Anda di halaman 1dari 32

Hiperplasia Endometrium

Muhammad Ihsan
0908260016
Pembimbing :
dr. Ahmad Khuwailid, Sp.OG.
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSU HAJI MEDAN
2015

Anatomi dan Fisiologi Endometrium

Uterus adalah organ muskular yang berbentuk buah pir


yang terletak di dalam pelvis dengan kandung kemih
di anterior dan rektum di posterior. Dindingnya
terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5,25 cm, tebal 2,5 cm
dan tebal dinding 1,25 cm. Uterus biasanya terbagi
menjadi fundus, korpus dan serviks

Endometrium adalah lapisan terdalam pada rahim dan tempatnya


menempelnya ovum yang telah dibuahi. Di dalam lapisan
Endometrium terdapat pembuluh darah yang berguna untuk
menyalurkan zat makanan ke lapisan ini. Saat ovum yang telah
dibuahi (yang biasa disebut fertilisasi) menempel di lapisan
endometrium (implantasi), maka ovum akan terhubung dengan
badan induk dengan plasenta yang berhubung dengan tali
pusar pada bayi.

Definisi
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang
berlebih dari kelenjar, dan stroma disertai pembentukan
vaskularisasi dan infiltrasi limfosit pada endometrium.
Pertumbuhan ini dapat mengenai sebagian atau seluruh
lapisan endometrium.

Etiologi
Perdarahan uterus disfungsional sebagai
perdarahan endometrium abnormal yang
tidak disertai dengan suatu keadaan organik, namun faktor-faktor predisposisi untuk
tipe anovulasi meliputi :
1. Tahun-tahun perimenarke,
2. Tahun-tahun perimenopause
3. Penyakit kronis
4. Disfungsi tiroid dan adrenal
5. Hormon-hormon steroid eksogen
6. Obesitas
7. Malnutrisi
8. Patologi ovarium
9. Obat-obatan psikotropik
10.Neoplasia hipofise
11.Disfungsi Hipotalamus.

PATOFISIOLOGI
Persisten folikel
Yang tidak pecah
Tidak terjadi ovulasi
& pembentukan corpus luteum
Stimulasi estrogen Hiperplasia
yang berlebihan endometrium

Klasifikasi
1.Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari
perdarahan disfungsional dengan siklus pendek
(polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk
menegakkan diagnosis perdarahan ovulatoar, perlu
dilakukan kerokan pada masa mendekati haid,
sebagai etiologi :
1.Korpus luteum persistens; dalam hal ini dijumpai
perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium
membesar.

2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan


premenstrual spotting, menoragia atau polimenorea.
3. Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi
dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus
4.

Kelainan darah, seperti anemia, purpura


trombositopenik, dan gangguan dalam mekanisme
pembekuan darah.

1. Perdarahan anovulatoar

Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya


endometrium. Dengan menurunnya kadar estrogen di bawah
tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang
bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali.
Fluktuasi kadar estrogen ada sangkut-pautnya dengan
jumlah folikel yang pada suatu waktu fungsional aktif.
Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum
mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh folikel-folikel
baru.

Endometrium di bawah pengaruh estrogen tumbuh


terus, dan dari endometrium yang mula-mula
proliferatif dapat terjadi endometrium bersifat
hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada
sediaan yang diperoleh dengan kerokan, dapat
diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat
anovulatoar.

Diagnosis
Dari anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan bagaimana
mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh
oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau
tidak), lama perdarahan, dan sebagainya. Pada pemeriksaan umum perlu
diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk ke arah kemungkinan penyakit metabolik,
penyakit endokrin, penyakit menahun, dan lain-lain. Pada pemeriksaan
ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik, yang
menyebabkan perdarahan abnormal (Polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu).

Penatalaksanaan
Kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan
disfungsional sangat banyak; dalam hal ini penderita
harus istirahat baring dan diberi transfusi darah. Setelah
pemeriksaan
ginekologik
menunjukkan
bahwa
perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi
dengan hormon steroid. Dapat diberikan :
1.Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam
darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat
diberikan secara intramuskular dipropionsd estradiol
2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras
estradiol 20 mg. Keberatan terapi ini ialah bahwa
setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.

2.Progesterone: pertimbangan di sini ialah bahwa


sebagian besar perdarahan fungsional bersifat
anovulatoar, sehingga pemberian progesterone
mengimbangi pengaruh estrogen terhadap
endometrium. Dapat diberikan kaproashidroksiprogesteron 125 mg, secara intramuskular, atau
dapat diberikan per os sehari norethindrone 15
mg atau asetas medroksi-progestrone (Provera)
10 mg, yang dapat diulangi. Terapi ini bergunan
pada wanita dalam masa pubertas.
Pada wanita dalam masa pubertas, terapi yang paling
baik ialah dilatasi dan kerokan. Tindakan ini penting, baik
untuk terapi maupun untuk diagnosis

Sebagai tindakan yang terakhir pada wanita dengan


perdarahan disfungsional terus-menerus (walaupun
sudah dilakukan kerokan beberapa kali, dan yang
sudah mempunyai anak cukup) ialah histerektomi.

STATUS PASIEN
I. Anamnesis Pribadi
Nama : Ny. S
Umur

LAPORAN KASUS

: 50 tahun

Pendidikan : SMA
Pekerjaan

: IRT

Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jalan aek matio. Rantau prapat.
Nama Suami: Tn. HM
Usia : 54 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan

: Karyawan swasta

Tgl. Masuk : 24 Maret 2015 pukul 11.00 WIB


No. MR : 22.46.04

RPT
RPO

: HT (-), DM (-), Asma (-)


: (-)

Riw. Peny.keluarga : (-)


Riw. Haid
: Menarche 13 thn, siklus teratur,
lama 6-7 hari,vol. 2-3x ganti doek/hari, nyeri haid
(-), HT : 11-03-2015.

Riw. Perkawinan : suami ke 1, menikah 1x ,usia 19 tahun


Riw. Kontrasepsi : Riw. Persalinan

1.

Anak perempuan, aterm, Cara persalinan Spontan pervaginam,


ditolong bidan, umur sekarang 32 tahun, hidup

2.

Anak laki-laki , aterm, Cara persalinan Spontan pervaginam, ditolong


bidan, umur sekarang 29 tahun, hidup

3.

Anak laki-laki, aterm, Cara persalinan Spontan pervaginam, ditolong


bidan, umur sekarang 22 tahun, hidup

4.

lAnak laki-laki, aterm, Cara persalinan Spontan pervaginam, ditolong


bidan, umur sekarang 22 tahun, hidup

Riw.Operasi

: (-)

III.Pemeriksaan Fisik
Status Present :
Sens : CM anemis

: (-)

BB

: 78 kg

TD : 140/90 mmHg ikterik : (-)


HR : 88x/i sianosis : (-)
RR : 20x/i dispnu : (-)
T : 36,5 C oedema : (-)
Status Generalisata :
Kepala : Mata
(-)VT/H/M : dbn
Leher

: Konjungtiva palpebra inf. anemis

: KGB tidak teraba, TVJ normal

Thorax : Paru

: SP : Vesikuler, ST : (-)

Jantung: Bunyi Jantung normal, reguler


Abdomen : soepel, teraba massa padat,
permukaan rata, ukuran
sebesar
kepalan tangan orang
dewasa,
immobile, nyeri
tekan (-),
peristaltik
(+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

. Status Ginekologi :
Pemeriksaan Inspekulo :
Portio : tampak licin, erosi (-), darah (-), keputihan (-),
(-), massa (-)
Vagina : dinding vagina normal, tanda tanda
sekret (-), massa (-)

flour albus

peradangan (-),

Pemeriksaan Dalam (VT) :


Uterus

: uterus anteflexi lebih besar dari biasanya, teraba massa


sebesar kepalan tangan orang dewasa, terasa kenyal,
permukaan rata, immobile.

Parametrium
massa.
Adnexa

: parametrium kanan dan kiri lemas,

: adnexa kanan dan kiri tidak teraba massa.

Cavum douglas

: tidak menonjol

tidak teraba

. Pemeriksaan penunjang :
USG TVS Ginekologi oleh Supervisor :
Uterus sulit dinilai
Tampak massa hiperechoic dan hipoechoic bentuk kumparan dan
tidak terukur kaliper kesan berasal dari uterus.
E line sulit dinilai
Adnexa kanan dan kiri : sulit dinilai.
Cairan bebas : tidak dijumpai.

Laboratorium :
Haemoglobin : 9,8 gr/dl
Haematokrit : 32,1 %
Leukosit : 10.800/ mm
Trombosit : 303.000/mm
LFT

: SGOT : 17 IU/L
SGPT : 19 IU/L

RFT

: Ureum

: 25 mg/dl

Creatinin : 0.78 mg/dl


KGD sewaktu : 116 mg/dl
Urinalisa : dalam batas normal
EKG

: Sinus Ritme, normoaxis, 88 x/I, reguler

Foto Toraks

: Tidak tampak kelainan radiologis pada Cor dan Pulmo

VI. Diagnosa: Mioma Uteri


VII. Rencana Tindakan :
Observasi keadaan umum dan vital sign pasien
Lakukan tindakan operasi TAH-BSO pada tanggal 25-032015
Lapor supervisor dr. Muslich P, SpOG(K)
VIII. Laporan Operasi
Operator : dr. Muslich P, Sp.OG.
Tanggal 25-03-2015

1.Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infus dan


kateter terpasang baik
2.Dilakukan spinal anastesi, dilakukan tindakan
antiseptik dan aseptik kemudian abdomen ditutup
dengan duck steril kecuali lapangan operasi
3.Dilakukan insisi pfanenstel mulai dari kutis,
subkutis, fascia digunting ke kanan dan ke kiri, otot
dikuakkan secara tumpul, peritoneum dijept dengan
pinset anatomis dan di insisi kemudian dilebarkan ke
atas dan ke bawah, evaluasi cavum abdomen tampak
uterus lebih besar dari biasa

4.Kemudian diputuskan untuk dilakukan TAH BSO, ligamentum


rotundum dikleim dan digunting, kemudian diikat, identifikasi
ligamentum infundibulo pelvikum dikleim, diinsisi dan diikat.
5.Kedua arteri uterine dikleim dan diinsisi dengan elctrocauter
dan dijahit. Ligamentum sacrouterina dikleim dan diinsisi dengan
electrocauter kemudian diikat, evaluasi perdarahan.
6.Puncak vagina dijahit dengan Vicryl no. 1 dan evaluasi
perdarahan
7.Dilakukan pencucian pada cavum abdomen, kemudian cavum
abdomen ditutup lapis demi lapis.KU ibu post TAH + BSO stabil.

IX. Post Operasi


Intruksi Post Operasi :
Pemeriksaan Laboratorium post-operatif
IVFD RL 20 gtt/i
Injeksi Cefotaxime 1 gr/12 jam
Injeksi Ketorolac 1 amp/8 jam
Injeksi Metronisazol 500 mg/8 jam
Observasi tanda vital dan keluhan pasien

Anda mungkin juga menyukai