Disusun Oleh
Nama
22413302
Daftar Isi
Daftar Isi.................................................................................................................................................. 2
I.
II.
III.
Multipel............................................................................................................................................. 11
Slant Stack - Radon Transform ....................................................................................................... 12
SRME ................................................................................................................................................. 13
Filtering ............................................................................................................................................. 14
Velocity Analysis ................................................................................................................................ 15
Analisa t2-x2 .................................................................................................................................. 15
CVP (Constant Velocity Panels) ...................................................................................................... 16
CVS (Constant Velocity Stacks) ....................................................................................................... 16
Analisa Spektra .............................................................................................................................. 17
Migrasi .............................................................................................................................................. 17
Migrasi Kirchhoff ........................................................................................................................... 18
PSTM (Pre Stack Time Migration)....................................................................................................... 19
Pre Stack Depth Migration (PSDM) .................................................................................................... 21
CRS (Common reflection Surface) ...................................................................................................... 24
IV.
Seismik darat
Dalam survei seismik darat kegiatan rutin meliputi :
1.
pengukuran topografi,
untuk menentukan koordinat (x, y) serta ketinggian (z) dari lintasan seismik, yang
meliputi posisi titik tembak dan titik pusat grup geopon, serta posisi potongan antar lintasan
seismik di daerah survei
2.
pengeboran lobang tembak dan pemasangan bahan peledak
untuk membuat lubang dengan kedalaman tertentu untuk menempatkan bahan
peledak sebagai sumber energi seismik
3.
perekaman (recording)
untuk mendeteksi sinyal pantul dari lapisan-lapisan batuan bawah permukaan
Pengukuran topografi
1.
Pengamatan matahari (sun shot) untuk mendapatkan harga deklinasi teodolit atau
koreksi magnetik.
2.
Menyiapkan lintasan untuk mendapatkan azimuth dari peta program dan kemudian
menyiapkan pembukaan lintasan menggunakan instrumen yang telah dikoreksi.
3.
Mencari titik referensi yang koordinat dan elevasinya telah diketahui sebelumnya,
seperti Triangulasi dan Bench Mark (BM). Titik lokasi seperti ini biasanya digunakan sebagai
acuan untuk memulai pekerjaan topografi untuk menentukan koordinat dan elevasi lintasan
seismik.
Perekaman
Perekaman dimaksudkan untuk mendeteksi sinyal pantul dari lapisan-lapisan batuan
bawah permukaan. Agar data dapat diproses lebih lanjut, maka data direkam secara digital.
Proses perekaman digital dilakukan dengan merubah gelombang seismik yang merupakan
fungsi kontinu menjadi suatu fungsi yang diskrit. perekaman digital amplitudo gelombang
diambil dan diukur pada interval waktu secara teratur, kemudian harganya diubah dalam
bentuk bilangan binari, yaitu sistim bilangan dengan bilangan dasar 2 dan bilangan penunjuk 0
dan 1 yang biasa disebut dengan bit atau binary digit.
Sumber energi seismik Darat :
1.
Dinamit (primacord)
2.
Dinoseis
3.
VibrosisBenda jatuh (Weigh Dropping)
4.
Mini Sosie
Sensor geophone
Gelombang datang maka permukaan bumi ikut bergerak, yang menyebabkan gerakan
kumparan kawat (coil) di dalam medan magnit, yang sehingga menghasilkan tenaga listrik
dalam kumparan yang proporsional dengan kecepatan kumparan terhadap magnet
Ada dua jenis design dari geophone :
1.
Magnet pada posisi terikat pada kerangka geopon dan kumparan digantung pada per
sekitar massa inersial. Model geopon semacam ini disebut sebagai moving coil geophones.
2.
Kumparan pada posisi terikat dengan kerangka geopon, dan magnet digantung pada
per.
Seismik laut
Sumber energy Seismik Laut
Air gun : gelembung udara bertekanan tinggi yang dilepaskan kedalam air. Menghasilkan 10-15
MPa, dalam 1-4 ms. Pulsa primer diikuti oleh surface ghost dan deretan pulsa gelembung.
II.
Survei Seismik 3d
Fitur geologi pada eksplorasi hidrokarbon di bawah permukaan berbentuk tiga dimensi,
seperti: diaper garam, sesar overthrust dan jalur lipatan. Seismik 2D pada umumnya
mengasumsikan sinyal berasal dari bidang sebuah profil yang diamati padahal seringkali sinyal
berasal dari luar bidang. Sehingga sinyal dari luar bidang tersebut menyebabkan adanya mistie
pada proses migrasi 2-D. oleh karena itu diperlukan survey 3D yang memberikan gambaran
bawah permukaan yang lebih baik dari 2D. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
Box : adalah suatu area tertutup yang dibatasi oleh dua garis sumber yang berdekatan dan dua
garis receiver yang berdekatan
CMP bin / Bin : adalah area kecil berbentuk kotak yang biasanya memiliki dimensi (SI/2) x (RI/2).
Semua mid point yang ada di area ini diasumsikan berasal dari common midpoint yang sama.
Cross-line Direction : arah yang tegak lurus dengan garis receiver
In-line Direction : arah yang sejajar dengan garis receiver
Patch : adalah semua stasiun receiver yang merekam data dari titik sumber tertentu dalam
survey 3 D
Fold : adalah jumlah tras yang ada di balam satu bin Untuk memastikan target area tertutup
seutuhny setelah proses migrasi, data harus diambil dari area yang lebih luas dari area target.
3D processing
Pemrosesan data pada seismik 3d mirip dengan pemrosesan pada seismik 2-D. Koreksi
Dip Moveout dalam 3-D diperlukan untuk menghilangkan gangguan pada titik refleksi. Setelah
koreksi DMO dan di stack, data di migrasi pada bidang refleksi yang sesungguhnya.
Secara umum, pemrosesan bertujuan untuk meningkatan rasio sinyal terhadap noise
dan mengisolasi sinyal yang diinginkan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi bawah
permukaan. Berikut adalah sekuen dari pengolahan data seismik.
III.
Berikut ini adalah beberapa topik yang berkaitan dengan proses pengolahan data seismik.
Multipel
Multiple adalah pengulangan refleksi akibat terperangkapnya gelombang seismik
dalam air laut atau terperangkap dalam lapisan batuan lunak. Terdapat beberapa macam
multiple: (a) water-bottom multiple, (b) peg-leg multiple dan (c) intra-bed multiple. Perhatikan
model di bawah ini:
Radon Transform sangat efektif untuk menghilangkan multiple terutama multiple dari dasar
laut atau lapisan di bawah dasar laut.
SRME
SRME (Surface Related Multiple Elimination) adalah metoda untuk menghilangkan
energi multiple yang dihasilkan oleh batas air-udara. Multiple yang dihasilkan oleh batas
airudara ini kadang-kadang sangat sulit dihilangkan dengan menggunakan metoda demultipel
konvensional seperti Radon atau pun Tau-P (Geotrace). Walaupun metoda SMRE sudah
diperkenalkan oleh Verschuur dan Berkhout sejak tahun 1997, namun metoda ini baru populer
di industri migas sejak tahun 2003-an.
Metoda SRME memiliki tiga tahap utama: pertama, menghilangkan noise non fisis,
regulasisasi data sehingga diperoleh grid sumber-penerima yang konstan, interpolasi near dan
intermediate offset yang hilang, menghilangkan gelombang langsung dan gelombang
permukaan. Kedua: prediksi multiple, prediksi ini didasarkan pada observasi bahwa multiple
yang terkait dengan permukaan dapat diprediksi melalui konvolusi temporal dan spasial dari
data itu sendiri (Berkhout, 1982). Ketiga: data input dikurangi dengan multiple yang terprediksi
pada tahap dua (Long et al., 2005). Tahapan-tahapan metoda SRME dapat dilihat pada gambar
dibawah ini (gambar courtesy:Long et al., 2005):
Pengkondisian Data:
- Data harus bersih dari noise, gelombang langsung di hilangkan
- Memiliki geometry 2D yang exact, tanpa gap di near offset dan tidak ada missing di shot atau
receiver
- Perlu dilakukan regularisasi offset atau ekstrapolasi trace untuk mengisi trace yang
tidak terekam
Asumsi dan batasan yang digunakan dalam prediksi SRME adalah :
- interval shot point = interval receiver
- Data direkam dari zero offset hinga max. offset
- Feather angle = 0
- Pengkondisian data menjadi syarat wajib
- Wavelet akusisi adalah stabil
Filtering
Adalah upaya untuk 'menyaring' frekuensi yang dikehendaki dari gelombang seismik dan
'membuang' yang tidak dikehendaki. Terdapat beberapa macam filtering: band pass, low pass
(high cut) dan high pass (low cut).
Didalam pengolahan data seismik band pass filter lebih umum digunakan karena
biasanya gelombang seismik terkontaminasi noise frekuensi rendah (seperti ground roll) dan
noise frekuensi tinggi (ambient noise). Gambar diatas menunjukkan ketiga jenis filtering, baik
dalam kawasan waktu (time domain) maupun frekuensi domain (frequency domain). Tanda A,
B, C, D pada band pass filter merupakan frekuensi sudut (corner frequency). Secara matematis,
operasi filtering merupakan konvolusi dalam kawasan waktu antara gelombang 'mentah'
dengan fungsi filter diatas dan perkalian dalam kawasan frekuensi.
Velocity Analysis
Velocity Analysis (analisa kecepatan) adalah upaya untuk memprediksi kecepatan
gelombang seismik sampai kedalaman tertentu. Analisa kecepatan dilakukan didalam proses
pengolahan data seismik pada data CMP (Common Mid Point) gather. Terdapat empat macam
analisa kecepatan:
1. Analisa t^2-x^2 (^2 adalah simbol untuk kuadrat)
2. CVP (Constant Velocity Panels)
3. CVS (Constant Velocity Stacks)
4. Analisa Velocity Spectra: Amplitudo Stacking, Amplitudo Stacking yang dinormalisasi,
Semblance.
Analisa t2-x2
Jika informasi waktu (t2) dan offset (x2) pada sebuah hiperbola refleksi (sebelum dilakukan
koreksi NMO) diplot, maka akan menghasilkan garis linear. Kemiringan garis linear ini
mencermikan kecepatan bumi (v2) dari permukaan sampai batas refleksi yang bersangkutan.
Akar dari v2 adalah kecepatan bumi yang diprediksi melalui analisis ini.
Analisa Spektra
Spectra Analisis ini dilakukan jika hasil stacking untuk beberapa kecepatan diplot dalam sebuah
panel untuk masing-masing kecepatan. Hasilnya dapat diplot sebagai tras maupun kontur
amplitude
Migrasi
Proses migrasi dilakukan pada data seismik dengan tujuan untuk mengembalikan
reflektor miring ke posisi 'aslinya' serta untuk menghilangkan efek difraksi akibat sesar, kubah
garam, pembajian, dll. Terdapat beberapa macam migrasi: Kirchhoff migration, Finite
Difference migration, Frequency-Wavenumber migration dan Frequency-Space migration
[Yilmaz, 1987]. Akhirakhir ini metoda-metoda migrasi mutakhir seperti Reverse Time Migration,
Controlled Beam Migration lahir sejalan dengan semakin tingginya tantangan eksplorasi.
Migrasi Kirchhoff
Konsep migrasi Kirchhoff terlihat paga Gambar (a) di atas, dimana setiap sampel data
seismik pada common offset gather dengan domain t-x (waktu-offset) dipetakan disepanjang
isochrone. Isochrone adalah garis/bidang semu dimana jumlah total waktu tempuh ke sumber
(ts) dan ke penerima (tr) sama dengan waktu tempuh sampel yang dipetakan.
Untuk memperoleh nilai tp dan ts, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
melakukan ray-tracing pada model kecepatan tertentu. Proses diatas dilakukan untuk semua
sampel waktu pada setiap trace seismik, kemudian amplitudonya dijumlahkan untuk setiap
kedalaman. Mirip dengan migrasi Kirchhoff, Konsep CBM dilakukan pada common offset gather
akan tetapi pada domain Tau-P. Transformasi t-x mejadi tau-P, adalah memetakan data pada
domain midpoint Xm menjadi domain ray-parameter Pm. Pada Gambar (b) di atas, terlihat
bahwa konsep CBM adalah dengan melakukan pemetaan kembali untuk sampel data pada
setiap trace pada daerah yang biru (kanan), dimana jumlah total waktunya sama dengan ts+tr
dan jumlah total parameter sinarnya sama dengan Ps+Pr. Pada metoda CBM, konsep raytracing nya dilakukan untuk semua kemungkinan jejak sinar. Gambar dibawah ini menunjukkah
perbandingan hasil migrasi metoda Kirchoff (kiri) dengan metoda CBM (kanan),
Elliptical impulse response yang merupakan fungsi dari kecepatan, offset dan kedalaman.
Cara yang kedua untuk PSTM adalah dengan melakukan penjumlahan disepanjang
diffraction response curve (Kirchhoff Migration). Diffraction response curve dapat dibangun
berdasarkan persamaan berikut ini:
Dimana T adalah waktu tempuh , z adalah kedalaman, z=V *To/2, h adalah offset/2, y
adalah aperture, z kedalaman dan V adalah kecepatan RMS atau Rata-rata, To adalah waktu
pada kecepatan V.
Gambar di bawah ini menunjukkan diffraction response curve (kurva merah putus-putus)
yang dibangun berdasarkan persamaan di atas. PSTM dengan teknik ini hanyalah penjumlahan
disepanjang kurva merah tersebut. Penjumlahan dari sinyal akan saling menguatkan
(constructive), sedangkan penjumlahan dari noise akan saling menghilangkan (destructive),
sehingga difraksi yang disebabkan oleh titik hijau (tengah) akan dikembalikan seperti keadaan
sesungguhnya.
Untuk data seismik 3D, flow yang biasanya digunakan untuk melakukan PSTM adalah
sbb: Data dalam CMP gather (biasanya dalam inline order), selanjutnya data disorting menjadi
domain common-offset, dengan menggunakan kecepatan PSTM (V-average atau Vrms),
Penerapan PSTM dengan dua metodologi di atas, NMO yang dilakukan secara simultan, sorting
kembali kedalam CMP order, Residual NMO correction (karena variasi kecepatan lateral yang
smooth), Stack.
Gambar di bawah ini menunjukkan perbandingan Post Stack Time Migration (kiri) dan
Pre Stack Time Migration (Kanan). Perhatikan pada penampang PSTM, reflektor-reflektor serta
sesar dapat dicitrakan dengan lebih baik.
Courtesy of Schoenberger
Dimana, Image I() didefinisikan dalam ruang 3 dimensi =(z, x, y) sama dengan
integral atau jumlah dari nilai-nilai data D(t, m, h) pada waktu tD(, m, h) dan pembobotan W(,
m, h), penjumlahan dari integral di atas dibatasi oleh yang dikenal dengan migration
aperture. tD (, m, h) merupakan waktu tempuh dari sumber gelombang sumber s ke titik I() di
bawah permukaan sampai terekam oleh penerima g. Jika kecepatan (kecepata interval)
gelombang seismik pada medium diperkenalkan, v (z, x, y). Maka tD didefinisikan dengan:
Dimana ts adalah waktu dari sumber s ke titik dan tg waktu dari titik sampai penerima
g. Jika sifat kecepatan pada medium tersebut homogen isotropis, maka plot tD pada bidang 3
dimensi akan berbentuk kerucut sempurna dan pada bidang 2 dimensi akan berbentuk
parabola terbalik. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini:
Pada gambar di atas terlihat bahwa medium dengan variasi kecepatan lateral yang
kompleks akan menghasilkan bentuk Kirchhoff Migration Curve yang unik, sehingga proses
Migrasi data seismik pada medium ini hanyalah menjumlahkan energi gelombang seismik di
sepanjang parabola unik tersebut.
Pre Stack Depth Migration (PSDM) merupakan teknik migrasi sebelum stack dengan
variasi kecepatan medium sangat kompleks seperti thrust belt, zona di sekitar karbonat (reef),
kubah garam, dll. Yang membedakan time migration and depth migration bukanlah masalah
domain waktu atau domain kedalaman. Yang membedakannya hanyalah model kecepatan yang
digunakan. Time migration memiliki variasi kecepatan yang smooth dan depth migration
memiliki kecepatan yang kompleks. PSDM dilakukan dalam domain waktu, konversi kecepatan
ke dalam domain kedalaman adalah untuk keperluan perhitungan waktu tempuh untuk
mencari solusi Kirchhoff Migration Operator . Dikarenakan sifat medium yang sangat kompleks,
maka komputasi Kirchhoff migration operator atau Kirchhoff migration curve memerlukan
metodologi yang sesuai seperti metode ray tracing untuk memecahkan persamaan Eikonal
(Cerveny, 1983), Finite Difference Method (Vidale, 1990), dan Fast Marching Method (Sethian,
2000).
PSDM dapat dilakukan dengan tahapan sbb (tentu saja tahapannya akan berbeda dari
satu company ke company yang lainnya):
1. Data disorting dalam CMP atau Shot Gather (domain waktu)
2. Data conditioning: edit geometri, filtering, AGC, koreksi static, koreksi spherical divergence ,
noise attenuation dll.
3. Analisa Kecepatan I
4. Velocity Stack (dapat diproduksi berupa time atau depth domain)
5. Initial structural interpretation (depth domain) untuk model kecepatan
6. PSTM (dengan mempergunakan time domain velocity)
7. Analisa kecepatan II dari PSTM CMP gather
8. Dengan memggunakan model kecepatan II dilakukan PSDM
9. Produksi CRP (Common Reflection Point) gather (dalam domain kedalaman)
10. Velocity Analysis dari CRP gather (domain kedalaman)
11. Sort ke dalam CMP Gather jika analisis dilakukan dalam Shot Gather
12. Stacking
13. Depth Migrated Section / Volume
14. Jika hasil akhirnya masih berbeda dengan model geologi yang diharapkan, diterapkan
metodologi lanjut untuk memperbaiki model kecepatan i.e. reflection tomography atau kembali
ke tahap (7).
Gambar di bawah ini menjukkan perbandingan hasil akhir PSTM (atas) dan PSDM
(bawah).
Ketiga atribut tersebut menjelaskan respon refleksi kinematik gelombang. Pada metode
CRS ini, tidak dibutuhkan lagi model kecepatan seperti pada koreksi NMO, yang dibutuhkan
hanyalah kecepatan permukaan (near surface velocity) Pada metoda CRS stack, proses stacking
tidak hanya dibatasi pada titik refleksi tertentu saja, tetapi didasarkan pada refleksi yang terjadi
pada common reflection surface. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa refleksi yang terkumpul
IV.
Geofisika Reservoir
Materi ini membahas secara khusus properti dari reservoir. Bahasan diawali dengan
mendefinisikan resolusi yang diperoleh dari data seismik, berupa variasi resolusi lateral dan
vertical dari geometri reservoir. Resolusi menyatakan kemampuan untuk memisahkan dua
event yang berdekatan. Ada dua aspek dari resolusi seismik, yaitu: vertical (or temporal) and
lateral (or spatial). Resolusi berperan dalam pemataan fitur struktur yang kecil.
Karakterisasi reservoir melibatkan kalibrasi dari hasil analisis data seismik. Proses
kalibrasi melibatkan data log untuk mencocokkan data inversi dari seismik permukaan. Salah
satu bentuk data log adalah vertical seismik profile (VSP). VSP dilakukan dengan merekam data
seismik 3-D pada lapangan prospek dan mendeteksi perubahan pada kondisi reservoir untuk
tiap interval waktu. Perubahan yang dideteksi berupa property petrofisik seperti saturasi fluida
dan tekanan pori.
Bahasan terakhir dari bab ini adalah anisotropi. Pada umumnya eksplorasi seismologi
menggunakan asumsi medium isotrop meskipun pada kenyataannya bumi bersifat anisotrop.
Anisotrop artinya property elastic bumi bervariasi dari satu perekaman ke arah perekaman yang
lain. Anisotropi seismik sering kali dikaitkan dengan variasi kecepatan terhadap arah.
Resolusi Seismik
Resolusi menyatakan seberapa dekat dua event berdekatan bisa dipisahkan. Ada dua
tipe resolusi, yaitu vertical dan lateral, yang keduanya dikontrol oleh lebarpita dari sinyal yang
digunakan. Ukuran resolusi vertical ditentukan dari panjang gelombang dominan, yaitu
kecepatan gelombang dibagi frekuensi dominan. Proses dekonvolusi meningkatkan resolusi
vertical dengan mengkompress wavelet seismik sehingga spektrumnya menjadi lebih lebar.
Ukuran resolusi lateral adalah zona Fresnel, area melengkung pada reflector yang ukuranyya
berganung pada kedalaman reflector, kecepatan diatas reflector dan frekuensi dominan.
Migration dapat meningkatkan resolusi lateral dengan mengurangi lebar dari zona Fresnel,
sehingga dapat memisahkan fitur yang tidak jelas pada arah lateral.
Resolusi vertikal
Untuk dua refleksi, yang satu berasal dari atas dan satu lagi dari bawah suatu lapisan tipis,
terdapat suatu batasan seberapa dekat kedua refleksi itu bisa dipisahkan. Batasan ini berkaitan dengan
ketebalan lapisan. Panjang gelombang dominan dapat dihitung dari,
=
v adalah kecepatan dan f adalah frekuensi dominan. Kecepatan seismik dibawah permukaan
bervariasi dari 2000 hingga 5000 m/s, dan umumnya bertambah dengan kedalaman. Sedangkan
frekuesi dominan pada umumnya bervariasi dari 50 hingga 20 Hz dan berkurang seiring
bertambah kedalaman. Sehingga, panjang gelombang seismik ada pada kisaran 40 sampai 250
m dan bertambah terhadap kedalaman. Karena panjang gelombang menentukan resolusi, fiturfitutr dalam harus lebih tebal dari fitur dangkal agar bisa teresolusi.
Resolusi lateral
Resolusi lateral menunjukkan seberapa dekat dua titik refleksi yang satu bidang
horizontal dapat terpisahkan dengan baik. Dengan menganggap muka gelombang lengkung
mengenai suatu bidang reflector horizontal AA, bidang reflector dapat dicitrakan sebagai titik
kontinyu dari sekumpulan difraktor.
Untuk sumber dan receiever yang bertepatan di permukaan bumi (lokasi S), energi dari
titik di bawah permukaan ( o) tiba pada t0= 2z0/v. lalu untuk muka gelombang datang yang
bergerak lebih dalam sebesar /4, energi dari lokasi bawah permukaan A atau A akan tiba pada
waktu diantara t0 dan t1. Energi total yang ada pada interval waktu (t1-t0) yang merupakan
setengah dari periode dominan (T/2), akan berinterferensi secara konstruktif. Juring AA disebut
setengah panjang gelombang zona Fresnel (Hilterman, 1982)atau zona Fresnel pertama (Sheriff,
1991). Dua titik refleksi yang berada pada zona ini umumnya dianggap tak terpisahkan jika
dilihat dari permukaan bumi. Karena zona Fresnel bergantung pada panjang gelombang, maka
zona Fresnel juga bergantung pada frekuensi. Semakin kecil zona Fresnel, semakin mudah
untuk membedakan dua titik refleksi yang berdekatan.Sehingga, zona Fresnel adalah ukuran
dari resolusi lateral. Selain frequensi, resolusi lateral juga bergantung pada kecepatan dan
kedalaman dari bidang batas refleksi. Jari-jari dari zona Fresnel dapat diaproksimasi sebagai
=
Akuisisi
Akuisisi data VSP melibatkan sumber permukaan yang berlokasi dekat well head (zerooffset case) atau jauh dari well head (offset VSP) dan sebuah geophone didalam lubang sumur.
Beberapa tras direkam pada kedalaman geophone yang sama, lalu diedit dan dan dijumlahkan.
( digunakan sumber berulang seperti vibrators atau air gun) lalu geophone kemudian geophone
dipindahkan ke tempat yang lebih dalam dan perekaman diulang. Penampang yang dihasilkan
adalah profil yang ditampilkan dalam kedalaman dan waktu.
Processing
Setelah dilakukan beberapa tahap editing tras, pemrosesan VSP dimulai dengan separasi
dari gelombang yang mengarahke bawah dari gelombang yang menuju ke atas (refleksi). Salah
satu teknik yang dapat digunakan adalah f k ltering. Filtering menyisakan sinyal refleksi dan
multipelnya. Teknik selanjutnya adalah unflattening data. Proses ini melibatkan proses
datuming semua receiver terhadap well head . ini mirip dengan koreksi static yang mengkoreksi
tiap tras dengan nilai ang sebanding dengan waktu tempuh sekali perjalanan ke bawah dari
lokasi receiver. Lalu koreksi statis ini diikuti oleh dekonvolusi dan filtering. Setelah selesai
filtering kemudian semua tras di-stack.
(a), data raw. (b) gelombang upcoming. (c) koreksi static yang diikuti dekonvolusi dan band-pass
filtering.
Anisotropi
Sebuah medium disebut anisotrop jika property elastic intrinsiknya bervariasi jika diukur
di tempat yang sama namun berbeda arah perekamannya. Untuk mempelajari aspek fisis dari
perambatan gelombang pada medium anisotropy dapat dilihat pada gambar dibawah.
Perubahan kecepatan ditandai oleh ellipse lengkung pada gambar diatas, dengan kecepatan
tinggi ada pada sumbu mayor. Hal ini berpengaruh besar pada penentuan CMP.