KELOID
AMANDA RICKI
(110 2011023)
P E M B I M B I N G : D R . H E N R Y M O E S FA I R I L
S P. B
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. YSM
Umur
: 36 tahun
Jenis kelamin
Agama
: Perempuan
: Islam
Status perkawinan
: Menikah
Pendidikan Terakhir
: SMP
Pekerjaan
No. RM
: 531738
Alamat
KecSoreang
Tanggal pemeriksaan
: 03 November 2015
Keluhan Utama
Benjolan pada bokong kanan
Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit serupa pada keluarga tidak
ada
STATUS LOKALIS
STATUS GENERALIS
Kesadaran : Compos
mentis
Tanda vital
:
TD = 110/80 mmHg
RR = 20 x/menit
N = 96 x/menit
S = 36,3 0C
BB = 25 kg
Mata : Konjungtiva
anemis (-), sklera ikterik
(-)
Leher : Kelenjar Getah
Bening tidak teraba
massa
Thorax: VBS ka=ki, Rh
-/-, Wh -/ Abdomen: cembung,
soepel, BU (+), H/L tidak
teraba massa
Ekstremitas: Akral
hangat, capillary refill
Inspeksi:
Tampak benjolan
pada bokong kanan.
Warna lebih merah
kehitaman daripada
kulit sekitarnya,
ukuran 5x1 dan
3x1cm.
Palpasi:
Teraba benjolan
dengan konsistensi
lunak, batas tegas.
nyeri (+).
RESUME
Pasien datang ke RS dengan keluhan benjolan yang makin
membesar bokong kanan. Pasien mengaku benjolan tersebut
sudah terdapat sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan tidak terasa
nyeri dan berwarna biru. Pernah punya benjolan kecil namun
hilang dengan sendirinya. Pada pemeriksaan terlihat adanya
benjolan berwarna biru tua dan teraba berukuran 5x1 dan 3x1
imobile konsistensi lunak permukaan rata dan nyeri tekan pada
daerah benjolan (-)
DIAGNOSIS BANDING
Keloid
Jaringan parut hipertrof
Dermatofbroma
DIAGNOSIS KERJA
Keloid a/r Glutealis Dextra
PENATALAKSANAAN
Biopsi eksisi
PROGNOSA
Quo ad vitam
: ad bonam
INJAUAN PUSTAKA
KELOID
EPIDEMIOLOGI
Lebih sering terjadi pada kulit hitam
Angka kejadian keloid pada wanita dan pria
adalah sama
Sering timbul pada penderita yang
mengalami luka bakar parah dan di lokasi
vaksinasi.
Etiologi
Genetik
Trauma kulit
PATOGENESIS
Proses terbentuknya keloid berhubungan dengan proses
penyembuhan luka
Keloid dapat terjadi dalam jangka waktu satu bulan sampai
satu tahun setelah trauma atau inflamasi
Trauma kulit pada dermis retikuler atau lapisan kulit lebih
dalam lagi cenderung berpotensi menjadi skar hipertrofk
dan keloid
MANIFESTASI KLINIS
nodul fbrosa, papul atau plak, keras, elastis, berkilat, tidak
teratur, berbatas tegas, terdapat telangiektasis dan
berwarna merah muda, merah sampai coklat gelap.
sering terdapat rasa gatal dan nyeri.
Pemeriksaan histopatologis menunjukkan adanya hialinisasi
serabut kolagen yang tersusun melingkar
DIAGNOSIS
Berdasarkan gambaran klinis :
Konsistensi keloid yang bervariasi dari lunak, seperti
karet sampai keras.
Lesi awal biasanya kemerahan.
Lesi menjadi merah kecoklatan atau seperti warna
daging.
Lesi biasanya tidak mengandung folikel rambut ataupun
kelenjar adneksa lainnya)
DD
Scar hypertrophy
Dermatofbroma
Keloid
pertumbuhan keatas
(menonjol) jaringan
parut ini tidak
melewati batas tepi
luka
Bentuknya dapat
berupa papul, plak
atau nodul, batas
tegas, menetap
dalam kulit dan
dapat ditekan ke
bawah atau sedikit
meninggi
Berkembang
melewati batas awal
dari luka
di daerah sternum,
bahu, cuping telinga,
pinggang, dan wajah
SCAR HYPERTROPHY
DERMATOFIBROMA
PENATALAKSANAAN
Injeksi kortikosteroid intralesi
bedah eksisi
5-fluoruorasil
Cryotherapy
Laser
Radiasi
Silicone gel sheeting
KORTIKOSTEROID INTRALESI
Mudah dikerjakan
Menginhibisi pertumbuhan fbroblas dan produksi mediator
inflamasi, mengurangi sintesis kolagen dan mengubah
sintesis glykosaminoglikan sehingga mengurangi jumlah
kolagen pada keloid.
Secara klinis mengurangi rasa gatal, melembutkan dan
meratakan lesi.
Triamsinolon asetonid intralesi merupakan jenis steroid yang
sering digunakan. Dapat dikombinasi dengan terapi lain
untuk meningkatkan respon dan efkasi terapi
BEDAH EKSISI
Pembedahan diperlukan sebagai terapi lini kedua untuk lesi
yang tidak berespon terhadap terapi lain.
Bedah eksisi juga dilakukan pada lesi keloid yang luas
sehingga membutuhkan debulking lebih dahulu sebelum
terapi lain dilakukan.
KIL untuk menurunkan rekurensi dapat dilakukan pada 2
minggu post eksisi
Alternatif monoterapi : imiquimod topikal dan radiasi
5 FLUOROURACIL (5-FU)
merupakan analog pirimidin yang banyak digunakan dalam
pengobatan kanker dan glaukoma.
Dalam sel 5-FU dikonversikan menjadi substrat aktif yang
menghambat sintesis DNA dengan cara kompetitif terhadap
penggabungan urasil. Penelitian terbaru mendapatkan
bahwa 5-FU memiliki efkasi yang baik untuk menangani
keloid. Kemampuan 5-FU untuk untuk mengganggu TGF-b
signaling merupakan dasar penggunaan 5-FU untuk
menghambat pembentukan keloid
KOMPLIKASI
Trauma pada keloid dapat menyebabkan erosi lesi dan menjadi
sarang infeksi bakteri.
Rekurensi
Stress psikologik jika keloid sangat luas dan menimbulkan
cacat.
PENCEGAHAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.