Anda di halaman 1dari 4

B.

Performance Measures

Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter hasil untuk
dicapai oleh program, investasi, dan akusisi yang dilakukan. Proses pengukuran kinerja
seringkali membutuhkan penggunaan bukti statistik untuk menentukan tingkat kemajuan
suatu organisasi dalam meraih tujuannya. Tujuan mendasar di balik dilakukannya pengukuran
adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum.

Good Performance Measures

Terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif
yaitu :
1. Ukuran Kriteria Tunggal (Single Criterium).
Yaitu ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja
manajernya. Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerjanya, orang akan
cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut sebagai akibat diabaikannya
kriteria yang lain yang kemungkinan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau
tidaknya perusahaan atau bagiannya.
Sebagai contoh manajer produksi diukur kinerjanya dari tercapainya target kuantitas produk
yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu kemungkinan akan mengabaikan pertimbangan
penting lainnya mengenai mutu, biaya, pemeliharaan equipment dan sumber daya manusia.
2. Ukuran Kriteria Beragam (Multiple Criterium)
Yaitu ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran dalam menilai kinerja
manajernya. Kriteria ini merupakan cara untuk mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam
pengukuran kinerja. Berbagai aspek kinerja manajer dicari ukuran kriterianya sehingga
seorang manajer diukur kinerjanya dengan berbagai kriteria. Tujuan penggunaan kriteria ini
adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengerahkan usahanya kepada berbagai kinerja.
Contohnya manajer divisi suatu perusahaan diukur kinerjanya dengan berbagai kriteria antara
lain profitabilitas, pangsa pasar, produktifitas, pengembangan karyawan, tanggung jawab
masyarakat, keseimbangan antara sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang. Karena
dalam ukuran kriteria beragan tidak ditentukan bobot tiap-tiap kinerja untuk menentukan
kinerja keseluruhan manajer yang diukur kinerjanya, maka manajer akan cenderung
mengarahkan usahanya, perhatian, dan sumber daya perusahaannya kepada kegiatan yang
menurut persepsinya menjanjikan perbaikan yang terbesar kinerjanya secara keseluruhan.
Tanpa ada penentuan bobot resmi tiap aspek kinerja yang dinilai didalam menilai kinerja
menyeluruh manajer, akan mendorong manajer yang diukur kinerjanya menggunakan
pertimbangan dan persepsinya masing-masing didalam memberikan bobot terhadap beragan
kriteria yang digunakan untuk menilai kinerjanya.

3. Ukuran Kriteria Gabungan (Composite Criterium)

Yaitu ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran memperhitungkan bobot
masing-masing ukuran dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja
manajernya. Karena disadari bahwa beberapa tujuan lebih panting bagi perusahaan secara
keseluruhan dibandingkan dengan tujuan yang lain, beberapa perusahaan memberikan bobot
angka tertentu kepada beragan kriteria kinerja untuk mendapatkan ukuran tunggal kinerja
manajer, setelah memperhitungkan bobot beragam kriteria kinerja masing-masing.

Controllability Principle

Pengendalian manajemen merupakan sebuah proses di mana para manajer mempengaruhi


anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasikan strategi organisasi.
Controllability Cost, Revenue, Profit, Investment / Asset concepts
Contollability Cost
Pengendalian biaya adalah proses atau usaha yang sistimatis dalam penetapan standar
pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, sistem informasi umpan balik,
membandingkan pelaksanaan nyata dengan perencanaan menentukan dan mengatur
penyimpangan-penyimpangan serta melakukan koreksi perbaikan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan, sehingga tujuan tercapai secara efektif dan efisien
dalam penggunaan biaya.
Controllability Revenue
Controllability Profit

Standard Cost : Conventional & Target Cost


Conventional cost
Konvensional (Tradisional) adalah sistem kalkulasi biaya yang menghitung biaya
overhead pabrik berdasarkan jumlah unit yang dihasilkan dan diukur dalam jam kerja
langsung, jam kerja mesin atau dalam jumlah rupiah tertentu.
Kalkulasi biaya produksi dalam metode tradisional ini menggunakan driver-driver
aktivitas berlevel unit untuk membebankan biaya overhead pabrik pada produk, yang
menggunakan asumsi bahwa biaya overhead pabrik yang dikonsumsi oleh suatu
produk mempunyai kolerasi yang sangat tinggi dengan jumlah unit yang
diproduksinya. Contoh driver-driver berlevel unit, misalnya:
1. Unit Yang Diproduksi,
2. Persentase Biaya Bahan Baku
3. Persentase Biaya Tenaga Kerja Langsung
4. Jam Kerja Langsung, dan
5. Jam Mesin.
Target Cost
Target costing menggunakan pendekatan data cost ditentukan (dipatok) terlebih
dahulu untuk kemudian diikuti oleh semua aktivitas di dalam perusahaan.
Konkretnya, managementmelalui serangkaian proses risetmempelajari kondisi
pasar (baik expektasi customer maupun tingkat kompetisi) terlebih dahulu, untuk
menentukan target cost. Selanjutnya, produk dirancang mengikuti skema target cost

yang telah ditentukan. Mulai dari proses perancangan dan proses produksi yang
sesungguhnya, usaha-usaha untuk meningkatkan efisiensi terus dilakukan, sehingga
target cost yang diharapkan bisa dicapai. Bisa dibilang, ini model market-oriented
costing.
Keunggulan: Model market-oriented dari metode target costing sangat bagus
diterapkan pada produksi barang yang memiliki tingkat kompetisi yang tinggi di
pasaran (consumer goods, apparels dan electronics misalnya).
Kelemahan: Satu-satunya kelemahan metode target costing ini adalah lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan riset dan perancangan produkyang jika tidak
dilakukan dengan time table yang ketat, bisa keteteran dalam menghadapi laju
perubahan time-value money dan inflasi dalam jangka panjang. Proses yang panjang
ini otomatis memakan waktu dan tenaga yang besar. Saya pribadi meng-hybrid-kan
metode ini dengan standard costing. Target costing saya gunakan khusus untuk produk
baru yang belum memiliki segment pasar pasti (untuk keperluan infiltrasi pasar).

Return On Investment
ROI (Return On Investment) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang
dimaksudkan dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang
ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan.
Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor :
a. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi
b. Profit Margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase
dan jumlah penjualan bersih. Profit Margin ini mengukur tingkat keuntungan yang
dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.

ROI Corporate & ROI SBU


Transfer pricing & Methods
Transfer Pricing adalah besaran nilai yang diberikan sebagai imbalan karena adanya
perpindahan suatu barang, jasa atau pengalihan teknologi antar perusahaan yang
mempunyai hubungan istimewa, dengan tujuan barang atau jasa tersebut untuk di
proses lebih lanjut.
Metode- metode Transfer Pricing :

1. Harga Transfer Dasar Biaya (Cost-Based Transfer Pricing)

Perusahaan yang menggunakan metode transfer atas dasar biaya menetapkan harga
transfer atas biaya variabel dan tetap yang bisa dalam 3 pemelihan bentuk yaitu :
biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus markup) dan
gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee).

2. Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar (Market Basis Transfer Pricing)

Apabila ada suatu pasar yang sempurna, metode transfer pricing atas dasar harga
pasar inilah merupakan ukuran yang paling memadai karena sifatnya yang
independen. Namun keterbatasan informasi pasar yang terkadang menjadi kendala
dalam mengunakan transfer pricing yang berdasarkan harga pasar.

3. Harga Transfer Negosiasi (Negotiated Transfer Prices)

Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam


perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk menegosiasikan
harga transfer yang diinginkan. Harga transfer negosiasian mencerminkan prespektif
kontrolabilitas yang inheren dalam pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap
divisi yang berkepentingan tersebut pada akhirnya yang akan bertanggung jawab
atas harga transfer yang dinegosiasikan.

ROI & Behavior Implication

Residual Income & Economic Value Added


Budget Emphasize : Budget Based Performance & Compensation / Reward
Non- Financial Measures

Anda mungkin juga menyukai