Anda di halaman 1dari 11

Sistem Pengeringan Pangan

Definisi Pengeringan
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air bahan sampai mencapai
kadar air tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan produk akibat
aktivitas biologi dan kimia. Pengeringan pada dasarnya merupakan proses
perpindahan energy yang digunakan untuk menguapkan air yang berada dalam
bahan, sehingga mencapai kadar air tertentu agar kerusakan bahan pangan dapat
diperlambat. Kelembapan udara pengering harus memenuhi syarat yaitu sebesar 55
60% (Pinem, 2004).
Menurut Hasibun (2005) bahwa bahasa pengeringan merupakan penghidratan,
yang berarti menghilangkan air dari suatu bahan. Proses pengeringan atau
penghidratan berlaku apabila bahan yang dikeringkan kehilangan sebahagian atau
keseluruhan air yang dikandungnya. Proses utama yang terjadi pacta proses
pengeringan adalah penguapan. Penguapan terjadi apabila air yang dikandung oleh
suatu bahan teruap, yaitu apabila panas diberikan kepada bahan tersebut. Panas ini
dapat diberikan melalui berbagai sumber, seperti kayu api, minyak dan gas, arang
baru ataupun tenaga surya.
Ditambahkan

penjelasan

menurut

Juliana

dan

Somnaikubun

(2008),

pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan


sebagian besar air dari suatu bahan melalui penerapan energi panas. Pengeringan
dapat dilakukan dengan memanfaatkan energi surya (pengeringan alami) dan dapat
juga dilakukan dengan menggunakan peraiatan khusus yang digerakkan dengan
tenaga listrik Proses pengeringan bahan pangan dipengaruhi oleh luas permukaan
bahan pangan, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap air dan sumber energi
yang digunakan serta jenis bahan yang akan dikeringkan. Nilai gizi makanan yang
kering

akan

lebih

rendah

jika dibandingkan

dengan

makanan

yang

segar.

Pengeringan akan menyebabkan tejadinya perubahan warna, tekstur dan aroma


bahan pangan. Pada umunmya bahan pangan yang diikeringkan akan mengalami
pencoklatan(browning) yang

disebabkan

oleh

reaksi-reaksi

non-enzimatik.

Pengeringan menyebabkan kadar air bahan pangan menjadi rendah yang juga akan
menyebabkan zat-zat yang terdapat pada bahan pangan seperti protein, lemak,
karbohidrat dan mineral akan lebih terkonsentrasi. Vitamin - vitamin yang terdapat
dalam bahan pangan yang dikeringkan akan mengalami penurunan mutu, hal ini
disebabkan karena ada berberapa vitamin yang tidak tahan terhadap suhu tinggi.
Proses pengeringan yang berlangsung pada suhu yang sangat tinggi akan
menyebabkan terjadinya case hardening, yaitu bagian permukaan bahan pangan
sudah kering sekali bahkan mengeras sedangkan bagian dalamnya masih basah.

Prinsip Pengeringan
Proses pengeringan pada prinsipnya adalah proses mengurangi kadar air
dalam ikan. Menurut Abdullah (2003), untuk mencegah bakteri dan enzyme bekerja
dalam ikan, selain mengurangi kadar air dalam ikan, diperlukan juga pengendalian
temperatur dan RH udara tempat penyimpanan ikan. Beberapa variabel yang
penting dalam proses pengeringan ikan adalah: temperatur, RH dan laju aliran
udara serta waktu pengeringan. Kadar air ikan bervariasi antara 50% - 80%. Untuk
mengurangi aktivitas bakteri dan enzym, kadar air ikan sebaiknya dijaga dibawah
25% (Handoyo et al., 2011).
Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena
perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Dalam
hal ini, kandungan uap air udara lebih sedikit atau udara mempunyai kelembapan
nisbi yang rendah sehingga terjadi penguapan (Adawyah, 2006).
Proses pengeringan didasari oleh terjadinya penguapan air (pengisapan air
oleh udara) sebagai akibat perbedaan kandungan air produk dengan udara sekitar.
Apabila kandungan uap air diudara cukup rendah berarti udara mempunyai
kelembaban nisbi yang rendah sehingga kesempatan untuk terjadinya penguapan
semakin besar. Makin tinggi perbedaan kandungan uap air di udara dengan produk,
maka semakin banyak kandungan air yang dikeringkan dapat menguap karena
kesanggupan udara untuk menampungnya semakin besar (Zaelanie, 2004).
Menurut

Murniyati

dan

Sunarman

(2000),

cara

yang

umum

untuk

mengeringkan ikan adalah dengan menguapkan air dari tubuh ikan, yaitu dengan
menggunakan tiupan udara panas. Penguapan dimulai dari bagian permukaan,
kemudian menjalar kebagian bagian yang lebih dalam. Kecepatan penguapan atau
pengeringan ditentukan oleh factor factor sebagai berikut:
-

Kecepatan Udara, Makin cepat udara bertiup di atas ikan, makin cepat ikan

menjadi kering.
-

Temperatur Udara, Makin tinggi temperature, makin cepat ikan menjadi

kering.
-

Kelembapan Udara, Makin lembab udara, makin lambat ikan menjadi kering

Ukuran dan Tebal Ikan, Makin tebal ikan, makin lambat ikan kering. Namun

makin luas permukaan ikamn, makin cepat ikan menjadi kering.


-

Arah Aliran Udara Terhadap Ikan, Makin kecil sudut antara ikan dengan

arah aliran udara, makin cepat pengeringannya.


-

Sifat

Ikan, Makin

pengeringannya.
Proses Pengeringan

ikan

tersebut

berlemak,

makin

lama

dan

sulit

Menurut Suwarnadwipa dan Hendra (2008) proses pengeringan merupakan


proses perpindahan sejumlah massa uap air secara simultan, dengan membutuhkan
energy untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan
ke media pengering. Proses berpindahnya sejumlah massa uap air karena adanya
perbedaan konsentrasi uap air antara suatu bahan dengan lingkungannya.
Proses pengeringan yang diperoleh dengan cara penguapan air. Cara tersebut
dilakukan dengan menurunkan kelembapan nisbi udara dengan memengalirkan
udara penas disekeliling bahan, sehingga tekanan uap air bahan lebih besar dari
pada tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan itu menyebabkan terjadinya
aliran uap air dari bahan ke udara (Adawyah, 2006).
Selain perbedaan tekanan uap yang mempengaruhi proses pengeringan,
menurut Setyoko et al., (2008), Proses pengeringan ini dipengaruhi oleh suhu,
kelembaban udara lingkungan, kecepatan aliran udara pengering, kandungan air
yang diinginkan, energi pengeringan dan kapasitas pengeringan. Pengeringan yang
terlampau cepat dapat merusak bahan sehubungan permukaan bahan terlalu cepat
kering sehingga kurang bisa diimbangi dengan kecepatan gerakan air bahan
menuju permukaan. Dan lebih lanjut, pengeringan cepat menyebabkan pengerasan
pada permukaan bahan sehingga air dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena
terhambat. Di samping itu, kondisi pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi
dapat merusak bahan. Pengaturan suhu dan lamanya waktu pengeringan dilakukan
dengan mem perhatikan kontak antara alat pengering dengan alat pemanas (baik
berupa udara panas yang dialirkan maupun alat pemanas lainnya). Namun demi
pertimbangan-pertim bangan standar gizi maka pemanasan dianjurkan tidak lebih
dari 850C.
Teknik Pengeringan
Munurut Murniyati dan Sunarman (2000), pada dasarnya, cara cara
pengeringam atau pengurangan kadar air dapat dibagi menjadi dua golongan
sebagai berikut:
a.

Pengeringan Alami (natural drying)

b.

Pengeringan Buatan (artificial drying) atau Pengeringan Mekanis

(mechanical drying).
Pengeringan Alami
a.

Pengeringan dengan Sinar Matahari


Menurut Handoyo et al., (2011), proses pengawetan yang sering dilakukan

nelayan,

terutama

di

daerah

Ujung

Pandang,

adalah

dengan

pengeringan

tradisional setelah dibersihkan dan digarami. Pengeringan dilakukan dengan

menjemur ikan selama 3 hari jika cuaca cerah dan membalik-balik ikan sebanyak
4 5 kali agar pengeringan merata. Pengeringan tradisional ini memerlukan tempat
yang luas karena ikan yang dikeringkan tidak bisa ditumpuk saat dijemur. Pada saat
udara luar terlalu kering dan panas, pengeringan dapat terjadi terlalu cepat
sehingga terjadi case hardening (permukaan daging ikan mengeras). Masalah lain
adalah kebersihan/higienitas ikan yang dikeringkan sangat kurang karena proses
pengeringan dilakukan di tempat terbuka yang memungkinkan dihinggapi debu dan
lalat.
Cara tersebut memang sangat sederhana sehingga setiap orang dapat
melaksanakannya bahkan tanpa alat sekalipun, dikenal dengan penjemuran.
Keuntungan pengeringan dengan menggunakan sinar metahari tidak diperlukan
penanganan khhusus dan mahal serta dapat dikerjakan oleh siapa saja. Namun
kelemahan dari pengeringan dengan menggunakan sinarmatahari berjalan sangat
lambat sehingga terjadi pembusukan sebelum menjadi kering. Hasil pengeringan
pun tidak merata dan pelaksanaan tergantung oleh alam. Jarang diperoleh ikan
kering yang berkualitas tinggi, selain itu memerlukan tempat yang luas dan udah
terkontaminasi (Adawyah, 2007).
Di dalam pengeringan alami yang hanya memanfaatkan sinar matahari dan
angin, ikan dijemur diatas rak rak yang dipasang agak miring (15 0) kearah
datangnya angin, dan diletakkan di bawah sinar matahari tempat angin bebas
bertiup. Angin berfungsi memindahkan uap air yang terlepas dari ikan ketempat
lain, sehingga penguapan dapat berlangsung lebih cepat. Tanpa ada pergerakan
udara, misalnya jika penjemuran dilakukan pada tempat tertutup dan tidak ada
angin di tempat itu, maka pengerngan akan berjalan lambat. Bagitu halnya dengan
intensitas sinar matahari, Intensitas sinar matahari mempengaruhi kecepatan
penguapan. Penguapan berjalan lebih lambat apabila tidak ada sinar matahari
(Murniyati dan Sunarman. 2000)
Menurut Zaelanie (2004), pada musim hujan, pengerigan ikan biasanya akan
berjalan lebih lambat, apalgi bila tidak ada angin. Hal ini sangat merugikan karena
pembusukan sering kali terjadi. Sebaliknya jika udara terlalu panas, pengeringan
terlalu cepat sehingga dapat tgerjadi case hardening yaitu pengerasan permukaan
tubuh ikan tetapi bagiian dalamnya masih basah. Kerugian akibat hal ini dapat di
cegah dengan cara:
-

Penjemuran dilakukan ditempat yang teduh (dibawah atap)

Penjemuran secara periodic, misalnya ikan dijemur pada pagi sampai

siang hari kemudian diangkat dan sore hari dijemur lagi.


b.

Pengeringan Rumah Kaca/Surya

Menurut Tapotubun

dan

fien

(2008),

Untuk mengetasi

kontaminasi,

pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan rumah pengering surya


berpelidung kasa yang tembus cahayapada bagian atas sehingga pengeringan
dapat berjalan dengan baik. Sedangkan untuk bagian bawah dan samping
digunakan kasa berwarna gelap atau hitam sehingga panas yang masuk tidak
langsung keluar tetapi terkumpul di rumah pengering sehingga proses pengeringan
berlangsung lebih cepat.
Dijelaskan pula dalam penelitian Handoyo et al., (2011), proses pengeringan
ikan di beberapa negara di Afrika, seperti di Negara Sao Tome and Principe, Negeria
dan Congo telah menggunakan pengering surya terutama setelah adanya
kampanye untuk memperhatikan kesehatan (terkait pengeringan tradisional yang
kurang higienis) yang diadakan oleh kaum wanita pada akhir tahun 2001. Pengering
surya mempunyai keuntungan: sederhana, biaya rendah dan tidak memerlukan
banyak tenaga kerja. Waktu proses pengeringan dengan pengering surya dapat
berkurang

sebanyak

65%

dibanding

pengeringan

tradisional

yang

hanya

menggunakan sinar matahari di tempat terbuka. Dengan pengering surya, ikan


yang telah dikeringkan punya kualitas lebih baik dan bahkan harga jual meningkat
20% dibanding sebelumnya di Sao Tome and Principe. Pengering surya untuk ikan
dapat

berupa

ruang

kaca

yang

memanfaatkan

efek

rumah

kaca

(green-

house effect) dan dapat pula menggunakan kolektor surya yang dihubungkan
dengan ruang pengering.
Suhu dalam ruangan dapat ditingkatkan dengan penggunaan bidang warna
hitam. Bidang hitam (misalnya:lembaran plastic hitam) bersifat menyerap panas
lebih cepat. Lembaran plastic warna hitam ini dapat dijadikan sebagai alas rak rak
penjemur ikan dan dapat juga diletakkan di sebagian dinding. Sisi yang hitam
diletakkan di bagian barat pada pagi hari dan di bagian timur pada sore hari.
Pengering rumah kaca ini sangat bermanfaat dalam upaya peningkatan hygiene.
Gangguan lalat, kontaminasi debu, dan kotoran dapat diminimalisasi. Manfaat lain
adalah ketika musim hujan, air hujan tidak akan membasahi ikan dan kita tidak
perlu memindahkan ikan ketempat yang teduh (Zaelanie et al., 2004).
Pengeringan Buatan
a.

Pengeringan mekanis
Menurut Murniyati dan Sunarman (2000), karena banyaknya kesultan- kesulitan

yang didapat pada pengeringan secara alami, maka manusia telah mencoba
membuat peralatan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara yang
lebih efisien. Alat pengering mekanis berupa suatu ruang atau cabinet dengan

udara panas yang ditiupkan didalamnya. Hal hal pokok yang membuat
pengeringan mekanis ini lebih baik daripada pengeringan alami ialah:
1.

Suhu, kelembapan, dan kecepatan angin dapat diukur

2.

Sanitasi dan hygiene dapat lebih mudah dikendalikan

Disambung penjelasan menurut Zaelanie (2004), pemanasan udara dalam


pengering mekanis (dryer) dapat dilakukan menggunakan:

Pipa-pipa yang berisi uap panas didalamnya

Logam atau batu yang dipanaskan dengan api

Elemen pemanas listrik

Pemindahan panas dengan mesin pendingin

Udara dalam dryer disirkulasikan dengan blower (kipas angin) yang terletak
didalam ruangan atau di dinding. Kecepatan udara yang optimal adalh 70 100
m/menit. Semua iakn dalam dryer diusahakan mengalami pengeringan yang
merata.
Ditambahkan menurut Adawyah (2007), cara pengeringannya yaitu udara
dipanaskan kemudian dialirkan kedalam ruangan yang berisi ikan dalam rak-rak
pengering melalui pertolongan kipas angin. Setelah cukup kering, ikan dikeluarkan
dan diganti dengan ikan yang lainnya, demikian dilakukan terus menerus. Di
Indonesia pernah dicoba alat pengering berbentuk trowongan (tunnel dryer), bentuk
lemari (cabinet dryer), dan cool dryer.
Digambarkan dalam penelitian Haryanto et al., (2008) bahwa alat pengering
tipe cabinet (cabinet dryer) dalam skala kecil berkapasitas 5 kg. spesifikasi alat
pengering ini adalah berupa kotak bertingkat, bagian bawah utuk pengeringan dan
bagian atas untuk sirkulasi pengembalian udara. Dimensi panjang kabin 190 cn,
lebar 65 cm, tinggi 97 cm. Udara pengering di sirkulasikan dengan 9 buah kipas
berdiameter 12 cm dengan kecepata 1,1 m/s. Udara pengering didehumidifikasikan
dengan dehumifier yang dibuat dari modifikasi AC dengan kompresor 0,5 PK.
Sumber pemanas menggunakan elemen lampu inframerah sebanyak 3 buah
masing-masing

berdaya

1500W

dilengkapi

dengan thermosfat.

Try

untuk

pengeringan berukuran 40x35 cm disusun bertingkat 11 dengan jarak antar tingkat


4 cm.
b.

Pengeringan vakum
Pengeringan vakum merupakan salah satu cara pengeringan bahan dalam

suatu ruangan yang tekanannya lebih rendah dibanding tekanan udara atmosfir.
Pengeringan dapat berlangsung dalam waktu relatif cepat walaupun pada suhu
yang lebih rendah daripada pengeringan atmosfir. Dengan tekanan uap air dalam

udara yang lebih rendah, air pada bahan akan menguap pada suhu rendah (Astuti,
2008).
Ditambahkan penjelasan menurut Zaelanie et al., (2004), Ikan bisa juga
dikeringakan dengan menggunakan suhu di bawah titik beku. Dalam hal ini, air
dalam tubuh ikan terlebih dahulu dibekukan kemudian disublimasikan dengan
bantuan pompa hampa. Jadi ikan dikeringkan dalam keadan beku hampa. Kelebihan
dari metode ini adalah ikan lebih ringan karena lebih banyak air yang keluar dan
tahan lama, serta proses pengeringan berjalan lebih cepat. Akan tetapi metode
vakum belum bias dijalankan secara ekonomis karena alatnya yang relative mahal.
Cara kerja dari pengeringan metode vakum ini sebagai berikut:
-

Ikan yang akan dikeringkan, dimasukkan kedalam ruang pengeringan.

Tekanan dalam ruang pengering kemudian diturunkan dengan pompa hampa

kira kira menjadi 2mmHg. Penurunan tekanan ini menyebabkan penurunan


temperature sehingga ikan membeku, sebab dengan tekanan tersebut sehu
menjadi -100C
-

Ikan yang beku mengalami pengeringan karena es di dalam tubuh ikan

merubah menjadi uap air (menyublim) sebagai akibat tekanan yang rendah.
Akhirnya ikan akan menjadi lebih ringan
-

Uap air yang terjadi masuk kedalam kondensor dan dirubah menjadi es dengan

bantuan dari refrigerator

Tabel Perbedaan Pengeringan Tekanan Normal dengan Hampa Udara

Parameter
Tekanan
Waktu
Air yang hilang

Tekanan Normal
760 mmHg
146 jam
78,5%

Hampa Udara
2 mmHg
11 jam
79,2%

DAFTAR PUSTAKA
Astutik,Sri

Mulia

2008. Teknik

Pengeringan

Bawang

Merah

Dengan

Cara

Perlakuan Suhu dan Tekanan Fakum. Teknik Pertanian Vol. 13 No. 2


Hasibun Rosdaneli, 2005. Proses Pengeringan. Program Studi Teknik Kimia Fakultas
Teknik Sumatra Utara
Pinem, 2004. Rancang Bangun Alat Pengeringan Ikan Teri Kapasitas 12kg/jam.
Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin. Politeknik Negeri Malang. Jurnal Teknik
SIMETRIKA Vol.3. No.3. 249-253
Setyoko Bambang,Senen,Seno Darmanto,

2008. Pengeringan ikan teri dengan

system vakum dan paksa. Edisi XI, No 1 Pebruari 2008.


Suwarnadwipa dan Hendra. 2008. Pengeringan jamur dengan dehumidifier. Jurusan
Teknik Mesimn Uiversitasa Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Bali.
Tapotubun A.M. dan Fien Soedirjo. 2008. Pengaruh Waktu Pengeringan Terhadap
Kwalitas Dendeng Ikan Rucah Selma Penyimpanan. Seminar Nasional Tahunan
V Hasil Penelitian Perikananan dan Kelautan, 26 Juli 2008.
Zaelanie Kartini,MP,Rahma Nurdiani,SPi MAppSc,Ir.Sridayuti.2004. Diktat Matakuliah
Teknologi Hasil Perikanan I Fakultas Universitas Brawijaya Malang.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengeringan

Pengeringan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Untuk metode pengawetan makanan, lihat Pengeringan (makanan).


Pengeringan adalah proses perpindahan massa air atau pelarut lainnya dari suatu
zat padat atau semi padat dengan menggunakan penguapan[1]. Proses ini seringkali merupakan
tahap akhir proses prduksi sebelum dikemas atau dijual ke konsumen. Benda yang telah
dikeringkan akan menjadi benda yang padat dalam wujud bubuk (misal susu bubuk) maupun
potongan besar (misal kayu) meski bahan awal sebelum pengeringan adalah benda semi padat
(misal keju"hijau"). Sumber panas dan cara penghantaran panas dibutuhkan dalam pengeringan.
Dalam pengeringan konveksi, aliran gas (misal udara) dipanaskan lalu dipaparkan ke bahan yang
akan dikeringkan sehingga gas tersebut membawa uap air. Pengeringan vakum memanaskan
bahan secara konduksi atau radiasisementara uap air dihisap keluar. Metode tidak langsung lainnya
adalah pengeringan drum. Metode lain dalam ekstraksi cairan seperti
menggunakan sentrifugasi tidak disebut sebagai proses pengeringan.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Mekanisme pengeringan

2 Metode pengeringan

3 Tujuan pengeringan

4 Referensi

5 Bahan bacaan terkait

6 Pranala luar

Mekanisme pengeringan[sunting | sunting sumber]


Beberapa bahan yang memiliki kadar air awal yang relatif tinggi, pengurangan kadar air awal secara
linear dapat dihitung berdasarkan fungsinya berdasarkan waktu pada interval waktu tertentu, yang
disebut dengan "periode laju pengeringan konstan". Biasanya pada periode ini, kadar air permukaan
di luar partikel sedang berpindah dari bahan. Laju pengeringan pada periode ini bergantung pada
laju pindah panas dari bahan. Jika pengeringan dilanjutkan, kemiringan kurva akan berubah menjadi
lebih landai (laju pengeringan berkurang) dan tidak menjadi linear, hingga akhirnya kurva menjadi
datar. Kadar air produk lalu berada pada kondisi konstan yang disebut dengan kadar air
kesetimbangan. Selama periode berkurangnya laju pengeringan, migrasi air dari bagian dalam ke

permukaan bahan terjadi secara difusi molekular di mana bagian yang lebih basah (bagian dalam)
memindahkan air ke bagian yang lebih kering (bagian permukaan). Bahan yang dikeringkan
umumnya akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran yang signifikan, kecuali pada
proses pengeringan beku.

Metode pengeringan[sunting | sunting sumber]

Dalam diagram fase, batas antara wujud gas dan cair bergerak dari titik tripel ke titik kritis. Pengeringan biasa
ditunjukan dengan panah hijau,pengeringan superkritis dengan warna merah, dan pengeringan bekuditunjukan
dengan warna biru.

Beberapa metode pengeringan yang umum:

Penjemuran

Aplikasi udara panas (pengeringan secara konveksi). Udara yang dipanaskan meningkatkan
kelembaban relatif udara, sehingga mampu mengangkat uap air dari bahan yang terpanaskan
oleh udara.

Pengeringan kontak (melalui dinding yang terpanaskan) pada pengeringan drum dan
pengeringan vakum.

Pengeringan dielektrik, di mana frekuensi radio atau gelombang mikro diserap oleh bahan.

Pengeringan beku di mana cairan dibekukan sebelum dikeringkan secara sublimasi (es
langsung menjadi uap).

Pengeringan superkritis

Tujuan pengeringan[sunting | sunting sumber]

Pengeringan ikan di Muara Angke

Bahan pangan dikeringkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri sehingga memperlambat


pembusukan. Tingkat pengawetan makanan dari proses pengeringan sangat bergantung pada jenis
produk; meski kadar air sudah tidak ada, namun keberadaan lemak dan protein masih mampu
menghidupi bakteri. Produk seperti susu bubuk harus dikeringkan hingga ke kadar air yang sangat
rendah untuk mencegah susu bubuk menjadi lengket dalam penanganannya, dan kadar air ini jauh
lebih rendah dari kebutuhan dalam mencegah pertumbuhan bakteri. Bahan lain,
seperti biskuit dikeringkan hingga mencapai tingkat kerenyahan yang disukai oleh konsumen. Kayu
dikeringkan untuk mencegah pelapukan, memperingan, dan memperkuat kayu.

Anda mungkin juga menyukai