Anda di halaman 1dari 6

6.

pembahasan
Kolorimetri adalah suatu teknik analisis kuantitatif untuk sampel berwarna yang
digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu zat dengan cara membandingkan intensitas
cahaya dari warna larutan sampel dengan larutan standar. Prinsip analisis kolorimetri pada
penentuan besi yaitu dengan mereaksikan ion besi (III) dengan reagen tertentu sehingga
membentuk senyawa berwarna dan warna yang terbentuk dibandingkan dengan warna seri
larutan standar Fe3+ dan akan diperoleh konsentrasi besi dalam sampel tersebut. Senyawa
berwarna dalam percobaan ini disebut senyawa komplek. Senyawa komplek merupakan senyawa
yang tersusun dari suatu ion logam pusat yang satu atau lebih ligan yang menyumbangkan
elektron bebasnya kepada ion logam pusat atau senyawa yang memiliki sifat berwarna. Senyawa
komplek memiliki sifat berwarna jika orbital-d dari sebuah kompleks berpisah menjadi dua
kelompok, maka ketika molekul tersebut menyerap foton dari cahaya tampak, elektron yang
berada dalam orbital tersebut akan meloncat dari orbital-d yang berenergi lebih rendah ke orbitald yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaan atom yang terekstraksi. Perbedaan energi
atom yang berada dalam keadaan dasar dengan yang berada dalam keadaan terekstraksi sama
dengan energi foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan gelombang cahaya. Senyawa
tersebut akan memperlihatkan warna komplementer.
Langkah pertama dalam percobaan ini adalah membuat larutan standar Fe 3+ dengan
menimbang 0,86 gram NH4Fe(SO4)2.12H2O lalu ditambahkan 20 mL H2SO4 pekat, kemudian
diaduk. Penambahan H2SO4 dalam percobaan ini untuk mendeteksi unsur yang lain yang terdapat
dalam sampel, sehingga mendapatkan Fe3+ 10 ppm. Lalu dimasukkan ke dalam 1,2,4,6,8,10,12
mL larutan Fe3+ 10 ppm ke labu ukur dan ditambahkan 5 mL larutan KCNS 10% kemudian
diencerkan sampai tanda batas. Fungsi penambahan KCNS disini yaitu sebagai pembentuk warna
pada Fe3+ dimana warna yang dibentuk berwarna orange, disebabkan terbentuknya senyawa
komplek K3Fe(CN5)sehingga bisa dianalisa dengan metode kolorimetri. Kemudian, dihitung
konsentrasi masing-masing.
Standar 1 = 0,4 ppm
Standar 2 = 0,8 ppm
Standar 3 = 1,6 ppm
Standar 4 = 2,4 ppm
Standar 5 = 3,2 ppm
Standar 6 = 4 ppm
Standar 7 = 4,8 ppm
Lalu dilakukan preparasi sampel dengan menggunakan 1 tablet sampel suplemen zat besi,
lalu digerus, dan ditempatkan dalam gelas beker. Kemudian ditambahkan 20 mL asam sulfat 1 M
dilarutkan dengan stirer. Ditambahkan tetes demi tetes Kalium permanganate 0,1 M sampai
timbul warna ungu muda . Kalium permanganate disini sebagai oksidator. Lalu dimasukkan ke
dalam labu ukur diencerkan sampai tanda batas, dan diambil 5 mL larutan sampel dimasukkan
labu ukur 100 mL diencerkan sampai tanda batas. Setelah itu penentuan konsentrasi besi dalam
sampel. Diambil 10 mL larutan sampel dan dimasukkan ke labu ukur 25 mL dan ditambahkan 5
mL larutan KCNS 10 % dan diencerkan sampai tanda batas dengan akuades.` konsentrasi sampel
yang diperoleh yaitu 1,6 ppm dengan 25 mL. Reaksi oksidasi dari besi yang direaksikan dengan
permanganate :

5 Fe2+ + MnO4
8 H + 5 Fe3+ + Mn2+ + 4 H2O
Perbandingan warna yang terbentuk dengan warna larutan seri standar yaitu warna larutan seri
standar berwarna merah ke orange, dan warna larutan standar tidak berwarna. Pada larutan seri
standar semakin besar volume larutan standar Fe3+ semakin pekat warna nya.
Dalam percobaan ada faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari percobaan yang
diperoleh yaitu kesalahan dalam penempatan sampel, kurang teliti dalam melakukan
pengenceran sampel, alat dan bahan kurang steril dan telah terkontaminasi, volume kurang tepat,
salah dalam pembacaan, ukuran labu yang tidak sama, serta oksidasi.
7.

KESIMPULAN
Penentuan kadar atau konsentrasi Fe dengan analsia kolorometri NH 4Fe(SO4)2.12H2O yang ada
hubungannya dengan konsentrasi dari cahaya dan cahaya yang dinyatakan dalam hkum lambert
berrt.

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. J
menentukan kadar zat dalam suatu larutan yangdilakukan dengan titrasi berdasar
pembentukan endapan dengan ion Ag+.Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan
yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat
(AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yangdigunakan sehingga seluruh
ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat
ditentukan. (Al.Underwood,1992)Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi
dengan AgNO3 yaitu :
1. Titik akhir Potensiometri.
2. Titik akhir Amperometri.
3. Titik akhir dengan Indikator Kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan
kedalam larutan analit.
Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang
mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan
indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan
dalam larutan yang dititrasi.Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan
indikator titrasi netralisasi, yaitu :
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen
/analit.
2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.
(skogg,1965).Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat
dibedakan atas :

Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)

Model Volhard (Penentu zat warna yang mudah larut).

Metode Fajans (Indikator Absorbsi).

Argentometri Metode Mohr


Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi dengan
larutanstandar perak nitrat. Endapan putih perak klorida akan terbentuk selama proses
titrasi berlangsung dan digunakan indikator larutan kalium kromat encer. Setelah semua
ion kloridamengendap maka kelebihan ion Ag+
pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi denganindikator membentuk endapan
coklat kemerahan Ag2CrO4.

Prosedur ini disebut sebagai titrasiargentometri dengan metode Mohr.Reaksi yang


terjadi adalah sebagai berikut:
Ag+(aq) + Cl-(aq) -> AgCl(s) (endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) -> Ag2CrO4
(s) (coklat kemerahan)
(indigomorie, 2009)Penggunaan metode Mohr sangat terbatas jika dibandingkan
dengan metode Volhard dan Fajansdimana dengan metode ini hanya dapat dipakai
untuk menentukan konsentrasi ion Cl-, CN-, danBr -.
Titrasi argentometri dengan metode Mohr banyak dipakai untuk menentukan
kandungan kloridadalam berbagai contoh air, misalnya air sungai, air laut, air sumur, air
hasil pengolahan industrisabun, dan sebgainya.Yang perlu diperhatikan dalam
melakukan titrasi dengan metode Mohr adalah titrasi dilakukandengan kondisi larutan
berada pada pH dengan kisaran 7-10 disebabkan ion kromat adalah basakonjugasi dari
asam kromat. Oleh sebab itu jika pH dibawah 7 maka ion kromat akanterprotonasi
sehingga asam kromat akan mendominasi di dalam larutan akibatnya dalam
larutanyang bersifat sangat asam konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil untuk
memungkinkanterjadinya endapan Ag2CrO4
sehingga hal ini akan berakibat pada sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi. Pada pH
diatas 10 maka endapan AgOH yang berwarna kecoklatan akan terbentuk sehingga hal
ini akan menghalangi pengamatan titik akhir titrasi. Analit yang bersifat asam
dapatditambahkan kalsium karbonat agar pH nya berada pada kisaran pH tersebut atau
dapat jugadilakukan dengan menjenuhkan analit dengan menggunakan padatan
natrium hydrogen karbonat.Disebabkan kelarutan AgCl dan Ag2CrO4
dipengaruhi oleh suhu maka semua titrasi dilakukan pada temperatur yang sama.
Pengadukan / pengocokan selama larutan standar ditambahkansangat dianjurkan,
karena dapat mempermudah pengamatan pencapaian titik akhir titrasi dan perak
kromat yang terbentuk sebelum titik akhir titrasi dicapai dapat dipecah sehingga
terlarutkembali.Larutan silver nitrat dan endapan perak klorida yang terbentuk harus
dilindungi dari sinar matahari hal ini disebabkan perak klorida dapat terdekomposisi
menurut reaksi berikut:
AgCl(s) -> Ag(s) + Cl2(g)
(indigomorie, 2009)Konsentrasi ion perak pada saat terjadi titik equivalent titrasi klorida
ditentukan dari harga KspAgCl yaitu:
[Ag+] = (Ksp AgCl)exp1/2 = 1.35 x 10-5M
(indigomorie, 2009)Dan konsentrasi ion kromat yang diperlukan untuk inisiasi
terbentukanya endapan perak kromatadalah sebagai berikut:
[CrO42-] = Ksp / [Ag+]exp2 = 0,0066 M
(indigomorie, 2009)
Pada dasarnya untuk mencapai terbentuknya endapan perak kromat maka konsentrasi
ion kromatsejumlah tersebut harus ditambahkan akan tetapi konsentrasi ion kromat
sejumlah tersebutmenyebabkan terbentuknya warna kuning yang sangat intensif pada
larutan analit sehinggawarna perak kromat akan susah sekali untuk diamati oleh sebab
itu maka konsentrasi dibawahnilai tersebut sering digunakan.Konsekuensi dari

penurunan nilai konsentrasi ion kromat ini akan menyebebabkan semakin banyaknya
ion Ag+
yang dibutuhkan agar terbentuk endapan Ag2CrO4
pada saat terjadinya titik akhir titrasi, dan hal lain yaitu tidak mudahnya pengamatan
warna Ag2CrO4
diantara warna putihAgCl yang begitu banyak akan mendorong semakin besarnya
jumlah Ag2CrO4
yang terbentuk.Dua hal ini akan mempengaruhi keakuratan dan kepresisian hasil
analisis oleh sebab itudiperlukan blanko untuk mengoreksi hasil ditrasi. Blanko
diperlakukan dengan metode yangsama selama analisis akan tetapi tanpa kehadiran
analit
Prinsip :AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna
putih. Bila semua Cl-sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3,, maka kelebihan
sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO42-dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan, ini
berarti titik akhir titrasi telah dicapai, yaitu bila terbentukwarna merah bata dari endapan
Ag2CrO4.Reaksinya:Tingkat keasaman (pH) larutan yang mengandung NaCl
berpengaruh pada titrasi. Titrasi dengan metodeMohr dilakukan pada pH 8. Jika pH
terlalu asam (pH < 6), sebagian indikator K2CrO4 akan berbentukHCrO4-, sehingga
larutan AgNO3 lebih banyak yang dibutuhkan untuk membentuk endapan
Ag2CrO4.Pada pH basa (pH > 8), sebagian Ag+ akan diendapkan menjadi perak
karbonat atau perak hidroksida,sehingga larutan AgNO3 sebagai penitrasi lebih banyak
yang dibutuhkan.Pada metode ini, sejumlah volume larutan standar AgNO3
ditambahkan secara berlebih ke dalam larutanyang mengandung ion halida (X-). Sisa
larutan standar AgNO3
yang tidak bereaksi dengan Cldititrasidengan larutan standar tiosianat ( KSCN atau NH4SCN ) menggunakan
indikator besi (III) (Fe3+).
Reaksinyasebagai berikut ;
Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainnya dapat ditentukan
denganmenggunakan larutan standar perak nitrat. Larutan perak nitrat ditambahkan
secara berlebihkepada larutan analit dan kemudian kelebihan konsentrasi larutan Ag+
dititrasi dengan

Argentometri Metode Volhard


Titrasi argentometri dengan cara Volhard didasarkan atas pengendapan perak tiosianat
dalam larutan asam nitrat dengan menggunakan ion besi (III) untuk mengetahui adanya
ion tiosianat berlebih. Cara ini digunakan untuk titrasi langsung atau tidak langsung.
Cara titrasi langsung digunakan untuk menentukan kadar perak dan cara titrasi tidak
langsung digunakan untuk menentukan kadar klorida. Cuplikan yang mengandung
klorida direaksikan dengan perak nitrat berlebih, selanjutnya kelebihan perak nitrat
dititrasi dengan larutan tiosianat standar yang diketahui konsentrasinya. Titik akhir titrasi
dapat diketahui dengan terbentuknya warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat.

Metode Volhard pertama kali diperkenalkan oleh Jacobus Volhard, ahli kimia dari
Jerman pada tahun 1874. Dengan metode ini, larutan standar AgNO3 berlebih
ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ion halogen (misalnya Cl-). Kelebihan
ion Ag+ dalam suasana asam dititrasi dengan standar garam tiosianat (KSCN atau
NH4SCN) menggunakan indikator larutan Fe3+. Sampai titik ekivalen, terjadi reaksi
antara titran dan Ag+ membentuk endapan putih. Kelebihan titran menyebabkan reaksi
dengan indikator membentuk senyawa kompleks tiosianato ferrat (III) yang berwarna
merah.

Ag+(aq) + SCN-(aq) ---> AgSCN (s)


Fe3+(aq) + 6SCN-(aq) ---> [Fe(SCN)6]3Dalam proses titrasi ini terjadi pengendapan bertingkat, yaitu pengendapan ion halida
atau Cl- menjadi AgCl dan pengendapan garam AgSCN. Kedua garam tersebut dalam
sistem larutan ada dalam kesetimbangan sehingga persamaan berikut dipenuhi.

Argentometri Metode Fajans


Metode Fajans menggunakan indicator senyawa organic yang dapat diserap pada
permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung. Indicator
yang biasa digunakan yaitu indicator adsorbs diiododimetilfluoresen dan fluoresen
AgNO3 juga distandarisasi dengan NaCl dengan menggunakan indicator fluorescein.
Metode ini disebut dengan metode Fajans. Metode ini menggunakan adsorbsi yaitu
merupakan zat yang dapat diserap pada permukaan endapan sehingga dapat
menimbulkan warna. Pada metode fajans, dapat digunakan untuk menetapkan kadar
halide dengan menggunakan indicator adsorbs. Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang
mengandung zat berpendar fluor (ditambahkan indicator fluorescein), titik akhir
ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga dengan
endapan berwarna merah muda. Pada saat itulah tercapai titik ekivalen. Reaksi yang
terjadi adalah :
AgNO3(aq) + NaCl(aq) ---> AgCl(s) + NaNO3(aq

Anda mungkin juga menyukai