PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita.
Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya
di daerah submandibular (bagian bawah rahang bawah), ketiak atau lipat paha
yang teraba normal pada orang sehat. Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi
kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat
penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh pembuluh getah bening yang
melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke KGB sehingga dari
lokasi KGB akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena
dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen
(mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen
yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel
pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga
kelenjar getah bening membesar.
Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel
pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri seperti limfosit, sel plasma,
monosit dan histiosit, atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk
mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya)
sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolit makrofag (gaucher disease).
Limfoma adalah sejenis kanker yang tumbuh akibat mutasi sel limfosit
(sejenis sel darah putih) yang sebelumnya normal. Hal ini berakibat sel abnormal
menjadi ganas. Seperti halnya limfosit normal, limfosit ganas dapat tumbuh pada
berbagai organ dalam tubuh termasuk kelenjar getah bening, limpa, sum-sum
tulang, darah maupun organ lainnya.
Llimfoma adalah kanker nomor tiga terbanyak pada anak di Amerika
Serikat, dengan angka insidensi tahuan 13,2 per juta anak. Dua kategori besar
limfoma, yaitu penyakit Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin (LNH).
Di Indonesia frekuensi relatif Limfoma Non Hodgkin jauh lebih tinggi di
bandingkan dengan limfoma Hodgkin. Pada tahun 2000 di Amerika Serikat
diperkirakan terdapat 54.900 kasus baru, dan 26.100 orang meninggal karena
[Type text]
Page 1
yang saling berkaitan yang mengenai sistem limfatik. 1,2 Limfoma non Hodgkin
adalah suatu keganasan primer jaringan limfoid yang bersifat padat yang cukup
sering dijumpai pada anak dengan frekuensi 3% dari seluruh kanker.
Penyakit Hodgkin jarang ditemukan di Indonesia karena itu pada
kesempatan ini akan dibahas limfoma non- Hodgkin saja. Limfoma non-Hodgkin
adalah kanker dari kelenjar getah bening karena itu mudah menjalar ke tempattempat lain disebabkan kelenjar getah bening dihubungkan satu dengan yang lain
oleh saluran-saluran getah bening. Selain itu manifestasi klinis penyakit LNH
hampir sama dengan beberapa jenis penyakit lain, LNH sering pada anak-anak,
LNH juga termasuk salah satu di antara sekitar 10 jenis kanker yang dapat
disembuhkan maka limfoma non-Hodgkin perlu dikenali agar penderita
mendapatkan penatalaksanaan yang sesuai sehingga memungkinkan perawat
profesional mengatur asuhan keperawatan yang sesuai pada klien tidak
memperluas penjalaran penyakit sehingga pasien dapat disembuhkan
[Type text]
Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Dan Fisiologi
Sistem limfatik adalah bagian penting sistem kekebalan tubuh yang
memainkan peran kunci dalam pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan
kanker. Cairan limfatik adalah cairan putih mirip susu yang mengandung protein,
lemak dan limfosit (sel darah putih) yang semuanya mengalir ke seluruh tubuh
melalui pembuluh limfatik.
Yang membentuk sistem limfatik dan cairan yang mengisis pembuluh ini disebut
limfe. Komponen Sistem Limfatik antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
Pembuluh Limfe.
Kelenjar Limfe (nodus limfe).
Limpa.
Tymus.
Sumsum Tulang
[Type text]
Page 3
Limfe disebut juga getah bening, merupakan cairan yang susunan isinya hampir
sama dengan plasma darah dan cairan jaringan. Bedanya ialah dalam cairan limfe
banyak mengandung sel darah limfosit, tidak terdapat karbon dioksida, dan
mengandung sedikit oksigen.Cairan limfe yang berasal dari usus banyak
mengandung zat lemak. Cairan limfe ini dibentuk atau berasal dari cairan
jaringan melalui difusi atau filtrasi ke dalam kapiler kapler limfe dan seterusnya
akan masuk ke dalam peredaran darah melalui vena.
Fungsinya yaitu menyaring cairan limfe dari benda asing, pembentukan
limfosit membentuk antibodi, pembuangan bakteri, membantu reasoprbsi lemak.
Limpa.
Limpa merupakan sebuah organ yang terletak di sebelah kiri abdomen di
Thymus.
[Type text]
Page 4
Kelejar timus terletak di dalam torax, kira kira pada ketinggian bifurkasi
trakea.Warnanya kemerah merahan dan terdiri dari 2 lobus.Pada bayi baru lahir
sangat kecil dan beratnya kira kira 10 gram atau lebih sedikit; ukurannya
bertambah pada masa remaja beratnya dari 30 40 gram dan kemudian
mengkerut lagi.Fungsinya diperkirakan ada sangkutnya dengan produksi antibody
dan sebagai tempat
adalah
tulang (Bahasa
Inggris: bone
ossea)
merupakan tempat produksi sebagian besarsel darah baru. Ada dua jenis sumsum
tulang: sumsum merah (dikenal juga sebagai jaringan myeloid) dan sumsum
kuning. Sel
darah
merah, keping
darah,
dan
sebagian
besar sel
darah
pinggul, tulang
rusuk, tulang punggung,tulang belikat, dan pada bagian lunak di ujung tulang
panjangfemur dan humerus.
Sumsum kuning ditemukan pada rongga interior bagian tengah tulang
panjang. Pada keadaan sewaktu tubuh kehilangan darah yang sangat banyak,
sumsum kuning dapat diubah kembali menjadi sumsum merah untuk
meningkatkan produksi sel darah.
a. Lokasi-lokasi nodus limfe.
Daerah khusus, tempat terdapat banyak jaringan limfatik adalah palatin
(langit mulut) dan tosil faringeal, kelenjar timus, agregat folikel limfatik di usus
halus, apendiks dan limfa.
[Type text]
Page 5
Page 6
Sindrom XLP ditandai dengan sensitifitas mencolok terhadap penyakit akibatEBV, termasuk mononukleosis infeksiosa yang fatal, yang terjadi pada lebih
kurang 57% kasus.
LNH yang melibatkan sumsum tulang dibedakan dari leukimia lifoblastik
akut dengan stadium keterlibatan sumsum tulang. Penderita yang menun.
Penderita yang menunjukkan lebih dari 25% penggantian sumsum tulang
dimasukkan ke dalam leukemia limfomablastik akut (LLA) dan kasus lainnya
disebut sebagai LNH dengan keterlibatan sumsum.
Patologi
LNH masa kanak kanak, berbeda dengan pada orang dewasa, biasanya
difus, ekstranodal, tumor stadium tinggi. Untuk menghindari keracunan yang
timbul karena bagan klasifikasi yang bermacam-macam, institute kanker nasional
(national
cancer
institute)
mengembangkan
sistem
histologik,
yang
mendefinisikan tiga subtype primer dari LNH stadium-tinggi: sel kecil noncelah
(small noncleaved cell (SNCC), limfoblastik, dan sel besar.
LNH sel kecil noncelah (SNCC) (subtype burkitt dan nonburkitt) adalah
tumor sel B yang mengekspresikan immunoglobulin permukaan dan
mengandung satu atau lebih translokasi kromosom yang khas -t(8;14), t(2;8),
atau t(8,22)-- masing-masing melibatkan onkogen c-myc dan satu gena
immunoglobulin (berturut-turut rantai berat mu, rantai ringan kappa dan rantai
ringan lambda). Limfoma limfoblastik biasanya berasal dari sel-T dan dapat
mengandung satu translokasi yang melibatkan satu gena reseptor sel-T. LNH sel
yang besar timbul sebagai fenotip sel-T, sel-B atau non-B, non-T; t(2;5) (p23;q35)
dapat ada dalam hubungan dengan ekspresi CD30.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala LNH pada anak sangat ditentukan oleh tempat dan
perluasan penyakit. Tempat primer yang paling sering adalah di abdomen ( 31,4 %
), mediatinum (26%) dan region kepala/leher, termasuk cincin waldeyer dan/atau
limfonodi leher (29%). Limfonodi non servikal merupakan tempat primer pada
[Type text]
Page 7
6,5% kasus kulit, tiroid, ruang epidural, dan tulang yang bertanggung jawab
terhadap sisanya (7%).
Ada hubungan nyata antara subtype histology dan tempat penyakit. LNH
limfoblastik biasanya terdapat di region kepala/leher atau mediatinum anterior;
tumor primer SNCC timbul di abdomen dan/atau kepala dan leher; LNH sel besar
dapat muncul dilokasi anatomi manapun. Tempat primer dikepala dan leher
biasanya berupa massa tidak nyeri yang timbul dari limfonodi servikalis atau
tonsil. Massa mediastinum mungkin berkaitan dengan efusi pleura ,distress
pernafasan atau sindrom vena kava superior (pembengkakan lengan,leher dan
muka). Massa abdomen biasanya timbul dari region ileosekal dan dapat disertai
distensi abdomen, mual, muntah, atau perubahan kebiasaan buang air besar, suatu
gambaran klinis mirip apendisitis atau intususepsi. Keterlibatan sumsum tulang
dapat menyebabkan anemia atau trombositopenia penyakit susunan saraf pusat
mungkin menyebabkan nyeri kepala, kenaikan tekanan intracranial, atau
kelumpuhan saraf cranial.
Diagnosi
Penegakan diagnosis dan stadium penyakit pada anak dengan kecurigaan
LNH harus cepat karena pertumbuhan tumor yang cepat ini. Diagnosis jaringan
perlu sebelum terapi dimulai. Biopsi eksisi atau aspirasi jarum-halus biasanya
cukup untuk menganalisis kelenjar limfe perifer soliter. Massa mediatinum dapat
dievaluasi dengan torakotomi atau mediatinoskopi, aspirasi jarum-halus
parasternal, atau torakosentesis (apabila ada efusi pleura yang menyertai). Biopsi
terbuka biasanya diperlukan untuk massa abdomen, meskipun biopsy jarum
perkutaneus kadang-kadang dapat dilaksanakan.
Bila diagnosis telah ditegakkan, stadium penyakit harus ditentukan. Sistem
penentuan tingkat (staging) yang digunakan secara luas diperlihatkan dalam table
450-2. Evaluasi meliputi anamnesis yang lengkap,pemeriksaan fisik dan macammacam uji laboratorium (hitung darah lengkap dan kadar elektrolit, nitrogen urea
darah (BUN), laktat dehidrogenase (LDH), kalsium, fosfor, dan asam urat ).
Pemeriksaan sumsum tulang dan cairan serebrospinal harus dikerjakan. Pencitraan
[Type text]
Page 8
diagnostik termasuk CT dari tempat primer, dada, abdomen dan pelvis ,sken
tulang, dan (pada beberapa situasi) sken gallium-67. Laparatomi dan
limfangiografi untuk menentukan stadium tidak termasuk bagian dari evaluasi
baku.
Sistem penentuan tingkat staging untuk limfoma non-hodgkin pada masa kanakkanak
Tingkat I
Satu tumor tunggal (ekstranodal) atau area anatomic tunggal (nodal),
dengan pengecualian mediastinum atau abdomen.
Tingkat II
Tingkat III
Tingkat IV
Setiap keadaan di atas, dengan keterlibatan awal SSS dan/atau sumsum
tulang waktu diagnosis.
Terapi
Bersama perkembangan kemoterapi obat ganda yang efektif, kebanyakan
anak dengan LNH dapat disembuhkan. Sindrom lisis tumor sering terjadi.
[Type text]
Page 9
Percobaan acak klinis yang membandingkan dua dari regimen terapi awal yang
berhasil (regimen COMP berbasis siklofosfamid dan regimen LSA 2L2 agen
ganda yang intensif) memperlihatkan bahwa prognosis bagi penyakit dengan
tingkat terbatas adalah sangat baik dengan kedua cara terapi. Namun, di antara
penderita dengan penyakit tingkat-lanjut, mereka dengan LNH limfoblastik
memperoleh hasil yang lebih baik bila diterapi dengan LSA 2L2; penderita dengan
tipe histology SNCC mempunyai hasil yang lebih baik dengan COMP.
Strategi mutakhir untuk penderita dengan penyakit tingkat terbatas
terpusat pada penurunan morbiditas tanpa merugikan angka kesembuhan. Untuk
penyakit tingkat lanjut, percobaan klinis dipusatkan pada perbaikan hasil terapi
dengan terapi terarah-histologi yang menggabungkan profilaksis susunan saraf
pusat yang memadai. Terapi paling efektif untuk penyakit limfoblastik berasal dari
regimen obat ganda yang dirancang untuk terapi LLA, dilaksanakan 1-2,5 tahun.
Siklofosfamid tetap merupakan komponen penting dari regimen sangan intensif
bagi LNH SNCC, yang dilaksanakan 2-12 bulan. Protocol yang paling efektif
untuk LNH sel besar biasanya terdiri dari siklofasfamid,doksorubisin,vinkristin
dan prednisone (CHOP), yang diberikan 12-24 bulan. Pembedahan memainkan
peranan kecil dalam penatalaksanaan kecuali bila ada massa abdomen yang
direseksi dengan sempurna. Radiasi lapangan yang terlibat biasanya tidak
dimasukkan dalam terapi primer.
Prognosis
Dengan terapi modern, ketahanan hidup bebas-peristiwa (event free
survival) 2-tahun mencapai kira-kira 90% untuk anak dengan penyakit tingkatterbatas dan sekitar 70% untuk penderita dengan penyakit tingkat III dan IV.
Perbaikan dalam terapi LNH SNCC tingkat lanjut telah menghasilkan 90%
ketahanan hidup bebas-peristiwa 2-tahun (70% untuk penderita dengan penyakit
susunan saraf sentral). Tingkat penyakit dan log kadar LDH serum pada waktu
diagnosis mempunyai arti prognosis yang bebas.
Klasifikasi Limfoma Non-Hodgkin
[Type text]
Page 10
standar
pengobatan
lini
pertama,sering
berhasil
baik
tumbuh
lambat
dan
sering
tanpa
Penyebab
Kemungkinan
Gangguan pernafasan
Pembesaran kelenjar
timbulnya gejala
20-30%
Pembengkakan wajah
Hilang nafsu makan
30-40%
[Type text]
Page 11
Sembelit berat
Penyumbatan
10%
pembuluh getah
bening di
selangkangan atau
Penurunan berat badan
perut
Penyebaran limfoma
Diare
ke usus halus
Malabsorbsi
Pengumpulan cairan di
Penyumbatan
sekitar paru-paru
pembuluh getah
(efusi pleura)
bening di dalam
dada
Penyebaran limfoma
ke kulit
terasa gatal
Penurunan berat badan
Penyebaran limfoma
Demam
ke seluruh tubuh
Perdarahan ke dalam
(berkurangnya jumlah
saluran pencernaan
Penghancuran sel
darah merah oleh
limpa yang
membesar & terlalu
aktif
Penghancuran sel
darah merah oleh
antibodi abnormal
(anemia hemolitik)
Penghancuran
sumsum tulang
[Type text]
Page 12
10%>
20-30%
10-20%
50-60%
karena penyebaran
limfoma
Ketidakmampuan
sumsum tulang
untuk menghasilkan
sejumlah sel darah
merah karena obat
atau terapi
Mudah terinfeksi oleh
penyinaran
Penyebaran ke
bakteri
20-30%
kelenjar getah
bening,
menyebabkan
berkurangnya
pembentukan
leher
antibody
BAB III
Torak
Respiratory tract
SSP
GIT
PEMBAHASAN
1. Pathway
Ketidak mampuan limfosit matang (limfosit kecil)
Untuk mengubah morfologinya danTIK
berdiferensiasi N. VII Infiltrasi peritoneal
esaran kelenjar
Obstruksi
getah vena
bening
Obstruksi
cava superior
venaKompresi
cava inferior
trakea dan bronkus
Parau
Hepatomegali gagal gi
Ketidakmampuan Ketidakmampuan
otot pengunyah berbicara
Ansietas
Takipnea
Limfoma noduler
Odema
Ekstremitas bagian bawah
Takikardi
Disritmia
Pembengkakan leher, rahang
Tangan kanan odema
Disfagia
G3 verbal
Resiko injuri Water exess
Perubahan
napas
G3pola
nutrisi
kurang dari kebutuhan
[Type text]
G3 nutrisi
Ikterus
Page 13
G3 aktivitas
Resiko pertukaran gas
Penurunan haluaran uri
Resiko perubahan jalan napas tidak efektif
2. Asuhan Keperawatan
I. PENGKAJIAN
I. Biodata
A Identitas Klien
1
Nama/Nama panggilan
:V
Jenis kelamin
: Perempuan
Aga ma
: Islam
Pendidikan
Alamat
: Jakarta
Tgl masuk
: 5 September 2015
Tgl pengkajian
: 8 September 2015
Diagnosa medik
: Limfoma Non-Hodgkin
10 Rencana terapi
: Belum Sekolah
[Type text]
Page 14
1 Nama
: Hamid
2 Usia
: 38 tahun
3 Pendidikan
: SD
4 Pekerjaan/sumber penghasilan
: Kuli Bangunan
5 Agama
: Islam
6 Alamat
: Jakarta
Ibu
1
Nama
: Husnaeni
Usia
: 35 tahun
Pendidikan
: SD
Agama
: Islam
Alamat
: Jakarta
NAM A
USIA
HUBUNGAN
STATUS KESEHATAN
[Type text]
Page 15
Pemeriksaan kehamilan :
3
-
, PHS
, demam -
Imunisasi TT
kali
- ,infeksi + , ngidam
, terapi obat
5
Kg
kali
0
Rh -
Rh +
i Natal
a
Tempat melahirkan : RS
, Klinik
, Rumah +
, forceps -
operasi lain-lain c
, bidan +
, dukun -
ii Post natal
a. Kondisi bayi : BB lahir
2300
gram, PB
47
cm
Page 16
+ , BB tidak stabil +
,kejang
,demam
,lain-lain
,tenggelam
Pernah : makanan
, obatobatan
,zat/subtansi kimia
, textil
,cepat
penyakit jantung
anemia
b
, asma
hipertensi
+
, stroke
, migrain - ,
DM
,
-
, hemofilia
, kanker
, artritis
, jiwa -
Genogram
65
Alergi
38
35
40
[Type text]
Page 17
62
35
29
KETERANGAN
Pria
Wanita
Meninggal
Serumah
Jenis immunisasi
Waktu pemberian
1.
BCG
Panas
2.
DPT (I,II,III)
Panas
3.
Polio (I,II,III,IV)
Tidak ada
4.
Campak
Panas
5.
Hepatitis
Tidak pernah
Pertumbuhan Fisik
1
Berat badan : 15 kg
Tinggi badan : 1 m
lupa
tahun
Duduk
Merangkap
Berdiri
berjalan
: 1 tahun
[Type text]
Page 18
Senyum kepada orang lain pertama kali : Ibu klien mengatakan lupa
, terjadwal -
tahun
: dengan dot
, sendok
C Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia
1
0 4 Bulan
4 12 Bulan
Saat ini
Jenis Nutrisi
Lama Pemberian
ASI
ASI
Nasi + Sayur +Ikan
, rumah sendiri
- , kontrak +
b
+ , setengah kota
-
[Type text]
Page 19
, desa +
,Apakah anak
, berjauhan -
, Baby sister
, pembantu -
, nenek/kakek -
, tidak
, takut +
, biasa -
Siapa yang akan tinggal dengan anak : Ayah - , Ibu +, Kakak -, Lain-lain B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke RS ?
pasien
[Type text]
Page 20
Selera makan
Menu makan
Frekuensi makan
Makanan pantangan
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Baik
Nasi+sayur+ikan
Bubur nasi
3 kali sehari
1 kali sehari
Tidak ada
Sayur
toge,nangka,durian,ke
Cara makan
Disuapi
Berdoa
Berdoa
B Cairan
Kondisi
1
Jenis minuman
Frekuensi minum
Kebutuhan cairan
Sebelum Sakit
Teh gelas, soft drink
Air putih
Kurang cairan
Tercukupi
Tidak terpenuhi
terpenuhi
C Eliminasi (BAB&BAK)
[Type text]
Saat Sakit
Page 21
Kondisi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
WC umum
WC rumah sakit
1 kali sehari
Frekuensi (waktu)
hari
3
Konsistensi
Kesulitan
Obat pencahar
Normal
Saat mengejan
Tidak ada
Tidak pernah dikonsumsi
Laksatif
Tempat pembuangan
Frekwensi
WC umum
WC rumah sakit
5 kali sehari
Volume
Kesulitan
2 kali sehari
Kuning tua, pekat
1200ml/hari
Tidak ada
500ml/hari
Tidak ada
D Istirahat tidur
Kondisi
1
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Jam tidur
[Type text]
Siang
Malam
Jarang
Page 22
2 jam
Pola tidur
Kesulitan tidur
7 jam
10 jam
Tidak terganggu
Terganggu
Nonton TV
Mencuci kaki
Tidak ada
E Olah Raga
Kondisi
1
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
F Personal Hygiene
Kondisi
1
Saat Sakit
Mandi
- Cara
- Frekuensi
- Alat mandi
Sebelum Sakit
Memakai sabun
Dimandikan
2 kali sehari
2 kali sehari
Gayung,ember
gayung, handuk,
1 kali sehari
2 kali sehari
Menggunakan sampo
Menggunakan sampo
Cuci rambut
- Frekuensi
- Cara
Gunting kuku
[Type text]
Page 23
- Frekuensi
- Cara
1 kali seminggu
1 kali seminggu
Menggunakan gunting
3 kali sehari
3 kali sehari
Gosok gigi
- Frekuensi
- Cara
pasta gigi
G Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi
Sebelum Sakit
1. Kegiatan sehari-hari
Tidak ada
Saat Sakit
Tidak ada
H Rekreasi
Kondisi
1
Waktu luang
[Type text]
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Senang
Sedih, cemas
Ada
Ada
Tidak ada
Page 24
berkumpul
pasien
Menonton TV
, Lemah
, Sakit berat -
B. Tanda-tanda vital
Suhu
Nadi
Respirasi
Tekanan darah
: 38,9 c
: 150 x per menit
: 42 x per menit
: 100/60
C. Antropometri
Tinggi Badan
: 87 cm
Berat Badan
: belum diukur
Lingkar lengan atas: 18 cm
Lingkar kepala
:42 cm
Lingkar dada
: 47 cm
Lingkar perut
: 45 cm
Skin fold
: tidak dilakukan
D. Sistem pernapasan
, polip, epistaksisLeher
: pembesaran kelenjar +
Dada
:Bentuk dada normal +
+, secret-
, terdapat retraksiPage 25
Suara napas : VF
, Ronchi -
, Wheezing - ,
Stridor
+,
, arteri carotis :
kuat/lemah
Tekanan vena jugularis : meninggi/tidak
Ukuran jantung : Normal +
, membesar , IC/apex Suara jantung : S1 normal , S2
normal , Bising aorta ,
Murmur
-, gallop-
F. Sistem Pencernaan
, kering+
, palato skizis -
, pecah-pecah
, Jml gigi 20
1. Mata
Kelopak mata normal
, bulu mata
merata , alis merata
Visus (gunakan Snellen chard) tidak dilakukan
Lapang pandang tidak dilakukan
2. Hidung
Penciuman
, perih dihidung-
, trauma-
3. Telinga
Keadaan daun telinga
simetris
serumen
Fungsi pendengaran : normal
[Type text]
Page 26
H. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
perhitungan +
Kesadaran : Eyes +
Bicara ekspresif
, Motorik
+
+, Verbal+
,
, Resiptive
, Nyeri +
, getaran+
, daya ingat
, perhatian &
, posisi +,
diskriminasi+
3. Fungsi cerebellum : Koordinasi
4. Refleks : Bisep +
, trisep +
, patella+
, babinski+
, laseque sign
,Brudzinki I
/II=tidak dikaji
I. Sistem Integumen
Rambut : Warna
-,
tinggi , kelembaban
tai lalat-
, ruam
, teksture kasar
, permukaan kuku
rata
, mudah patah
, kebersihan kurang
J. Sistem Endokrin
, poliphagi
Suhu tubuh yang tidak seimbang
+, keringat berlebihan Riwayat bekas air seni dikelilingi semut -
, poldipsi
K. Sistem Perkemihan
Oedema palpebra -
[Type text]
, moon face
Page 27
, oedema anasarka-
, kencing batu-
L. Sistem Reproduksi
1. Wanita
, bau-
, bulu binatang
-,
M. Sistem Imun
Alergi (cuaca
kimia
-)
Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : flu
, debu -
urticaria -, lain-lain
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
6 tahun keatas
1
DIAGNOSA KEPERAWATAN
[Type text]
Page 28
-,
zat
III. PERENCANAAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Potensial
perubahan pola
nafas sehubungan
dengan
pembesaran nodus
mediastinal/ edema
jalan nafas
TUJUAN
Tujuan umum :
Mempertahanka
n efektifitas
pernafasan
Tujuan khusus :
Tidak terdengar
RENCANA
TINDAKAN
Auskultasikan suara
nafas, perhatikan
adanya suara nafas
tambahan
RASIONAL
Monitor frekuensi
pernafasan
Takipnea merupakan
kompensasi terhadap
suatu stres, pernafasan
dapat menjadi cepat/
lambat
Tempatkan pasien
pada posisi yang
nyaman, kepala
lebih tinggi dari kaki
Diafragma lebih
rendah dapat
memaksimalkan
ekspansi paru,
menurunkan kerja
pernafasan,
menurunkan resiko
aspirasi.
suara nafas
tambahan
[Type text]
Page 29
Nafas dalam
memudahkan
mekanisme ekspansi
dada secara maksimal,
batuk merupakan
mekanisme alamiah
untuk
mempertahankan
bersihan jalan nafas
Hipertermi
Tujuan Umum :
Berikan O2 sesuai
indikasi
Memaksimalkan
transpor O2 dalam
jaringan
Monitor temperatur
tubuh
Perubahan temperatur
dapat terjadi pada
proses infeksi akut
Temperatur lingkungan
Monitor suhu
lingkungan
dipertahankan
mendekati suhu normal
Menurunkan panas
Berikan kompres
dingin
lewat konduksi
Berikan antipiretika
sesuai program tim
medis
Menurunkan panas
pada pusat hipotalamus
kurang dari
Monitor intake
makanan
Memonitor intake
kalori dan insufisiensi
kualitas konsumsi
makanan
[Type text]
Page 30
Frekuensi RR :
Anak : 15-30
x/mnt
Frekuensi N :
Anak : 120-140
x/mnt
Perubahan nutrisi
Tujuan umum :
Klien dapat
kebutuhan tubuh
menunjukkan
sehubungan dengan dan/
mempertahankan
berkurangnya
intake untuk
BB yang normal
memenuhi
Tujuan khusus :
kebtuhan
metabolisme
Adanya minat/
sekunder terhadap
selera makan
anoreksia
Porsi makan
sesuai kebutuhan
BB
Sajikan makanan
yang menarik
merangsang selera
dan dallam suasana
yang menyenangkan
Berikan makanan
dalam porsi kecil
tapi sering
Timbang BB setiap
hari
Memonitor kurangnya
BB dan efektifas
intervensi nutrisi yang
diberikan
dipertahankan
sesuai usia
Meningkatkan selera
makan sehingga
meningkatkan intake
makanan
BB meningkat
sesuai usia
Konsul ke ahli gizi
Memberikan bantuan
untuk menetapkan diit
dan merencanakan
pertemuan individual
bila diperlukan.
IV. PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip pelaksanaan rencana asuhan keperawatan pada anak dengan
Lipoma non-Hodgkin :
1
2
3
V. EVALUASI
1
2
[Type text]
Page 31
PENUTUP
Kesimpulan
Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita.
Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya
di daerah sub mandibular (bagian bawah rahang bawah), ketiak atau lipat paha
yang teraba normal pada orang sehat. Pembesaran kelenjar getah bening dapat
berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu
sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit, atau karena datangnya
sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening
(limfadenitis), infiltrasi (masuknya) sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit
metabolit makrofag (gaucher disease).
Limfoma adalah sejenis kanker yang tumbuh akibat mutasi sel limfosit
(sejenis sel darah putih) yang sebelumnya normal. Limfosit ganas dapat tumbuh
pada berbagai organ dalam tubuh termasuk kelenjar getah bening, limpa, sumsum
tulang, darah maupun organ lainnya.
Limfoma non-Hodgkin (LNH) merupakan proliferasi klonal yang ganas
limfosit T dan B yang terdapat bersama berbagai tingkat beban tumor.
[Type text]
Page 32
Daftar Pustaka
Santoso M, Krisifu C. Diagnostik dan Penatalaksanaan Limfoma Non-Hodgkin.
Jakarta : Dexa Media, 2004; 143-146.
Nelson.1999.Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 vol.1.Jakarta:EGC
Nelson.2000.Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 vol.2.Jakarta:EGC
Nelson.2000.Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 vol.3.Jakarta:EGC
[Type text]
Page 33