DIABETTES MELITUS
Oleh
Rima Marliana
NIM 13SP277047
A. Pengertian
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI).
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang
normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin
untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
B.
a.
b.
c.
Klasifikasi
Diabetes Mellitus
Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami obesitas , dan
DMTTI dengan obesitas)
d. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
e. Diabetes Kehamilan (GDM)
C. Etiologi
1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
d. Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel pancreas.
D. Patofisiologi
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada
pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis
dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut
makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati.
Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar dibanding pintu
masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus
berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan
suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki
yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya
trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus.
Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai
permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal
F. MANIFESTASI KLINIS
Diabetes Tipe I
Hiperglikemia berpuasa
Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
Keletihan dan kelemahan
Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau buah, ada
perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
G. DATA PENUNJANG
1) Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2 jam
setelah pemberian glukosa.
2) Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3) Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5) Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan
semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6) Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7) Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi merupakan
respon terhadap stress atau infeksi.
8) Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9) Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II)
10) Urine: gula dan aseton positif
11) Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi luka.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan sebagai akut dan
kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah
a. HIPOGLIKEMIA/ KOMA HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang normal 60-100 mg%
yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah
koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus
dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma
hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula disebabkan oleh
karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila kadar gula darah dibawah
50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.
Penatalaksanaan kegawat daruratan:
1. Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40% dan biasanya kembali sadar
pada pasien dengan tipe 1.
2. Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam waktu 3-5 menit dan nilai
status pasien dilanjutkan dengan D5 W atau D10 W bergantung pada tingkat hipoglikemia
3. Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-acting insulin dan pemberian
diabetic oral maka diperlukan infuse yang berkelanjutan.
4. Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan glikoneogenesis yang terjadi pada penyakit
hati, ginjal, dan jantung maka harus diatasi factor penyebab kegagalan ketiga organ ini.
Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan 2 jam pertama 1 - 2 liter NaCl 0,2 %. Sesudah
inisial ini diberikan 6 8 liter per 12 jam. Untuk mengatasi hipokalemi dapat diberikan kalium.
Insulin lebih sensitive dibandingkan ketoasidosis diabetic dan harus dicegah kemungkinan
hipoglikemi. Oleh karena itu, harus dimonitoring dengan hati hati yang diberikan adalah insulin
regular, tidak ada standar tertentu, hanya dapat diberikan 1 5 unit per jam dan bergantung pada
reaksi. Pengobatan tidak hanya dengan insulin saja akan tetapi diberikan infuse untuk
menyeimbangkan pemberian cairan dari ekstraseluler keintraseluler.
2. Komplikasi kronik
1. Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
2. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vaskular
perifer dan vaskular serebral.
3. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan ginjal
(nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik
komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
4. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang
masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
5. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
6. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik
I. Penatalaksanaan
1. Medis
Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes
Mellitus meliputi:
a. Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
Penghambat glukoneogenesis
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
Ketoasidosis diabetic
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.
2. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain
dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus
dengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan
kalium permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat
ortopedi yang secara mekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka
amputasi
mungkin
diperlukan
untuk
kasus
DM.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada
Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah,
sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang
ditempat yang sama menyebabkan bakteri masuk pada tempat luka
7. Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan pengobatan atau
pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:
a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
b. Derajat I V : pengelolaan medik dan bedah minor.
ASUHAN KEPERAWATAN
Data pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus bergantung pada berat dan
lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh fungsi pada organ, data yang perlu dikaji
meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot
Tanda : Penurunan kekuatan otot, latergi, disorientasi, koma
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, IM akut
Tanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekung
Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan abdomen
Tanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya asites.
Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, penurunan BB, haus
Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi abdomen
Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejang
Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi
Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum
Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasn
Seksualitas
Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, strok, Hipertensi
1. Diagnosis keperawatan
Diagnosa yang dapat diangkat dari klien dengan diabetes mellitus disertai gangren pedis adalah:
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke
daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Risiko penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
6. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
8. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
9. Intoleransi aktifitas behubungan dengan adanya kelelahan
2. Rencana tindakan keperawatan
NO
1.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
(NOC)
Tujuan:
Gangguan
perfusi
Mempertahankan
berhubungan
sirkulasi perifer
dengan
melemahnya/me tetap normal.
nurunnya aliran
darah ke daerah
Kriteria hasil:
gangren akibat
adanya
1 Denyut nadi
obstruksi
perifer teraba
pembuluh
kuat dan reguler
darah.
2 Wara kulit sekitar
luka tidak pucat
3 Kulit sekitar luka
teraba hangat
4 Oedem tidak
terjadi dan luka
tidak bertambah
parah
5 Sensorik dan
motorik
membaik
Intervensi (NIC)
1. Ajarkan pasien
untuk melakukan
mobilisasi
Rasional
1. dengan
mobilisasi
meningkatkan
sirkulasi darah.
2. Ajarkan tentang
faktor-faktor yang 2. meningkatkan
melancarkan
dapat
aliran darah balik
meningkatkan
sehingga tidak
aliran darah :
terjadi oedema.
hindari
penyilangkan kaki,
hindari balutan
ketat, hindari
penggunaan bantal,
di belakang lutut
dan sebagainya
3. Ajarkan tentang 1. kolestrol tinggi
modifikasi faktordapat
faktor resiko
mempercepat
berupa : Hindari
terjadinya
diet tinggi
arterosklerosis.
kolestrol, teknik
4. pemberian
relaksasi.
vasodilator akan
4. kolaborasi
meningkatkan
dengan tim
dilatasi pembuluh
kesehatan lain
darah sehingga
dalam pemberian
perfusi jaringan
vasodilator,
pemeriksaan gula
darah secara rutin
dan terapi oksigen
( HBO ).
2.
Ganguan
integritas
jaringan
berhubungan
dengan adanya
gangrene pada
ekstrimitas.
Tujuan :
Tercapainya
proses
penyembuhan
luka.
Kriteria hasil :
1.Berkurangnya
oedema sekitar
luka.
2. Pus dan
jaringan
berkurang
3. Adanya
jaringan
granulasi.
4. Bau busuk luka
berkurang.
dapat diperbaiki,
sedangkan
pemeriksaan gula
darah secara rutin
dapat mengetahui
perkembangan
dan keadaan
pasien, HBO
untuk
memperbaiki
oksigenasi daerah
ulkus/gangren.
1.Pengkajian yang
tepat terhadap
luka dan proses
penyembuhan
akan membantu
dalam
menentukan
tindakan
selanjutnya
2.Merawat luka
2. Rawat luka
dengan teknik
dengan baik dan
aseptik, dapat
benar :
menjaga
Membersihkan
kontaminasi
luka secara
luka dan larutan
abseptik
yang iritatif
menggunakan
akan merusak
larutan yang tidak
jaringan
iritatif
granulasi yang
timbul
3.insulin akan
menurunkan
3. Kolaborasi
kadar gula
dengan dokter
darah,
untuk pemberian
pemeriksaan
insulin,
kultur pus untuk
pemeriksaan
mengetahui
kultur pus
jenis kuman dan
pemeriksaan gula
anti biotic yang
darah pemberian
tepat untuk
anti biotik.
pengobatan,
pemeriksaan
kadar gula
darah untuk
mengetahui
perkembangan
penyakit
3.
Ganguan rasa
Tujuan : rasa 1.Kaji tingkat,
nyaman ( nyeri ) nyeri
frekuensi, dan
berhubungan
reaksi nyeri
hilang/berkurang
dengan iskemik
yang dialami
jaringan.
pasien.
Kriteria hasil : 2. Jelaskan pada
1.
2.
3.
4.
1.untuk mengetahui
berapa berat
nyeri yang
dialami pasien.
2.pemahaman
pasien tentang
pasien tentang
penyebab nyeri
Penderita secara
sebab-sebab
yang terjadi
verbal
timbulnya nyeri.
akan
mengurangi
mengatakan
ketegangan
nyeri berkurang
pasien dan
atau hilang.
memudahkan
Penderita dapat
pasien untuk
diajak
melakukan
bekerjasama
metode
atau
dalam
tindakan untuk
melakukan
mengatasi nyeri.
tindakan.
Ekspresi
wajah
3.Rangasang yang
3.Ciptakan
berlebihan dari
klien rileks.
lingkungan
lingkungan
Tidak
ada
yang tenang.
akan
keringat dingin,
memperberat
tanda
vital
rasa nyeri.
4.Teknik
distraksi
dalam
batas
dan relaksasi
normal.(S : 36
dapat
37,5 0C, N: 60
mengurangi
4.Ajarkan teknik
rasa nyeri yang
80 x /menit, T
distraksi dan
dirasakan
relaksasi.
: 120/80mmHg,
pasien.
RR : 18 20
5.Massage dapat
meningkatkan
x /menit ).
5.Lakukan massage
vaskulerisasi
saat rawat luka.
dan pengeluaran
pus.
6.Obat-obat
analgesik dapat
6.Obat-obat
membantu
analgesik dapat
mengurangi
membantu
mengurangi
nyeri pasien.
4.
Keterbatasan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan rasa
nyeri pada luka
di kaki.
1.
2.
3.
4.
5.
Risiko
penyebaran
infeksi (sepsis)
berhubungan
dengan tinggi
kadar gula
darah.
nyeri pasien
1.Untuk
mengetahui
derajat kekuatan
otot-otot kaki
pasien
2.Pasien mengerti
pentingnya
aktivitas
sehingga dapat
kooperatif
dalam tindakan
keperawatan.
3.Untuk melatih
otot otot kaki
sehingg
berfungsi
dengan baik.
1.Pengkajian yang
tepat tentang
tanda-tanda
penyebaran
infeksi dapat
membantu
menentukan
tindakan
Kriteria Hasil :
1. Tanda-tanda
4.Agar kebutuhan
pasien tetap
dapat terpenuhi.
5.Analgesik dapat
membantu
mengurangi
rasa nyeri,
fisioterapi untuk
melatih pasien
melakukan
aktivitas secara
bertahap dan
benar.
infeksi
tidak
selanjutnya.
2.Kebersihan diri
ada.
2.Anjurkan kepada
yang baik
2. Tanda-tanda
pasien dan
merupakan
vital
dalam
keluarga untuk
salah satu cara
selalu
menjaga
batas normal
untuk mencegah
kebersihan diri
infeksi kuman
(
S:
36
selama
3.Untuk mencegah
-37,50C ).
perawatan.
kontaminasi
3. Keadaan luka 3.Lakukan
luka dan
perawatan
luka
baik dan kadar
penyebaran
secara
aseptik.
infeksi.
gula
darah
4.Diet yang tepat,
normal.
4.Anjurkan pada
latihan fisik
pasien agar
yang cukup
menaati diet,
dapat
latihan fisik,
meningkatkan
pengobatan
daya tahan
yang ditetapkan.
tubuh,
pengobatan
yang tepat,
mempercepat
penyembuhan
sehingga
memperkecil
kemungkinan
terjadi
5.Kolaborasi
penyebaran
dengan dokter
infeksi.
untuk
5.Antibiotika dapat
pemberian
menbunuh
antibiotika dan
kuman,
insulin.
pemberian
insulin akan
menurunkan
kadar gula
dalam darah
sehingga proses
penyembuhan
akan lebih
cepat.
Daftar pustaka
1. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
2. Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
3. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
4. Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura dan
5.
6.
7.
8.
9.