Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP (SCOPE)

PEMERIKSAAN

Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya
kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan
publik, hal tersebut menimbulkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan
opini tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan
pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat
yang diberikannya.
Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atas
pengendalian intern perusahaan auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak
berjalan efektif, maka auditor harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu
melakukan substantive test. Sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian
intern berjalan efektif, maka scope pemeriksaan pada waktu melakukan substantive test bisa
dipersempit.

PENENTUAN RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS

I.

PENENTUAN RISIKO
Penentuan risiko (Risk Assesment) merupakan hal penting bagi managemen dan

auditor. Penentuan risiko adalah identifikasi dan analisis risiko-risiko yang relevan untuk
mencapai tujuan entitas, yang membentuk suatu dasar untuk menentukan cara pengelolaan
risiko. Penentuan risiko merupakan tanggung jawab integral dan terus menerus dari
managemen. Tujuan penentuan risiko adalah untuk membuat karyawan sadar akan beragam
risiko yang ada serta prioritas, dan keterbatasan risiko tersebut.
Penentuan risiko di manfaatkan managemen sebagai bagian dari proses untuk
memastikan kesuksesan perusahaan, juga sebagai alat yang penting dalam merancang sistemsistem baru yang dibuat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapka. Sedangkan akuntan
publik menggunakan penentuan risikodalam merencanakan audit mereka. Dalam rencana
audit, auditor harus memasukkan pertimbangan tentang risiko dan eksposur organisasi.
Pihak-pihak yang memanfaatkan penentuan risiko:

Managemen
Sebagai bagian dariproses

Eksternal Auditor
SAS No. 55 ( AICPA)

untuk memastikan

Internal Auditor
IIA (Institute of internal

Tanggungjawab akuntan

audit) SIAS No. 9 th

kesuksesan suatu entitas.


Sebagai alat yang penting

untuk mendapatkan

1991 tentang penentuan

pemahaman atas sistem

dalam merancang sistem-

pengendalian.
Akuntan Publik juga

risiko.
Departemen audit

sistem baru baik manual

internal akan menjadi

maupun terkomputerisasi

melakukan penentuan

pemain utama dalam

yang dibuat untuk

risiko dalam

penetuan risiko yang

memenuhi tujuan yang

merencanakan audit.

mengarahkan laporan

telah ditetapkan.

tahunan managemen
untuk mengemukakan
kondisi sistem kontrol.

Audit Berbasis Risiko

Audit berbasis risiko (risk-based auditing) secara tradisional bermula dari observasi dan
analisis kontrol, kemudian berlanjut ke penentuan risiko yang berkaitan dengan operasi, dan
akhirnya kepenentuan apakah aktivitas ini sesuai dengan tujuan organisasi.
Konsep managemen risiko telah semakin diterima karena risiko tidak dapat dihindarkan
di semua jenis operasi dan adanya kebutuhan untuk mengakomodasikannya melalui berbagai
pilihan aktivitas.
Risiko audit dan komponennya pada audit laporan keuangan:
1. Audit Risk (AR) adalah risiko bahwa auditor mungkin secara tidak sengaja gagal
memodifikasi dengan layak pendapatnya atas laporan keuangan yang salah saji
secara material.
2. Inherent Risk (IR) adalah kerentanan suatu asersi atas terjadinya salah saji yang
material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada kebijakan atau prosedur struktur
kontrol internal terkait yangditetapkan.
3. Control Risk (CR) adalah risiko bahwa salah saji yang material bisa terjadi pada
suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
struktur,kebijakan, atau prosedur kontrol internal suatu entitas.
4. Detection risk (DR) adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat padasuatu asersi. Risiko deteksi dapat terjadi karena seorang
auditor memutuskan tidak memeriksa 100% saldo/transaksi.
II.

MATERIALITAS
Materialitas merupakan pertimbangan utana dalam menentukan laporan audit yang tepat

untuk diterbitkan. FASB mendefinisikan materialitas yaitu besarnya nilai yang dihilangkan
atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapt
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.
Oleh karena auditor bertanggung jawab menentukan apakah terdapat salah saji
informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan
terhadap informasi tersebut, karena adnaya penghilangan atau salah saji tersebut. Jika klien
menolak untuk mengoreksi salah saji tersebut, maka auditor harus menerbitkan opini wajar
dengan pengecualian atau tidak wajar, bergantung pada seberapa signifikan salah saji

tersebut. Untuk menentukan hal tersebut, auditor sangat bergantung pada pengetahuan yang
mendalam atas penerapan materialitas.
Langkah-langkah penerapan materialitas:
1. Menetapkan pertimbangan materialitas awal
PSA 25 (SA 312) menharuskan auditor untuk memutuskan jumlah gabungan salah saji
dalam laporan yang akan mereka anggap material di awal pengauditan bersamaan dengan
ketika mereka mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Dinamakan
pertimbangan materialitas awal, karena meskipun merupakan opini professional,
penilaian tersebut dapat berubah selama kontrak kerja. Penilaian tersebut harus
didokumentasikan dalam arsip audit.
Pertimbangan materialitas awal merupakan jumlah maksimal dimana auditor yakin
terdapat salah saji dalam laporan keuangan namun tidak memengaruhi keputusankeputusan para pengguna yang rasional. (secara konsep, ini adalah jumlah yang Rp 1
lebih kecil dari pada materialitas yang didefinisikan oleh FASB. Untuk kemudahan, kita
mendefinisikan hal tersebut sebagai materialitas awal). Penilaian ini merupakan salah satu
keputusan yang paling penting yang harus diambil oleh audior, dan sangat membutuhkan
pemahaman

dan

pertimbangan

professional

yang

tinggi. Auditor

menetapkan

pertimbangan materialitas awal untuk membantunya merencanakan pengumpulan buktibukti audit yang tepat.
Selama melakukan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan awal yang
diistilahkan sebagai penilaian materialitas yang direvisi
Beberapa faktor yang memengaruhi auditor dalam melakukan pertimbangan materialitas
awal dalam laporan keuangan. Hal-hal yang snagat penting untuk diperhatikan dalam
konsep materialitas adalah sebagai berikut :
a) Materialitas Merupakan Konsep Relative, Bukan Absolute
Sebuah salah saji dengan besaran tertentu dapat menjadi material bagi suatu
perusahaan kecil , sebaiknya dengan jumlah salah saji yang sama dapat menjadi tidak
material bagi perusahaan yang besar. Sehingga tidak mungkin untuk menetukan acuan
nilai nominal untuk pertimbangan materialitas awal yang dapat diterapkan untuk
semua klien audit.
b) Dibutuhkan Dasar untuk Mengevaluasi Materialitas
Karena materialitas adalah konsep yang relative, sehingga sangat penting untuk
memiliki dasar dalam menentukan apakah suatu jumlah tertentu material atau
tidak.laba bersih sebelum pajak biasanya dijadikan sebagai dasar dalam menentukan
materialitas bagi perusahaan yang berorientasi laba karena dianggap sebagai unsur

yang sangat penting bagi para penggunanya. Beberapa perusahaan menggunakan


dasar utama yang berbeda, karena laba bersih sering kali naik turun secara signifikan
dari tahun ketahun, sehingga tidak dapat memberikas dasar secra stabil, atau ketika
entitasnya adalah suatu perusahaan nirlaba. Sering kali dasar utama yang digunakan
adalah penjualan bersih, laba kotor, dan total asset atau asset bersih. Setelah
menetapkan dasar utama, auditorjuga harus memutuskan apakah salah saji tersebut
secara signifikan berpengaruh pada kewajaran dasar lainnyaseperti asset lancar, total
asset liabilitas lancar dan ekuitas pemilik. PSA 25 (SA 312) mengharuskan auditor
untuk mendokumentasikan dasar yang digunakan dalam melakukan pertimbangan
materialitas awal kedalam prinsip audit.
c) Faktor-Faktor Kualitatif Juga Memengaruhi Materialitas.
2. Mengalokasikan pertimbangan materialitas awal kesetiap bagian (salah saji yang dapat
diterima)
Pengalokasian pertimbangan materialitas awal kesetiap bagian merupakan hal yang
penting untuk dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti audit per bagian
dibandingkan

dengan

laporan

keuangan

secara

keseluruhan.

Ketika

auditor

mengalokasikan pertimbangan materialitas awal pada saldo-saldo akun, materialitas yang


dialokasikan setiapsaldo akun yang dimaksud dalam PSA 25 (SA 312) sebagai salah saji
yang dapat diterima.
3. Memperkirakan salah saji dan membandingkan dengan penilaian awal
Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk satu dari dua jenis ini, yaitu salah saji yang
diketahui salah saji yang mungkin. Salah saji yang diketahui adalah salah saji dimana
auditor dapat menetukan jumlah salah saji dalam akun tersebut. Salah saji yang mungkin
terdapat dua jenis, pertama yaitu salah saji yang muncul karena adanya perbedaan antara
penilaian manajemen dan penilaian auditor mengenai estimasi saldo akun. Yang kedua
adalah proyeksi salah saji bedasarkan pengujian auditor atas sampel yang diambil dari
populasi.
4. Mengerstimasikan salah saji gabungan.
5. Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan materialitas dalam penilaian awal
atau penilaian yang direvisi.
Materialitas pada tingkat Laporan Keuangan

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas yaitu:


1. auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, dengan membuat
estimasi materialitas karena terdapat hubungan terbalik antara jumlah dalam laporan
keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang
diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan.
2. pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
Contoh panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :
-Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah
saji 5 % sampai 10 % dari laba sebelum pajak.
-Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah
saji % sampai 1 % dari total aktiva.
-Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah
saji 1 % dari total pasiva.
Materialitas pada Tingkat Saldo akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat
dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada
tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
Alokasi Materialitas laporan Keuangan ke Akun
Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi
akun tersebut.
Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit dan Bukti Audit
Terdapat hubungan berlawanan antara materialitas dan bukti audit. Jika materialitas
rendah, jumlah salah saji yang kecil saja dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi
keuangan. Auditor perlu mengumpulkan bukti audit kompeten dalam jumlah banyak.
Sebaliknya jika materialitas tinggi, jumlah salah saji besar beru dapat mempengaruhi
keputusan pemakai informasi keuangan, auditor hanya perlu mengumpulkan bukti audit
kompeten dalam jumlah sedikit. Demikian pula hubungan antara risiko audit dengan bukti
audit. Semakin rendah risiko audit,

auditor bersedia menanggung risiko audit rendah

sehingga tingkat kepastian yang diinginkan oleh auditor adalah tinggi, auditor perlu
mengumpulkan bukti audit kompeten dalam jumlah banyak. Sebaliknya, semakin tinggi

risiko audit, auditor bersedi menanggung risiko audit tinggi sehinggan tingkat kepastian yang
diinginkan auditor adalah rendah, auditor perlu mengumpulkan bukti audit kompeten
dalamjumlah kecil saja.
Berbagai kemungkinan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit adalah sebagai
berikut:
a) Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b) Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
c) Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor menempuh salah satu
diantara dari tiga cara berikut ini:
- Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang
dikumpulkan.
- Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas
tetap dipertahankan.
- Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara
bersama-sama.

REFERENSI
https://yuvinella.wordpress.com/2012/10/21/materialitas-risiko-dan-strategi-audit-awal/
http://master-exselen.blogspot.co.id/2012/11/risiko-audit.html
http://akuntansi4u.blogspot.co.id/2009/07/materialitas-risiko-dan-strategi-audit.html

https://akuntansibubung.wordpress.com/2012/10/25/materialitas-dan-risiko/
https://www.scribd.com/doc/138196775/Penentuan-Risiko-Internal-Audit

HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG


LINGKUP (SCOPE) PEMERIKSAAN
SERTA
PENENTUAN RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS

Disusun Oleh:

NAMA : NURUL HILAL


NIM

: 1401103030041

PPAk
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2015

Anda mungkin juga menyukai