Disusun oleh
Richard Simak (112015039)
Pembimbing
Dr. Arroyan Wardhana, Sp.THT
Pendahuluan
Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronik di telinga tengah yang lebih dari 2
bulan dengan perforasi membran timpani dengan adanya sekret yang keluar dari telinga tengah
yang dapat terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental, bening atau berupa
nanah1. Pasien yang menderita otitis media supuratif kronik ( OMSK) biasanya datang dengan
keluhan telinga mengeluarkan cairan. Banyak orang yang menganggap bahwa penyakit ini dapat
sembuh sendiri jika dibiarkan.
Bakteri penyebab otitis media adalah bakteri seperti Streptokokus hemolitikus,
Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga Hemofilus
influenza, Escherichia colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas
aeruginosa. Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun.
Dalam pengobatan OMSK, terdapat 3 hal yang dapat menjadi faktor penentu
keberhasilan pengobatan. 3 faktor tersebut adalah antibiotika, bakteri, dan penderita. Factor
kepatuhan pederita menjadi sangat penting dalam proses penyembuhan, karena pengobatan
OMSK terutama yang sudah terjadi perforasi membran timpani membutuhkan waktu yang cukup
lama.
Isi
Anatomi telinga tengah1
Telinga tengah berbentuk kubus dengan 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Batas luar
Batas depan
Batas bawah
Batas belakang
Batas atas
Batas dalam
: membrane timpani
: tuba eustachius
: vena jugularis
: aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis
: tegmen timpani (meningen/otak)
: berturut turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal,
kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar
(round window) dan promontorium. 1
Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan yang bisa didapatkan dari pemeriksaan fisik pada pasien yang
menderita otitis media adalah pada peradangan akut dapat ditemukan beberapa kelainan pada
membran timpani antara lain dapat ditemukan timpani tampak keruh atau normal pada stadium
oklusi tuba eustachius, bisa ditemukan membran timpani tampak hiperemis dengan pembuluh
darah yang tampak melebar di membrane timpani pada stadium hiperemis, pada stadium
supurasi dapat ditemukan membrane timpani menonjol (bulging) kea rah telinga luar, dan pada
fase perforasi dimana dapat terlihat adanya cairan nanah yang keluar mengalir dari telinga tengah
ke telinga luar. Pada OMSK dapat ditemukan sekret yang keluar dari telinga tengah ke telinga
luar yang hilang timbul atau terus menerus, secret yang terlihat bisa encer maupun kental, bening
atau berupa nanah, dapat ditemukan juga adanya perforasi membrane timpani1
Otitis Media
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel sel mastoid. 1
Banyak ahli membuat pembagian dan klasifikasi otitis media. Secara mudah, otitis media
terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. 1
Masing masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif
akut (otitis media akut =OMA) dan otitis media supuratif kronis (OMSK/OMP). Begitu pula
otitis media serosa terbagi menjadi otitis media seroisa akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis
media serosa kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media
tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media adhesive. 1
Otitis Media Supuratif Kronik
Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforate (OMP) atau
dalam sebutan sehari hari congek. Yang disebut otitis media supuratif kronis ialah infeksi kronis
di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah
terus menerus atau hilang timbul. Secret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. 1
Perjalanan penyakit
Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media supuratif
kronis apabila proses infeksinya kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut. 1
Beberapa factor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat
diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah
(gizi kurang) atau hygiene buruk. 1
Letak perforasi
Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK.
Perforasi membrane timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal, atau atik. Pada
perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada
sisa membrane timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan
dengan annulus atau sulkus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang terletak di pars
flaksida. 1
5
Jenis OMSK
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu
1. OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benign)
2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna) 1
Berdasarkan aktivitas secret yang keluar dikenal juga:
1. OMSK aktif
OMSK dengan secret yang keluar dari kavum timpani secara aktif. 1
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan
infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman
masuk melalui lia ng telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen.
Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars tensa.
Jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luas. Perluasan infeksi ke sel-sel
mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus
dicurigai bila tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi
pada mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadangkadang adanya sekret yang berpulsasi diatas kuadran posterosuperior.3
2. OMSK tenang
OMSK tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering. 1
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga
tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang
dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga. 3
Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani :
a. Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis.
b. Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis.
c. Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat yang
terkontaminasi.
d. Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia.
e. Otitis media supuratif akut yang berulang. 3
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak teradapat kolesteatoma. 1
Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan
kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang.
Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang kadang terdapat juga
kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotoal. Sebagian besar komplikasi yang
berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya. 1
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :
1.
2.
3.
4.
Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain disebabkan, kondisi sosial, ekonomi,
suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan melaporkan
prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom. Di Indonesia sendiri
diketahui prevalensi OMSK adalah 3% penduduk.4
Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,
rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang
abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan
Downs syndrom. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah
defisiensi immun sistemik. 3
Manifestasi Klinis
Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama
pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk mengetahui
adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat
dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan
pemeriksaan BERA (brainsystem evoked response audiometry) bagi pasien/ anak yang tidak
kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada murni. 1
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi
kuman dari secret telinga. 1
Kolesteatoma
Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).
Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar. 1
Istilah kolesteatoma mulai diperkenalkan oleh Johanes Muller pada tahun 1838 karena
disangka kolesteatoma merupakan suatu tumor, yang ternyata bukan. Beberapa istilah lain yang
diperkenalkan oleh para ahli antara lain adalah : keratoma (Schucknecht), squamous epiteliosis,
kolesteatosis, epidermoid kolesteatoma, kista epidermoid, epidermosis. 1
Pathogenesis
Banyak teori dikemukakan oleh para ahli tentang pathogenesis kolesteatoma, antara lain
adalah teori invaginasi, teori migrasi, teori metaplasia, dan teori implantasi. Teori tersebut akan
lebih mudah dipahami bila diperhatikan definisi kolesteatoma menurut Gray (1964) yang
mengatakan, kolesteatoma adalah epitel kulit yang berada pada tempat yang salah, atau menurut
pemahaman penulis; kolesteatoma dapat terjadi oleh karena adanya epitel kulit yang
terperangkap. 1
Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh epitel kulit (keratinizing stratified squamous
epithelium) pada tubuh kita berada pada lokasi yang terbuka/terpapar ke dunia luar. Epitel kulit
di liang telinga merupakan suatu daerah Cul-de-sac sehingga apabila terdapat serumen padat di
telinga pada waktu yang lama maka dari epitel kulit yang berada medial dari serumen tersebut
seakan terperangkap sehingga membentuk kolesteatoma. 1
Klasifikasi1
Kolesteatoma dapat dibagi atas 2 jenis:
1. Kolesteatoma kongenital yang terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada
telinga dengan membrane timpani utuh tanpa tanda tanda infeksi. Lokasi kolesteatom
10
adanya
perforasi
membrane
timpani.
Kolesteatoma terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang
telinga atau dari pinggir perforasi membrane timpani ke telinga tengah (Teori
migrasi) atau terjadi akibat metaplasia mukosa kavum timpani karena iritasi
infeksi yang berlangsung lama (Teori metaplasia) 1
Pada teori implantasi dikatakan bahwa kolesteatoma terjadi akibat implantasi epitel kulit
secara iatrogenic ke dalam telinga tengah sewaktu operasi, setelah blust injury, pemasangan pipa
ventilasi atau setelah miringotomi. 1
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tempat pertumbuhan kuman (infeksi),
yang paling sering adalah Proteus dan Pseudomonas Aeruginosa. Sebaliknya infeksi dapat
memicu respons imun local yang mengakibatkan produksi berbagai mediator inflamasi dan
berbagai sitokin. Sitokin yang diidentifikasi terdapat pada matriks kolesteatoma adalah
interleukin (IL-1), interleukin-6, tumor necrosis factor- (TNF-), dan transforming growth
factor (TGF). Zat-zat ini dapat menstimulasi sel sel keratinosit matriks kolesteatoma bersifat
hiperploferatif, destruktif, dan mampu berangiogenesis. 1
Massa kolesteatoma ini akan menekan dan mendesak organ di sekitarnya serta
menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang diperhebat
oleh karena pembentukan reaksi asam oleh pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini
mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis dan abses otak. 1
11
megarah ke dalam tulang temporal, maka akan menyebabkan paresis N Facialis atau labirinitis.
Bila kea rah kranial, akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis,
meningitis dan abses otak. Bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu
jaringan granulasi akan terbentuk. Pada otitis media supuratif akut atau suatu eksaserbasi akut
penyebaran biasanya melalui osteotromboflebitis (hematogen). Sedangkan pada kasus yang
kronis, penyebaran terjadi melalui erosi tulang. Cara penyebaran lainnya ialah toksin masuk
melalui jalan yang sudah ada, misalnya melalui fenestra rotundum, meatus akustikus internus,
duktus perilimfatik dan duktus endolimfatik. 1
Dari gejala dan tanda yang ditemukan, dapat diperkirakan jalan penyebaran suatu infeksi
telinga tengah ke intracranial. Terdapat 3 macam penyebaran penyakit Otitis Media
1. Penyebaran hematogen
Penyebaran melalui osteotromboflebitis dapat diketahui dengan adanya :
a. Komplikasi terjadi pada awal suatu infeksi atau eksaserbasi akut, dapat terjadi
pada hari pertama atau kedua sampai hari ke sepuluh
b. Gejala prodromal tidak jelas seperti didapatkan pada gejala meningitis local
c. Pada operasi, didapatkan dinding tulang telinga tengah utuh, dan tulang serta
lapisan mukoperiosteal meradang dan mudah berdarah, sehingga disebut juga
mastoiditis hemoragika
2. Penyebaran melalui erosi tulang
Penyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui, bila :
a. Komplikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit
b. Gejala prodromal infeksi local biasanya mendahului gejala infeksi yang lebih
luas, misalnya paresis N facialis ringan yang hilang timbul mendahului paresis n
Facialis yang total, atau gejala meningitis local mendahului yang purulent
c. Pada operasi dapat ditemukan lapisan tulang yang rusak di antara focus supurasi
dengan struktur sekitarnya. Struktur jaringan lunak yang terbuka biasanya dilapisi
oleh jaringan granulasi.
3. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada
Penyebaran cara ini dapat diketahui bila :
a. Komplikasi terjadi pada awal penyakit
b. Ada serangan labirinitis atau meningitis berulang, mungkin dapat ditemukan
fraktur tenggorok, riwayat operasi tulang atau riwayat otitis media yang sudah
sembuh. Komplikasi intracranial mengikuti komplikasi labirinitis supuratif
c. Pada operasi dapat ditemukan jalan penjalaran melalui sawar tulang yang bukan
oleh karena erosi. 1
13
Beberapa penulis mengemukakan klasifikasi komplikasi otitis media yang supuratif dibagi
menjadi : 1
1. Komplikasi di telinga tengah
Akibat infeksi telinga tengah hampir selalu berupa tuli konduktif. Pada membrane
timpani yang masih utuh, tetapi rangkaian tulang pendengaran terputus, akan
menyebabkan tuli konduktif yang berat. Biasanya derajat tuli konduktif tidak selalu
berhubungan dengan penyakitnya, sebab jaringan patologis yang terdapat di kavum
timpani pun, misalnya kolesteatoma dapat menghantarkan suara ke telinga dalam.
a. Perforasi membrane timpani persisten
b. Kerusakan tulang pendengaran
c. Paresis nervus facialis
Nervus facialis dapat terkena oleh penyebaran infeksi langsung ke kanalis
facialis pada otitis media akut. Pada otitis media kronis kerusakan terjadi oleh
erosi tulang oleh kolesteatom atau oleh jaringan granulasi, disusul oleh infeksi ke
dalam kanalis facialis tersebut.
Pada otitis media akut operasi dekompresi kanalis facialis tidak
diperlukan. Perlu diberikan antibiotika dosis tinggi dan terapi penunjang lainnya,
serta menghilangkan tekanan di dalam kavum timpani dengan drainase. Bila
dalam jangka waktu tertentu ternyata tidak ada perbaikan setelah diukur dengan
elektrodiagnostik (misalnya elektromiografi), barulah dipikirkan untuk melakukan
dekompresi.
Pada otitis media supuratif kronis, tindakan dekompresi harus sefera
dilakukan tanpa harus menunggu pemeriksaan elektrodiagnositik. 1
2. Komplikasi di telinga dalam
Apabila terdapat peninggian tekanan di telinga tengah oleh produk infeksi, ada
kemungkinan produk infeksi itu akan menyebar ke telinga dalam melalui tingkap bulat
(fenestra rotundum). Selama kerusakan hanya sampai bagian basalnya saja biasanya tidak
menimbulkan keluhan pada pasien. Akan tetapi apabila kerusakan telah menyebar ke
koklea akan menjadi masalah. Hal ini sering dipakai sebagai indikasi untuk melakukan
miringotomi segera pada otitis media akut yang tidak membaik dalam 48 jam dengan
pengobatan medika mentosa saja. 1
Penyebaran oleh proses destruksi seperti oleh kolesteatoma atu infeksi langsung
ke labirin akan menyebabkan gangguan keseimbangan dan pendengaran. Misalnya
vertigo, mual dan muntah, serta tuli saraf. 1
14
15
16
pada pemeriksaan CSS terdapat bakteri pada bentuk yang umum (general),
sedangkan pada bentuk yang terlokalisasi tidak ditemukan bakteri.
Gambaran klinik meningitis biasanya berupa kaku kuduk, kenaikan suhu
tubuh, mual, muntah, yang kadang kadang muntahnya muncrat (proyektif), serta
nyeri kepala hebat. Pada kasus yang berat biasanya kesadaran menurun (delirium
sampai koma). Pada pemeriksaan klinik terdapat kaku kuduk waktu difleksikan
dan terdapat tanda kernig positif. Biasanya kadar gula menurun dan kadar protein
meninggi di CSS.
Pengobatan meningitis otogenik ini ialah dengan mengobati meningitisnya
dulu dengan antibiotic yang sesuai, kemudian infeksi di telinganya ditanggulangi
dengan operasi mastoidektomi.
b. Abses otak
Abses otak sebagai komplikasi otitis media dan mastoiditis dapat
ditemukan di serebelum, fosa kranial posterior atau di lobus temporal, di fosa
kranial media. Keadaan ini sering berhubungan tromboflebitis sinus lateralis,
petrositis, atau meningitis. Abses otak biasanya merupakan perluasan langsung
dari infeksi telinga dan mastoid atau trombofletbitis. Umumnya didahului oleh
suatu abses ekstradural.
Gejala abses serebelum biasanya lebih jelas daripada abses lobus
temporal. Abses serebelum dapat ditandai dengan ataksia, disdiadokokinesis,
tremor intensif dan tidak tepat menunjuk suatu objek. Afasia dapat terjadi pada
abses lobus temporal. Gejala lain yang menunjukkan adanya toksisitas, berupa
nyeri kepala, demam, muntah serta keadaan letargik. Selain itu sebagai tanda yang
nyata suatu abses otak ialah nadi yang lambat serta serangan kejang. Pemeriksaan
CSS memperlihatkan kadar protein yang meninggi serta kenaikan tekanan liquor.
Mungkin juga terdapat edema papil. Lokasi abses dapat ditentukan dengan
pemeriksaan angiografi, ventrikulografi atau dengan tomografi computer.
Pengobatan abses otak ialah dengan antibiotika parenteral dosis tinggi
(protocol terapi komplikasi intracranial), dengan atau tanpa operasi untuk
melakukan drenasi dari lesi. Selain itu pengobatan dengan antibiotika harus
intensif. Mastoidektomi dilakukan untuk membuang sumber infeksi, pada waktu
keadaan umum lebih baik.
c. Hidrosefalus otitis
18
Etiologi
Mastoiditis terjadi karena Streptococcus hemoliticus / pneumococcus. Selain itu
kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga
serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi traktus
respiratorius. Pada pemeriksaan telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang
berbau busuk akibat infeksi traktus respiratorius. Mastoiditis merupakan hasil dari infeksi
yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama
dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah. Bakteri gram negative dan
streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi
ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan
penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi
mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-anak yang
menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah sebelumnya.
Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S. Pnemonieae. 4
Terapi OMSK
19
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang ulang. Secret
yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh
satu atau beberapa keadaan, yaitu : 1
1. Adanya perforasi membrane timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal
3. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid
4. Gizi dan higiena yang kurang1
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila secret
yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H 2O2 3% selama
3-5 hari. Setelah secret berkurang maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga
yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid . banyak ahli berpendaoat bahwa semua obat
tetes yang dijual di pasaran ini mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu
penulis menganjurkan agar obat tetes telinga jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1
atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari
golongan ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum hasil tes
resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap
ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat. 1
Bila secret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan,
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membrane timpani yang perforasi,
mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran. 1
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan secret tetap ada, atau terjadinya infeksi
berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan
pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi. 1
20
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :
a. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan
ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan
telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki. 1
b. Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau
kolesteatoma yang sudah meluas. 1
Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari
semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga
tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi
tersebut menjadi 1 ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua
jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intracranial. 1
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur
hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk control supaya tidak terjadi
21
22
Gambar
Gambar
4.4.
Algoritma
Algoritma
11,6
1
23
Gambar 5. Algoritma 21,6
Penutup
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah radang kronis telinga tengah dengan
perforasi membrane timpani serta riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2
bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Penatalaksanaan OMSK membutuhkan waktu yang
cukup lama dan bila tidak ditangani dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi yang dapat
berujung pada kematian. Komplikasi intrakranial dari OMSK yang paling sering ditemukan
adalah meningitis. Gejala klinis dari meningitis dijumpai adanya demam, sakit kepala, kaku
kuduk, muntah, perubahan dari status mental ataupun kesadaran menurun. Sedangkan pada
otogenik dijumpai adanya otorrhoe, otalgi, gangguan pendengaran, dan vertigo. Prinsip
penanganan pada OMSK tipe aman adalah dengan medikamentosa dan sering kurang invasive,
sedangkan penatalaksanaan pada OMSK tipe bahaya adalah dengan pembedahan, yaitu
mastoidektomi.
Daftar Pustaka
24
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok kepala & leher. 7th edition. Jakarta: Badan Penerbit FK UI, 2014 .h. 627, 70-5.
2. Ganong, William. Pendengaran dan Keseimbangan dalam: Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC,2012.h. 179 185.
3. Nursiah S. Pola kuman aerob penyebab OMSK dan kepekaan terhadap beberapa
antibiotika di bagian THT. Bagian Penerbit Library USU. 2003.
4. Asroel HA, Siregar DR, Aboet A. Profil penderita otitis media supuratif kronis. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional; 2013; h. 568
5. Braunwald E, et al. Harrisons principles of internal medicine. Edisi ke-17. Amerika
Serikat: McGraw-Hill; 2009.
6. Sumber Gambar diambil dari Google Image. Diunduh pada tanggal 02 November 2015.
25