASI Eksklusif, dan keluarga mempunyai jaminan pemeliharaan
kesehatan. Kategori Sehat II dilihat dari terpenuhinya Indikator 4-6 yaitu ketersediaan
air bersih, jamban sehat dan kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni.
Keseluruhan indikator PHBS pada tatanan keluarga tersebut dilihat berdasarkan
wawancara dan observasi.
Hasil penelitian berdasarkan indikator PHBS menunjukkan bahwa secara
keseluruhan indikator PHBS tidak dilakukan oleh masyarakat. Responden yang
keseluruhannya adalah ibu-ibu tidak mencari pertolongan persalinan oleh bidan
sebesar (97,9%). Pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya tidak mereka lakukan
sebesar (58,9%). Tidak tersedia jamban di keluarga (91,6%). Tidak melakukan
aktivitas olah raga (90,5%) dan konsumsi sayur setiap hari tidak mereka lakukan

sebesar (81,1%). Merokok dalam ruangan umumnya dilakukan oleh anggota dalam
keluarga responden yaitu sebanyak 84 responden (88,4%). Sebanyak 48 responden
(50,5%) tidak punya sarana air bersih untuk kebutuhan keluarga sehari-hari.
Secara akumulasi data indikator PHBS yang didapat, menyebabkan rendahnya
PHBS pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin
Kabupaten Serdang Bedagai.
PHBS pada prinsipnya adalah wujud nyata dari perilaku kesehatan, maka
determinan PHBS dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Lawrence Green
(1991) menganalisis perilaku manusia dalam kesehatan. Perilaku individu
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok. Yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor
diluar perilaku (non behaviour causes). Faktor perilaku dalam penelitian ini adalah
persepsi yang didukung oleh pengetahuan tentang PHBS yang didapat individu.
Faktor di luar perilaku yang membentuk persepsi adalah dukungan sosial.
Rendahnya PHBS di Desa Bagan Kuala dapat disebabkan oleh faktor
karakteristik masyarakatnya yang umumnya merupakan nelayan tradisional. Hasil
penelitian menunjukkan 44,2% responden hanya menamatkan SD, sehingga
diasumsikan rendahnya pemahaman mereka terhadap PHBS.
Menurut Kusnadi (2003) masyarakat di pesisir pantai secara umum
merupakan nelayan tradisional dengan penghasilan pas-pasan. Tergolong keluarga
miskin yang disebabkan oleh faktor alamiah, yaitu semata-mata bergantung pada
hasil tangkapan dan bersifat musiman. Sedangkan faktor non alamiah berupa

keterbatasan teknologi alat penangkap ikan. Sehingga berpengaruh terhadap


pendapatan keluarga.
Rendahnya pendapatan keluarga berdampak terhadap ketersediaan pangan,
sandang, pendidikan dalam keluarga nelayan. Rumah nelayan di Desa Bagan Kuala
umumnya tidak layak huni.
Pengetahuan tentang kesehatan dan pengalaman seseorang sangat berperan
dalam membentuk persepsi tentang kesehatan pada masyarakat nelayan. Tetapi
dengan keterbatasan ekonomi akan menjadikan PHBS bukan dianggap suatu
kebutuhan.
Teori adopsi inovasi menurut Rogers, (1983) bahwa adopsi inovasi adalah
proses atau rangkaian yang harus dilewati setiap individu dimulai dengan adanya
paparan oleh pengetahuan pertama kali terhadap sebuah inovasi, kemudian
membentuk sikap terhadap inovasi, memutuskan menerima atau menolak inovasi,
mengimplementasikan ide baru, dan konfirmasi terhadap keputusan. Proses ini terdiri
dari tahapan tindakan dan pilihan yang terus menerus berproses pada individu atau
organisasi dalam mengevaluasi sebuah ide baru dan memutuskan apakah ikut
melaksanakan ide baru tersebut. Perilaku pada dasarnya adalah mencoba untuk cocok
dan mengenal ketidakpastian dan keputusan tentang alternatif baru yang muncul.
Kehidupan masyarakat nelayan yang umumnya sangat sederhana, ekonomi
yang lemah dan sangat terbatas dalam mengenal teknologi ataupun inovasi-inovasi
baru akan menghambat individu mengadopsi PHBS.

Perilaku yang sesuai dengan sepuluh indikator PHBS menjadi sangat sulit
dilaksanakan. Tujuh indikator dasar yaitu persalinan ditolong tenaga kesehatan,
pemberian ASI Ekslusif, memiliki kartu Jamkesmas, tersedianya jamban dan air
bersih merupakan syarat mutlak harus terpenuhi. Membangun persepsi untuk
melaksanakan lima dari tujuh indikator dasar hanya bila individu terpapar dengan
pengetahuan dan rasa akan kebutuhan. Pengetahuan yang diberikan harus mampu
membangun pengertian dalam diri individu dari rasa ingin menjadi mendapatkan.
Karena pada dasarnya individu harus menyadari bahwa inovasi itu ada dan banyak
keuntungan bila mengadopsinya.
Hal ini menyebabkan PHBS adalah inovasi yang belum dapat diadopsi
sepenuhnya bagi masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala. Petugas kesehatan harus
dapat merencanakan pengembangan berbagai strategi program-program kesehatan.
Tujuan program yang dimaksud adalah perubahan perilaku dan peningkatan
derajat kesehatan kelompok sasaran (Desa Bagan Kuala) pada khususnya dan
masyarakat nelayan pada umumnya.
Indikator PHBS yaitu kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, lantai
yang bukan dari tanah, serta gaya hidup PHBS yang menjadikan konsumsi minimal
tiga porsi buah dan dua porsi sayur bagi anggota rumah tangga usia sepuluh tahun
berkaitan dengan kemampuan ekonomi keluarga. Kesulitan untuk mengadopsi
inovasi ini terkait dengan dana. Sehingga Inovasi individu rasakan sebagai kebutuhan
tetapi tidak dapat mengadopsi karena kondisi ekonomi.

5.2.

Pengaruh Persepsi terhadap PHBS


Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji regresi linear

berganda menunjukkan persepsi mempunyai pengaruh signifikan terhadap PHBS


pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin. Hal ini
dapat diindikasikan bahwa persepsi masyarakat yang rendah akan menyebabkan
rendahnya pemenuhan indikator PHBS.
Keadaan ini dapat dilihat dari persentase persepsi yang mayoritas termasuk
katagori nilai adalah persepsi sedang (60,0%). Yaitu responden dengan peroleh skor
dari indikator persepsi 45%-75% dari total skor penilaian. Diikuti oleh persepsi
kategori kurang yaitu sebesar 30,5%, dan hanya 9,5% responden mempunyai persepsi
kategori baik.
Indikasi rendahnya persepsi terhadap PHBS tersebut dilihat dari indikator
persepsi yang telah dirumuskan. Sebagian besar responden menyatakan tidak
setuju, dilihat dari indikator kesehatan ibu dan anak (KIA), rumah sehat, perilaku
sehat dan jaminan pemeliharaan kesehatan.
Berdasarkan indikator persepsi terhadap penolong persalinan umumnya
responden tidak setuju jika penolongan persalinan dilakukan oleh tenaga medis
sebesar (65,3%) dengan alasan yang muncul pada saat wawancara langsung mereka
tidak perlu pertolongan tenaga medis kecuali gawat darurat (tidak bisa lahir). Apabila
normal (mudah lahir) lebih baik kepada orang tua (dukun) sebagai rasa hormat.
Hanya 4,2% saja yang setuju dengan alasan kesehatan bayi dan ibu menjadi lebih
baik, dan selalu dibantu bila ada program makanan tambahan dari pemerintah.

Berdasarkan sumber air yang sehat, mayoritas responden (60,7%) menjawab


tidak setuju jika sumber air yang sehat berasal dari sumur bor, PAM atau air
terlindung lainnya. Anggapan responden karena selama ini mereka tidak merasa sakit
atau rugi karenanya.
Menurut Rogers, (1983) dalam teori adopsi inovasi pada tahap implementasi
yaitu tahap penggunaan, individu tidak menemukan manfaat (tidak rugi) bila tidak
mengadopsinya, sehingga individu memutuskan inovasi tidak layak di adopsi.
Persepsi responden berpengaruh terhadap PHBS karena persepsi adalah
penilaian atau respon responden terhadap indikator-indikator PHBS, sehingga
berdampak terhadap perilaku mereka untuk melaksanakan PHBS. Rendahnya
persepsi ini cenderung dipengaruhi oleh pendidikan dan pengetahuan mereka tentang
PHBS.
Menurut Rogers, (1983) individu merupakan manusia yang pasif terhadap
perubahan. Biasanya perubahan atau kita sebut inovasi diketahui dengan tak sengaja.
Pengetahuan pertama kali yang dikenali individu, secara umum individu cenderung
menilai inovasi ini (PHBS) dijawab secara pribadi, apakah PHBS adalah kebutuhan.
Apakah individu tertarik untuk mendengar saja tanpa ingin tahu maknanya atau
merupakan sikap yang harus dilaksanakan.
Menurut Rogers, (1983) bahwa persepsi merupakan bagian integral dari faktor
pendukung untuk berperilaku kesehatan termasuk PHBS. Persepsi individu terhadap
perilaku kesehatan adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

oleh individu itu sendiri. Persepsi sendiri tidak mengalami penguatan dalam bentuk
keputusan karena mengalami kesenjangan antara keuntungan mengadopsinya atau
tidak mengadopsinya.
Persepsi individu terhadap perilaku kesehatan akan terbentuk dengan baik,
jika kondisi kesehatan individu, kondisi kesehatan masyarakat secara keseluruhan dan
kondisi lingkungan sekitar mereka menjadi lebih baik setelah melaksanakan PHBS.
Ada tiga indikator PHBS gaya hidup sehat yaitu tidak merokok di dalam
rumah, melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap harinya dan makan buah
dan sayur setiap hari merupakan inovasi bagi individu. Secara umum belum dapat
dirasakan manfaatnya bagi individu. Sehingga adopsi juga mempunyai nilai
konsekuensi. Menurut penelitian Rogers dkk, ada nilai efisiensi, keamanan dan nilai
atau rasa suka.
Menurut Ewles, dkk, (1994) petugas kesehatan memilih strategi promosi
kesehatan dengan peningkatan kesadaran diri, penjelasan nilai dan pengubahan sikap.
Keterkaitan faktor budaya dalam membentuk persepsi juga sangat
berpengaruh, karena budaya masyarakat biasanya akan berlangsung secara turun
temurun yang akan membentuk sikap seseorang termasuk juga persepsinya terhadap
kesehatan.
Faktor budaya pada masyarakat nelayan Bagan Kuala juga terlihat
mempengaruhi persepsi mereka tentang PHBS.
Menurut Rogers, keberhasilan atau kegagalan terhadap poses diterimanya
inovasi adalah opini pemuka masyarakat (opinion leadership). Berkaitan bahwa

pemuka masyarakat dianggap lebih tinggi derajadnya. Karena biasanya pemuka


masyarakat lebih tinggi pendidikannya, harta kekayaan atau status sosialnya lebih
baik dari masyarakat sekitarnya. Dianggap lebih tahu bahwa mereka lebih sering
terpapar ilmu atau inovasi terbaru.
Dalam teori model kepercayaan terhadap kesehatan, persepsi terhadap
pentingnya PHBS, adalah faktor pemicu berupa pengalaman, interaksi keluarga,
interaksi sosial, penjelasan petugas kesehatan dan pandangan dari diri informan
(pemberi informasi).
Menurut Rogers, inovasi akan lebih mudah dipahami dan diterima apabila
pemberi informasi adalah sama kondisi status sosialnya atau dengan kata lain adanya
kaitan emosionil yang dekat. Contohnya seorang wanita telah nyaman menggunakan
jenis pil KB tertentu dan sudah pasti akan menceritakan jenis pil tersebut (penyebaran
informasi).
Penerimaan seseorang terhadap pelaksanakan PHBS akan mendorong berpikir
untuk mengenali keuntungan dan kerugian dalam mengadopsi PHBS. Individu
mengatasi kesenjangan yang dihadapinya dengan menambah lebih banyak informasi.
Dalam mencari informasi dibutuhkan saluran-saluran informasi (communication
chanels) yang mudah dan murah dijumpai. Sensitivitas seseorang dalam mengenali
pentingnya PHBS tidaklah sama sehingga dalam pengambilan keputusan untuk
mengadopsinya bervariasi.
Faktor yang turut mempengaruhi persepsi adalah karakteristik individual
seperti sikap, kepercayaan, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.

Faktor-faktor tersebut menyebabkan penglihatan dua orang terhadap sesuatu


memberikan interpretasi berbeda tentang apa yang dilihatnya (Siagian, 2004).
Masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala secara demografis merupakan
masyarakat yang sudah lama hidup di pesisir pantai Tanjung Beringin dengan budaya
hidup yang keras ditempa alam, termasuk kurang peduli terhadap kesehatan, sehingga
ketika konsep PHBS dicanangkan pada beberapa dasawarsa yang lalu justru tidak
memberikan inovasi baru bagi mereka untuk dapat mengadopsinya dengan baik. Hal
ini

dapat

memberikan

suatu

masukan

bagi

pemerintah

daerah

agar

mengkolaborasikan konsep PHBS dengan suasana kehidupan atau khazanah


kehidupan masyarakat nelayan, agar mudah untuk dipahami dan dapat dilakukan
dengan baik.

5.3.

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap PHBS


Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji regresi linear

berganda menunjukkan variabel dukungan sosial mempunyai pengaruh signifikan


terhadap PHBS pada masyarakat di Desa Bagan Kuala Kabupaten Serdang Bedagai
yang ditunjukkan oleh nilai p=0,000 (p<0,05), artinya dukungan sosial yang baik
akan menyebabkan masyarakat mau berPHBS dan sebaliknya jika dukungan sosial
tidak baik akan menyebabkan masyarakat tidak ber-PHBS.
Dukungan sosial dalam penelitian ini adalah adanya interaksi sosial dalam
bentuk dukungan dan anjuran dari keluarga, suami, tokoh masyarakat tentang PHBS.
Indikasi dukungan sosial tersebut dilihat dari 14 indikator.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan indikator dukungan


sosial terhadap PHBS diketahui tidak mendapatkan dukungan sosial. Responden
menjawab tidak mendapat dukungan dari petugas kesehatan seperti sosialisasi
PHBS (64,2%). Untuk penyuluhan KIA responden menjawab tidak mendapatkan
dukungan (57,9%). Begitu juga sanitasi lingkungan sebesar (64,2%), tentang bahaya
merokok (69,5%) serta pentingnya setiap hari mengkonsumsi sayur dalam menu
makanan (65,3%).
Responden tidak mendapat dukungan dari suami dari penilaian indikator
seperti keikutsertaan suami dalam pemeriksaan kehamilan (65,3%), anjuran
pemberian ASI Eksklusif (60,0%). Selain itu dukungan perangkat desa umumnya
juga tidak didapatkan oleh responden seperti himbauan untuk menjaga sanitasi
lingkungan (71,6%).
Berdasarkan akumulasi dari indikator tersebut, maka dalam penelitian ini
menjadikan kesimpulan bahwa dukungan sosial terhadap PHBS di Desa Bagan Kuala
Kecamatan Tanjung Beringin adalah kategori kurang yaitu sebesar 61,1%. Kategori
kurang berdasarkan pada pemenuhan skor responden dalam menjawab pertanyaan
yang diajukan, hanya menjawab ya 1-12 pertanyaan dari total skor.
Rendahnya dukungan sosial yang berasal dari dukungan suami, dapat
dimaklumi mengingat profesi mereka sebagai nelayan tradisional. Para nelayan
cenderung tidak tinggal di rumah setiap hari karena mencari nafkah di laut.
Umumnya pulang setelah tiga hari atau seminggu. Sehingga peran suami tidak
memungkinkan sebagai pendukung perilaku kesehatan yang mengarah pada PHBS.

Dukungan terhadap pemberian ASI Eksklusif, pemeriksaan kehamilan, atau


pelayanan kesehatan ibu dan anak atau indikator lainnya cenderung tidak terpenuhi.
Menjadikan tempat tinggal sesuai kriteria rumah sehat tentu lebih sulit terpenuhi.
Kondisi ekonomi mereka yang lemah dan hasil tangkapan berfluktuatif. Pemenuhan
kebutuhan sehari-hari menjadi tidak cukup apalagi mempunyai rumah yang sehat dan
bagus. Sehingga walaupun kepala keluarga secara pengetahuan tahu dan mau untuk
membuat rumah sehat, justru tidak mampu secara ekonomi.
Selain itu dukungan dari petugas kesehatan terhadap PHBS secara kumulatif
juga berdampak terhadap indikator dukungan sosial dalam melaksanakan PHBS.
Berdasarkan hasil data pelayanan kesehatan di Puskesmas Tanjung Beringin (2007),
diketahui bahwa program-program kesehatan yang termasuk dalam indikator PHBS
seperti penyuluhan KIA hanya dilakukan pada saat masyarakat yang datang ke tempat
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Posyandu. Program yang mengarah pada
penyuluhan kesehatan di lapangan yang diselingi dengan kegiatan sosial lain jarang
dilakukan, sehingga informasi tentang PHBS tidak sampai kepada masyarakat.
Dengan kata lain sosialisasi tidak optimal. Baik jumlah waktu tatap muka dengan
masyarakat pada saat penyuluhan, atau penggunaan alat Bantu dan kemampuan
komunikasi dari petugas kesehatan.
Demikian juga dengan dukungan sosial dari perangkat desa, tidak dilakukan
secara berkesinambungan dan tidak komprehensif.
Peran perangkat desa dan petugas kesehatan dalam dukungan sosial dapat
berbentuk anjuran berupa kegiatan kebersihan yang dilaksanakan seperti Jumat bersih

dan gotong royong. Dalam pelaksanaan Jumat bersih dan gotong royong tidak juga
direspon dengan baik oleh masyarakat. Kesulitan dalam mengumpulkan warga karena
umumnya kepala keluarga melaut. Dukungan sosial dapat membentuk kemandirian
masyarakat untuk melaksanakan PHBS. Pemberdayaan masyarakat diarahkan untuk
mewujudkan peran serta masyarakat (berpartisipasi) dalam perilaku sehat, termasuk
PHBS.
Penelitian Sinaga dkk (2004) di Kabupaten Bantul, begitu pula penelitian
Safrizal (2002) di Kabupaten Bungo Jambi, bahwa penyebab rendahnya cakupan
PHBS antara lain karena rendahnya peran serta keluarga terhadap sanitasi lingkungan
perumahan, selain adanya pengaruh pengetahuan individu dan sikap dukungan
perangkat desa.

5.4.

Keterbatasan Penelitian
1. Aspek Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif,

sehingga cenderung belum sepenuhnya dapat menjelaskan secara keseluruhan


terhadap

determinan

PHBS

pada

masyarakat

nelayan,

namun

peneliti

mengakomodirnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada pemahaman


responden tentang PHBS dari keseluruhan indikator PHBS, dan dilakukan pengujian
secara statistik.

2. Kualitas Data
Pada penelitian ini data mengenai persepsi dan dukungan sosial diperoleh
dengan mengandalkan daya ingat, maka akan terjadi recall bias. Dapat saja terjadi
karena responden lupa, dan item pertanyaan yang diberikan belum pernah mereka
dengar sebelumnya sehingga sangat menyulitkan peneliti untuk memberikan
penjelasan dan memperoleh informasi akurat.
Penggunaan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari catatan
puskesmas dan pihak kecamatan, sehingga data tidak terkini (up to date). Kualitas
data juga dipengaruhi oleh kemampuan responden mencerna pertanyaan dalam
kuesioner, dapat terjadi bias yang berasal dari pewawancara di mana pewawancara
meskipun sudah dilatih terlebih dahulu mengingat keterbatasan pengetahuan atau
pengalaman pewawancara.
3. Parameter
Parameter yang digunakan untuk mengukur berbagai variabel dalam
penelitian terbatas, sehingga tidak tertutup kemungkinan adanya parameter lain yang
lebih tepat untuk menggambarkan tiap-tiap variabel.
4. Aspek Peneliti
Penguasaan ilmu pengetahuan peneliti yang masih belum memadai terhadap
teknik penelitian ilmiah, maupun dalam teori-teori yang mendukung suatu penelitian,
di samping dana dan sarana yang dapat menyebabkan kurang sempurnanya
penelitian.

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:
1. Tingkat PHBS masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung
Beringin 49,5% Kategori Sehat I, sebanyak 45,3% termasuk Sehat II dan
hanya 5,3% termasuk Sehat III.
2. Persepsi responden terhadap PHBS 60,0% adalah kategori sedang, 30,5%
kategori kurang, dan hanya 9,5% termasuk baik.
3. Dukungan sosial terhadap pelaksanaan PHBS mayoritas (61,1%) kategori
kurang, dibandingkan dukungan sosial kategori baik (38,9%).
4. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan keseluruhan variabel
independen persepsi (p=0,026) dan dukungan sosial (p=0,000) mempunyai
pengaruh signifikan terhadap PHBS.
5. Variabel dukungan sosial merupakan variabel paling dominan mempengaruhi
PHBS pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung
Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.

6.2.

Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka dapat disarankan beberapa hal berikut ini:
1. Perlu peningkatan dukungan sosial kepada masyarakat nelayan berkaitan
dengan peningkatan perilaku kesehatan melalui peningkatan peran petugas
kesehatan dalam aktivitas masyarakat nelayan seperti penambahan jadwal
posyandu dan penyuluhan di daerah pantai.
2. Petugas kesehatan agar dibekali kemampuan menjadi promotor kesehatan
yang kompeten, melengkapi sarana kesehatan (puskesmas pembantu dan
polindes) serta kelengkapan media komunikasi yang bersifat efektif dan
efisien. Seperti sebuah unit mobil yang dilengkapi media audio visual untuk
menyampaikan pesan terarah tentang kesehatan tidak hanya PHBS.
3. Perlu peningkatan peran serta perangkat desa dalam menyukseskan setiap
kegiatan-kegiatan penyuluhan kesehatan, dan kegiatan lain yang berkenaan
dengan kesehatan dan sosial, sehingga dapat meningkatkan partisipasi
masyarakat untuk berperilaku sehat. Peran serta perangkat desa ini untuk
menghindari penafsiran bahwa selama ini kesehatan berkaitan dengan berobat,
belum terbentuk bagaimana mencegah untuk tidak sakit. Menghindari juga
masih ditemukannya persepsi bahwa kesehatan adalah tanggung jawab
petugas kesehatan, bukan menjadi tanggung jawab pribadi dan masyarakat.
4. Perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang
kesehatan melalui peran serta masyarakat dalam perencanaan kebutuhan

di masyarakat Desa Bagan Kuala terhadap kesehatan, atau program kesehatan


yang mereka butuhkan bagi Desa Bagan Kuala Tanjung Beringin.
5. Bantuan dari Dinas Sosial dan instansi terkait dengan kesejahteraan
masyarakat dan pemberdayaan desa sangat diperlukan koordinasi. Misalnya
bahwa di Desa Bagan Kuala transportasi terganggu karena badan jalan utama
kedesa tersebut sering tertutup saat air laut pasang. Perencanaan bantuan atau
perbaikan rumah tidak layak huni bagi penduduk. Dibentuknya sanggar
pendidikan dan pemberdayaan ekonomi keluarga khusus bagi masyarakat
pantai.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyan, A., 2005. Strategi Adaptasi dan Hubungan Sosial Nelayan Kampung
Pesisir Kelurahan Panjunan Kota Cirebon. Fakultas Pertanian. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Basyarsyah II,S,H, T,L,S, dkk. 2002. Kebudayaan Melayu Sumatera Timur.
Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
Depkes RI. 2005. Hasil Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS) tahun 2004. Jakarta.
________. 2006. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); Untuk Petugas
Puskesmas. Direktorat Promosi Kesehatan. Dirjen Kesehatan Masyarakat.
Jakarta.
Dinas Kesehatan Serdang Bedagai. 2005. Hasil Survei Kesehatan Daerah
(SURKESDA) Serdang Bedagai. Sei Rampah.
________. 2006 Profil Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai. Sei Rampah.
________. 2007. Laporan Bulanan Gizi Kabupaten Serdang Bedagai. Sei Rampah.
________. 2007. Profil Kesehatan Puskesmas Tanjung Beringin. Sei Rampah.
________. 2007. Laporan Tahunan Puskesmas Tanjung Beringin. Sei Rampah.
Ewles, L, dkk. 1992. Promoting Health, A Practical Guide. Second Edition.
Green, L & Kreuter, Marshall, W. 1991. Health Promotion Planning and Education
and Environtment Approach. Institue of Health Promotion Research
University of British Colombia.
Kusnadi. 2004. Polemik Kemiskinan Nelayan. Pustaka Yogya Mandiri. Yogyakarta.
Rachmad R,H,H. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Sarwono, Sarlito W. 2003. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi
Sosial. Refika Aditama. Jakarta.

Notoadmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta.


Jakarta.
Syafrizal. 2002. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Faktor yang Berhubungan
dengannya pada Keluarga di Kabupaten Bungo Jambi Tahun 2002. Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas
Indonesia. Depok.
Satria, A. 2001. Dinamika Modernisasi Perikanan (Formasi Sosial dan Mobilitas
Nelayan). Humaniora Utama Press. Bandung.
Siagian, S. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.
Sinaga, Dkk, 2005. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat: Studi Kasus
Kabupaten Bantul 2003. Jurnal JMPK Volume 08/No.02/Juni/2005.
Yogyakarta.
Wilujeng, dan Martiana, 2006. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal dan
Lingkungan Perumahan Nelayan di Kabupaten Lombok Timur NTB. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Bolume 2 Januari 2006.
Zakbah, dkk. 1997. Persepsi tentang Etos Kerja Kaitannya dengan Nilai Budaya
Masyarakat Melayu Daerah Riau. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Riau. Pekan Baru.

Anda mungkin juga menyukai