PERILAKU ORGANISASI
TENTANG
STRES PEKERJAAN
DISUSUN OLEH :
Kelompok :
4 (Empat)
Anggota
1. I NYOMAN TANTRI PHALA ( I2F015049 )
2. MARUHUN ( I2F015053 )
3. RIADUL JANNAH ( I2F015061 )
4. B. VINA LESTARI ( I2F015045 )
5. SUKRIATI ( I2F015064 )
Dosen Pengampu :
AGUSDIN (SE, MBA, DBA)
2015
I.
Selama bertahun-tahun Kodak memberlakukan aturan tak tertulis bahwa kerja bukan hal
yang lucu. Tapi itu berubah di Kodak dan banyak perusahaan lain ketika perusahaan menemukan
nilai humor didalam kesehatan perusahaan. Beberapa konsultan organisasi berpendapat bahwa
menekan humor sama artinya dengan menekan karakteristik-karakteristik pribadi lainnya yang
dibutuhkan untuk melakukan bisnis.
Sejumlah studi epidemiologis menunjukkan bahwa orang memiliki jenis stress tertentu.
Jenis stres tertentu dapat menyebabkan problem kesehatan fisik dan fsikologis. Kenyataannya
80% para pekerja mengalami beberapa tingkat stres di dalam hidup mereka.
Setiap tahun Sun Microsystem melihat humor di tempat kerja sebagai suatu cara
mendalangi suatu pengembangan dari Olok-Olok April Fool (April Fool Hoak) yang
mentargetkan seorang pimpinan puncak perusahaan.
Menurut Sun Mycrosystem humor ditempat kerja yang ditunjukkan seloroh hari April
Fool sebagai suatu memudahkan jalinan persahabatan dan kerja sama tim. Seloroh Hari April
Fool dimulai tahun 1985 ketika satu kelompok insinyur perangkat lunak memutuskan mengambil
keuntungan dari hubungan akrab yang mereka miliki dengan manajer mereka, dengan membuat
manajer korban pertama. Praktik tahunan ini terus berlangsung walaupun tenaga kerja Sun
Microsystem telah mencapai hamper 12.000 pekerja.
Konsultan humor C.W. Metcalf di Fort Collins dan Saratoga Springs, proyek humor yang
berpusat di New York melihat suatu peningkatan dramatis dalam bisnis sejak pertengahan 1980an. Pendiri proyek Humor Joel Goodman ini mengatakan bahwa para pekerja telah datang untuk
menemukan bahwa humor dapat mempertinggi produktivitas bukan eksklusif satu sama lain.
dengan memo berjudul, Sayang, saya telah menyusutkan perusahaan (Honey, I Shrunk the
Company.) tepat pada saat pelepasan film Disney yang berjudul Honey, I Shrunk the Kid. Tak
seorang pun tahu siapa yang menulis memo itu namun begitu efektif membuat orang berhenti
dan tersenyum padahal situasi penuh stres.
Meskipun sukses dengan ruang humornya, beberapa manajer Kodak masih mengikuti
aturan lama bahwa kerja bukan berarti menjadi gurauan. Namun ruang humor digunakan dan
diterima oleh pekerja yang refresentatif mewakili keseluruhan. Mereka malah berterima kasih
pada Collier karena diperbolehkan membawakan humor ke tempat kerja yang mampu
memberikan suatu perpektif berbeda terhadap kerja.
III.
ANALISIS
Humor ternyata bisa digunakan untuk menghadapi stress ditempat kerja. Para manajer
perlu mempelajari dan memahami terlebih dahulu tentang stres secara psikologis terutama yang
berkaitan dengan pengaruhnya terhadap pekerjaan. Perbedaan antara stress ditempat kerja dan
stress dirumah bersifat artifisial dalam arti yang paling baik (Gibson dkk, 2007:342). Seorang
manajer yang cerdik tidak pernah mengabaikan para pekerja yang menderita keletihan,
penyalahgunaan obat ditempat kerja, penurunan prestasi, mutu produk yang berkurang atau
setiap pertanda lain yang menjauhkan dari tujuan prestasi organisasi (Gibson dkk, 2007:372).
Di (http://www.facebook.com/notes/jaringan-pengusaha-muslim-indonesia/manajemenmanfaat-humor-di-lingkungan-kerja/159592780727374 diambil 15 Oktober 2015) dikatakan ada
beberapa penelitian medis yang membuktikan bahwa senyum itu baik untuk kesehatan :
1. Jika seseorang sedang senyum, otaknya mengeluarkan serotin yang berfungsi meningkatkan
system kekebalan tubuhnya (Pacth Adam USA). Bila orang tersenyum dalam kondisi tidak
bahagia, maka otak tetap mengeluarkan zat-zat yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan
sekaligus bisa meringankan kondisi psikologinya.
2. Tertawa memberikan relaksasi dan mengurangi stress, setelah meninggikan sampai jumlah
tertentu tekanan darah dan irama, tertawa langsung menurunkannya lagi sehingga sensorsensor perseptif meningkat dan menyebabkan seseorang sanggup menghadapi tugas dengan
lebih baik.
Banyak tertawa mungkin menjadi terapi yang baik untuk melawan beberapa penyakit
(Gibson dkk, 2007:381). Humor menciptakan suatu keadaan pikiran yang penuh permainan,
membantu menangkis/membelokkan perhatiannya keluar dari ketegangan (Gibson dkk,
2007:382). Gibson dkk (2007:381) menjelaskan tertawa merupakan tanggapan terbaik untuk
stres.
dan
sasaran
humor
(http://www.facebook.com/notes/jaringan-pengusaha-muslim-
indonesia/manajemen-manfaat-humor-di-lingkungan-kerja/159592780727374
diambil
15
Oktober 2015).
Perbedaan pendapat diantara para manajer dapat dihindari dengan komunikasi yang baik.
Perbedaan ini akan menjadi pemicu timbulnya konflik yang lebih besar lagi. Untuk itu harus
dicari jalan keluar yang terbaik untuk menyatukan perbedaan pendapat diantara para manajer.
Para manajer menghabiskan lebih dari 20% waktunya dalam manajemen konflik (M. A. Rahim
dkk dalam Gibson dkk, 2007:452). Kegagalan dalam melakukannya dapat mengarah kepada
akibat yang mencelakakan. Konflik dapat menghancurkan organisasi dengan menciptakan
dinding pemisah diantara rekan sekerja, menghasilkan kinerja yang buruk, dan bahkan
pengunduran diri (Gibson dkk, 2007:453).
IV.
REKOMENDASI
1. Sebaiknya lingkungan kerja sejauh mungkin dibuat agar suasana hubungan sosial terasa
nyaman. Kekakuan komunikasi antarpersonal bisa dicairkan dengan pendekatan relaksasi.
Perusahaan sebaiknya membuat kebijakan dengan memberi waktu istirahat dan sejauh
mungkin memiliki rasa humor dan pada waktu-waktu tertentu menyajikan hiburan kesenian
atau piknik bersama.
2. Pihak manajemen perusahaan harus bisa menciptakan humor yang proporsional agar tidak
kebablasan maupun dalam pertimbangan dimensi waktu, ruang, dan sasaran humor.
3. Para manajer harus lebih intens berkomunikasi agar perbedaan pendapat bisa diatasi dan tidak
berkembang menjadi konflik yang akan membahayakan organisasi ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, Ivancevich, Donnelly. (2007). Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses Jilid 1, Tangerang :
Binarupa Aksara
Robbins, Stephen R. (2003). Perilaku Organisasi, Jilid 1. Jakarta : PT INDEKS Gramedia
http://www.facebook.com/notes/jaringan-pengusaha-muslim-indonesia/manajemen-manfaathumor-di-lingkungan-kerja/159592780727374 diambil 15 Oktober 2015