Muhammad Ihsan
0908260016
Pembimbing :
dr. Ahmad Khuwailid, Sp.OG.
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSU HAJI MEDAN
2015
Definisi
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang
berlebih dari kelenjar, dan stroma disertai pembentukan
vaskularisasi dan infiltrasi limfosit pada endometrium.
Pertumbuhan ini dapat mengenai sebagian atau seluruh
lapisan endometrium.
Etiologi
Perdarahan uterus disfungsional sebagai
perdarahan endometrium abnormal yang
tidak disertai dengan suatu keadaan organik, namun faktor-faktor predisposisi untuk
tipe anovulasi meliputi :
1. Tahun-tahun perimenarke,
2. Tahun-tahun perimenopause
3. Penyakit kronis
4. Disfungsi tiroid dan adrenal
5. Hormon-hormon steroid eksogen
6. Obesitas
7. Malnutrisi
8. Patologi ovarium
9. Obat-obatan psikotropik
10.Neoplasia hipofise
11.Disfungsi Hipotalamus.
PATOFISIOLOGI
Persisten folikel
Yang tidak pecah
Tidak terjadi ovulasi
& pembentukan corpus luteum
Stimulasi estrogen Hiperplasia
yang berlebihan endometrium
Klasifikasi
1.Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari
perdarahan disfungsional dengan siklus pendek
(polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk
menegakkan diagnosis perdarahan ovulatoar, perlu
dilakukan kerokan pada masa mendekati haid,
sebagai etiologi :
1.Korpus luteum persistens; dalam hal ini dijumpai
perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium
membesar.
1. Perdarahan anovulatoar
Diagnosis
Dari anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan bagaimana
mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh
oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau
tidak), lama perdarahan, dan sebagainya. Pada pemeriksaan umum perlu
diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk ke arah kemungkinan penyakit metabolik,
penyakit endokrin, penyakit menahun, dan lain-lain. Pada pemeriksaan
ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik, yang
menyebabkan perdarahan abnormal (Polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu).
Penatalaksanaan
Kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan
disfungsional sangat banyak; dalam hal ini penderita
harus istirahat baring dan diberi transfusi darah. Setelah
pemeriksaan
ginekologik
menunjukkan
bahwa
perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi
dengan hormon steroid. Dapat diberikan :
1.Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam
darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat
diberikan secara intramuskular dipropionsd estradiol
2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras
estradiol 20 mg. Keberatan terapi ini ialah bahwa
setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.
STATUS PASIEN
I. Anamnesis Pribadi
Nama : Ny. S
Umur
LAPORAN KASUS
: 50 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan
: IRT
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jalan aek matio. Rantau prapat.
Nama Suami: Tn. HM
Usia : 54 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan
: Karyawan swasta
RPT
RPO
1.
2.
3.
4.
Riw.Operasi
: (-)
III.Pemeriksaan Fisik
Status Present :
Sens : CM anemis
: (-)
BB
: 78 kg
Thorax : Paru
: SP : Vesikuler, ST : (-)
. Status Ginekologi :
Pemeriksaan Inspekulo :
Portio : tampak licin, erosi (-), darah (-), keputihan (-),
(-), massa (-)
Vagina : dinding vagina normal, tanda tanda
sekret (-), massa (-)
flour albus
peradangan (-),
Parametrium
massa.
Adnexa
Cavum douglas
: tidak menonjol
tidak teraba
. Pemeriksaan penunjang :
USG TVS Ginekologi oleh Supervisor :
Uterus sulit dinilai
Tampak massa hiperechoic dan hipoechoic bentuk kumparan dan
tidak terukur kaliper kesan berasal dari uterus.
E line sulit dinilai
Adnexa kanan dan kiri : sulit dinilai.
Cairan bebas : tidak dijumpai.
Laboratorium :
Haemoglobin : 9,8 gr/dl
Haematokrit : 32,1 %
Leukosit : 10.800/ mm
Trombosit : 303.000/mm
LFT
: SGOT : 17 IU/L
SGPT : 19 IU/L
RFT
: Ureum
: 25 mg/dl
Foto Toraks