Anda di halaman 1dari 89

MASALAH PADA COLON

ASUHAN KEPERAWATANNYA

Sigit Purwanto, S.Kep.,Ns, M.Kes

ANATOMI COLON
Akhir ileum sampai rectum
Colon ascendens &
descendens terfiksasi ke
retroperitoneal.
Colon transversum &
sigmoid intra peritoneal
colostomy.

ANATOMI COLON
Lumen paling lebar di
cecum, makin ke distal
makin sempit.
Lapisan otot longitudinal
bersatu di 3 tempat
membentuk Taenia.

Sakulasi (Haustrae) akibat


adanya taeniae & kontrak
si otot sirkuler.

ANATOMI COLON
Appendices epiploicae pd
permukaan serosa

FISIOLOGI COLON
Absorpsi, sekresi, motilitas, digesti intra lumen membuat

effluent ileum jadi feses semi padat disimpan defekasi.

1000 2000 ml effluent ileum masuk cecum 100 200 ml air


di feses.

Colon proksimal mengabsorpsi air & elektrolit lebih efisien dari


pada colon descendens & rectum.

DIARE

DIARE

Kondisi dimana terjadi frekwensi defekasi yang abnormal


(lebih dari 3 x/hr), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200
ml/hr) dan konsistensi feses cair.

Berdasarkan kejadiannya diare dapat bersifat akut maupun


kronis

KLASIFIKASI DIARE
a. Diare volume banyak : lebih dari 1 l/hr
b. Diare volume sedikit : kurang dari 1 l/hr
c. Diare sekresi : diare volume banyak disebabkan peningkatan produksi
dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam lumen usus
d. Diare osmotik : terjadi bila air terdorong ke dalam usus oleh tekanan
osmotik dari partikel yang tidak dapat di absorbsi sehingga reabsorbsi
menjadi lambat .
e. Diare campuran : disebabkan oleh peningkatan kerja peristaltik dari
usus (biasanya penyakit usus inflamasi) & kombinasi peningkatan
sekresi atau penurunan absorbsi dalam usus.

ETIOLOGI
Obat-obatan (penggantian h tyroid, pelunak feses dan laksatif,

antibiotika, kemoterapi dan antasida)


Pemberian makan per selang
Gangguan

metabolik

dan

endokrin

(diabetes,

addison,

tirotoksikosis)
Proses infeksi virus/bakteri (disentri/shigella, keracunan makanan)

Proses lain yang terkait : gangguan nutrisi dan malabsorbsi, defisit


sfingter, sindrom Zollinger Ellison, Ileus, Obstruksi usus.

MANIFESTASI KLINIS
Frekwensi defekasi dengan kandungan cair meningkat
Kram perut
Distensi abdomen
borborigimus

Anoreksia
Perasaan haus
Nyeri Konstraksi spasmodik

tenesmus setiap defekasi.


Dehidrasi
kelemahan

PENATALAKSANAAN
Tujuan utama untuk mengandalikan atau pengobatan penyakit

dasar

Pemberian obat-obatan tertentu (misalnya : prednison) untuk


mengurangi beratnya diare maupun penyakit

Diare ringan ; Pemberian cairan oral terutama yang


mengandung glukosa dan elektrolit unuk rehidrasi

PENATALAKSANAAN
Diare sedang ; non infeksius, obt-obatan tidak spesifik dapat

diberikan seperti : difenoksilat (lomotil), loperamid (imodium)


untuk menurunkan motilitas

Preparat antimikrobial diberikan bila preparat infeksius telah


teridentifikasi atau bila diare sangat berat.

KOMPLIKASI
Disritmia jantung akibat penurunan kalium
Haluaran urien < 30 ml/jam selama 2 3 jam berturutan
Kelemahan otot
Parestesia
Hipotensi, anoreksia, mengantuk (bila K < 3,0 mEq/L)

PENGKAJIAN

Identifikasi awitan diare ?


Pola diare dan pole eliminasi selama ini ?
Terapi obat yang pernah di dapat ?

Riwayat pembedahan ?
Asupan diet harian ?

Jadwal makan pasien ?


Laporan tentang pajanan terakhir terhadap penyakit akut ?

PENGKAJIAN

Perjalanan ke area geografis tertentu ?


Kram perut/nyeri ?
Frekwensi, konsistens, karakteristik dan dorongan?

BB pasien ?
Hipotensi postural atau takhikardi ?

Bising usus dan karakternya ?


Distensi abdome dan nyeri tekan ?
Status dehidrasi ?

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diare b.d infeksi, ingesti makanan pengiritasi, atau gangguan
usus
Resiko terhadap kekurangan volume cairan b.d pasase feses
yang sering dan kurangny asupan cairan
Ansietas b.d eliminasi yang sering dan tidak terkontrol
Resiko terhadap kerusakan integritas kulit b.d pasase feses
yang sering atau encer

TUJUAN UTAMA
Peningkatan pola defekasi normal
Menghindari kekurangan cairan

Mengurangi ansietas
Memperahankan integritas kulit peri anal
Tidak terjadiya komplikasi

INTERVENSI

MENGONTROL DIARE

a. Bed rest
b. Minum cairan dan makan makanan rendah serat
c. Diet dari semi padat hingga padat dianjurkan
d. Batasi minuman yg mengandung kafein dan karbonat
e. Hindari makanan yang terlalu panas atau dingin

f. Batasi produk susu, lemak, produk gandum, buah segar & sayuran
dibatasi selama beberapa hari.
g. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti defenoksilat (lomotil)

mempertahankan keseimbangan cairan

Biasanya sulit untuk dipertahankan karena cepatnya feses

didorong melalui usus shg sulit diabsorbsi

kaji secara intensif adanya dehidrasi (penurunan turgor, takikardi,

nadi cepat dan lemah, penurunan Na serum & rasa haus.

Catat dengan akurat Intake dan Output cairan

Pantau BJ urine untuk mengkaji status dehidrasi

Timbang Badang pasien setiap hari

Gantikan cairan yang hilang dengan cairan oral berupa air, oralit,
jus, kaldu, dan preparat yang dijual.

Kolaborasi pemberian cairan parenteral ataupun IVFD

Mengurangi ansietas
a.

Beri kesempatan pasien untuk mengekspresikan perasaannya (takut,


malu)

b.

Identifikasi makanan pengiritasi dan stressor yang mencetus episode


diare

c.

Dorong pasien untuk sensitif terhadap petunjuk tubuh tentang dorongan


defekasi seperti kram abdomen, bising usus hiperaaktif)

d.

Pakai celana dalam khusus yang menyerap dan melindungi pakaian.

e.

Pemahaman, toleransi dan sikap relaks penting bagi pasien

f.

Anjurkan klien menggunakan koping yang tepat

g.

Berikan obat anti ansietas

Perawatan kulit

a.

Intruksikan kepada pasien untuk mengikiuti rutinitas perawatan kulit

seperti : mengelap atau mengeringkan area setelah defekasi


b.

Bersihkan kulit dengan bola kapas dengan mempertahankan teknik aseptik


bahkan bila mungkin keseterilan

c.

Berikan pelindung kulit dan barier pelembab sesuai dengan kebutuhan

MENCEGAH INFEKSI

a.

Kaji perluasan tanda infeksi seperti leukositosis

b.

Cegah terjadinya kontaminasi melalui pakaian, linen tempat tidur

c.

Berikan antibiotika untuk mencegah penyebaran penyakit

MENCEGAH KOMPLIKASI
a. Pantau kadar elektrolit serum setiap hari

b. Pantau TTV, perubahan refleks tendon dan kekuatan otot.

c. Gantikan elektrolit yang hilang

d. Laporkan dokter bila ada disritima ataupun perubahan


kesadaran

KONSTIPASI

Pengertian

Defekasi yang tidak teratur yang abnormal akibat pengerasan feses


yang membuat pasasenya sulit dan kadang sampai menimbulkan
nyeri.

Pada orang sehat idealnya BAB sebanyak 1 kali sehari

Pada pasien dengan konstipasi biasnaya mengalami pengerasan


feses, defekasi yang tidak teratur bahkan sampai terjadinya nyeri.

Penyebab

Obat-obatan (transkuilizer, antikolinergis, antihipertensif,


opioid, antasida dengan alumunium)
Gangguan rektal (haemoroid fissura)
Obstruksi (kanker usus)
Kondisi metabolis, neurologis dan neuromuskuler (DM,
Parkinsonisme, sklerosis multipel)

Penyebab (lanjutan)

Kondisi endokrin (hipotiroidisme, feokromasitoma)


Keracunan timah
Gangguan jeringan penyambung (skleoderma, SLE)
Kelemahan, immobilitas, kecacatan, kelelahan dan
ketidakmampuan meningkatkan tekanan intra abdomial

PATOFISIOLOGI
Secara umum belum diketahui

Transpor mukosa
Aktivitas mioelektrik

Proses defekasi, dipengaruhi oleh empat tahap :


- rangsangan refleks penyekat rektoanal
- relaksasi otot spingter internal
- relaksasi otot spingter eksternal & otot dlm region pelvik
- peningkatan tekanan intra abdominal

MANIFESTASI KLINIS

Distensi abdomen
Borborigimus
Nyeri dan tekanan
Anoreksia
Sakit kepala
Kelelahan
Tidak dapat makan
Sensasi pengosongan tidak lengkap
Mengejan saat defekasi
Eliminasi dengan volume feses sedikit keras dan kering

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Konstipasi kolonik atau impaksi fekal b.d kebiasaan sehat atau
efek imobilisasi pada peristalsis

Kurang pegetahuan tentang praktek pemeliharaan kesehatan


untuk mencegah konstipasi

Ansietas b.d masalah pola eliminasi yang tidak teratur

PENATALAKSANAAN
Penghentian penyalahgunaan laksatif

Diet dengan tinggi serat


Peningkatan asupan cairan
Latihan otot rutin untuk memperkuat otot abdomen
Umpan balik biologis
Tambahkan 6 12 sendok teh sekam ke dalam diet

Konseling pemberian diet tinggi sisa


Kolaborasi pemberian laksatif : pembentuk bulk, preparat salin dan
osmotik, lubrkan, stimulan, atau pelunak feses

INTERVENSI KEPERAWATAN
MEMPERTAHANKAN ELIMINASI

- Posisi normal saat defekasi


- Pantau frekwensi dan konsisitensi feses
- Susun jadwal rutin untuk eliminasi

PENKES PERAWATAN DI RUMAH

- pentingnya dorongan untuk defekasi


- pasien mengerti diet yang diprogramkan
-

- ambulasi sesering mungkin dan latihan pengerutan otot


abdomen (10 -20 x/hr)
- latihan rentang gerak (6 10x/hr)

MENGURANGI ANSIETAS
- penjelasan kebiasaan defekasi orang sehat
- pantau jenis makanan yang secara normal dalam
saluran usus selama 48 jam
- diskusikan tentang konsep eliminasi usus normal

PENYAKIT USUS INFLAMASI


KRONIS
Disampaikan dalam perkuliahan KMB PSIK FK Unsri

Sigit Purwanto, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Enteritis Regional
/Chron/ Kolitis
granulomatosa

PUI KRONIS

Kolitis
Ulseratif

Abnormalitas
kromosom
spesifik

Faktor
Psikologis

Agen
lingkungan

ETIOLOGI

Hipoksia/

hormonal

hipoksemia

Antibodi
limfositotoksik

Agen lingkungan (peptisida, tembakau, adiktif makanan dan


radiasi)

Faktor

Psikologis

(perfeksionis

pasif,

cemas

ketenangan) dapat menyebabkan Kolitis ulseratif.

pada

PENYAKIT CROHN
1. Penyakit usus inflamatorik yang dapat menyerang seluruh

bagian saluran gastrointestinal mulai dari mulut sampai


dengan anus.

ETIOLOGI PENYAKIT CROHN


1. Asimptomatis

2. Mikrobakterium atifikal
3. Maesless

4. Penyakit vaskuler
5. Kebiasaan merokok

SALURAN CERNA

MANIFESTASI KLINIS
o Biasanya tersembunyi
o Nyeri abdomen
o Diare tak hilang dengan defekasi (90 % dari pasien)
o Kram perut terutama setelah makan
o Demam dan leukositosis akibat perforasi dan abses anal
o Penurunan berat badan

o Malaise, anoreksia, mual dan muntah


o Demam subfebris
o Terjadi mendadak mirip obstruksi maupun apendisitis

PENGKAJIAN TERHADAP PASIEN


Aktifitas
lemah, lelah, malaise, insomnia, gelisah dan ansietas

Sirkulasi

Takhikardia, kemerahan, turgor kulit buruk, kering, lidah pecahpecah

Integritas ego
ansietas, perasaan tak berdaya, stress

Eliminasi
feses lunak sampai berair, bau, diare tak terkontrol (20 30
x/hr), tenesmus, bising usus menurun, fisura anal

Makanan/cairan
anoreksia, mual, muntah, tidak toleran terhadap buah segar,
sayur, produk susu, makanan berlemak

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. darah lengkap ; leukositosis
b. enema barium : dilakukan setelah visualisasi
c. proktisigmoidoskopi

memperlihatkan

ulkus,

edema,

pehepremia dan inflamasi.


d. sitologi dan biopsi rektal : membedakan infeksi dan
karsinoma.

e. Kolonoskopi : mengidentifikasi adesi perubahan lumen


dinding
obstruksi.

(menyempit/tak

teratur)

menunjukkan

adanya

KOLITIS ULSERATIF
Penyakit usus inflamasi yang kronis yang tidak dikatahui

penyebabnya, biasanya mulai dari rektum dan bagian distal


kolon yang mungkin menyebar ke sigmoid, kolon desenden,
bersifat hilang timbul dan beberapa persen individu merasa
sakit terus menerus

Inflamasi biasanya dimulai dari rektum yang meluas ke


sigmoid

PENGKAJIAN
o Sirkulasi
takikardi, kemerahan daerah ekimosis, turgor buruk, kering,
lidah pecah-pecah, malnutrisi

o Nyeri
nyeri tekan kuadran kiri bawah, distensi abdomen, kadang-

kadang titik nyeri berpindah-pindah.

o Makanan/cairan
anoreksia, mual muntah, BB turun, lemah, muka pucat

o Eliminasi
lunak sampai berair, krma saat defekasi, bedarah/pus/mukus

o Aktivitas
insomnia, gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas

Integritas ego
gangguan peran karena ketidakaktifan dalam kegiatan sosial

Pemeriksaan diagnostik

Penurunan kalium, trombosis, kolonoskopi (mengidentifikasi


adhesi, perubahan lumen dinding menunjukkan terjadinya
obstruksi)

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Diare b.d proses inflamasi


Nyeri abdomen b.d peningkatan peristaltik dan inflamasi
Defisit cairan elektrolit b.d anoreksia, mual dan diare
Perubahan nutrisi kurang dari kebuthan b.d pembatasan diet,
mual dan amlabsorbsi
Intoleransi aktivitas b.d keletihan
Ansietas b.d rencana pembedahan
Koping individu tidak efektif b.d dengan episode diare
berulang
Resiko kerusakan integritas kulit b.d malnutrisi dan diare
Kurang pengetahuan mengenai proses dan penatalaksanaan
penyaki

TUJUAN PENATALAKSANAAN
Eliminasi normal
Hilangnya nyeri abdomen dan kram

Mencegah kekurangan volume cairan


Mempertahankan nutrisi dan berat badan normal
Menhindari keletihan
Penurunan anseitas
Koping efektif

Mencegah kerusakan kulit


Pengetahuan dan pemahaman proses penyakit membaik
Tidak terjadi komplikasi

INTERVENSI KEPERWATAN
Mempertahankan eliminasi normal :
Cari adanya hubungan diare dengan makanan, aktivitas ataupun
stress psikologis
Identifikasi faktor pencetus, frekwensi dan faktor pencetus,
konsistensi serta jumlah yang dikeluarkan
Kesiapan akses ke kamar mandi dipersiapkan

Pertahankan lingkungan tetap bersih den bebas bau


Berikan obat-obatan antidiare sesuai dengan program
Anjurkan bed rest untuk menurunkan peristaltik usus

Menghilangkan nyeri :
Kaji karakteristik nyeri, polanya dan obat apakah hilang
dengan obat.
Rubah posisi pasien
Berikan kompres panas lokal seuai dengan program
Berikan obat antikolinergik 30 menit sebelum makan untuk
menurunkan motilitas usus
Analgetik diberikan sesuai dengan program terapi

Mempertahankan masukan cairan


Pertahankan catatan akurat tentang cairan oral dan intravena
serta haluarannya
Timbang

berat

badan

setiap

hari

untuk

mengetahui

penambahan dan kehilangan cairan secara cepat

Kaji terus tanda kekurangan volume cairan : kulit dan


membran mukosa kering, penurunan turgor kulit, oliguria,
kelelahan,

penurunan

suhu,

peningkatan

hematokrit,

peningkatan BJ urin, hipotensi dan nadi kecil dan cepat.

Pertahankan masukan oral dan pantau kecepatan alairan intra


vena
Tindakan enurunan diare : pembatasan diare, pengurangan
stres, pemberian preparat antidiare

Tindakan nutrisional :
TPN digunakan bila gejala penyakit usus inflamasi bertambah
berat
Pertahankan dengan akurat tentang I dan O
Timbang badan pasien tiap hari dengan indikasi baik bila BB

meningkat 0,5 kg/hr


Kaji urine setiap hari terhadap glukosa, aseton dan berat jenis
urin bila TPN diberikan
Berikan makanan tinggi protein, rendah lemak dan residu
dilakukan setelah terapi TPN

Catat adanya intolerasi erupa mual, muntah, diare atau distensi


abdomen
Berikan makanan rendah sisa porsi kecil tapi sering apabila
makanan oral ditoleransi
Batasi aktivitas untuk menghemat energi, mengurangi peristaltik

dan mengurangi kebutuhan kalori

CHIROSIS HEPATIS

TIPE SIROSIS HEPATIS


1.

Sirosis portal laennec (alkoholic, nutrisional)


jaringan parut mengelilingi daerah portal. Paling sering
ditemukan pada alkoholisme kronis.

2.

Sirosis Pasonekrotik
terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut
dari hepatitis virus yang akut sebelumnya.

3.

Sirosis bilier
pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati disekitar
saluran empedu.

ETIOLOGI
Alkholoisme
Malnutrisi
Pajanan zat kimia (karbon tetraklorida, naftalen terklorinasi,
arsen dan fosfor)
Infeksi skistosomiasis

INSIDEN
Laki > perempuan
Usia sering terkena 40 60 tahun

Sites of Absorption of Nutrients

PATOFISIOLOGI
Hati terinfeksi (ex hep C)
Sel hati mulai mengeluarkan enzim alanin aminotransferase ke darah

Fibrosis

sirosis

PROSES KERUSAKAN HEPAR


Hati yang normal halus dan kenyal bila disentuh. Ketika hati

terinfeksi suatu penyakit (misalnya Hepatitis C), hati menjadi


bengkak.

Sel

hati

mulai

mengeluarkan

enzim

alanin

aminotransferase ke darah. Bila konsentrasi enzim tersebut lebih


tinggi dari normal, itu adalah tanda hati mulai rusak. Sewaktu
penyakit hati berkembang, perubahan dan kerusakan hati

meningkat.

PROSES KERUSAKAN HEPAR


Fibrosis.

Setelah membengkak, hati mencoba memperbaiki dengan


membentuk bekas luka atau parut kecil. Parut ini disebut
"fibrosis", yang membuat hati lebih sulit melakukan fungsinya.
Sewaktu kerusakan berjalan, semakin banyak parut terbentuk dan
mulai menyatu, dalam tahap selanjutnya disebut "sirosis".

Sirosis

Kerusakan yang berulang, area besar hati yang rusak dapat


menjadi permanen dan menjadi koreng. Darah tidak dapat
mengalir dengan baik pada jaringan hati yang rusak. Hati
mulai menciut dan menjadi keras. Penyakit Hepatitis C kronis
biasanya dapat menyebabkan sirosis sama seperti kelebihan

mengkonsumsi minuman beralkohol.

Fungsi hati rusak.

Sewaktu sirosis bertambah parah, hati tidak dapat menyaring


kotoran, racun, dan obat yang ada dalam darah. Hati tidak lagi
dapat memproduksi clotting factor untuk menghentikan
pendarahan. Cairan tubuh terbentuk pada abdomen dan kaki,
pendarahan pada usus sering terjadi, dan biasanya fungsi

mental menjadi lambat. Pada titik ini, transplantasi hati adalah


pilihan satu-satunya.

MANIFESTASI KLINIS
Malaise, kelelahan dan anoreksia

Hepatomegali
Obstruksi portal dan asites
Varises gastrointestinal
Edema
Defisiensi vitamin dan anemia
Icterus ataupun pruritus
Penurunan kasadaran ; ensefalopati

PENGKAJIAN
Kaji faktor pencetus : alkohol
Riwayat kontak dengan zat toksik

Pajanan dengoan obat hepatotoksik


Adakah icterus, memar, distensi abdomen, anoreksia, pruritus, edeme
perifer, tremor ?
Kapan pertama kali ? Perubahan obat ? Infeksi ?
Pernahkan teman atau kerabat mengamati adanya perubahan ?

Perubahan urine dan tinja menjadi gelap ?

Riwayat Penyakit dahulu


Pernah ikterus ?

Riwayat hematomesis melena


Riwayat hepatitis sebelmnya
Menjalani transfusi

Riwayat keluarga
Adakah riwayat penyakit hati (wilson, def alfa 1 antitripsin)
Adakah gejala neurologis dalam keluarga

Obat-obatan
Obat yang dikonsumsi ? Perubahan pemakaian obat ? Jamu ?
Menkonsumsi obat ilegal, terutama IV ?

Alkohol
CAGE (Cut down, Annoyed, Guilty, eye opener)

Pemeriksaan fisik
Tampak sakit ringan-berat
Tanda ensefalopati

Tanda edema, melena


Adakah tanda penyakit hati kronis
- spider nevi

- pembesaran parotis

- kontraktur dupuytren

- atrofi testis

- jari tabuh

- rambut kurang

- leukonikia

- iketerus

- memar

- ginekomasti

- pengecilan otot

- ekskoriasi

Hepatomegali

Edema perifer
Hipertensi portal

LETAK HEPAR

MASALAH KEPERAWATAN
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan,
penurunan otot, gangguan rasa nyaman

kemunduran

k.u,

Perubahan status nutrisi b.d gastritis kronis, penurunan


motilitas GI dan anoreksia
Ganggua integritas kulit b.d ganguan status imunologi, edema
dan status nutrisi yang buruk
Resiko untuk cedera b.d perubahan mekanisme pembekuan
dan hipertensi portal.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Istirahat

- bed rest total di RS


- ukur BB dan balanca cairan tiap hari
- posisi tidur yang efisien
- berikan O2 perlu bila sudah sampae gagal hati
- rencanakan aktivitas bertahap

INTERVENSI KEPERAWATAN
Perbaikan status nutrisi

- bila tidak asites dan edema diet yang bergizi dan tinggi
protein, vitamin B kompleks, A, C, K dan asam folat
- dorong pasien untuk mau makan
- porsi kecil tapi sering
- pertimbangkan makanan kesukaan pasien
- NGT bila pasien terus muntah --- TPN
- pasien dengan fases berlemak berikan Vit A,D,E

- berikan asam folat dan besi untuk mencegah anemia


- bila koma berlanjut berikan rendah protein sementara waktu

- bila tidak terdapat ensefalopati hepatik : tinggi protein (telur,


daging, produk susu)
- pertahankan asupan tinggi kalori
- tambahkan vitamin dan mineral (preparat kalium bila
tidak ada masalah ginjal, hipokalemia atau normal)

Motivasi pasien untuk makan makanan dan suplemen makanan


Tawarkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Hidangkan makanan yang menimbulkan selera dan menarik
dalam panyajiannya
Pantang terhadap alkohol
Pelihara higiene oral sebelum makan
Pasang ice collar untuk mengatasi mual

Berikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah

diare dan konstipasi


Motivasi peningkatan asupan cairan dan latihan jika pasien
melaporkan konstipasi
Amati gejala yang membuktikan adanya perdarahan GI

Perawatan kulit

Rawat kulit dengan teliti ;


edema sub kutan, imobilitas, ikterus, peningkatan kerentanan
terhadap infeksi
Rubah posisi untuk mencegah dekubitus
Hindari Penggunaan sabun yng iritan dan plester
Gunakan lotion untuk mendinginkan kulit yang iritatif

Resiko cedera

Amati feses ; warna, konsistensi dan jumlah

Waspadai gejala ansietas, rasa penuh pada epigastrium, kelemahan dan


kegelisahan

Periksa setiap feses dan muntahan untuk mendeteksi darah yang


tersembunyi

Amati manifestasi hemoragi, ekimosis, epistaksis, petekie, dan


perdarahan gusi

Catat perubahan tanda vital (N, T) dengan interval waktu tertentu

Jaga ketenanagan pasien

Lakukan observasi selama transfusi darah dilaksanakan

Berikan vit k

Tawarkan minum dingin lewat mulut

PENDIDIKAN KESEHATAN
Hentikan penggunaan alkohol
Pembatasan Sodium dalam waktu yang lama
Kepatuhan untuk istirahat yang cukup,
perubahan gaya hidup,
diet yang memadai,
kecenderungan perdarahan dan rentan infeksi

EVALUASI
Memperlihatkan kemmpuan turut serta dalam aktivitas
Meningkatkan asupan nutrisi
Memperlihatkan perbaikan integritas kulit

Anda mungkin juga menyukai