PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Varicella atau yang biasa kita kenal dengan cacar air atau chicken pox
adalah penyakit infeksi akut primer oleh Virus Varicella Zoster (VZV) yang
menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, disertai
kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Virus
Varisela Zoster memiliki amplop, berbentuk ikosahedral, DNA berantai
ganda, yang masih termasuk keluarga herpesvirus (Sondakh, Kandou dan
Kapantow, 2015).
Di Indonesia tidak banyak data yang mencatat kasus cacar air secara
nasional. Data yang tercatat merupakan data epidemic cacar air pada daerah
tertentu saja. Sesuai data yang dimiliki Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten,
jumlah penderita cacar air pada bulan september 2011 adalah 986 orang.
Jumlah ini terhitung terdapat banyak sekali kenaikan penderita cacar air,
karena data penderita penyakit ini pada bulan agustus 2011 hanya terdapat
171 orang (Warini. E dan Sunyoto. A, 2015).
Berdasarkan data dari poliklinik umum Ilmu Kesehatan Anak Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta (IKA-RSCM) pada tahun 2005 sampai
2010 tercatat 77 kasus varicella tanpa penyulit. Pada penelitian di RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2006 samapi Desember 2008
menunjukkan varicella pada anak menempati urutan pertama dengan jumlah
penderita 44 orang dan persentase 37,93% diantara penyakit-penyakit infeksi
virus lainnya. Usia 5-14 tahun merupakan kelompok usia terbanyak yang
menderita varicella, dan perempuan lebih banyak sebagai penderita daripada
laki-laki dengan perbandingan 1,75:1 pada tahun ini. Penelitian varisela pada
anak tahun 2009-2011 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou yang dilakukan oleh
Harahap J ditemukan 16 penderita (27,12%) varisela diantara 59 penderita
A. Definisi
dikatakan sebagai infeksi akut primer. Penderita dapat sembuh, atau penderita
sembuh dengan virus yang menjadi laten (tanpa manifestasi klinis) dalam
ganglia sensoris dorsalis, jika kemudian terjadi reaktivasi maka virus akan
menyebabkan penyakit Herpes zoster (Lubis.R.D, 2008).
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis varicella terdiri atas 2 stadium yaitu stadium
prodormal, dan stadium erupsi :
1. Stadium prodormal
Stadium Prodormal timbul 10-21 hari, setelah masa inkubasi selesai.
Individu akan merasakan demam yang tidak terlalu tinggi selama 1-3
hari, mengigil, nyeri kepala, anoreksia, dan malaise.
2. Stadium erupsi
Stadium erupsi 1-2 hari kemudian timbul ruam-ruam kulit dew
drops on rose petals tersebar pada wajah, leher, kulit kepala dan secara
cepat akan terdapat pada badan dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada
bagian badan yang tertutup, jarang pada telapak tangan dan telapak kaki.
Penyebarannya bersifat sentrifugal (dari pusat). Total lesi yang
ditemukan dapat mencapai 50-500 buah. Makula kemudian berubah
menjadi papulla, vesikel, pustula, dan krusta. Erupsi ini disertai rasa
gatal. Perubahan ini hanya berlangsung dalam 8-12 jam, sehingga
varisella secara khas dalam perjalanan penyakitnya didapatkan bentuk
papula, vesikel, dan krusta dalam waktu yang bersamaan, ini disebut
polimorf. Vesikel akan berada pada lapisan sel dibawah kulit dan
membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya
adalah lapisan yang lebih dalam Gambaran vesikel khas, bulat,
berdinding tipis, tidak umbilicated, menonjol dari permukaan kulit, dasar
eritematous, terlihat seperti tetesan air mata/embun tear drops. Cairan
dalam vesikel kecil mula-mula jernih, kemudian vesikel berubah menjadi
besar dan keruh akibat sebukan sel radang polimorfonuklear lalu menjadi
pustula. Kemudian terjadi absorpsi dari cairan dan lesi mulai mengering
dimulai dari bagian tengah dan akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan
lepas dalam 1-3 minggu tergantung pada dalamnya kelainan kulit.
dideteksi dan mencapai titer tertinggi pada minggu kedua atau ketiga. Setelah
itu titer IgG menurun perlahan, sedangkan IgM dan IgA menurun lebih cepat
dan tidak terdeteksi satu tahun setelah infeksi. Imunitas selular terhadap Virus
Varicella Zoster juga berkembang selama infeksi dan menetap selama
bertahun-tahun. Pada pasien imunokompeten imunitas humoral terhadap
Virus Varicella Zoster berfungsi protektif terhadap varicella, sehingga pajanan
ulang tidak menyebabkan infeksi (kekebalan seumur hidup). Imunitas selular
lebih penting daripada imunitas humoral untuk penyembuhan varicella. Pada
pasien imunokompromais, oleh karena imunitas humoral dan selularnya
terganggu, pajanan ulang dapat menyebabkan rekurensi dan varicella menjadi
lebih berat dan berlangsung lebih lama (Siti Aisyah B dan Erdina HD, 2003).
E. Pathway
F. Komplikasi
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Tzanksmear
Prevarat diambil dari scraping dasar vesikel yang masih baru
yang kemudian diwarnai menggunakan hematoxilyn eosin, giemsas,
wrights,
toluidine
blue,
ataupun
papanicolaous
dengan
H. Penatalaksanaan
1. Obat antivirus
Beberapa analog
nukleosida
seperti
acyclovir,
famciclovir,
Enzim-enzim
selular
kemudian
mengubah
acyclovir
40
kg
10
11
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
b. Status kesehatan masa lalu
c. Riwayat penyakit keluarga
3. Pola kebutuhan manusia
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminasi
c. Pola istirahat dan tidur
d. Pola kebersihan diri
e. Pola aktivitas
f. Status imunitas
g. Riwayat alergi
h. Riwayat vaksinasi
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Tingkat kesadaran
c. Tanda-tanda vital
d. Kaji nyeri
e. Kaji kulit
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Varicella
13
14
D. Asuhan Keperawatan
No
1.
Diagnosa
Kerusakan integritas kulit
Definisi : Perubahan pada
epidermis dan dermis
Batasan karakteristik:
a. Gangguan pada bagian
tubuh
b. Kerusakan lapisa kulit
(dermis)
c. Gangguan permukaan
kulit (epidermis)
Faktor yang berhubungan :
Eksternal :
a. Hipertermia atau
hipotermia
b. Substansi kimia
c. Kelembaban udara
d. Faktor mekanik
Tujuan
Intervensi
Rasional
tekanan, restraint)
Immobilitas fisik
Radiasi
Usia yang ekstrim
Kelembaban kulit
Obat-obatan
Internal :
a. Perubahan status
metabolik
b. Tulang menonjol
c. Defisit imunologi
Faktor yang berhubungan
dengan perkembangan
a. Perubahan sensasi
b. Perubahan status nutrisi
c.
d.
e.
f.
(obesitas, kekurusan)
Perubahan status cairan
Perubahan pigmentasi
Perubahan sirkulasi
Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Varicella atau yang biasa kita kenal dengan cacar air atau chicken pox
adalah penyakit infeksi akut primer oleh Virus Varicella Zoster (VZV) yang
menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, disertai
kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Virus
Varisela Zoster memiliki amplop, berbentuk ikosahedral, DNA berantai
ganda, yang masih termasuk keluarga herpesvirus (Sondakh, Kandou dan
Kapantow, 2015).
Vaksinasi merupakan cara pencegahan paling efektif yakni menggunakan
vaksin varicella virus (oka strain) dan kekebalan yang didapat dapat bertahan
selama 10 tahun. Daya proteksi melawan varicella berkisar antara 71-100%.
Vaksin efektif diberikan pada umur lebih dari satu tahun, direkomendasikan
pemberian vaksin pada umur 12-18 bulan. Anak yang berusia lebih dari 13
tahun yang tidak menderita varicella direkomendasikan diberikan dosis
tunggal dan anak yang lebih tua diberikan dalam dua dosis dengan jarak
pemberian 4-8 minggu. Pemberian secara subcutan. Efek samping yang dapat
ditimbulkan adalah demam atau reaksi lokal seperti ruam makulopapular atau
vesikel, terjadi pada 3-5% anak anak dan timbul 10-21 hari setelah pemberian
pada lokasi penyuntikan. Kontraindikasi: tidak boleh diberikan pada wanita
hamil karena dapat menyebabkan varicella kongenital (Lubis.R.D, 2008).
B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan tentunya sangat penting mempelajari
proses perjalanan suatu penyakit dan khususnya pada system integumen.
Penulis berharap pembaca tidak puas dengan adanya makalah ini sehingga
pembaca dapat mencari referensi dari sumber-sumber yang lainnya.