Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi semakin lama semakin cepat terjadi. Berbagai macam
kemajuan teknologi ditujukan untuk mempermudah kinerja manusia. Cepatnya
perkembangan teknologi juga terjadi di bidang perangkat telekomunikasi. Sejak
ditemukannya telepon oleh Graham Bell hingga saat ini sudah banyak sekali
perubahan-perubahan yang terjadi, hingga akhirnya tiba pada era keemasan
telepon selular dan Smartphone.
Teknologi smartphone saat ini telah berubah dari peralatan yang ditujukan
guna membantu kegiatan bisnis menjadi alat hiburan yang lengkap. Smartphone
dilengkapi dengan kemampuan untuk mengambil dan mengolah foto, memainkan
game dengan kualitas hampir setara console portable gaming, memainkan video,
membantu navigasi lewat gps, alat putar dan rekam video/audio, pengelola email, alat browsing internet hingga membantu komunikasi lewat berbagai chat
app. Selain lebih berkembangnya fitur hiburan dan aplikasi social pada
smartphone penyebab lain menjamurnya smartphone terjangkaunya harga beli di
masyarakat.
Saat ini jumlah ponsel secara global sudah lebih banyak dibandingkan jumlah
manusianya sendiri. Menurut Cisco (2013,2014), di tahun 2012 jumlah perangkat
mobile melampaui jumlah populasi seluruh manusia di dunia, yaitu sekitar lebih

dari 7 miliar. Hal tersebut dikarenakan bahwa pada faktanya satu orang ada yang
menggunakan dua bahkan sampai tiga ponsel.
Indonesia sebagai Negara berkembang juga terkena dampak kemajuan
teknologi tersebut. Saat ini baik tua dan muda di berbagai kalangan banyak yang
menggunakan smartphone sebagai sarana komunikasi mereka, baik digunakan
sebagai handphone sekunder ataupun digunakan sebagai alat komunikasi yang
utama dan bahkan ada pengguna yang menggunakan lebih dari satu smartphone.
Ada sekitar 41,3 juta pengguna smartphone dan 6 juta pengguna tablet di
Indonesia. Jumlah tersebut diyakini bakal terus berkembang dengan pesat
khususnya di wilayah perkotaan. Bahkan, diprediksi bahwa akan ada sekitar 103,7
juta pengguna smartphone dan 16,2 juta pengguna tablet di Indonesia pada tahun
2017 mendatang (Yahoo dan Mindshare, dalam Masna 2013).
Voskresensky Mitya (2012) mengemukakan bahwa sekitar 5 miliar (80%) dari
total keseluruhan populasi dunia adalah pengguna ponsel. Dari 5 miliar tersebut,
1.08 miliar diantaranya adalah pengguna smartphone. Jumlah pengguna
smartphone tersebut tentunya akan semakin bertambah karena tingginya angka
penetrasi smartphone yang disebabkan beralihnya fokus produsen ponsel feature
phone ke smartphone.
Berdasar data diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan smartphone di
dunia dan di Indonesia saat ini semakin masif. Untuk lebih mengetahui statistic
pengguna smartphone yang ada di dunia maka dapat dilihat pada gambar 1:

Gambar 1.
Statistik Penggunaan Smartphone di seluruh dunia.
Sumber: http://www.mobimatter.com/
Dalam survey tersebut juga didapatkan statistik bahwa pengguna laki-laki
lebih banyak dibandingkan pengguna perempuan dengan prosentase pengguna
sebanyak 53% banding 47%. Jika dilihat tingkat penggunaan smartphone dari
kelompok umurnya, kelompok dewasa awal merupakan rentangan umur yang
paling banyak menggunakan smartphone diikuti oleh umur 35-44 dan 18-24 tahun
sebanyak 21,5 dan 17,4 tahun. Pengguna pada usia 25-34 merupakan pengguna
yang paling banyak memakai smartphone saat ini, ditambah lagi tingkat penetrasi
pada usia 25-34 yang mencapai 62% dari total rentang umur membuatnya
semakin banyaknya pengguna untuk waktu ke depan. Statistik bisa juga dilihat
pada gambar 2.

Gambar 2.
Jumlah penetrasi pengguna baru ditinjau dari kelompok umur.
Sumber: http://www.mobimatter.com/
Dalam psikologi kelompok umur 25-34 tahun dapat dikelompokkan dalam
usia dewasa awal. Menurut Erikson pada saat dewasa awal ini terjadi masa-masa
krisis keterasingan. Yaitu terjadinya kerenggangan hubungan dengan teman-teman
sebayanya yang dulu dekat dikarenakan berakhirnya pendidikan formal dan
terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir,
perkawinan dan rumah tangga. Pada saat ini hubungan dengan teman-teman
sebaya menjadi renggang dan keterlibatan dengan kegiatan di luar rumah akan
terus berkurang (Hurlock, 1990).
Hal tersebut menjadikan individu pada masa-masa dewasa awal mempunyai
intensitas untuk berkomunikasi dengan orang lain dan terfokus pada pekerjaan
mereka. Secara umum pada masa ini Individu dituntut untuk lebih beradaptasi
dengan lingkungan barunya dikarenakan renggangnya hubungan dengan teman
sebaya. Keteransingan dapat menjadi semangat bersaing dan hasrat kuat untuk

maju dalam karir. Keramah tamahan pada masa remaja diganti dengan persaingan
dalam masyarakat dewasa. Dan mereka juga harus mencurahkan sebagian besar
tenaga untuk pekerjaan mereka sehingga mereka hanya dapat menyisihkan waktu
sedikit untuk sosialisasi yang diperlukan untuk membina hubungan-hubungan
yang akrab.
Pada 3 tahun terakhir ini dengan maraknya komunikasi antar pengguna
smartphone memungkinkan tetap terhubungnya individu dalam masa dewasa
awal, mereka tetap bisa terhubung dengan teman-teman sebaya mereka meskipun
sudah tidak pernah bertemu secara fisik lagi. Dengan adanya hal tersebut,
komunikasi secara virtual dapat mengubah proses komunikasi interpersonal dan
memenuhi kebutuhan mereka akan komunikasi yang akrab.
Voskresensky Mitya (2012) mengemukakan 89% pengguna smartphone aktif
menggunakan smartphone mereka dan selalu dekat dengannya sepanjang hari dan
hanya 11% sisanya yang menggunakannya dalam waktu singkat. Selain itu
menurut penelitian yang dilakukan oleh Lookout (2013), ditemukan bahwa 58%
pengguna di Amerika Serikat mengecek smartphone mereka setidaknya satu kali
dalam satu jam dan 54% responden mengungkapkan bahwa mereka mengecek
smartphone mereka bahkan saat terakhir sebelum memejamkan mata untuk tidur.
Social messenger bagi sebagian orang, ialah alasan utama mereka secara aktif
menggunakan smartphone mereka sepanjang hari. Aplikasi yang mampu
menghubungkan mereka dengan kerabat 24 jam nonstop semakin membuat
sebagian user sulit untuk jauh dari smartphone mereka dan menimbulkan gejala-

gejala adiktif baru. Selain aplikasi social messanger, masih banyak lagi hal-hal
yang membuat pengguna terus menerus beraktifitas dengan gadget mereka. Hal
tersebut merupakan salah satu faktor terjadinya smartphone addiction disorder
atau disebut juga dengan communication disorder.
Menurut Sarwar dan Soomro (2013) Obsesi terhadap smartphone juga secara
signifikan mengubah persepsi otak kita pada smartphone. Terdapat indikasi
simptom kecemasan dan penarikan diri pada pengguna saat tidak mendapatkan
notifikasi, pesan atau update dari smartphone mereka. Smartphone addiction
disorder memiliki dampak yang kuat terhadap kehidupan sosial dan smartphone
dapat mengganggu proses tidur penggunanya.
Menurut Ravat dalam (Sarwar, 2013) fitur multi-tasking pada smartphone
melemahkan kognitif penggunanya. Semakin bertambahnya ketergantungan kita
pada search engine semacam google membuat kita menjadi poor thinkers.
Argument lainnya ialah, menurut Clifford Nass dalam (Engber, 2013)
Smartphones memaksa penggunanya untuk memikirkan beberapa tugas secara
bersamaan karena secara fisiologi manusia tidak didesain untuk melakukan
beberapa pekerjaan secara bersamaan dan Smartphone membuat pengguna merasa
harus segera merespoon apapun notifikasi yang muncul, yang kemudian dapat
meningkatkan rasa stress.
Multitasking mengurangi kemampuan kita untuk focus kepada hal-hal yang
relefan, dan membuat kognitif kita untuk berfikir secara dangkal. Bermacammacam fitur smartphone seperti (SMS, video, Whatsapp, BBM, Facebook,

Twitter) tersedia di ujung jari dan membuat manusia menjadi kurang peka
terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya dan mengganggu kemampuan
komunikasi interpersonal terhadap lingkungan yang nyata (Bhinderwala dalam
Sarwar dan Soomro, 2013).
Komunikasi merupakan perilaku yang sangat mendasar dalam hidup manusia.
Komunikasi penting dilakukan dan kita tidak pernah lepas dari komunikasi.
Melalui komunikasi kita dapat mengerti keinginan orang lain dan dapat
membentuk sebuah bonding dengan lingkungan kita sehingga kita sebagai
makhluk sosial merasa tidak hidup sendirian. Komunikasi ada di mana-mana dan
menyentuh segala aspek kehidupan kita (Rakhmat, 2007)
Pengguna smartphone dengan kecenderungan adiksi, memiliki peluang
terjadinya hambatan-hambatan dalam komunikasi secara langsung. Karena saat
mereka berkomunikasi melalui smartphone, mereka tidak harus menampakkan
diri mereka seperti apa di depan lawan bicaranya. Mereka juga bebas berekspresi
menggunakan emoticon-emoticon yang lucu tanpa harus mengekspresikannya
secara langsung.
Berbeda dengan komunikasi interpersonal yang terjadi secara langsung,
dimana pelaku selain menggunakan komunikasi verbal juga diharuskan secara
aktif menggunakan komunikasi non verbal dan bahasa tubuh yang sesuai.
Pengguna Smartphone yang terkena adiksi, dalam satu hari lebih banyak
melakukan komunikasi melalui smartphone mereka dibandingkan komunikasi
secara langsung dengan orang-orang terdekatnya. Hal tersebut menyebabkan

timbulnya kecemasan, stress dan gangguan lainnya saat berkomunikasi secara


langsung karena adanya perbedaan cara komunikasi antara komunikasi
menggunakan smartphone dan komunikasi secara langsung.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui gambaran perilaku
pengguna smartphone yang memiliki kecenderungan smarphone addiction
disorder dengan subjek pengguna smartphone yang berada pada tahapan dewasa
awal mengingat saat ini pengguna smartphone didominasi rentang usia ini. Untuk
dapat mengetahui hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Komunikasi Interpersonal Pada Dewasa Awal Dengan
Kecenderungan Smartphone Addiction Disorder.
Untuk mencapai tujuan penelitian, peneliti menggunakan model penelitian
kualitatif studi kasus fenomenologi. Hal tersebut mengacu pada subjek
smartphone addiction disorder yang khusus dan komunikasi interpersonal yang
merupakan fenomena yang terjadi di masyarakat. Dimana nantinya tujuan utama
penelitian adalah deskriptif tentang konteks dan terjadinya kasus smartphone
addiction disorder dan memahami esensi (hakekat) tentang pengalaman dunia
terdalam individu (inner world) tentang komunikasi interpersonal berdasarkan
perspektif individu itu sendiri. (Hanurawan, 2012).
Pendekatan penelitian yang digunakan ialah deskriptif, dengan subjek yang
berjumlah tiga orang dan memenuhi kriteria Smartphone Addiction Disorder. Alat
pengumpul data yang digunakan oleh penulis ialah wawancara dan teknik validasi
nantinya akan menggunakan triangulasi sumber data, dimana nantinya peneliti
juga mengambil data lain dari observasi dan dari data chat social messenger
subjek.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah gambaran Komunikasi Interpersonal
pada Dewasa Awaldengan Kecenderungan Smartphone Adiction Disorder?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui
gambaran Komunikasi Interpersonal pada Dewasa Awal dengan Kecenderungan
Smartphone Adiction Disorder.
D. Manfaat Penelitian
Dengan diselenggarakannya penelitian Komunikasi Internal Pada Dewasa
Awal Dengan Kecenderungan Smartphone Addiction Disorder maka diharapkan
mampu untuk memberikan kontribusi baik bagi ilmu Psikologi maupun bagi
individu-individu yang mengalami adiksi serupa agar mengetahui gambaran
tentang bagaimanakah komunikasi interpersonal yang dimiliki oleh individu
dengan adiksi Smartphone.
1. Manfaat Teoritis
Memperluas perkembangan bidang kajian psikologi terutama psikologi di
bidang teknologi dan sosial yang difokuskan pada Komunikasi Internal Pada
Dewasa Awal Dengan Kecenderungan Smartphone Addiction Disorder.
2. Manfaat Praktis
Dapat digunakan sebagai pengetahuan bagi masyarakat umum ketika
bersinggungan atau memiliki keingintahuan terhadap apa yang terjadi dalam
Komunikasi Internal pada Dewasa Awal dengan Kecenderungan Smartphone

Addiction Disorder sehingga lebih dapat memahami dan membantu orang-orang


dengan kondisi yang hamper sama dengan subyek penelitian.
Di samping itu juga dapat digunakan sebagai salah satu sumber bagi peneliti
selanjutnya yang ingin memperdalam penelitian mengenai topik yang serupa.

Anda mungkin juga menyukai