PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lebih dari 20 juta bayi diseluruh dunia (15,5%) dari seluruh kelahiran merupakan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan 95,6% diantaranya merupakan
bayi
yang
membuktikan bahwa bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram mempunyai
kontribusi terhadap outcome kesehatan yang buruk. Menurunkan insiden BBLR hingga
sepertiganya menjadi salah satu tujuan utama A World Fit for Children hingga tahun
2010 sesuai deklarasi dan rencana kerja United Nations General Assembly Special
Session on Children in 2002 (Unicef-WHO, 2004).
Perawatan BBLR sangat kompleks dan membutuhkan infrastruktur yang mahal
serta perawat yang memiliki keahlian khusus sehingga menjadi beban sosial dan
kesehatan di negara manapun. Di Indonesia, perawatan BBLR masih memprioritaskan
pada penggunaan inkubator, tetapi keberadaannya masih sangat terbatas. Selain
jumlahnya yang terbatas, inkubator juga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi serta
memerlukan tenaga terampil yang mampu mengoperasikannya. Disamping itu dengan
menggunakan inkubator, bayi dipisahkan dari ibunya sehingga menghalangi kontak kulit
langsung antara ibu dan bayi yang sangat diperlukan bagi tumbuh kembang bayi
(Depkes RI, 2008).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada bayi berat badan lahir
1.2.2
rendah (BBLR)
Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
2. Mengetahui dan memahami etiologi bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi bayi berat badan lahir rendah
(BBLR)
4. Mengetahui dan memahami klasifikasi bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
5. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis bayi berat badan lahir rendah
(BBLR)
6. Mengetahui dan memahami komplikasi bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
7. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik bayi berat badan lahir
rendah (BBLR)
8. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan bayi berat badan lahir rendah
(BBLR)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2.500 gram pada saat lahir (Mitayani,2012).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan
2500 gram (Surasmi, 2003).
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan
pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO, 1961).
2.2 Etiologi
Beberapa penyebabdari bayi dengan berat badan lahir rendah:
1. Faktor ibu
1) Penyakit
a. Mengalamikomplikasikehamilan,sepertianemia,
perdarahan
datarantinggi,
kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
2.4 Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR
1. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500
gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
dari 1000 gram.
2. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya
untuk masa
gestasi
itu.
Bayi
mengalami retardasi
Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan tetap
edematous untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea.
Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak akan menyebabkan tanda- tanda
distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir.
Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya
lahir normal.Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma
distress respiratori idiopatik dan nampaknya berhubungan dengan hipoksia
pada sindroma distress respirasi idiopatik.Bayi lemas dan mengalami serangan
apnea.
3. Fibroplasias retrolental
Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan
jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang
menyebabkan kebutaan. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan
konsentrasi oksigen di bawah 40% (kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari
40 % ). Sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah
konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan
pemantau oksigan perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau
tekanan oksigen arteri bayi.
4. Serangan Apnea
Serangan apnea disebabkan ketidakmampuan fungsional pusat pernapasan
atau ada hubungannya dengan hipoglikemia atau perdarahan intracranial.Irama
pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea. Dengan menggunakan
pemantau apneadan memberikan oksigen pada bayi dengan pemompaan
segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan dapat bertahan dai serangan
apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut selama beberapa hari atau
minggu. Perangsang pernapasan seperti aminofilin mungkin bermanfaat.
5. Enterokolitis Nekrotik
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat
asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung,
muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin
mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena,
kanamisin oral.Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan
intravena.Mungkin diperlukan pembedahan.
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah adalah sebagai berikut:
1. Berat badan kurang dari 2.500 gram
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
sempurna
10. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan
sering mendapatkan serangan apnea
11. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, reflex mengisap dan menelan belum
sempurna
2.7 Stadium
Bayi berat lahir rendah dapat dibagi menjadi 3 stadium
1. Stadium I
Bayi tampak kurus dan relative lebih panjang, kulit longgar, kering seperti
permen karet, namun belum terdapat noda mekanium
2. Stadium II
Bila didapatkan tanda-tanda stadium I ditambah warna kehijauan pada kulit
plasenta, dan umbilicus hal ini disebabkan oleh meconium yang tercampur
dalam amnion kemudian mengendap kedalam kulit, umbilicus dan plasenta
sebagai anoksia intrauterus.
3. Stadium III
Ditemukan tanda stadium II ditambah kulit bewarna kuning, demikian pula
kuku dan tali pusat
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.0002. 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).
3. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal ).
4. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan ).
5. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
6. Destrosix : Tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
7. kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
8. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
9. Pemeriksaan Analisa gas darah.
2.9 Penatalaksanaan
antenatal
sehingga
tidak
terjadi
persalinan
prematuritas
2.10
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Riwayat kesehatan terdahulu
a. apakah ibu pernah mengalami sakit kronis.
b. Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada keha,ilan
sebelumnya,
seperti
infeksi
ataupun
pendarahan
penurunan
pada
hb
mungki
3. Intervensi
N
O
1
DIAGNOSIS
TUJUAN
KRITERIA
INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN
Tidak
efektifitas Setelah
HASIL
neonatus
Mandiri
nyapola
akan
yang
pernafasan dilakukan
b.d
pusat
keterbatasan
poal
pernafasan,
perhatikan
adanya
periode perputaran
apnea
periodic,
perubahan frekwensi
dati
membrane
jantung.
abnetik
sejati,
mukosa
terutama
sering
seimbangan metabolik.
merah muda.
otot, efektif.
2. Isap
dan
dalammembedakan
pernafaan
perkembangan
menjadi
kan
pola
jalan
napas
sesuai kebutuhan.
pernafasan
normal
serangan
minggu ke 30.
2. Menghilangkan
mucus
yang
menghambat
jalan
nafas.
3. Posisi
3. Posisikan bayi pada
abdomen
atau
telentang
dengan
gulungan
popok
ini
memudahkan
pernafasan
menurunkan
dan
episode
apnea,
menghasilkan
khususnya
bila
hiperekstensi.
ditemukan
adanya
hipoksia,
asidosis
metabolic,
atau
hiperkapnea
4. Tinjaun
ulang 4. Magnesium
sulfat
dan
obat
menekannpusat
obatan
yang
narkotik
dapat memperberat
pernapasan
dan
depresi
aktivitas
dan
pernapasan
pada bayi.
1. Hipoksia,
asidosis
metabolik,
hoperkapnea,
Kolaborasi
1. Pantau pemeriksaan
hopokalsemia,
laboratorium
(misalnya
GDA,
glukosa,
serum,
elektrolit,
kultur,
dan
kadar
hipoglikemia,
obat)
sepsis
dan
dapat
memperberat
serangan apnetik.
sesuai indikasi.
2. Perbaikan
kadar
oksigen
dan
karbondioksida
dapat meningkatkan
2. Berikan
oksigen
fungsi pernapasan.
sesuai indikasi
3. Berikan
obat- a. Memperbaiki
obattan
sesuai
indikasi,
sesuai
asidosis
b. Mengatasi
infeksi
pernapasan
berikut ini.
a. Natrium
dan
sepsis
c. Dapat
bikarbonat
b. Antibiotik
c. Aminopilin
meningkatkan
aktivitas
pusat
pernapasan
dan
menurunkan
sensitivitas terhadap
co2
menurunkan
frekuensi apnea.
2
Resiko
tinggi Termoregulasi
termoregulasi
Mempertahan Mandiri
efektif
yang
atau
memeriksa
suhu
membuat
bayi
sususnan
saraf
(35-
cendrung
merasa
37,3 c) bebas
selanjutnya periksa
suhu
atau
penggunaan
dingin.
gunakan
alat
simpanan
lemak
tidak
dapat
area
permukaan,
penurunan
lemak
subkutan,
ketidak
aksila
termostat
dengan
penyebar hangat.
dan
penurunan
mampuan
merasakan
sensitivitas
untuk
meningkatkan kadar
cadangan
metabolic
buruk).
2. Tempatkan
bayi
keadaan
kadar o2.
2. Mempertahankan
lingkungan
termonetral,
membantu mencega
hangat
3. Pantai
sistem
pengatur
suhu,
penyebar
hangat
( pertahankan batas
atas pada 98,6 f,
bergantung
pada
ukuran
usia
dan
3. Hipertermia dengan
peningkatan
laju
metabolisme
dan
kebutahan
glukosa
bila
lingkungan
tinggi.
bayi).
4. Penurunan
4. Kaji haluaran dan
pengeluaran
berat jenis urin
peningkatan
jenis
suhu
terlalu
dan
dan
berat
urin
dihubungkan
dengan
penurunan
perfusi
ginjal
selama
periode
dengan
berat
badan berturut-turut.
penambahan
badan
masukan
berat
meskipun
kalori
Bila
penambahan
berat badan
tidak
adekuat
menandakan bahwa
adekuat, tingkatkan
kalori
suhu
untuk
lingkungan
sesuai indikasi
dapat
digunakan
mempertahankan
suhu
lingkungan
tubuh,
sehingga
memerlukan
peningktan
6. Perhatikan
warna
apnea,
tanda
hipertermia
ini
kemerahan,
diaphoresis
lingkungan.
6. Tanda
perkembangan
takikardi,
suhu
letargi,
aktifitas
kejang.
1. Stres
Kolaborasi
1. Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai
indikasi
glukosa
(GDA
serum,
dingin
meningkatkan
kebutuhan terhadap
gula glukosa dan
oksigen serta dapat
mengakibatkan
masalah asam basa
bila bayi mengalami
metabolism
anaerobic bila kadar
oksigen yang cukup
tidak
tersedia.
Peningkatan
kadar
bilirubin
indirek
asam
lemak
dari
metabolisme lemak
coklat dengan asam
lemak
bersaing
dengan
bilirubin
2. Beikan obat-obatan
sesuai
dengan
indikasi.
a. Fenobarbital
b. Natrium
bikarbonat
a. Membantu
mencegah
kejang
berkenaan
dengan
perubahan
fungsi
SSP
yang
disebabkan
hipertermia
b. Memperbaiki
asidosis
nyang
dan
hipertermia.
3
Perubahan
nutrisi Nutrisi
Mempertahan Mandiri
kan
tubuh
pertumbuhan
berkenaan
dengan
makan
yang
b.d sesuai
penurunan
simpanan kebutuhan.
dan
pemberian
nutrisi,
imaturitas
peningkatan
(misalnya mengisap,
berat
badan
1. Menentukan
pemberian makanan
yang tepat untu bayi
2. Pemberian makan
pertama bayi stabil
memiliki peristaltic
reflex lemah.
normal
bising
usus,
kaji
jam
dengan
status
fisik,
dan
kelahiran.
penambahan
status pernapasan.
berat
adanya
badan
distress pernapasan
ada,
cairan
tetap,
parenteral
sedikitnya
diindikasikan
20-30
gram/hari.
ditunda.
dan
3. Mengidentifikasika
n
adanya
resiko
berat
badan
berat
dengan
kelebihan
cairan
ekstrasel
kemungkinan
kemudian
dokumentasikan
pada
pertumbuhan. Bayi
SGA
dengan
membimbing
pola
grafik
pertumbuhan bayi.
kehilangan 15% BB
lahir.
Bayi
mungkin
SGA
telah
mengalami
penurunan
berat
mengalami
penurunan
simpanan
lemah/glukogen
Rasional:
memberikan
informasi
tentang
masukan
actual
dalam hubungannya
dengan
perkiraan
kebutuhan
untuk
pengeluaran. Hitung
digunakan
dalam
penyesuaian diet.
mukosa
4.
Peningkatan
kebutuhan
metabolic dari bayi
SGA
dapat
meningkatkan
kebutuhan
cairan.
Kebutuhan
bayi
hiperglikemi dapat
mengakibatkan
deuresis pada bayi.
Pemberian
intavena
cairan
mungkin
diperlukan
untuk
memenuhi
peningkatan
kebutuhan
tetapi
tanda-tanda
hipoglikemia:
takipnea
pernapasan
cairan.
Rasional:
karena
glukosa
adalah
dan
tidak
teratus,
apnea,
letargi,
fluktuasi,
dan
kelebihan
diaphoresis.
Pemberian
makan
buruk,
gugup,
otak,
kekurangannya
dapat menyebabkan
SPP permanen.
mata
terbalik,
dan
aktivitas kejang.
bermakna
meningkatkan
mobilitas
Kolaborasi
dan
1. Pantau
berat
yang
pemeriksaan
bergantung
laboraturium
durasi
sesuai indikasi.
a. Glukosa serum
lama
pada
masing-
masing episode.
a. Hipoglikemia dapat
terjadi pada awal 3
b. Nitrogen
urea
darah,keratin,
osmoralitas
cadangan
glikogen
serum/urine,
dengan
elektrolit urine.
glukoneogenesis
tidak
karena
2. Berikan suplemen
elektrolit
adekuat
penurunan
simpanan
protein
sesuai
glukonat
perubahan
fungsi
ginjal berhubungan
dengan
simpanan
penurunan
nutrient
dan
kadar
cairan
akibat malnutrisi.
2. Ketidakstabilan
metabolic pada bayi
SGA/LGA
dapat
memerlukan
suplemen
untuk
mempertahankan
homeostatis
4
Resiko
tinggi Cairan
kekuranagn
Bebas
volume terpenuhi.
ekstrem penambahn
(premature
<
2.500 berat
badan
tanda
dehidrasi.
dari Mandiri
1. Bandingkan
1. Pengeluaran
masukan
dan
1-3
ml/kg/jam,
pengeluaran urine
sementara
setiap
kebutuhan
shift
dan
harus
terapi
keseimbangan
kumulatif
periodic 24 jam.
ginjal
imatur
setiap
hari
atau
pertama,
meningkat
sampai
kekurangan
120-140 ml/kg/hari
mengkonsentrasikan
pada
urin.
postpartum.
hari
ketiga
Pengambilan darah
untuk
tes
menyebabkan
penurunan
kadar
Hb/Ht.
2.
2. Pertahankan
catatan
ukuran
mengenai
jumlah
tes
Meskipun
imaturitas ginjal dan
ketidakmampuan
untuk
mengonsentrasikan
urine
biasanya
mengakibatkan
berat
jenis
yang
rentang
normal
1,006-
cairan
berlebihan
dan
1,013
menandakan
ketidakmampuan
masukan cairan dan
3. Pantau berat jenis
urine setiap selesai
berkemih
atau
setiap
jam
2-4
dehidrasi.
3. Kehilangan
25%
volume
darah
mengakibatkan syok
dengan TAR kurang
25
dengan
mmhg
menandakan
menginspirasi
urine dari popok
hipotensi.
dengan
kantong
penampung urine.
4. Evaluasi
turgor 4. Kehilangan
kulit,
membran
mukosa,
dan
keadaan
fontanel
anterior.
atau
pindahan
cairan
cepat
menimbulkan
dehidrasi,
oleh
terlihat
turgor
yang
membran
kulit
buruk,
mukosa
5. Pantau
darah,
tekanan
tekanan
nadi
cekung.
5. Kehilang25%voumdrbktsyTARnga25mhedipos.t
dan
arterial
1. dDehrasinmgktHol45-3%user.
rata-rata (TAR)
2. engPtiacrhdbm,uvol engkaifstrdbpho,nuakiermlPDAdthbanpukosierlt dabnmpuo.
3. MungikperltmhadHb/o,ngikelarh.
Kolaborasi
1. nPtaupemrikbsol dgH.
2. kBnaeriuspfltdmjhb18k0g/,usnyapPDAdilbromtecskna.
3. kBaneritsfuhd
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2.500
gram pada saat lahir.Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya
bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih
kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
3.2 Saran
Bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan
neonatus resiko tinggi BBLR sehingga dapat menambah pengetahuan tentang asuhan
keperawatan neonatus resiko tinggi BBLR sesuai teori yang ada. Bagi perawat dapat
menambah wawasan tentangasuhan keperawatan neonatus resiko tinggi BBLR sehingga
dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mitayani,2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Speer, Kathleen Morgan. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Clinical Pathways.Edisi 3.
Jakarta: EGC