Anda di halaman 1dari 6

Hasil Analisis Jurnal: Sistem Neurologi

Pengaruh Core Stability Exercise Dibandingkan dengan Terapi Latihan


Konvensional Pada Penderita Stroke Terhadap Keseimbangan Berjalan

Kelompok III Profesi Ners angkatan IX UIN Alauddin Makassar.

Judul Jurnal:

Pengaruh Core Stability Exercise Dibandingkan dengan Terapi


Latihan

Kata kunci :
Penulis
Analisator

Konvensional

Pada

Keseimbangan Berjalan
Core Stability Exercise,

Penderita
terapi

Stroke

latihan

Terhadap

konvensional,

keseimbangan berjalan, time up and go test


: Heru Purbo K, M.Kes dan Totok Budi Santoso, SST. Ft., MPh
: Kelompok III Profesi Ners angkatan IX UIN Alauddin
Makassar.

Telaah Step 1 :
Problem

Stroke merupakan penyebab kecacatan yang utama.


Kecacatan akibat stroke tidak hanya berdampak bagi para
penyandangnya, namun juga bagi para anggota keluarganya.

Stroke adalah cedera vaskular akut pada otak dimana


serangan terjadi secdara mendadak dan berat pada
pembuluh-pembuluh darah otak mengakibatkan kematian
jaringan otak secara permanen (Feign, 2006).
Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun
2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (Nakes)

diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0), sedangkan


berdasarkan diagnosis Nakes/gejala diperkirakan sebanyak
2.137.941 orang (12,1).
Pada pasien pasca stroke kemampuan dalam
mengontrol pergerakan dari batang tubuh (trunk) dan
ekstremitas mengalami gangguan. Pendekatan terapi pada
pasien stroke sangat banyak macam dan metodenya.
Penelitian ini dilakukan pada 12 orang pasca stroke
untuk mengetahui mengetahui pengaruh core stability exercise
dibandingkan dengan terapi latihan konvensional pada penderita
stroke terhadap keseimbangan berjalan.

Intervensi

Dari jurnal ini, intervensi yang dilakukan pada


responden yaitu pemberian core stability exercise dan
latihan konvensional.

Comparation
intervensi

Dalam penelitian ini intervensi pembanding yaitu


penilaian keseimbangan berjalan setelah diberi perlakuan
core stability exercise dan latihan konvensional.

Outcome

Hasil penelitian untuk mengetahui perbedaan pengaruh


core

stability

menunjukkan

exercise
bahwa

dan

latihan

berdasarkan

usia,

konvensional
responden

terbanyak pada saat mengalami stroke antara 51 60 tahun


5 orang sebesar 43 %. Usia responden termuda 34 tahun
dan tertua 70 tahun pada saat mengalami stroke, masing
masing 1 orang, kedua responden tersebut berjenis kelamin
pria. Jumlah responden pria sebanyak 10 responden (83%)
dan wanita sebanyak 2 responden (17%).
Berdasarkan hasil uji statistik wilcoxon diperoleh nilai

signifikansi sebesar 0,028 dengan derajat kepercayaan 95%


(p < 0,05) artinya bahwa ada pengaruh Core Stability
Exercise terhadap keseimbangan berjalan.
Berdasarkan hasil uji statistik wilcoxon diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,028 dengan derajat kepercayaan 95%
(p < 0,05) artinya bahwa ada pengaruh terapi latihan
konvensional terhadap keseimbangan berjalan.
Hasil uji statistik untuk mengetahui perbedaan
pengaruh core stability exercise dan terapi latihan
konvensional

terhadap

keseimbangan

berjalan

menggunakan alat uji statistik Mann-whitney, diperoleh


nilai signifikansi sebesar 0,001 dengan derajat kepercayaan
95% (p < 0,05), artinya bahwa pengaruh core stability
exercise lebih baik daripada terapi latihan konvensional
terhadap keseimbangan berjalan.

Telaah Step 2 :
Recruitment

Tehnik

pengambilan

subyek

penelitian

dilakukan dengan purposive sampling dikelompokan


menjadi 2 kelompok perlakuan. Dari daftar pasien
stroke yang berobat di poli subdep Rehabilitasi
Medik RS TNI AL dr. Ramelan Surabaya diundi
berdasarkan nomor ganjil genap. Kelompok ganjil
mendapatkan perlakuan core stability exercise dan
kelompok genap terapi latihan konvensional. Jumlah
responden sebanyak 12 orang yang memenuhi

kriteria inklusi eklusi


Maintenance

Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan


untuk mengukur keseimbangan berdiri dinamis pasca
stroke adalah Time Up and Go Rest.
Tes tersebut dilakukan kepada seseorang untuk
berdiri dari kursi lengan standar (tinggi tempat duduk
perkiraan 46 cm, lengan 65 cm dari lantai), berjalan jarak
3 meter (sekitar 10 kaki), putar, berjalan kembali ke kursi,
dan

duduk

lagi

dalam

hitungan

detik.

Boleh

menggunakan alat bantu jalan tetapi tidak boleh ada


bantuan fisik. Tes dimulai aba aba satu, dua, tiga, ya
kemudian subyek penelitian berdiri, jalan, putar balik dan
duduk kembali. Waktu dihitung mulai aba aba ya
sampai dengan subyek penelitian duduk kembali.
Interpretasi < 10 detik kategori normal, < 20 detik
kategori baik, bisa mandiri, < 30 bermasalah perlu
pendamping saat berjalan

Measurement

Data hasil Time Up and Go Rest dikoding dan


dikategorikan sesuai kriteria yang telah ditentukan.
Data ditabulasi dan dibuat distribusi frekuensi serta
diinterpretasikan

setelah

pengkodingan.

Karena

jumlah subyek penelitian kurang dari 20 maka tidak


dilakukan uji normalitas data dan dianggap tidak
berditribusi normal. Uji statistik yang dipakai adalah
nonparametrik, untuk perbandingan pre dan post
dalam 1 kelompok di uji dengan Wilcoxon dan untuk
perbandingan

kedua

kelompok

dilakukan

uji

Mannwhitney. dengan tingkat kepercayaan 95%


(p value < 0,05). Berdasarkan uji statistik Mannwhitney, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001
dengan derajat kepercayaan 95% (p < 0,05), artinya
bahwa pengaruh core stability exercise lebih baik
daripada

terapi

latihan

konvensional

terhadap

keseimbangan berjalan

Telaah Step 3 (Aplikabilitas) :


Dalam penelitian ini mengemukakan bahwa bahwa core stability exercise
dan terapi latihan konvensional berpengaruh terhadap keseimbangan berjalan,
tetapi core stability exercise berpengaruh lebih baik daripada terapi latihan
konvensional. Mengingat kondisi pasien pasca stroke yang mengalami gangguan
keamapuan dalam mengontrol pergerakan dari batang tubuh dan ekstremitas,
maka perawat sebagai seorang profesional kesehatan diharapkan dapat membantu
pasien untuk pulih dari kondisi kecacatan dan keterbatasan yang dialaminya
dengan menjalankan program rehabilitasi salah satunya dengan menerapkan core
stability exercise.

Kelebihan

Teknik penentuan sampel dengan total sampling dalam penelitian ini lebih
baik dibandingkan dengan purposive sampling karena akan memberikan
gambaran secara universal.

Kekurangan

Dalam jurnal ini tidak disebutkan secara detail kriteria inklusi dan eklusi

yang digunakan dalam pengambilan sampel.


Jumlah responden yang sedikit dan waktu penelitian yang terbatas

sehingga akurasi hasil kurang optimal


Hasil uji statistik Mann Whitney yang digunakan tidak dijelaskan secara
detail

tingkat

perbedaan

hasil

pengukuran

keseimbangan

menggunakan core stability exercise dan latihan konvensional.

jalan

Anda mungkin juga menyukai